Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel yang tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan genetik yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi- mutasi tersebut disebabkan agen zat-zat kimia atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) maupun diwariskan. Perkembangan kanker ditandai dengan sel-sel tumor berinteraksi dengan komponen lingkungan di sekitarnya seperti sel normal, sel imun (sel efektor), maupun agen terapi yang secara eksternal dapat ditambahkan ke dalam sistem tubuh. Agen terapi yang dimaksud adalah kemoterapi dan imunoterapi. Sifat interaksi lingkungan tumor adalah kompleks dan tergantung pada banyak faktor, di antaranya adalah umur, jenis kelamin dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan perubahan sel tumor menjadi kompleks.
28

makalah imunologi "tumor"

Dec 26, 2015

Download

Documents

nurjannahismi

imunologi veteriner
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah imunologi "tumor"

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan

massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna

tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini

timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel

yang tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan

genetik yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel.

Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-

mutasi tersebut disebabkan agen zat-zat kimia atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen.

Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) maupun diwariskan.

Perkembangan kanker ditandai dengan sel-sel tumor berinteraksi dengan komponen

lingkungan di sekitarnya seperti sel normal, sel imun (sel efektor), maupun agen terapi yang

secara eksternal dapat ditambahkan ke dalam sistem tubuh. Agen terapi yang dimaksud adalah

kemoterapi dan imunoterapi. Sifat interaksi lingkungan tumor adalah kompleks dan tergantung

pada banyak faktor, di antaranya adalah umur, jenis kelamin dan sebagainya. Faktor-faktor

tersebut dapat menyebabkan perubahan sel tumor menjadi kompleks.

Pada pertumbuhan sel tumor umumnya timbul beberapa antigen baru serta asing bagi

tubuh. Dengan adanya antigen tersebut, mesin imunologik didalam tubuh dapat terangsang,

sehingga menimbulkan suatu reaksi imun yang dapat menghancurkan sel tumor tadi. Dengan lain

perkataan sistem respons imun bukan saja berfungsi sebagai benteng pertahanan tubuh terhadap

serangan kuman penyakit, akan tetapi juga dapat memegang peranan dalam menjaga timbulnya

sel-sel yang abnormal didalam tubuh; keadaan seperti ini dikenal dengan nama "immunological

surveillance". Dengan maju-pesatnya penyelidikan dibidang ini, sedikit banyak memberikan

harapan kepada kita kalau terapi tumor dikemudian hari dapat dilaksanakan secara metode-

metode imunologik.

Page 2: makalah imunologi "tumor"

BAB 2

PEMBAHASAN

Definisi

Sel tubuh yang bersifat abnormal dan berdiferensiasi dengan sangat cepat

Berasal dari tumere bahasa Latin, yang berarti "bengkak“

Pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal

Pembesaran ukuran jaringan atau organ secara abnormal

Karakteristik

Sel tumor berdiferensiasi dengan sangat cepat

Tumor ganas tidak akan membatasi dirisampai batas jaringan melainkan akan masuk ke organ

dan pembuluh.

Penyebaran tumor

Metastasis : penyebaran kanker dari situs awal ke tempat lain di dalam tubuh (misalnya

otak atau hati).

sel-sel tumor menembus pembuluh darah terdekat untuk masuk ke dalam sistem sirkulasi

atau melewati dinding pembuluh limfe untuk masuk ke sistem limfatik.

Penyebab tumor :

Mutasi dalam DNA sel

Pola hidup yang tidak sehat

Demografis populasi

Lingkungan dan bahan kimia

Faktor keturunan

Patogen

Macam-macam tumor :

Page 3: makalah imunologi "tumor"

Dijelaskan menurut organ, tipe jaringan dan tipe sel mana yang mengalami kanker.

 Contohnya:

Kanker Prostat

Kanker Payudara

Kanker Paru-Paru

Kanker Kolorektal

Lymphoma

Kanker Kantung

Kemih

Kanker Uterus

Kanker Kulit

Kanker Ginjal

Leukemia

Kanker Pankreas

Kanker Ovarium

Kanker Usus

Imunodiagnosis

1. Deteksi imunologik dari antigen spesifik sel tumor :

a) Deteksi dari Protein Myeloma yang diproduksi oleh Plasma Sel

Tumor

b) Deteksi dari α-Fetoprotein (AFP)

c) Antigen Carcinoembryonic (CEA)

d) Deteksi dengan Antigen Prostat-Spesifik (PSA)

2. Pengujian dari inang respon imun terhadap tumor

Pengujian tumor marker dapat dilakukan melalui dua cara seperti kondisi tubuh dan deteksi

imunologi berdasarkan tumor marker. Tumor marker dapat digolongkan dalam dua kelompok,

yaitu:

•         Cancer-specific markers

            Contohnya: CEA, CA19-9, CA125.

•         Tissue-specific markers

Contohnya: PSA, beta-HCG-(Human chorionic   gonadotropin ), AFP-(Alpha- f

etoprotein ), AFP-L3 - (a lectin-reactive AFP) and Thyroglobulin.

Tumor specific marker memiliki sifat antigenitas yang lemah secara umum dengan

keragaman yang berbeda baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Deteksi Tumor Marker

Page 4: makalah imunologi "tumor"

a. Deteksi dari Protein Myeloma yang Diproduksi oleh Plasma Sel Tumor

Konsentrasi tinggi yang tidak normal pada serum monoklonal Ig isotipe tertentu atau

kehadiran rantai ringan Ig (protein Bence-Jones) dalam sampel urin merupakan indikasi

adanya plasma sel tumor

b. Deteksi dari α-Fetoprotein (AFP)

Konsentrasi AFP (500-1000 ng/mL) merupakan indikasi umum akan hadirnya kanker

hati. AFP merupakan protein mayor yang ada di dalam serum fetal

c. Deteksi Antigen Carcinoembryonic (CEA)

Apabila konsentrasi CEA dalam darah mencapai 2,5ng/mL merupakan indikasi adanya

sel tumor CEA merupakan glikoprotein yang dihasilkan secara normal sel dalam aliran

saluran gastrointestinal (bagian kolon)

d. Deteksi Antigen Prostat-Spesifik (PSA)

Kadar PSA yang mencapai 8-10ng/mL dalam darah dapat menjadi indikasi kanker

prostat.

Respon imun terhadap tumor :

Imunitas humoral

o lisis oleh antibodi dan komplemen

o opsonisasi melalui antibodi dan  komplemen

o hilangnya adhesi oleh antibodi

Imunitas selular

o destruksi oleh sel Tc

o ADCC

o destruksi oleh makrofag yang diaktifkan

o destruksi oleh sel NK

Peran respon imun dalam menangkal tumor

 Sel tumor kebanyakan terbentuk pada keadaan system imun tersupresi, ketika tidak ada

respon imun sel T, sel tumor yang seringkali muncul pada keadaan tersebut

adalah lymphoproliferative.

Page 5: makalah imunologi "tumor"

Efektivitas respon imun dalam melawan sel tumor

Sel tumor berada pada situs daerah istimewa

Modulasi antigen dari antien tumor

Kehadiran dari “blocking” factor

Supresor T limfosit

Imun supresi oleh sel tumor

Pertumbuhan pesat dari sel tumor

Situs daerah istimewa

Mata dan jaringan dari nervous system adalah bagian dari situs istimewa yang kemudian

keberadaan sel tumor ini akan hancur oleh respon system imun.

Modulasi antigen

Respon imun akan merusak seluruh antigen sel tumor.

Blocking factor

Proses penghancuran sel tumor oleh komponen dari system imun merupakan blockade sel

tumor tersebut dari sirkulasi atau perputaran sel tumor dalam tubuh.

Supesor limfosit T

Antigen spesifik supresor sel T berperan dalam regulasi system imun.

Supresi non spesifik diperantarai oleh sel tumor

Sel tumor memproduksi prostaglandin, yang dapat mengurangi sensitivitas respon imun.

Pertumbuhan sel tumor

Respon imun dan komponen-komponenya mempunyai keterbatasan dalam

menghancurkan sel tumor, hal ini dapat terjadi pada saat system imun sedang lemah atau sel

tumor dan mekanisme pertumbuhannya dapat ”mengelabui” system imun.

Tumor dapat mengelabui sistem imun dengan berbagai macam cara :

Kemampuan sistem imun dalam mendeteksi dan menghancurkan sel tumor disebut immune

surveillance.

Page 6: makalah imunologi "tumor"

Tumor dapat mngelabui sistem imun dengan berbagai cara, pertama tumor dapat memiliki

imunogenitas yang rendah, beberapa tumor tidak memiliki peptide atau protein lain yang

dapat ditampilkan oleh molekul MHC, oleh karena itu sistem imun tidak melihat ada sesuatu

yang abnormal.

Sel tumor lain tidak memiliki satu atau lebih molekul MHC, dan kebanyakan tidak

mengekspresikan co-stimulatory protein yang dibutuhkan untuk dapat mengaktivasi sel T.

Kedua, beberapa sel tumor memproduksi faktor-faktor seperti TGF-β yang dapat secara

langsung menghambat aktivitas sel T.

Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab kematian

nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia

yang meninggal (Riset Kesehatan Dasar tahun 2007). Riset juga menyatakan bahwa setiap 1000

orang terdapat sekitar 4 penderita tumor. Faktor ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya

sehingga dalam kurun waktu 10 tahun (2005-2015) WHO memperkirakan jumlah kematian

karena tumor rata-rata 8,4 juta setiap tahun dan tahun 2015 mencapai 9 juta jiwa.

Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan

massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna

tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini

timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel

yang tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan

genetik yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel.

Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-

mutasi tersebut disebabkan agen zat-zat kimia atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen.

Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) maupun diwariskan.

Perkembangan kanker ditandai dengan sel-sel tumor berinteraksi dengan komponen

lingkungan di sekitarnya seperti sel normal, sel imun (sel efektor), maupun agen terapi yang

secara eksternal dapat ditambahkan ke dalam sistem tubuh. Agen terapi yang dimaksud adalah

kemoterapi dan imunoterapi. Sifat interaksi lingkungan tumor adalah kompleks dan tergantung

pada banyak faktor, di antaranya adalah umur, jenis kelamin dan sebagainya. Faktor-faktor

tersebut dapat menyebabkan perubahan sel tumor menjadi kompleks.

Page 7: makalah imunologi "tumor"

Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem

imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel

imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber;

beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher

rahim, sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah

pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim

yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, mengubah beberapa sel kulit

(seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen

tumor adalah protein yang secara normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses

bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel

termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor. Sel yang termodifikasi sehingga

meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.

Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal

menggunakan sel T pembunuh, kadang-kadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor

ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan

sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh sel tumor

dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit

pada permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan

tumor. Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka

oleh sistem komplemen.

Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.

Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan

mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga

mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin

TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat

berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.

Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin

yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang

memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh

Page 8: makalah imunologi "tumor"

makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis

dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.

Pembentukan sel kanker

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker

adalah hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel normal dalam

jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel

berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan pada nukleusnya. Pada

tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada ciri khas

sitoplasma yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia merupakan

kondisi sel pada jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan memiliki sifat

invasif.

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan

mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan

untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen

kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh)

ataupun diwariskan (mutasi germline). Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat:

perpindahan fase G1 menuju fase S.

siklus sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor transkripsi. Pencerap hormon tiroid

beta1 (TRbeta1) merupakan faktor transkripsi yang diaktivasi oleh hormon T3 dan

berfungsi sebagai supresor tumor dan gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada

kanker.

siklus sel terjadi dengan kerusakan DNA yang tidak terpulihkan.

translokasi posisi kromosom yang sering ditemukan pada kanker sel darah putih seperti

leukimia atau limfoma, atau hilangnya sebagian DNA pada domain tertentu pada

kromosom. Pada leukimia mielogenus kronis, 95% penderita mengalami translokasi

kromosom 9 dan 22, yang disebut kromosom filadelfia.

