BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus atau penurunan nilai mata uang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang pernah terkena dampak Krisis Ekonomi Global. Pada tahun 1998 Indonesia benar – benar merasakan dahsyatnya goncangan krisis financial yang merembet pada kepercayaan. Setelah itu Ekonomi Indonesia mulai bergerak dan bangkit kembali, namun pada tahun 2004 perlahan kondisi Ekonomi Indonesia mulai merasakan tekanan kembali yang merupakan imbas dari kenaikan harga minyak dunia dengan diumumkannya kenaikan harga BBM oleh Menteri Koordinator Abu Rizal Bakri pada tanggal 1 Maret 2004. Dan baru – baru ini kenaikan BBM kembali terjadi tepatnya pada tanggal 21 Juni 2013 lalu. Semenjak peristiwa kenaikan BBM tersebut, Indonesia benar – benar mengalami inflasi. bukan hanya harga BBM yang melambung namun harga barang – barang pokok pun ikut melambung. Hal ini cukup membuat beban masyarakat Indonesia semakin berat. Walaupun dengan adanya BLSM, Masyarakat tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu turunnya nilai mata uang rupiah juga dirasakan oleh 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus
menerus atau penurunan nilai mata uang. Indonesia merupakan salah satu
Negara berkembang yang pernah terkena dampak Krisis Ekonomi Global.
Pada tahun 1998 Indonesia benar – benar merasakan dahsyatnya goncangan
krisis financial yang merembet pada kepercayaan. Setelah itu Ekonomi
Indonesia mulai bergerak dan bangkit kembali, namun pada tahun 2004
perlahan kondisi Ekonomi Indonesia mulai merasakan tekanan kembali yang
merupakan imbas dari kenaikan harga minyak dunia dengan diumumkannya
kenaikan harga BBM oleh Menteri Koordinator Abu Rizal Bakri pada tanggal
1 Maret 2004. Dan baru – baru ini kenaikan BBM kembali terjadi tepatnya
pada tanggal 21 Juni 2013 lalu.
Semenjak peristiwa kenaikan BBM tersebut, Indonesia benar – benar
mengalami inflasi. bukan hanya harga BBM yang melambung namun harga
barang – barang pokok pun ikut melambung. Hal ini cukup membuat beban
masyarakat Indonesia semakin berat. Walaupun dengan adanya BLSM,
Masyarakat tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain
itu turunnya nilai mata uang rupiah juga dirasakan oleh semua orang,
Khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah.
Dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas bahasan pokok
masalah “inflasi” utamanya yang terjadi di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka masalah
yang dapat di rumuskan yaitu :
- Seperti apa inflasi yang terjadi di Indonesia?
- Apa yang menyebabkan inflasi di Indonesia?
- Bagaimana pengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah menyangkut
inflasi yang terjadi di Indonesia?
1
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memaparkan hasil tinjauan
penulis tentang terjadinya inflasi di Indonesia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Inflasi
Menurut ilmu Ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya
harga barang yang bersifat secara umum dan berlangsung dalam jangka
waktu yang lama atau terus – menerus ( continue ). Inflasi juga memiliki
definisi sebagai suatu proses menurunnya nilai mata uang suatu Negara
secara continue, dalam definisi ini inflasi bukan hanya tinggi - rendahnya
harga, artinya tingkat harga yang tinggi belum tentu menunjukkan inflasi.
Sedangkan menurut salah satu para ahli yaitu Ekonom Parkin dan Bade
menyimpulkan inflasi merupakan pergerakan ke arah atas dari tingkatan
harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga
disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang
tersebut.
B. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi yaitu :
a. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh
para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal
sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini
menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi)
masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari
teori ini adalah sebagai berikut :
- Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang
beredar, baik uang kartal maupun giral.
- Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga di masa mendatang.
3
b. Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi
karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya,
sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-
barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang
tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap.
Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi
karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat
dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh
karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models
ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam
jangka pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di
masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi
realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang
memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang
memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di
masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu
golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi
memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat
harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara
keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap
menghilang).
c. Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara
perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai
suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus
tersebut dapat dijabarkan menjadi :
Price = Cost + ( a% x Cost )
4
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-
komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada
profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual
komoditi di pasar.
d. Teori Struktural
Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena
moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara
berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal
panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,
bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan
hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar
negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar
domestik.
Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau
kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering
disebut dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama
terjadi dalam tiga hal, yaitu :
- Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor
pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang
sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sector pertanian
domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
- Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari
pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan
impor.
Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan
kemampuan untuk mengimpor barangbarang baik bahan baku; input
antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk
pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi
5
ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat
menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari
lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali
menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat
mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
- Pengeluaran pemerintah terbatas.
Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas,
yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul
defisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan
dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada
umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).
Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah
inflasi di Negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya
fenomena inflasi di negaranegara yang sedang berkembang kadangkala
menjadi suatu fenomena jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan
dalam jangka waktu yang pendek.
Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai
fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
sektor moneter akibat dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-
structuralist menekankan pada struktur sektor keuangan. Dasar
pemikiran kaum neo-structuralist ini adalah pengaruh uang terhadap
perekonomian terutama ditransmisikan dari supply side atau roduksi.
Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan salah satu
factor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia
untuk investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku bunga) akan
murah, maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya
volume investasi, volume produksi juga akan meningkat. Sehingga,
penawaran barang meningkat, yang pada gilirannya akan menekan
tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini, timbul pendapat
bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan jumlah uang
beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan
inflasi.
6
Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi
pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang
adalah akibat inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini
disebabkan antara lain oleh harga barangbarang impor yang meningkat di
daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di
negara pengimpor. Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dalal dan
G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output
domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor tersebut sangat
penting terhadap price behaviour di negara importir, maka kenaikan
harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri
yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang
dimiliki oleh barang impor (price inelastic) terhadap produk dalam
negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barang impor
tersebut terhadap inflasi domestik.
C. Jenis – Jenis Inflasi
Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan
tertentu, antara lain :
a. Berdasarkan asalnya
inflasi digolongkan menjadi dua yaitu :
- Inflasi yang berasal dari dalam Negeri ( Domestic Inflation ). yaitu
inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan
perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam
negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.
- Inflasi yang berasal dari luar negeri ( Imported Inflation ), yaitu inflasi
yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar
negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan
negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara
yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy system).
Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga barang-barang
impor maupun harga barang-barang ekspor.
Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada
kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak
7
boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis
inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini
dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku
ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam
suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported inflation seringkali
diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand
pull inflation, dan sebagainya.
b. berdasarkan keparahannya
Inflasi apabila digolongkan berdasarkan tingkat keparahannya dibedakan
menjadi 4, yaitu :
- Inflasi Ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation), yaitu inflasi
yang lajunya kurang dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi
pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses
pembangunan.
- Inflasi Sedang, Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara
10% sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai
membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara
nyata dapat dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat
terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai
turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan
kenaikan harga.
- Inflasi Berat, yaitu inflasi yang lajunya antara 30% sampai
100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi
oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk
melakukan spekulasi.
- Inflasi Liar (hyperinflation ), yaitu inflasi yang lajunya sudah melebihi
dari 100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga
terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan
uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (Hyperinflastion).
8
c. Berdasarkan Penyebabnya
Penggolongan inflasi selanjutnya dapat dibedakan menurut
penyebabnya yaitu itu tarikan permintaan dan tarikan desakan ( tekanan )
biaya / produksi / distribusi. Secara singkat sebab yang pertama ( tarikan
permintaan ) lebih cenderung dipengaruhi dari peran Negara dalam
kebijakan moneter ( Bank Sentral ), sedangkan sebab yang kedua lebih
cenderung dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan eksekutor yang
dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah misalnya Fiskal, kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lainnya.
a) Tarikan permintaan
Hal ini terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan
dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada
tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang
terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat.
Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan
volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di
pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang
terjadi di sektor industri keuangan.
secara singkat tarikan permintaan ini terjadi akibat adanya
kenaikan pemintaan Agregat yang terlalu besar atau pesat
dibandingkan dengan penawaran atau produksi Agregat.
b) desakan biaya
hal terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga
termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara