PERANAN ETIKA BISNIS TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DALAM PERUSAHAAN Disampaikan sebagai salah satu tugas UTS untuk mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi Oleh : Dion Ferdinando 1051282/Ak-R UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JURUSAN AKUNTANSI 2013
31
Embed
Makalah Individu Etika Bisnis Dan Profesi Akuntansi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERANAN ETIKA BISNIS TERHADAP TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DALAM
PERUSAHAAN
Disampaikan sebagai salah satu tugas UTS untuk mata kuliah Etika Bisnis dan
Profesi Akuntansi
Oleh :
Dion Ferdinando
1051282/Ak-R
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
JURUSAN AKUNTANSI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi di Indonesia saat ini menyebabkan
kebutuhan akan laporan keuangan yang handal sangat diperlukan. Hal ini
menyebabkan adanya tuntutan terhadap manajemen perusahaan untuk
memberikan kinerjanya dengan baik, terutama dalam segi laporan keuangan
yang akan ditampilkan ke publik, sehingga diperlukan adanya etika bisnis
yang baik. Didalam aktivitasnya suatu perusahaan, baik pada masa lalu
maupun masa kini, dipastikan ingin mencapai tujuan dengan sebaik-
baiknya. Dalam pencapaian tujuan tersebut seringkali perusahaan
menerapkan strategi-strategi yang mungkin bisa berdampak pada suatu
pelanggaran etika, segala cara dilakukan manajemen perusahaan agar
tujuannya bisa tercapai.
Pada perjalanannya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan
mungkin tidak telaksana dengan baik, sedangkan disatu sisi manjemen
perusahan menginginkan kinerjanya dinilai baik, sehingga kondisi
perusahaan yang tidak sehat seringkali oleh manajemen ditutupi dengan
menampilkan atau melaporkan kinerja keuangannya tetap baik. Akibat dari
kondisi seperti inilah manajemen biasanya bekolusi dengan akuntan internal
dan akuntan publik dalam menyusun laporan keuangannya agar kinerja
perusahaan tetap bisa dinilai baik oleh para calon investor, calon kreditur,
pemilik perusahaan atau pihak lain yang berkepentingan dengan kinerja
perusahaan.
Karena ingin memperoleh kepastian tentang kesenjangan dan
harapan, maka penulis tertarik untuk memilih judul tentang “Peranan Etika
Bisnis Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Penyajian Laporan
Keuangan Dalam Perusahaan”
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam hal ini ialah :
1. Bagaimana peranan etika bisnis di dalam perusahaan?
2. Apa hubungan etika bisnis terhadap transparansi dan akuntabilitas
perusahaan dalam penyajian laporan keuangan?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “Etika Bisnis dan Profesi
Akuntasi” serta mempelajari mengenai etika bisnis, transparansi dan
akuntabilitas didalam perusahaan.
1.4 Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini untuk memperoleh keyakinan tentang bagaimana
peranan etika bisnis terhadap transparansi dan akutabilitas dalam penyajian
laporan keuangan.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Etika2.1.1 Definisi Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika
biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari
bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang
buruk.
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam
kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang
membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia.
2.1.2 Jenis Etika
1. Etika Filosofis
Ialah etika yang menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut
pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk,
masalah hak-kewajiban, masalah nilai-nilai moral secara mendasar.
2. Etika Teologis
Ialah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk
berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan
moral sebagai perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan atau sesuai
dengan kehendak Tuhan.
3. Etika Sosiologis
Etika ini menitik beratkan pada keselamatan dan kesejahteraan hidup
bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai alat untuk
mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat.
4. Etika Deskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan
sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu
fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika
ini berbicara tentang realitas pengahayatan nilai, namun tidak menilai. Etika
ini hanya memaparkan, karenanya dikatakan bersifat diskriptif.
5. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Etika ini berbicara
tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi
penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana
seharusnya. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
Norma khusus : norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan
manusia dalam kelompok/bidang tertentu.
Norma umum : norma umum justru sebaliknya karena norma umum
bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan
kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma
umum dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Norma Sopan Santun : norma ini menyangkut aturan pola
tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian,
cara bertamu, cara duduk, dll.
Norma Hukum : norma ini sangat tegas dituntut oleh
masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi
kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam
peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan
keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma
hukum dengan norma sopan santun lebih tegas dan lebih pasti
karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap
orang yang melanggar norma ini.
Norma Moral : norma ini mengenai sikap dan perilaku
manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolak ukur
untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh
karena itu norma moral lebih tinggi dari pada norma yang
sebelumnya.
6. Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata yunani yang berarti kewajiban,
etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu tindakan itu baik
bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari suatu
tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada dirinya.
7. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari kata yunani, yakni telos yang berarti tujuan.
Etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya
suatu tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan
untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik.
Dalam teori teleologis terdapat dua aliran, yaitu :
Egoism Etis : inti pandangan dari egoism adalah tindakan
dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri.
Utilitarianisme : berasal dari bahasa latin yaitu utilis yang
memiliki arti baik jika membawa manfaat yang baik bagi
seluruh masyarakat.
2.2 Definisi Bisnis
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk”
dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian,
sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau
sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan
keuntungan.kata bisnis sendiri memiilki tiga penggunaan, tergantung pada
skupnya. Penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha,
yaitu kesautan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan
mencari laba atau keuntungan.
2.2.1 Jenis-Jenis Bisnis
1. Monopsoni
Monopsoni adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai
penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam
suatu pasar komoditas. Kondisi monopsoni sering terjadi didaerah-daerah
perkebunan dan industri hewan potong (ayam), sehingga posisi tawar menawar
dalam harga bagi petani adalah nonsen.
2. Monopoli
Monopoli (dari bahasa yunani; monos, satu + polein, menjual) adalah suatu
bentuk pasar dimana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu
harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai
monopolis.sebagai penentu harga (price-maker).
3. Oligopoli
Adalah pasar dimana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa
perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari
sepuluh. Dalam pasar oligopoli, perusahaan memposisikan dirinya sebagai
bagian yang terikat dengan permainan pasar, dimana keuntungan yang mereka
dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.
4. Oligopsoni
Adalah keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha mengusasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam suatu pasar
komoditas.
2.3 Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup keseluruhan aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan
dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk
nilai, norma, dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Etika bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh
karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur,
jujur, transparan dan sikap professional.
2.3.1 Pendekatan Dasar Tingkah Laku Etika Bisnis
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
Utilitarian Approach
Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena
itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang
dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan
cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach
Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar
yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut
harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
Justice Approach
Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik
secara perseorangan ataupun secara kelompok.
2.3.2 Manfaat Etika Berbisnis
Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis adalah:
1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial mendapatkan
rasa hormat dari stakeholder.
2. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan
perusahaan sewaktu berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan
tantangan jaringan kerja yang semakin komplek.
3. Suatau perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak
berkaitan dengan reputasi.
4. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab
sosial dapat menambah uang dalam bisnis mereka
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik,
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang
andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka
panjang, karena :
Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan
terjadinya friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
Melindungi prinsip kebebasan berniaga.
Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
2.4 Akuntabilitas
Merupakan suatu evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang
petugas baik masih berada pada jalur otoritasnya atau sudah berada jauh
diluar tanggung jawab dan kewenangannya. Dengan demikian, dalam setiap
tingkah lakunya seorang pejabat pemerintah mutlak harus selalu
memperhatikan lingkungannya. Ada empat dimensi yang membedakan
akuntabilitas dengan yang lain, yaitu siapa yang harus melaksanakan
akuntabilitas; kepada siapa dia berakuntabilitas; apa standar yang digunakan
untuk penilaian akuntabilitasnya; dan nilai akuntabilitas itu sendiri.
2.4.1 Pembagian Akuntabilitas
1. Akuntabilitas keuangan : akuntabilitas keuangan merupakan
peranggung jawaban mengenai integritas keuangan,
pengangkutan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan.
Sasaran pertanggung jawaban ini adalah laporan keuangan yang
disajikan dan peraturan perundangan yang berlaku yang
mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh
instansi pemerintah.
2. Akuntabilitas manfaat : akuntabilitas manfaat pada dasarnya
memberi perhatian kepada hasil dari kegiatan-kegiatan
pemerintahan. Dalam hal ini seluruh aparat pemerintahan
dipandang berkemampuan menjawab pencapaian tujuan (dengan
memperhatikan biaya dan manfaatnya) dan tidak hanya sekedar
kepatuhan terhadap kebutuhan hirarki atau prosedur. Efektifitas
yang harus dicapai bukan hanya berupa output akan tetapi yang
lebih penting ialah efektivitas dari sudut pandang output akan
tetapi yang lebih penting adalah efektivitas dari sudut pandang
outcome
3. Akuntabilitas prosedural : akuntabilitas procedural merupakan
pertanggung jawaban mengenai apakah suatu kebijakan telah
mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum,
dan ketaatan pada keputusan politis untuk mendukung
pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.
2.5 Transparansi
Transparansi merupakan salah satu prasyarat akuntanbilitas
administratif kepada publik. Transparansi merupakan salah satu elemen
kunci di dalam good corporate governance yang berupa penjaminan akses
dan kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi pengelolaan
keuangan publik.
Folscher (2000) mengungkapkan keuntungan dari adanya
transparansi ialah;
1. Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan kontribusi
pada stabilitas fiskal dan makroekonomi, sehingga penyesuaian-penyesuaian
dikemudian dapat diminimalisir.