Page 9: makalah imunologi "tumor"

Karsinogenesis pada manusia adalah sebuah proses berjenjang sebagai akibat paparan

karsinogen yang sering dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup, baik melalui konsumsi,

maupun infeksi.Terdapat empat jenjang karsinogenesis yaitu inisiasi tumor promosi tumor

konversi malignan progresi tumor

Di lain pihak, terdapat faktor yang dimaksudkan menyerang sistem imun, salah satunya

adalah virus. Virus dapat menginfeksi sel-sel imun yang telah aktif. Sebagai akibatnya, populasi

sel efektor menurun dan sistem imun akan melemah sehingga dibutuhkan obat yang dapat

meningkatkan imun tubuh seperti Interleukin-2 (IL-2). Kirschner (1998) menyatakan bahwa

secara matematis, terdapat interaksi antara Human Immunodeficiency Virus dengan sel imun

yang aktif. Hadirnya virus akan mengurangi efisiensi sistem imun dalam memerangi sel tumor.

Berbagai studi klinis dan eksperimental memberikan pemecahan baru yang berguna untuk

mengetahui pengaruh dinamika kanker dan perawatan yang tepat. Permasalahan-permasalahan

yang semakin kompleks tersebut menuntut untuk dicari solusinya. Pemecahan tersebut dapat

dilakukan dalam matematika dengan menggunakan pendekatan model matematika. Model

matematis pertumbuhan sel tumor dan sel normal berasal dari interaksi sel tumor dengan sel

normal yang pertama kali diperkenalkan oleh Witten (1989). Interaksi sel tumor dengan sistem

imun dan immunoterapi telah dimodelkan secara matematis oleh Panetta dan Kirschner (1998).

Model non linear pertumbuhan sel tumor dan sel normal terhadap pengaruh sistem imun

dan virus tersebut sangat dibutuhkan untuk memahami fenomena realistis pertumbuhan sel tumor

dan sel normal. Melalui model matematika dan simulasi dapat diketahui pola pertumbuhan sel

tumor dan sel normal secara kompleks. Perilaku sistem dapat diperkirakan dengan mengubah

parameter sehingga mampu memproyeksikan jumlah populasi pada waktu tertentu.

Imunitas Tubuh

Resistensi dan pemulihan pada infeksi virus bergantung pada interaksi antara virus dan

inangnya. Pertahanan inang bekerja langsung pada virus atau secara tidak langsung pada

replikasi virus untuk merusak atau membunuh sel yang terinfeksi. Fungsi pertahanan nonspesifik

inang pada awal infeksi untuk menghancurkan virus adalah mencegah atau mengendalikan

infeksi, kemudian adanya fungsi pertahanan spesifik dari inang termasuk pada infeksi virus

bervariasi bergantung pada virulensi virus, dosis infeksi, dan jalur masuknya infeksi.

Page 10: makalah imunologi "tumor"

Stimulasi antigenik menginduksi respons imun yang dilakukan sistem seluler secara

bersama-sama diperankan oleh makrofag, limfosit B, dan limfosit T. Makrofag memproses

antigen dan menyerahkannya kepada limfosit. Limfosit B, yang berperan sebagai mediator

imunitas humoral, yang mengalami transformasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi.

Limfosit T mengambil peran pada imunitas seluler dan mengalami diferensiasi fungsi yang

berbeda sebagai subpopulasi. Antigen eksogen masuk ke dalam tubuh melalui endosistosis atau

fagositosis. Antigen-presenting cell (APC) yaitu makrofag, sel denrit, dan limfosit B merombak

antigen eksogen menjadi fragmen peptida melalui jalan endositosis. Limfosit T mengeluarkan

subsetnya, yaitu CD4, untuk mengenal antigen bekerja sama dengan Mayor Hystocompatablity

Complex (MHC) kelas II dan dikatakan sebagai MHC kelas II restriksi. Antigen endogen

dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh adalah protein yang disintesis virus dan protein

yang disintesis oleh sel kanker.

