-
SISTEM REPRODUKSI
INFERTILITAS
Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan (IDK)
yang diberikan oleh ibu Deti Nurdianti Kuswatiningsih.,
M.Si.
disusun oleh:
Andri Nurdiansyah NIM : 043315130006
Anisa Diana Wulandari NIM : 043315130007
Iis Lismayanti NIM : 043315130021
Ita Purwanti NIM : 043315130023
Jatnika Aulia Rahman NIM : 043315130024
Rosi Supartini NIM : 043315130037
Kelas A
PROGRAM STUDI D III STIKEP PPNI JABAR
BANDUNG 2013
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
kehendak-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
lancar. Dengan ini penyusun
bermaksud memperluas pengetahuan mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan (IDK) dengan makalah yang berjudul Infertilitas. Dalam
proses penyusunan materi ini, penyusun berupaya untuk mengumpulkan
bahan-bahan referensi dan diskusi ilmiah serta berbagai tulisan
dari media masa seperti internet.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dosen yang penyusun hormati, ibu Deti Nurdianti
Kuswatiningsih, M.Si. 2. Berbagai pihak yang telah membantu
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima
dengan baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, 16 Desember 2013
Peyusun
Kelompok 1
i
-
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.................................................................................................................i
DAFTAR ISI
................................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang
....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
...............................................................................................................1
1.3 Tujuan
.................................................................................................................................2
1.4 Manfaat
...............................................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
............................................................................................................3
2.1 Pengertian Infertilitas
..........................................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Infertilitas
..........................................................................................................4
2.3 Faktor Penyebab Infertilitas
................................................................................................4
2.4 Pencegahan Infertilitas
........................................................................................................9
2.5 Pengobatan Infertilitas
........................................................................................................10
2.6 Penanganan Infertilitas
........................................................................................................15
BAB III: PENUTUP
....................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan
.........................................................................................................................18
3.2 Saran
...................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Infertilitas menurut dunia medis adalah
istilah yang di gunakan untuk menyebut
pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan
intim secara teratur
tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun. Hampir
setiap pasangan di dunia menginginkan seorang anak, namun sayangnya
tidak
setiap perkawinan dianugerahi keturunan. Ada 10-15% pasangan
mengalami infertilitas, keadaan tersebut dimulai saat wanita tidak
mampu untuk tidak menjadi hamil atau kehamilan sampai melahirkan,
meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
menggunakan alat kontrasepsi selama setahun atau lebih
(infertilitas). Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan
wanita dimanapun di dunia. Walaupun diperkiraan angka kejadiannya
tidak terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke daerah
lain, sekitar 8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama
masa reproduksinya, ini berarti bahwa antara 50 sampai 80 juta
orang mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang menimbulkan
penderitaan pribadi dan gangguan kehidupan keluarga.
keluarga infertil terpaksa menempuh hidup tanpa anak, atau ada
juga yang melalukan adopsi (mengangkat anak), poligami, atau bahkan
tidak jarang yang bercerai dikarenakan tidak dikaruniai anak. Namun
berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan infertil
telah dimungkinkan memperoleh anak dengan dengan jalan inseminasi
buatan, bayi tabung (membesarkan janin di dalam Rahim wanita lain),
dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah 1. Sebutkan jenis-jenis infertilitas! 2.
Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab infertilitas! 3.
Bagaimana cara pencegahan infertilitas?
4. Bagaimana cara pengobatan infertilitas? 5. Bagaimana cara
menangani infertilitas?
1
-
2
1.3 Tujuan 1. Mengetahui jenis-jenis infertilitas, 2. Mengetahui
dan memahami faktor-faktor penyebab infertilitas, 3. Memahami
pencagahan infertilitas,
4. Memahami cara pengobatan infertilitas. 5. Mengetahui berbagai
cara penanganan pada penderita infertilitas.
1.4 Manfaat 1. Manfaat teoretis
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai
masalah infertilitas serta cara penanganannya.
2. Manfaat praktis
Pembaca diharapkan dapat memahami cara pencegahan infertilitas.
Dan bagi pembaca yang memiliki masalah dengan fertilitas diharapkan
dapat memahami dan memilih cara penanganan yang tepat untuk
masalahnya.
-
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infertilitas Menurut dunia medis Infertilitas
adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut
pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan
intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu
tahun (diah, 2012: www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk
mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa
kontrasepsi, selama satu tahun
(Sarwono dalam diah, 2012: www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan
menghasilkan keturunan (Elizbeth dalam diah,2012:
www.jurnalbidandiah.blogspot. com).
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan
suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 23 kali seminggu dalam kurun waktu 1
tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008).
Sedangkan Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.
Maka dapat disimpulkan bahwa Infertilitas berarti tidak
terjadinya fertilisasi (Pembuahan ) pada organ reproduksi wanita,
yaitu tidak terjadinya proses peleburan antara satu sel sperma dan
satu sel ovum yang sudah matang.
3
-
4
2.2 Jenis-jenis Infertilitas Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan
bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: a.
Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 23 kali
per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
b.Infertilitas sekunder Berarti pasangan suami-istri telah atau
pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat
ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan
seksual sebanyak 23 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2.3 Faktor penyebab Infertilitas 2.3.1 Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi 1) Infeksi vagina menyebabkan
meningkatnya keasaman vagina yang akan
membunuh sperma, dan pengkerutan vagina akan menghambat
transportasi sperma ke vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu,
bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga
dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke
rahim
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi
uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma
tidak dapat bertemu.
-
5 b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH
yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat
terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna
obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan
hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini, Maka
folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir
pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan
dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi
pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik.
Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada
di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan
tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan
tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama
pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja
infertilitas.
e. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
-
6 f. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi,
zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh
bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan.
2.3.2 Pada Pria Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang
paling umum terjadi adalah:
a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan
akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk
dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya
(motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau
menembus sel telur.
b. Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen
atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi
yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih
berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak
memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat
disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu
sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan
kelelahan.
c. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau
kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
-
7
d. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena
yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah
tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan
kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat
pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi
testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.
e. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi
saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan
tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin
terganggu.
f. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.
g. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter,
seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya
satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada
testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma.
Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak
dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma
tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak
memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan
saluran ejakulasi.
-
8
h. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara.
Penyakit
menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan
infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya
sperma.
i. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan
(disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas
tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
j. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik
masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi
ejakulasi.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya
adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan
pengaruh obat-
obatan tertentu.
k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang
berisi sperma
(epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak
memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang
penis.
l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian
bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan
mencapai serviks.
-
9
m. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi
setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini
menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.
n. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan
efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan
kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas,
pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan
kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan
xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.
o. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis
memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering
terjadi pada pria usia 18 32 tahun.
2.4 Pencegahan Infertilitas
a. Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan
terlarang atau minum-minuman beralkohol.
b. Mengurangi mengkonsumsi minuman berkafein, karena dapat
mengganggu kesuburan
c. Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan
jangan terlalu kurus. d. Jangan stress berlebihan.
-
10
e. Periode bulanan tidak teratur, segerahlah konsultasikan
dengan dokter ahli. f. Jika merasa ada yang tidak beres dengan
tubuh atau bagian vital, langsung periksakan
ke dokter.
2.5 Pengobatan infertilitas
2.5.1 Pemeriksaan pasangan infertil
Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama
pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan Pemeriksaan awal dari
pasangan infertil mencakup riwayat penyakit,
riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang pemeriksaan terhadap
masing-masing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali pasangan
diperiksa bersama-sama, karena dokter yang memeriksa akan dapat
menilai interaksi mereka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik
dinilai sendiri-sendiri.
2. Analisis Sperma Analisis sperma harus dilakukan pada tahap
awal, contoh sperma
dikumpulkan dalam plastic atau dalam wadah gelas, tidak boleh
pakai karet kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium dalam
masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya semen dalam didalam dua
atau lebih contoh semen merupakan indikasi untuk pemeriksaan
ulang.
Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya
vesikula dan vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi
patokan bahwa pemeriksaan fungsi testis berikutnya tidak ada
gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen ada, maka perlu
dilakukan biopsi testis.
3. Uji Pasca Senggama (UPS) Apabila telah diyakini bahwa
analisis spermanya normal, maka UPS
bisa dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah semen sudah
terpancar dengan baik ke puncak vagina selama senggama.
-
11
UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien
diminta dating 2-8 jam setelah senggama normal. Getah servik
dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini harus banyak dan
bening.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma
perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cukup besar jika 1-20
sperma aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan
sekurang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negative
bias disebabkan oleh teknik senggama.
4. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi UPS dapat menyingkirkan
sebab infertilitas suami, dan yang sangat
penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova.
Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini.
Ovulasi
lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan
dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari.
Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus
anovulatorik.
Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka
untuk 12-24 jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan
atau tanpa disertai pendarahan ringan atau dengan suatu peningkatan
limbah vagina. Matalgia
prahaid menandakan adanya suatu korpus luteum yang aktif,
artinya ovulasi sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
5. Uji Pakis Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang
dikeringkan pada obyek
glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola
daun pakis yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai
hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian akan dihambat oleh
progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke-23
hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke-23
ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga
dapat menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang
salah sering
dijumpai pada uji ini.
-
12
6. Suhu Basal Badan (SBB) Pada beberapa wanita, SBB meningkat
selama fase progesterone dari
siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi
ovulasi. SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari,
sebelum bangkit dari
tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada
kertas grafik. Jika wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola
bifasik yang khas (tipikal).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi,
suatu grafik monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak
terjadi.
SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari ovulasi,
sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek
penggunaan SBB tidak selalu mudah untuk dipercaya (seperti umumnya
sebagian besar pasien di Negara kita).
7. Sitologi vagina atau endoserviks Epitel dari sepertiga
lateral atas dinding vagina memberikan respon yang
ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara
serial. Sekarang telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks
pada fase pasca ovulasi
dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik
dengan melihat indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan
ada tidaknya ovulasi.
8. Biopsi Endometrium Biopsi endometrium bias dilakukan secara
poliklinis tanpa anastesi,
dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat
yang tepat adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid
berikutnya.
9. Laparaskopi Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara
endoskopik baik
ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi,
maupun adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang
lebih dini dari siklus itu.
(Widyastuti, dkk. 2009)
-
13 2.5.2 Pengobatan infertilitas pasangan
Pengobatan infertilitas harus disesuaikan dengan penyebab
infertilitas
masing-masing pasangan suami istri. Penggunaan obat yang logis
dan sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki adalah kunci
penanganan infertilitas yang tepat.
1. Obat infertilitas pria Manusia terdiri atas sekumpulan sistem
organ yang berkoordinasi satu
samalain. Sistem reproduksi juga berkoordinasi dengan sistem
tubuh lainnya, terutama sistem hormonal dan sistem saraf.
Hormon yang terkait langsung dengan kualitas kerja sistem
reproduksi pria adalah testosteron. Hormon tersebut penting karena
perannya dalam perkembangan spermatozoa menjadi matang (siap untuk
membuahi sel telur).
Produksi dan kadar hormon testosteron dalam tubuh pria
dipengaruhi oleh produksi dan kadar hormon lain yang
merangsangnya.
Produksi dan kadar hormon testosteron dipengaruhi oleh:
a. Produksi dan pelepasan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone) b. Produksi dan pelepasan hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan
LH (Luteinizing Hormone)
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip
kerja obat-obatan ini adalah untuk merangsang produksi spermatozoa
matang dalam testis. Selain dengan jalan langsung dari luar tubuh,
obat-obatan yang mengandung GnRH, FSH, dan LH juga dapat diberikan
dengan tujuan yang sama. Selain pemberian hormon tambahan,
obat-obatan yang merangsang produksi dan pelepasan hormon-hormon
tersebut juga dapat diberikan.
-
14
Obat-obatan yang sering diberikan dokter sebagai obat pendukung
dalam meningkatkan kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada
umumnya, vitamin
yang diberikan dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti
memiliki efek antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup sel-sel tubuh, termasuk kerja sel yang berkaitan
dengan produksi dan perkembangan spermatozoa hingga matang.
Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami
infeksi pada organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik
diberikan atas instruksi dokter dan digunakan sesuai dengan
petunjuk penggunaannya.
2. Obat infertilitas wanita Pengobatan infertilitas untuk wanita
secara garis besar bertujuan untuk: 1) Perbaikan fungsi ovarium
(Tempat dihasilkannya sel telur wanita yang
matang) Sama halnya dengan sistem reproduksi pria, sistem
reproduksi
wanita juga dipengaruhi oleh kerja sistem neuro-hormonal. Kerja
sistem reproduksi wanita dapat diamati pada siklus ovulasi dan
menstruasi yang dialaminya, yaitu dalam interval waktu yang teratur
setiap bulannya (setiap 28 hari).
Klomifen sitrat dan tamoksifen adalah obat yang sering digunakan
dan bertujuan untuk meningkatkan kadar FSH yang mempengaruhi
perkembangan sel telur wanita hingga mencapai maturasi /
kematangan.
Obat tersebut bekerja dengan merangsang pelepasan GnRH, yang
selanjutnya akan merangsang reproduksi dan pelepasan FSH.
2) Perbaikan fungsi tuba (Tempat terjadinya pembuahan sel telur
oleh spermatozoa)
Sumbatan (obstruksi) pada tuba dipastikan secara medis melalui
pemeriksaan Histerosalfingografi (HSG), sonohisterografi, ataupun
laparoskopi. Salah satu penyebab tersering dari sumbatan pada tuba
adalah infeksi bakteri Chlamydia. Apabila sumbatan tuba terbukti
disebabkan oleh
-
15 infeksi Chlamydia, obat yang sepantasnya diberikan adalah
antibiotik yang tepat dalam menangani infeksi tersebut. Selain
dengan obat-obatan, gangguan sumbatan pada tuba dapat diatasi
dengan metode operatif.
3) Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin dalam
tubuh ibu) Keseimbangan hormonal serta ketiadaan infeksi termasuk
syarat-
syarat utama kesehatan rahim. Atas dasar inilah, obat-obatan
yang berfungsi menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan progesteron
serta penanganan
infeksi menjadi pilihan terapi pada wanita yang mengalami
gangguan fungsi rahim.