2. Meningkatkan akuntanbilitas. Media dan masyarakat dapat melakukan
fungsi control terhadap perussahaan-perusahaan lebih baik lagi jika mereka
mempunyai informasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penerimaan dan
pengeluaran perusahaan.
3. Transparansi dapat meningkatkan kepercayaan kepada perusahaan-
perusahaan dan membangun hubungan sosial yang lebih erat, misalnya
masyarakat dapat memahami kebijakan perusahaan.
4. Serta meningkatkan iklim investasi perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peranan Etika Bisnis di Dalam Perusahaan
Peranan etika bisnis di era globalisasi pada masa kini dalam perusahaan
sangatlah penting untuk dijunjung, karena etika bisnis ini berpengaruh sangat
besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan berani
melanggar etika bisnis yang sudah seharusnya diterapkan, maka dapat
dipastikan bahwa kelangsungan hidup perusahaan akan dipertaruhkan.
Contoh nyata perusahaan yang melanggar etika bisnis ialah seperti kasus
kecurangan yang terjadi antara Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen dengan
perusahaan energi gas dan listrik Enron yang ada di Amerika Serikat.
Kecurangan ini terjadi karena setiap dari pelaku tersebut tidak menjunjung
tinggi etika bisnis di dalam perusahaannya. Mereka hanya berfikir bagaimana
caranya untuk memperkaya diri sendiri. Karena ingin memperkaya diri, maka
aturan-aturan yang seharusnya di patuhinya pun berani mereka langgar.
Hal ini dikatakan dalam teori tentang etika, yaitu Etika teleologis yang
membahas tentang apa yang menjadi ukuran baik buruknya suatu tindakan.
Dengan kata lain suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai
sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik. Didalam etika
teleologis disebutkan ada dua aliran, yaitu aliran egoism etis (mengenai tentang
inti pandangan dari egoism adalah tindakan dari setiap orang pada dasarnya
untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri) dan aliran
utilitarianisme (yang memiliki arti baik jika bisa membawa manfaat baik bagi
seluruh masyarakat.)
Kasus yang menimpa Enron dan KAP publik Arthur Andersen ini, dapat
dimasukan atau digolongkan kedalam aliran egoism etis (mengenai tentang inti
pandangan dari egoism adalah tindakan dari setiap orang pada dasarnya untuk
mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri) karena masing-
masing individu baik dari pihak perusahaan maupun auditor eksternal, memiliki
kepentingan tersendiri yang tidak sesuai dengan kepentingan perusahaan.
Selain itu mereka melanggar norma-norma yang berlaku, salah satu norma
yang mereka langgar ialah Norma hukum (norma ini sangat tegas dituntut oleh
masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama.
Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan
mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma
hukum lebih tegas dan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni
hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini.)
Jadi inilah alasannya mengapa etika bisnis di dalam perusahaan sangatlah
penting, tujuannya ialah untuk menjaga hubungan para individu-individu yang
ada di dalam perusahaan, maupun diluar perusahaan agar mereka bisa
mendahulukan apa yang menjadi tujuan utama dari suatu organisasi atau
perusahaan, bukan tujuan utama masing-masing individu yang tidak ada
kaitannya dengan tujuan utama perusahaan seperti memperkaya diri sendiri,
tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut.
Dalam hal ini pun, individu-individu dituntut untuk sadar dan mengerti akan
hukum, tujuannya ialah untuk mengurangi tindakan-tindakan yang tidak
seharusnya mereka lakukan. Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley ada tiga
tindakan yang dapat dilakukan untuk merumuskan tingkah laku etika bisnis
yaitu :
Utilitarian Approach
Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu,
dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach
Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang
harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari
apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach
Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak
adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.
3.2 Hubungan Etika Bisnis Terhadap Transparansi dan Akuntanbilitas Dalam
Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan
Dalam hubungan etika bisnis dengan transparansi dan akuntanbilitas dalam
penyajian laporan keuangan perusahaan sangatlah erat kaitannya, karena
transparansi dan akuntanbilitas dalam laporan keuangan perusahaaan dapat
dipengaruhi oleh etika bisnis yang diterapkan didalam perusahaannya. Jika
penerapan etika bisnis yang ada didalam perusahaan lemah atau kurang
memadai, maka akan dapat dipastikan trasnparansi dan akuntanbilitas dalam
penyajian laporan keuangan perusahaan tidak akan dilakukan dengan baik.