Antigen endogen dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan

MHC kelas I pada retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu CD8,

mengenali antigen endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I, dan ini dikatakan sebagai

MHC kelas I restriksi (Kuby 1999, Tizard 2000). Limfosit adalah sel yang ada di dalam tubuh

hewan yang mampu mengenal dan menghancurkan bebagai determinan antigenik yang memiliki

dua sifat pada respons imun khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit memiliki beberapa

subset yang memiliki perbedaan fungsi dan jenis protein yang diproduksi, namun

morfologinya sulit dibedakan.

Limfosit berperan dalam respons imun spesifik karena setiap individu limfosit dewasa

memiliki sisi ikatan khusus sebagai varian dari prototipe reseptor antigen. Reseptor antigen pada

limfosit B adalah bagian membran yang berikatan dengan antibodi yang disekresikan setelah

limfosit B yang mengalami diferensiasi menjadi sel fungsional, yaitu sel plasma yang disebut

juga sebagai membran imunoglobulin. Reseptor antigen pada limfosit T bekerja mendeteksi

bagian protein asing atau patogen asing yang masuk sel inang.

Page 11: makalah imunologi "tumor"

Sel limfosit B berasal dari sumsum tulang belakang dan mengalami pendewasaan pada

jaringan ekivalen bursa. Jumlah sel limfosit B dalam keadaan normal berkisar antara 10 dan

15%. Setiap limfosit B memiliki 105 B cell receptor (BCR), dan setiap BCR memiliki dua

tempat pengikatan yang identik. Antigen yang umum bagi sel B adalah protein yang memiliki

struktur tiga dimensi.

BCR dan antibodi mengikat antigen dalam bentuk aslinya. Hal ini membedakan antara

sel B dan sel T, yang mengikat antigen yang sudah terproses dalam sel. Jajaran ketiga sel limfoid

adalah natural killer cells (sel NK) yang tidak memiliki reseptor antigen spesifik dan merupakan

bagian dari sistem imun nonspesifik. Sel ini beredar dalam darah sebagai limfosit besar yang

khusus memiliki granula spesifik yang memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel

abnormal, seperti sel tumor dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam

imunitas nonspesifik pada patogen intraseluler.

Antibodi diproduksi oleh sistem imun spesifik primer pada pemulihan pada infeksi virus

dan pertahanan pada serangan infeksi virus. Sel T lebih berperan pada pemulihan infeksi virus.

Sitotoksik sel T (CTLs) atau CD8 berperan pada respon imun terhadap antigen virus pada sel

yang diinfeksi dengan cara membunuh sel yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran infeksi

virus. Sel T helper (CD4) adalah subset sel T yang berperan membantu sel B untuk memproduksi

antibodi. Limfokin disekresikan oleh sel T untuk mempengaruhi dan mengaktivasi makrofag dan

sel NK sehingga meningkat secara nyata pada penyerangan virus (Mayer 2003). Patogen yang

mampu dijangkau oleh antibodi adalah hanya antigen yang berada pada peredaran darah dan di

luar sel, padahal beberapa bakteri patogen, parasit, dan virus perkembangan replikasinya berada

Page 12: makalah imunologi "tumor"

di dalam sel sehingga tidak dapat dideteksi oleh antibodi. Penghancuran patogen ini

membutuhkan peran limfosit T sebagai imunitas yang diperantarai oleh sel.

Limfosit T mengenal sel yang terinfeksi virus, virus yang menginfeksi sel bereplikasi di

dalam sel dengan memanfaatkan sistem biosintesis sel inang. Derivat antigen dari replikasi virus

dikenal oleh limfosit T sitotoksik. Sel tersebut mampu mengontrol sel yang terinfeksi sebelum

replikasi virus dilangsungkan secara lengkap. Sel T sitotoksik merupakan ekspresi dari molekul

CD8 pada permukaannya (Janeway et al. 2001).

