Top Banner

of 23

Kebijakan Mengatasi Inflasi - Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran.pdf

Mar 05, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENGARUH INFLASI

    TERHADAP PENGANGGURAN

    Disusun Oleh:

    1. Jumrotul Ismawati (1221509050)

    2. Ichlasul Amal Bazargan (1221509105)

    3. Fitri Liz Indriani (1221509152)

    Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas 17 Agustus Surabaya

    2015-2016

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah

    ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata

    kuliah Ekonomi Makro. Dalam makalah kami ini kami akan mencoba menguraikan tentang

    Kebijakan Mengatasi Inflasi. Kami akan membahasnya secara rinci. Semoga makalah ini

    dapat membantu kita semua untuk mengerti tentang inflasi.

    Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

    oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya

    harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

    Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

    Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kalian dan semoga makalah ini dapat

    memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat bagi pihak yang memerlukannya.

    Surabaya, 29 November 2015

    Penulis

    i Universitas 17 Agustus Surabaya

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2

    1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Inflasi dan Pengangguran.................................................. 3

    2.1.1 Pengertian Inflasi..................................................................... 3

    2.1.2 Pengertian Pengangguran......................................................... 4

    2.2 Jenis-jenis Inflasi dan Jenis-jenis Pengangguran................................ 4

    2.2.1 Jenis-jenis Inflasi....................................................................... 4

    2.2.2 Jenis-jenis Pengangguran.......................................................... 5

    2.3 Teori Inflasi......................................................................................... 7

    2.4 Penargetan Inflasi ............................................................................... 8

    2.5 Hubungan Inflasi dan Pengangguran.................................................. 9

    2.6 Kebijakan dalam Mengatasi Inflasi..................................................... 13

    2.6.1 Kebijakan dari Segi Permintaan................................................ 13

    2.6.2 Kebijakan dari Segi Penawaran................................................. 14

    2.6.3 Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Kebijakan Fiskal,

    Moneter dan Segi Penawaran.................................................... 15

    2.6.4 Tujuan Kebijakan Pemerintah ................................................... 15

    BAB III PENUTUP

    3.1. Kesimpulan......................................................................................... 17

    3.2. Saran................................................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

    REFERENSI........................................................................................................ 20

    ii Universitas 17 Agustus Surabaya

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Inflasi dan pengangguran adalah masalah dua ekonomi utama yang dihadapi setiap

    masyarakat. Masalah ekonomi tersebut dapat mewujudkan beberapa efek yan bersifat

    negatif pada bidang ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek negatif

    yang mungkin terjadi, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Analisis dalam

    makalah ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk-bentuk masalah inflasi yang

    dihadapi suatu perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan

    untuk mengatasi masalah tersebut. Tiga bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan

    yaitu kebijakan fiscal, kebijakan moneter dan kebijakan segi penawaran.

    Seperti telah diketahui secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan

    tingkat harga barang dan jasa umum yang terjadi secara terus menerus. Data mengenai

    perkembangan harga dapat didasarkan pada cakupan barang dan jasa secara komponen

    pembentuk PDB (deflator PDB), cakupan barang dan jasa yang diperdagangkan antara

    produsen dengan pedagang besar atau antar pedagang besar (Indeks Harga Perdagangan

    Besar/IHPB), ataupun cakupan barang dan jasa yang dijual secara eceran dan dikonsumsi

    oleh sebagian besar masyarakat (Indeks Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara

    penghitungan inflasi didasarkan pada perubahan indeks pada periode tertentu dengan indeks

    periode sebelumnya.

    Dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000 Bank

    Indonesia pada mulanya menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang akan dicapainya

    untuk tahun yang bersangkutan. Sasaran ditetapkan untuk inflasi yang diukur dengan indeks

    harga konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari kenaikan harga-harga yang

    disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan (administered prices

    and income policy).

    1 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • 1.2 Rumusan Masalah

    Dalam pembahasan materi mengenai Kebijakan Masalah Inflasi kami mengangkat

    beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

    a. Apakah pengertian dari inflasi dan pengangguran?

    b. Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi terhadap pengangguran?

    c. Bagaimana kebijakan ekonomi dalam menghadapi inflasi?

    d. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi inflasi?

    1.3 Tujuan

    Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang pengertian inflasi dan

    pengangguran, jenis-jenis inflasi, mengetahui pengaruh inflasi terhadap pengangguran, serta

    kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah inflasi.

    2 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Inflasi dan Pengangguran

    2.1.1 Pengertian Inflasi

    Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan

    terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua

    barang saja tidak disebut inflasi, kecali bila kenaikan tersebut meluas atau

    mengakibatkan kenaikan besar dari harga barang-barang lain. Lawan dari inflasi

    adalah deflasi, deflasi adalah penurunan harga secara terus menerus.

    Berikut adalah beberapa pengertian inflasi menurut beberapa ahli:

    Menurut Rimsky K. Judisseno, mengatakan bahwa inflasi merupakan salah satu

    dari peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan menaikkan

    harga barang-barang secara umum yang menyebabkan terjadinya penurunan

    harga barang.

    Menurut Rahardja dan Manurung, mengatakan bahwa pengertian inflasi adalah

    kenaikan harga-harga barang yang bersifat umum dan terjadi secara terus

    menerus.

    Menurut Eachern, mengatakan bahwa pengertian inflasi adalah kenaikan terus

    menerus dalam rata-rata tingkat harga, jika tingkat harga berfluktasi, bulan ini

    naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak sebagai inflasi.

    Menurut Weston dan Sopeland, yang mengatakan bahwa pengertian inflasi

    adalah suatu keadaan ekonomi yang mengalami kenaikan tingkat harga tinggi

    dan tidak bisa dicegah atau dikendalikan lagi.

    Menurut Sadano sukirno, mengatakan dalam bukunya makroekonomi bahwa

    pengertian inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

    suatu perekonomian.

    3 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • 2.1.2 Pengertian Pengangguran

    Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama

    sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau

    seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran

    umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak

    sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.

    Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

    adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang

    sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial

    lainnya.

    2.2 Jenis-jenis Inflasi dan Jenis-jenis Pengangguran

    2.2.1 Jenis-jenis Inflasi

    Berdasarkan sifat inflasi

    a. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari

    10% pertahun.

    b. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi

    ini biasanya ditandai dengannaiknya harga-harga dengan cepat dan relatif besar.

    c. Inflasi berat (high Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% pertahun.

    d. Inflasi sangattinggi (Hyper Inflation) yaitu inflasi yangditandai dengan naiknya

    harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100% pertahun). Pada kondisi

    ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot tajam,

    sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

    Berdasarkan sebab inflasi

    a. Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan

    yang tinggi disatu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan

    kerja penuh. Akibatnya, sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak

    sementara penawaran tetap maka harga akan naik.

    b. Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya

    produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadikarena tidak efisiennya perusahaan,

    4 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan menurun, kenaikan harga bahan

    baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan

    sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi maka dua hal yang bisa dilakukan

    produsen adalah:pertama, langsung menaikan harga produknya dengan jumlah

    penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik

    permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.

    c. Imported Inflation, Inflasi ini disebabkan terjadinya inflasi diluar negeri. Inflasi ini

    terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki

    peranan yang penting dalam kegiatan peneluaran diperusahaan.

    d. Structural Inflation, Inflasi ini terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala

    atau kekuatan struktural yang menyebabkan penawaran di dalam perekonomian

    menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

    e. Spiralling Inflation, Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya

    yang mana inflasi yang sebelumnya terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.

    Berdasarkan asal inflasi

    a. Inflasi berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya defisit dalam

    pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.

    b. Inflasi yang berasal dari luar negeri karena negara-negara yang merupakan

    mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi maka mempengaruhi

    harga-harga barang dan ongkos produksi menjadi mahal.

    2.2.2 Jenis-jenis Penganggran

    Berdasarkan jam kerja

    a. Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang

    tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.

    b. Pengangguran setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja

    yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya

    tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang

    dari 35 jam selama seminggu.

    c. Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-

    sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena

    5 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

    Berdasarkan penyebab terjadinya

    a. Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran karena

    pekerja menunggu pekerjaan yang lebih baik.

    b. Pengangguran struktural (Structural unemployment) adalah pengangguran yang

    disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu

    memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja.

    c. Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan

    perekonomian karena terjadi resesi

    d. Pengangguran total adalah pengangguran yang benar-benar tidak mendapat

    pekerjaan, karena tidak adanya lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk

    menciptakan lapangan kerja.

    e. Pengangguran keahlian adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak

    adanya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian.

    f. Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya

    siklus ekonomi.

    g. Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan

    struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.

    h. Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi

    ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.

    i. Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun

    siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada

    penawaran kerja.

    j. Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan

    tenaga manusia menjadi tenaga mesin.

    6 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • 2.3 Teori Inflasi

    Berikut adalah teori-teori yang menerangkan mengenai inflasi:

    Teori Kuantitas (persamaan pertukaran dari Irving Fisher MV = PQ). Menurut

    persamaan ini sebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan

    mengarah pada inflasi ada 3, yaitu:

    1. Bila dimisalkan dalam perekonomian jumlah uang beredar (M) dan jumlah

    produksi relative tetap, maka harga (P) akan naik bila sirkulasi uang atau

    kecepatan perpindahan uang dari satu tangan ke tangan yang lain begitu cepat

    (dengan kata lain, masyarakat terlalu konsumtif) maka harga-harga relatif akan

    naik.

    2. Bila dalam perekonomian V dan jumlah produksi (Q) tetap maka kenaikan harga

    disebabkan oleh terlalu banyaknya uang yang dicetak-edarkan ke masyarakat.

    3. Bila dalam perekonomian jumlah M dan V tetap maka kenaikan harga

    disebabkan oleh turunnya jumlah produksi secara nasional.

    Dengan demikian berdasarkan teori ini, presentase kenaikan harga hanya akan

    sebanding dengan kenaikan jumlah uang beredar atau sirkulasi uang, tapi tidak

    terhadap jumlah produksi nasional.

    Teori Keynes, mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas

    kemampuan perekonomiannya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antar

    golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan aggregate yang lebih besar dari

    pada jumlah barang yaitu bila I > S. Selama gap inflasi masih tetap ada maka besar

    kemungkinan inflasi dapat terjadi apabila kekuatan-kekutan pendukung dalam

    perekonomian tidak digalakkan.

    Teori Struktualis atau Teori Inflasi Jangka Panjang, teori ini menyoroti sebab-sebab

    inflasi yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai

    bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab structural

    pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat dibanding dengan

    pertumbuhan kebutuhannya, sehingga sehingga menaikkan harga bahan makanan dan

    kelangkaan devisa.

    7 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • 2.4 Penargetan Inflasi

    Penargetan inflasi (inflation targeting) mencakup beberapa unsur:

    Pengumuman kepada public mengenai target-target numerik jangka menengah untuk

    inflasi

    Komitmen institusi atas stabilitas harga sebagai tujuan utama dan jangka panjang

    kebijakan moneter dan komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan inflasi.

    Pendekatan penyertaan informasi dimana banyak variabel (tidak hanya agregat

    moneter) digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan moneter.

    Transparansi mengenai strategi kebijakan moneter yang meningkat melalui

    komunikasi dengan publik dan pasar mengenai rencana dan tujuan pengambil

    keputusan moneter.

    Akuntabilitas Bank Sentral yang meningkat untuk mencapai tujuan-tujuan inflasi.

    Penargetan inflasi mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan penargetan

    moneter sebagai strategi untuk melaksanakan kebijakan moneter. Dengan penargetan

    inflasi, stabilitas hubungan antara uang dan inflasi tidak penting untuk

    keberhasilannya, karena stabilitas tidak bergantung pada hubungan ini. Target inflasi

    memingkinkan otoritas moneter untuk menggunakan semua informasi yang tersedia,

    tidak hanya satu variabel, untuk menentukan penetapan terbaik bagi kebijakan

    moneter.

    Oleh karena target inflasi numerik yang eksplisit meningkatkan akuntabilitas bank

    sentral, penargetan inflasi mempunyai potensi untuk mengurangi kemungkinan bahwa

    bank sentral akan masuk ke dalam perangkap ketidakkonsistenan waktu dalam rangka

    melakukan ekspansi output dan penyediaan lapangan kerja pada jangka pendek

    dengan melakukan kebijakan moneter ekspansif. Keunggulan penting dari penargetan

    inflasi adalah bahwa penargetan tersebut dapat membantu menitikberatkan pada debat

    politik mengenai apa yang dapat dilakukan oleh bank sentral pada jangka panjang

    yaitu, pengendalian inflasi, daripada apa yang tidak dapat dilakukan oleh bank sentral,

    yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara permanen dan penyediaan lapangan

    kerja melalui kebijakan moneter ekspansif. Dengan demikian, penargetan inflasi

    mempunyai potensi untuk melaksanakan kebijakan moneter yang inflasioner dan

    mengurangi kemungkinan masalah ketidakkonsistenan waktu.

    8 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • 2.5 Hubungan Inflasi dan Pengangguran

    Hubungan inflasi dan pengangguran ini dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan akibat inflasi. Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari

    inflasi:

    Bila harga barang secara umum naik terus menerus maka masyarakat akan panik,

    sehingga perekonomian tidak berjalan normal.

    Banyak masyarakat yang menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang

    sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana dan tutup.

    Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar

    keuntungan dengan mempermainkan harga pasar sehingga harga akan terus naik.

    Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penimbunan barang.

    Banyak produsen bangkrut jika inflasi berkepanjangan.

    Jurang kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin lebar.

    Masyarakat akan lebih selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan lebih efisien dan

    konsumtifisme dapat ditekan.

    Dapat menumbuhkan industri kecil.

    Masyarakat akan tergerak untuk membuka usaha sendiri sehingga tingkat

    pengangguran menurun dll.

    Secara garis besar dari dampak tersebut dapat dilihat bahwa pengangguran sangat

    berpengaruh akibat inflasi.

    Dari beberapa teori dapat kita lihat bahwa dalam jangka pendek, kenaikan tingkat

    inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka.panjang, tingkat

    inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi

    menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga

    barang impor.

    Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah.

    Harga yang lebih mahal menyebabkan turunnya daya saing barang domestik di pasar

    internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun sebaliknya turun,

    sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik

    9 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi

    dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan

    menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.

    Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan

    indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi

    dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan

    terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil. Dampak yang lebih jauh

    adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan

    tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur

    baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara.

    Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah

    pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan

    pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya

    yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran

    yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap

    penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat

    menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu

    pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya

    GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti

    Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang

    semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh banyak orang.

    Pada tahun 1958, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat antara

    tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal. Kurva phillips yang

    menghubungkan persentase perubahan tingkat upah nominal dengan tingkat

    pengangguran seperti diuraikan di atas biasa disebut dengan kurva phillips dalam

    bentuk asli.

    10 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • Gambar 1. Kuva Phillips

    A.W. Phillips menggambarkan bagaimana hubungan antara inflasi dengan

    tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari

    adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai

    dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya

    harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan

    kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-

    satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan

    tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran

    berkurang. Menggunakan pendekatan A.W.Phillips dengan menghubungkan antara

    pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus Indonesia kurang tepat. Hal ini

    didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan inflasi di Indonesia dari tahun

    1995 hingga 2010, ternyata secara statistik maupun grafis tidak ada pengaruh yang

    signifikan antara inflasi dengan tingkat pengangguran.