(Djuwantono, dkk. 2008)
2.6 Penanganan infertilitas 2.6.1 Inseminsi buatan
Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria
sampai pada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ
reproduksi wanita. Pada inseminasi, terdapat beberapa tahapan
penting yang baik untuk diketahui oleh setiap pasangan yang akan
menjalani teknik tersebut. Antara lain: a. Pengumpulan sperma
pria,
b. Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung
dalam sperma
(isolasi), c. Penempatan spermatozoa pada zat tertentu yang
dapat menjaga kelangsungan
hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria (medium), d.
Penyuntikan spermatozoa ke dalam rahim wanita (Intrauterine
Insemination:
IUI). (Djuwantono, dkk., 2008)
2.6.2 Fertilisasi In Vitro (FIV) FIV (Fertilisasi = pembuahan
sel telur oleh spermatozoa; In vitro = di luar
tubuh) atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah bayi tabung
merupakan salah satu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang
belum memiliki anak. Pada
-
16 teknik ini, sel telur matang yang dihasilkan akan
dipertemukan dengan spermatozoa dalam suatu wadah berisi cairan
khusus di laboratorium. Cairan yang digunakan untuk merendam serupa
dengan cairan yang terdapat pada tuba wanita dengan tujuan untuk
membuat suasana pertemuan antara sel telur matang dan spermatozoa
senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan
kondisi optimal sel telur dapat terjaga. Proses-proses utama dalam
fertilisasi in vitro:
1) Pengambilan sel telur matang dan spermatozoa oleh dokter ahli
untuk kemudian ditempatkan pada sebuah tabung khusus yang
steril.
2) Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam sebuah
cawan khusus di laboratorium. Embrio yang dihasilkan akan
ditumbuhkan hingga cukup usia (pada umumnya 23 hari).
3) Embrio yang telah siap (sekitar 23 hari pascafertilisasi)
ditanamkan kembali ke dalam rahim sang ibu oleh dokter ahli. Embrio
tersebut diharapkan terus tumbuh dan barkembang hingga menjadi bayi
yang pada akhirnya dilahirkan oleh sang ibu.
(Djuwantono, dkk., 2008) 2.6.3 Intra Cytoplasmic Sperm Injection
(ICSI)
ICSI merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara
menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur. Keistimewaan
dari teknik ini adalah jumlah spermatozoa yang dibutuhkan untuk
melakukan fertilitas sel telur di laboratorium hanya satu
spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat bermanfaat
bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa normal dan aktif.
(Djuwantono, dkk., 2008)
2.6.4 Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT) GIFT merupakan
teknik untuk membantu pembuahan dengan cara
mengambil sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan dengan sel
sperma yang
sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama
laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut
dimasukkan kedalam tuba
-
17
falopi melalui irisan kecil di bagian perut wanita melalui
operasi laparoskopik. (Reeder, dkk., 2012)
2.6.5 Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT) ZIFT merupakan
teknik pemindahan zigot (sel telur yang telah dibuahi).
Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari
indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian
setelah dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopii melalui
pembedahan di bagian perut dengan
operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara
teknik FIV dan GIFT. (Reeder, dkk. 2012)
-
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infertilitas terbagi atas dua jenis, yaitu infertilitas primer
dan sekunder. Infertilitas disebabkan oleh abnormalitas anatomi
atau fisiologi sistem reproduksi wanita maupun pada sistem
reproduksi pria yang dipengaruhi oleh banyak faktor, contohnya
karena kebiasaan hidup yang kurang sehat, faktor lingkungan, dan
faktor bawaan dari lahir.
Infertilitas dapat dicegah dengan cara menerapkan hidup sehat
seperti tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan
sebagainya. Pengobatan infertilitas dapat diakukan dengan terapi
obat maupun operasi, sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki
oleh masing-masing pasangan suami istri. Apabila penyebab
infertilitas tersebut tidak dapat disembuhkan, maka dapat
menanganinya dengan mengikuti program bantuan dari teknologi
kedokteran, seperti inseminasi buatan, FIV, dan sebagainya.
3.2 Saran
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya,
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan
penyusun terima dengan baik demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini
berguna bagi kita semua.
18
-
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi
& Seksualitas. Jakarta: EGC
Diah. (2012). INFERTILITAS : Pengertian, penanganan, pencegahan
, [online]. Tersedia:
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/infertilitas-pengertian-penanganan.html
yang direkam pada 14 Mei 2012 17.01.03 GMT. [3 Des 2013].
Djuwantono, T., dkk. (2008). Hanya 7 hari Memahami Infertilitas.
Bandung: PT Refika Aditama
Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Widyastuti, Y., dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Fitramaya