Kanker

Pada keadaan normal pergantian dan peremajaan sel terjadi sesuai kebutuhan melalui

proliferasi sel dan apoptosis di bawah pengaruh proto-onkogen dan gen supresor tumor (Silalahi

2006). Tumor adalah penyakit kompleks dari berbagai akumulasi mutasi genetik yang

manifestasi penyakitnya memerlukan waktu yang lama. Hal inilah yang menyebabkan

keterbatasan efektivitas kemoterapi tumor. Fenomena ini akan meningkatkan jumlah kematian

(Flora dan Ferguson 2005). Perbedaan pokok antara sel normal dan sel kanker yang

teridentifikasi bahwa sel normal usianya terbatas, sedangkan sel kanker adalah immortal. Sel

neoplastik tidak berkembang secara terintegrasi dan tidak ada ketergantungan pada populasi.

Regulasi pada kontrol mitosis, diferensiasi, dan interaksi antarsel mengalami gangguan.

Gen seluler inang yang homolog dengan onkogen virus disebut protoonkogen. Gen

tersebut mampu memproduksi protein yang memiliki kemampuan menginduksi transformasi

seluler setelah mengalami mutasi, yaitu perubahan di bawah kontrol promotor yang memiliki

aktivitas tinggi. Biasanya protoonkogen berperan mengkode produksi protein pada replikasi

DNA atau mengontrol perkembangan pada beberapa stadium pertumbuhan normal. C-onc adalah

gen seluler yang diekspresikan pada beberapa stadium perkembangan sel. Produk onkogen

adalah protein inti misalnya myc, myb.

Gen pengatur dapat mengalami mutasi, menjadikan gen tersebut tidak peka terhadap

sinyal regulasi normal. Gen supresor yang mengalami mutasi, mengakibatkan gen tersebut

menjadi inaktif. Untuk mengatasi penyakit kompleks diperlukan pertahanan dengan berbagai

cara yang strategis dan pencegahan diperlukan untuk mengurangi metastasis pada kanker.

Gen supresor tumor yang mengalami perubahan antara lain gen p53, adalah produk

protein yang memiliki bobot molekul 53 kD. Protein tersebut berfungsi sebagai pengatur

Page 13: makalah imunologi "tumor"

proliferasi sel dan mediator pada apoptosis, yaitu program kematian sel. Gen ini juga merupakan

gen yang menginduksi kerusakan DNA dengan cara menghambat mekanisme atau proses

perbaikan kembali DNA. Hilangnya fungsi gen p53 atau terjadinya mutasi gen tersebut

menjadikan sel terhindar dari kerusakan DNA, pertumbuhan dan kematian sel tidak terkontrol,

pembelahan sel terjadi secara terus menerus tanpa mengalami apoptosis. Apoptosis berperan

penting pada fisiologi normal pada spesies hewan, termasuk program kematian sel pada

perkembangan embrio dan metamorfosis, homeostasis jaringan, pendewasaan sel imun, dan

beberapa aspek penuaan.

Apoptosis adalah program kematian sel yang mekanismenya diorganisir secara fisiologis

untuk merusak sel abnormal atau mengalami kerusakan. Keadaan ini merupakan respons sel

normal yang terjadi selama pertumbuhan dan metamorfosis semua hewan multiseluler, yang

merupakan hasil kerja enzim proteolitik, yaitu caspase dimana semua enzim ini memiliki sistin

sebagai sisi aktif dan pembelahan protein target pada asam aspartat spesifik sebagai derivat dari

sistin aspartase. Sel normal dapat mengalami transformasi oleh onkogen dan proses ini dapat

dicegah oleh produk yang dihasilkan gen lainnya yang disebut

tumour suppressor genes. Satu di antara gen ini adalah p53 yang menghasilkan 393 residu asam

amino inti fosfoprotein yang berikatan dengan DNA yang transkripsinya diaktivasi oleh

beberapa promotor. Protein p53 mampu menghambat pertumbuhan sel dan mempengaruhi

apoptosis pertumbuhan dan metastasis tumor bergantung pada bertambahnya suplai darah

melalui angiogenesis, ekspresi yang berlebihan dari iNOS dan vascular endothelial growth factor

(VEGF) menginduksi angiogenesis pada tumor. P53 menekan angiogenesis dengan cara

menurunkan VEGF dan iNOS.