    Berbeda dengan di Indonesia, adanya kenaikan harga-harga atau inflasi pada

    umumnya disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi misalnya naiknya Bahan

    Bakar Minyak (BBM), bukan karena kenaikan permintaan. Dengan alasan inilah, maka

    tidaklah tepat bila perubahan tingkat pengangguran di Indonesia dihubungkan dengan

    inflasi. Karena itu, perubahan tingkat pengangguran lebih tepat bila dikaitkan dengan

    tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan akibat dari

    11 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • adanya pe-ningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari peningkatan

    investasi.

    Gambar 2. Hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran

    Dari Gambar 2 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran

    memiliki hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran

    akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, penganggguran akan menjadi tinggi jika

    perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah.

    Menurut pembahasan dalam karya ilmiah diatas, setelah penulis

    membandingkan mengenai pola hubungan antara inflasi dan pengangguran di Indonesia

    dengan teori Phillips yang dikemukakan oleh A.W Phillips , hasilnya tidak dapat

    dikaitkan ataupun dihubungkan dengan teori tersebut. Artinya, teori Phillips tidak

    berlaku di negara-negara berkembang terutama untuk Indonesia. Hal ini disebabkan

    karena Phillips menggunakan asumsi untuk teorinya bahwa inflasi sangat dipengaruhi

    oleh agregat demand atau permintaan agregat, padahal di negara negara berkembang,

    utamanya Indonesia inflasi lebih dipengaruhi oleh biaya produksi.

    Jika menurut Phillips saat teradi inflasi, perusahaan akan berupaya

    meningkatkan outputnya demi memenuhi kebutuhan pasar, asumsi agregat demand,

    sehingga perusahaan akan berupaya meningkatkan sumber daya atau tenaga kerja demi

    memenuhi kebutuhan masyarakat, akibatnya pengangguran kian menurun, karena

    dianggap dalam jangka pendek nilai nominal yang dibayarkan perusahaaan kepada

    12 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • tenaga kerja meskipun tetap namun nilai riil upah yang dibayarkan tersebut menurun.

    Akan tetapi berbeda dengan Indonesia, seperti yang disebutkan di atas, inflasi

    terjadi karena menigkatnya biaya produksi, sehingga secara tidak langsung harga bahan

    untuk memenuhi output atau permintaan pasar juga meningkat, sehingga perusahaan

    akan berupaya menekan biaya produksi guna efisiensi perusahaan, akibatnya demi

    menjaga efisiensi tersebut salah satu langkah yang bisa ditempuh oleh perusahaan

    adalah mengurangi tenaga kerja dan mengganti dengan mesin, sehingga biaya yang

    dianggarkapun juga berkurang, dalam artian perusahaan harus mengurangi tenaga

    keranya dengan cara mem PHK. Namun hal ini tidak dapat diartikan, bahwa di

    Indonesia hubungan antara inflasi dan pengangguran adalah positip, sebab dalam

    kenyataannya di Indonesia tidak ada hubungan yang pasti antara inflasi dan

    pengangguran .

    2.6 Kebijakan dalam Mengatasi Inflasi

    2.6.1 Kebijakan dari Segi Permintaan

    Mewujukkan inflasi nol persen secara terus-menerus dalam perekonomian

    yang sedang berkembang adalah sulit untuk dicapai. Oleh karena itu, dalam jangka

    panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga tingkat inflasi berada pada tingkat

    yang sangat rendah. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu

    menjalankan kebijakan menurunkan tingkat inflasi karena bagaimanapun pemerintah

    mempunyai peranan penting dalam mengendalikan laju inflasi sebab terjadi atau

    tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menjalankan

    roda perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah

    inflasi yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

    Kebijakan Fiskal

    Ada dua kebijakan fiskal yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah untuk

    menekan tingkat inflasi, yaitu:

    1. Meningkatkan Pajak

    Jika ada penambahan pendapatan masyarakat dengan naiknya jumlah uang

    beredar, setiap penambahan pendapatan masyarakat Rp10,00, jika diikuti

    dengan pajak 20%, maka penambahan pendapatan Rp10,00 akan menambah

    13 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • Rp6,4 lebih kecil bila dibandingkan dengan tidak adanya penambahan pajak

    yaitu Rp8,00. Makin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap

    pendapatan, maka semakin kecil konsumsi masyarakat. Dengan naiknya pajak

    yang dikenankan pemerintah terhadap pendapatan masyarakat akan dapat

    menekan tingkat konsumsi.