Hal yang perlu dilakukan agar perusahaan dipandang oleh masyarakat luas
baik pemegang saham, kreditur maupun investor, seharusnya ialah perusahaan
menerapkan berbudaya etika bisnis yang baik didalam perusahaan. Apabila
perusahaan sudah bisa menerapkan budaya etika di dalamnya dengan sangat
baik, maka kepercayaan publik terhadap perusahaan akan sangat baik. Sehingga
bagaimana transparansi dan akuntanbilitas dalam penyajian laporan keuangan
perusahaan sudah tidak perlu diragukan lagi oleh masyarakat luas.
Apabila sebaliknya, jika perusahaan mengabaikan budaya yang seharusnya
menjadi suatu tolak ukur yang sangat penting dimata masyarakat luas, maka
dapat banyak orang yang akan meragukan bagaimana perusahaan itu
menjalankan aktivitasnya, seperti mempertanggung jawabkan pengelolaan
sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang telah dipercayakan untuk
mencapai tujuan, menerangkan kinerja dan tindakan yang dilakukannya,
memberikan informasi yang jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban dalam mengelola sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Walaupun banyak masyarakat awam tidak mengetahui etika bisnis,
transparansi, akuntanbilitas itu seperti apa, tetapi bila perusahaan melakukan
kecurangan terhadap publik, masyarakat sudah dapat menilai bahwa perusahaan
tersebut tidak layak lagi bagi mereka. Di Indonesia ini sudah banyak perusahaan
yang sudah tidak mendapat kepercayaan lagi dari masyarakat luas, tetapi ada
beberapa dari perusahaan tersebut bisa mendapatkan kembali kepercayaan
masyarakat kepada mereka. Banyak perusahan tidak mendapatkan kepercayaan
lagi dari masyarakat luas, karena mereka mengabaikan nilai-nilai tentang
bagaimana caranya etika berbisnis dengan baik serta mengabaikan juga
transparansi dan akuntanbilitas perusahaan.
Oleh karena itu hubungan antara etika bisnis dengan transparansi serta
akuntabilitas perusahaan sangatlah erat kaitannya. Jika salah satu dari hal
tersebut diabaikan, ini dapat mengubah citra perusahaan menjadi baik atau
buruk di hadapan masyarakat luas. Karena hukum sosial itu lebih berat
dibandingkan dengan hukum-hukum lainnya seperti hukuman penjara ataupun
denda. Hukum sosial itu dapat memberhentikan kelangsungan hidup perusahaan
secara singkat, karena itu kembali lagi kepada teori etika tentang etika teleologis
yang membahas tentang apa yang menjadi ukuran baik buruknya suatu tindakan.
Dengan kata lain suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai
sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik. Didalam etika
teleologis disebutkan ada dua aliran, yaitu aliran egoism etis (mengenai tentang
inti pandangan dari egoism adalah tindakan dari setiap orang pada dasarnya
untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri) dan aliran
utilitarianisme (yang memiliki arti baik jika bisa membawa manfaat baik bagi
seluruh masyarakat). Jika perusahaan hanya membawa manfaat baik bagi
segelintir orang dan tidak dapat membawa manfaat baik bagi seluruh
masyarakat yang dilayaninya, maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama.
BAB IV
SARAN DAN KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan yang telah dibuat dengan teori yang
telah dipelajari, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Peranan etika bisnis dapat membentuk suatu budaya didalam perusahaan.
Apabila peranan etika didalam perusahaan lemah, maka dapat dipastikan
tidak akan tercipta budaya etika yang baik atau dapat membentuk suatu
budaya, namun budaya yang dibentuknya tidak sesuai dengan peraturan-
peraturan etika yang semestinya.
2. Pemahaman etika bisnis memiliki pengaruh atau dapat mempengaruhi
terhadap akuntanbilitas dan trasnparansi dalam penyajian laporan keuangan
perusahaan.
3. Tanpa berjalannya transparansi didalam perusahaan, maka akuntanbilitas
pun tidak akan berjalan dengan baik pula, karena transparansi dengan
akuntanbilitas dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Apabila salah satunya tidak berfungsi dengan baik, maka akan
berdampak pada pasangan yang saling mempengaruhinya.
4.2 Saran
Berdasarkan dari pembahasan yang telah dibuat, maka dapat diajukan
saran antara lain :
1. Tanamkan budaya etika yang baik dari awal ketika mendirikan sebuah
perusahaan.
2. Bentuk divisi kepatuhan untuk memantau dan menilai apakah semua
pengendalian internal, budaya etika dapat dijalankan dengan baik.
3. Jika budaya di perusahaan tersebut buruk dan sulit untuk dirubah, maka hal
yang harus dilakukan ialah hilangkan atau keluarkan 80% karyawan di
dalam perusahaan, kemudian lakukan penerimaan ulang dengan cara yang
benar dan ketat sesuai prosedur, setelah itu ubah budaya karyawan lama di
dalam perusahaan dengan budaya yang benar oleh karyawan baru.