Transformasi sering menimbulkan hilangnya kontrol pertumbuhan, kemampuan untuk

menginvasi matriks ekstraseluler dan dediferensiasi. Pada karsinoma, beberapa sel epitel yang

mengalami transformasi adalah mesenchimal epitelial. Pada transformasi sel sering terjadi

kerusakan kromosom. Bagian genom virus yang menyebabkan tumor disebut onkogen. Gen

asing ini dapat bergabung pada sel dan menyebabkan sel tidak mengalami kematian sehingga

menjadikan pertumbuhan tidak terkendali. Fusi genetik dengan kromosom lain dinyatakan

sebagai translokasi.

Sejumlah translokasi menimbulkan gangguan ekspresi dan fungsi gen yang berkaitan

dengan kontrol pertumbuhan sel. Translokasi terkarakterisasi pada reseptor atau lokus sel T

Page 14: makalah imunologi "tumor"

terlihat pada tumor sel T. Rearangement ini sering bersamaan dengan translokasi kromosom

termasuk pada lokus yang menghasilkan reseptor antigen dan seluler proto-onkogen. Gen seluler

penyebab kanker yang menyebabkan fungsi dan ekspresi terganggu sehingga disebut onkogen

(Janeway et al. 2001). Onkogen adalah istilah untuk agen aktif oleh gen virus onkogenik, karena

ada bentuk kanker yang lain tidak jelas. Selanjutnya ekspresi yang berlebihan pada beberapa

proto-onkogen telah ditunjukkan kejadiannya pada transformasi beberapa tipe sel dan kanker,

dan level beberapa proto-onkogen ternyata mengalami kenaikan (Cambel dan Smith 2000).

Kerusakan oksidatif pada DNA akibat radiasi, radikal bebas, dan senyawa oksigen yang

bersifat oksidatif merupakan penyebab terpenting kanker (Silalahi 2006). Transfomasi seluler

oleh virus DNA menghasilkan protein yang berinteraksi dengan protein seluler. Terjadinya

transformasi DNA biasanya pada sel mengalami infeksi nonproduktif. Pada kejadian ini, DNA

virus berintegrasi pada DNA seluler sehingga sel mengalami perkecualian, dan pada kasus ini

adalah oleh virus papiloma dan virus herpes yang DNA virus berada pada episom. Virus tumor

berinteraksi dengan sel melalui satu dari dua jalan, yaitu 1) infeksi produktif, yaitu virus

melakukan siklus replikasi secara lengkap dan menimbulkan lisis sel, 2) infeksi nonproduktif,

yaitu transformasi virus pada sel yang melakukan siklus replikasi secara tidak lengkap. Selama

infeksi nonproduktif, genom virus atau versi potongannya terintegrasi pada gen seluler, v-onc,

yang bertanggung jawab pada perubahan malignan.

Tumor dapat mengelabui sistem imun dengan berbagai macam cara :

Kemampuan sistem imun dalam mendeteksi dan menghancurkan sel tumor disebut immune

surveillance.

Tumor dapat mngelabui sistem imun dengan berbagai cara, pertama tumor dapat memiliki

imunogenitas yang rendah, beberapa tumor tidak memiliki peptide atau protein lain yang

dapat ditampilkan oleh molekul MHC, oleh karena itu sistem imun tidak melihat ada sesuatu

yang abnormal.