    2. Mengurangi Pengeluaran Pemerintah

    Kebijakan yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk mengurangi

    pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam

    mengurangi pengeluaran dalam perekonomian. Maka untuk menerangkan

    tentang efek dari kebijakan fiskal dalam mengatasi inflasi berlaku tanpa control

    pemerintah, kedua inflasi diatas melalui kebijakn fiskal

    Kebijakan Moneter

    Kebijakan moneter ialah peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh

    otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi

    tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikanlebih banyak kredit kepada

    system perbankan melalui operasi pasar terbuka atau bank sentral menurunkan

    persyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang

    harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral. Akan tetepi,

    apabila ekonomi tumbuh lebih cepat dan inflasi menjadi masalah yang semakin

    besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka, manarik uang

    dari system perbankan, menaikkan persyratan cadangan minimum atau

    menaikkan tingkat diskonto sehingga dengan demikian akan memperlambat

    pertumbuhan ekonomi.

    2.6.2 Kebijakan Segi Penawaran

    Kebijakan Segi Penawaran adalah Langkah Pemerintah yang berusaha

    meningkatkan efisiensi kegiatan Perusahaan-perusahaan dan tenaga kerja sehingga

    Produksi Nasional dapat ditingkatkan, Biaya Produksi dikurangkan dan teknologi

    semakin berkembang.

    Stagflasi adalah keadaan inflasi yang sangat tinggi dan berkepanjangan, ditandai

    dengan macetnya kegiatan perekonomian yang menyebabkan pengangguran.

    14 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • 2.6.3 Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Kebijakan Fiskal, Moneter dan Segi Penawaran.

    Dalam Kebijakan Fiskal akan dibuat Perubahan dalam pengeluaran pemerintah

    atau pajak untuk mempengaruhi tingkat pengeluaran Agregat.

    Dalam Kebijakan Moneter yang dilakukan adalah membuat perubahan dalam

    penawaran uang atau Suku Bunga untuk mempengaruhi pengeluaran agregat.

    Dalam Kebijakan Segi Penawaran yang akan kita bahas Selanjutnya,

    Kebijakan Pemerintah dalam hal tersebut adalah melakukan pengurangan

    pajak, memberikan insentif fiskal, memberikan subsidi dan menyediakan

    insfrastruktur yang baik untuk menaikan efisiensi kegiatan Perusahaan-

    perusahaan.

    2.6.4 Tujuan Kebijakan Pemerintah

    1. Tujuan Bersifat Ekonomi

    Tujuan bersifat ekonomi adalah tujuan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi Dengan menyediakan lowongan pekerjaan adalah usaha pemerintah untuk

    mengatasi pengangguran agar tidak berlanjut terus menerus sehingga mengalami jangka panjang.

    Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat adalah kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran yang berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat.

    Memperbaiki Pembagian Pendapatan. Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek yang buruk pada kesamarataan pembagian pendapatan. Semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.

    2. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik

    Tujuan Bersifat Sosial dan Politik adalah suatu kepentingan bersama, untuk semua Masyarakat tanpa memandang status sosial Masyarakat, serta untuk kepentingan Bangsa dan Negara. Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan Kestabilan Keluarga . Bila

    Anggota dalam suatu Rumah Tangga terlalu banyak dan tidak mempunyai Pekerjaan, maka berbagai masalah akan timbul. Misalnya: Keluarga tersebut kemampuannya terbatas untuk melakukan pembelanjaan dalam mencukupi Kehidupan mereka sehari-hari. Maka hal tersebut akan mengurangi kemampuan Keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Akibatnya

    15 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • Keluarga tersebut akan mengalami perselisihan dalam Berumah Tangga, sehingga secara otomatis pengangguran mengurangi taraf Kemakmuran Keluarga.