Sel tumor lain tidak memiliki satu atau lebih molekul MHC, dan kebanyakan tidak

mengekspresikan co-stimulatory protein yang dibutuhkan untuk dapat mengaktivasi sel T.

Kedua, beberapa sel tumor memproduksi faktor-faktor seperti TGF-β yang dapat secara

langsung menghambat aktivitas sel T.

Page 15: makalah imunologi "tumor"

Terapi

Khemoterapeutika  sitostatika    menyebabkan pemusnahan atau perusakan sel tumor à  Tidak

spesifik, menyerang jaringan yang mempunyai laju pembelahan tinggi (sumsung tulang,

kelenjar testes, mukosa usus, rambut)

Operasi

      Paling efektif dan cepat untuk tumor yang belum menyebar

Terapi Radiasi

      Merusak sel yang membelah dengan cepat.

Khemoterapi

      Digunakan secara oral atau injeksi dan dikombinasikan dengan terapi lainnya.

Terapi Hormon

Terapi hormon diberikan untuk menghambat hormon tertentu yang mendukung pertumbuhan

sel kanker

Imunoterapi

      menggunakan sistem imun tubuh untuk menyerang sel kanker dan melindungi tubuh.

Kombinasi dari metoda-metoda diatas.

Terapi

Khemoterapeutika  sitostatika    menyebabkan pemusnahan atau perusakan sel tumor à  Tidak

spesifik, menyerang jaringan yang mempunyai laju pembelahan tinggi (sumsung tulang,

kelenjar testes, mukosa usus, rambut)

Operasi

      Paling efektif dan cepat untuk tumor yang belum menyebar

Terapi Radiasi

      Merusak sel yang membelah dengan cepat.

Page 16: makalah imunologi "tumor"

Khemoterapi

      Digunakan secara oral atau injeksi dan dikombinasikan dengan terapi lainnya.

Terapi Hormon

Terapi hormon diberikan untuk menghambat hormon tertentu yang mendukung pertumbuhan

sel kanker

Imunoterapi

      menggunakan sistem imun tubuh untuk menyerang sel kanker dan melindungi tubuh.

Kombinasi dari metoda-metoda diatas.

Page 17: makalah imunologi "tumor"

BAB 3

Kesimpulan

Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan

massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna

tumor) dan tumor ganas (malignant tumor).

Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem

imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel

imun menyerang sel tumor.

Terapi pada tumor dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah

Khemoterapeutika  sitostatika, Imunoterapi, Terapi Hormon, Khemoterapi, Terapi Radiasi, dan

operasi atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi dari beberapa terapi tersebut.

 

Page 18: makalah imunologi "tumor"

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Gregory; Gail S. Habicht (November 1996). "Immunity and the Invertebrates" (PDF).

Scientific American: 60–66.

Litman G, Cannon J, Dishaw L (2005). "Reconstructing immune phylogeny: new perspectives.".

Nat Rev Immunol 5 (11): 866–79. PMID 16261174.

Mayer, Gene (2006). "Immunology - Chapter One: Innate (non-specific) Immunity".

Microbiology and Immunology On-Line Textbook. USC School of Medicine.

Smith A.D. (Ed) Oxford dictionary of biochemistry and molecular biology. (1997) Oxford

University Press. ISBN 0-19-854768-4

Boyton R, Openshaw P. "Pulmonary defences to acute respiratory infection.". Br Med Bull 61:

1–12. PMID 11997295.

Moreau J, Girgis D, Hume E, Dajcs J, Austin M, O'Callaghan R (2001). "Phospholipase A(2) in

rabbit tears: a host defense against Staphylococcus aureus.". Invest Ophthalmol Vis Sci 42 (10):

2347–54. PMID 11527949.

Page 19: makalah imunologi "tumor"

MAKALAH IMUNOLOGI

IMMUNITY TUMOR

AYU KHAIRUNNISA 125130100111074

DANIEL ALDO

GIRIZA S.

HENI TRI R. 125130101111070

ISMI NURJANNAH 125130101111058

NANDA AYU C. 125130101111057

2012-D

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014