    Menghindari Masalah Kejahatan. Pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Contohnya Sewa Rumah harus dibayar, namun selain sewa Rumah. Keluarga juga perlu melakukan pengeluaran lain untuk biaya Makanan, biaya Sekolah, dll. yang harus dibayar. Apabila tiada tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran menggalakan kegiatan kejahatan. Intinya semakin tinggi pengangguran, maka semakin tinggi tingkat kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pengangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan.

    Mewujudkan Kestabilan Politik. Pengangguran merupakan salah satu sumber dan penyebab dari ketidak Stabilan Politik. Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu NEGARA dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus menerus. Hal tersebut menjadikan masyarakat seringkali tidak merasa puas dengan pihak Pemerintah yang tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Misalnya dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi, masyarakat seringkali melakukan Demonstrasi dan mengemukakan kritik kepada Pemimpin-peminpin Pemerintah.

    16 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • BAB IIIPENUTUP

    3.1 KesimpulanSetelah penulis mengemukakan dan menguraikan secara keseluruhan tentang

    Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran Penulis dapat menarik kesimpulan :

    Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan

    tenaga kerja, yang telah mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya.

    Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu

    perekonomian dari satu periode ke periode yang lain.

    Kebijakan Pemerintah adalah kebijakan untuk mengatasi masalah-masalah

    ekonomi terutama pada Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter, dan Kebijakan Segi

    Penawaran

    Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat

    pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi

    harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah. Namun negara

    berkembang khusunya Indonseia, teori Philips ini sangat bertolak belakang. Di

    Indonesia, adanya kenaikan harga-harga atau inflasi pada umumnya disebabkan

    karena adanya kenaikan biaya produksi misalnya naiknya Bahan Bakar Minyak

    (BBM), bukan karena kenaikan permintaan. Dengan alasan inilah, maka tidaklah

    tepat bila perubahan tingkat pengangguran di Indonesia dihubungkan dengan

    inflasi. Karena itu, perubahan tingkat pengangguran lebih tepat bila dikaitkan

    dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan

    akibat dari adanya pe-ningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari

    peningkatan investasi.

    17 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • 3.2 Saran Menurut kami dengan sudah ditetapkannya kebijakan-kebijakan untuk

    mengatasi inflasi khusunya yang berpengaruh besar terhadap pengangguran di negara

    berkembang pemerintah sebaiknya dapat mengatasi masalah tersebut khususnya di

    Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja

    dan menghapus sistem kerja kontrak. Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global

    diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu,

    globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia

    yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke

    depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan,

    wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.

    18 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • DAFTAR PUSTAKA

    Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 2008 183 dalam buku M. Nur

    Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, 105.

    Rianto Al Arif, M. Nur. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori dan Analisis. Bandung:

    Alfabeta. 2010.

    Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.

    Putong, Iskandar. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra wacana media.

    2013.

    Nanga, Muana. Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo

    Persada. 2005.

    Bangun Wilson.2007.Teori ekonomi makro.Bandung:Refika Aditama

    Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.

    Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit

    Erlangga : 1997.

    Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.

    Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit Erlangga: 1992.

    Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada.

    Jakarta: 2011.

    19 Universitas 17 Agustus Surabaya

  • REFERENSI

    http://makalahku25.blogspot.com/2013/04/makalah-inflasi-dan-pengangguran.html

    https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran

    Google.2013.Slide share.Pengangguran dan Inflasi

    Google.2013.Slide share.Kebijakan Pemerintah

    http://elishisa.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-pengangguran.html

    20 Universitas 17 Agustus Surabaya

    Berdasarkan jam kerjaBerdasarkan penyebab terjadinya