BAB II
PAGE TUGAS PEMBUATAN BESI BAJA 1UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
CILEGON BANTEN
2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber bahan baku bijih besi yang cukup
banyak, misalnya di pulau Sebuku Kalimantan Selatan terdapat bijih
besi laterit dan pasir besi di pantai selatan pulau Jawa. Namun
pemanfaatan bijih besi tersebut sampai saat ini masih terbatas.
Pada umumnya bijih besi ditemukan dalam bentuk batuan beku maupun
pasir. Untuk mendapatkan bijih besi dalam bentuk lump ore maka
bijih besi dalam bentuk batuan beku diproses terlebih dahulu
melalui proses crushing, sizing, screening yang bertujuan untuk
memperkecil ukuran sesuai dengan ukuran butiran/partikel yang
diinginkan dan meningkatkan kadar bijih besi dengan cara liberasi.
Distribusi ukuran butiran/partikel ini sangat perlu dalam proses
reduksi, karena semakin kecil ukuran butiran/partikel tersebut
semakin mudah untuk direduksi.
BAB II
TEKNOLOGI HYLSA2.1 Reduksi Bijih BesiReduksi bijih besi adalah
tahap pertama yang dilakukan pada proses pembuatan dan pengolahan
besi. Melalui proses ini diperoleh logam besi dengan cara
melepaskan oksigen yang terikat pada bijih tersebut.Sebagai bahan
baku yang digunakan adalah bijih besi berbentuk pelet atau
berbentuk lump ore (bongkahan bijih) dan produk yang dihasilkan
disebut pig iron (bila berupa besi wantah/cair dari proses reduksi
tidak langsung) atau disebut dengan sponge iron (bila dihasilkan
melalui proses reduksi langsung). Produk ini merupakan bahan baku
untuk proses selanjutnya (steel making).
Salah satu syarat agar proses reduksi dapat berjalan ekonomis
adalah kadar Fe dalam bijih besi harus cukup tinggi. Apabila
kandungan Fe-nya rendah, pada umumnya perlu ditingkatkan terlebih
dahulu melalui proses peningkatan kadar dan homogenisasi bijih,
misalnya dengan proses konsentrat dengan cara crushing dan
grinding.
Hasil pemurnian berbentuk halus (konsentrat) yang mengandung Fe
rendah kemudian dapat diolah dalam tanur reduksi tetapi harus di
agglomerasikan menjadi gumpalan dalam bentuk pellet, sinter atau
briquet, baru kemudian dapat dimasukkan dalam proses reduksi.
Re
Gambar 2.1 Proses Reduksi Bijih Besi (1)2.2 Spesifikasi dan
Bahan Baku Reduksi Langsung Bijih Besi
Sebagai bahan baku proses reduksi, maka bijih besi harus
memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Agar mendapatkan operasi
yang baik, bijih besi harus mempunyai karakteristik yang cocok.
Untuk proses reduksi langsung spesifikasi kualitas yang diperlukan
berdasarkan komposisi kimia, sifat fisik dan sifat metalurgi adalah
sebagai berikut(1) :a. Komposisi kimia.
Bijih besi yang diperoleh di alam sebagai besi-oksida terutama
sebagai hematite (Fe2O3) dan magnetite (Fe3O4) dengan kandungan
utamanya Besi (Fe), oksigen (O2) dan gangue (pengotor).
b. Sifat Fisika.
Sifat fisika ini meliputi distribusi ukuran, porositas partikel,
kekuatan mekanis dan penunjukkan abrasive dan tumbler.
c. Sifat metalurgi.
Sifat metalurgi menyatakan tingkat sifat material terhadap
perlakuan selama proses reduksi berlangsung, yang umumnya
berhubungan dengan pengaruh temperatur. Sifat metalurgi yang
penting meliputi kemampuan bijih besi untuk direduksi,
mengembang/membesar volumenya pada saat temperatur tinggi,
menggumpal, kekuatan bijih besi (LTD = Low Temperature
Disintegration).
Di dalam proses reduksi langsung (direct reduction),
karakteristik dan harga bahan baku sangat penting karena pemilihan
bahan baku dapat menentukan produktivitas, konsumsi energi dan
biaya produksi.
Spesifikasi bahan baku saja menentukan biaya produksi di
pembuatan bijih besi namun juga di pembuatan baja. Oleh karena itu
penggunaan suatu jenis bahan baku di dalam proses reduksi langsung
(DR) harus diamati kondisinya ke Steel making.
Bahan baku banyak digunakan pada proses reduksi langsung adalah
bijih besi pelet yang memiliki sifat diantaranya (5):
1. Bentuknya teratur dan padat.
2. Tahan terhadap degradasi selama handling.
3. Mudah direduksi.
4. Tahan terhadap degradasi selama pemanasan dan reduksi.
5. Produk reduksi besi-nya tidak mudah teroksidasi.
Di samping pelet bahan baku lain yang sering digunakan adalah
lump ore. Pemakaian lump ore biasanya dilakukan untuk menurunkan
biaya-biaya bahan baku karena harganya lebih murah dibandingkan
dengan bahan baku pelet, lump ore memiliki beberapa karakter yang
berbeda dengan pelet, diantaranya (5):
1. Reducibility-nya lebih rendah.
2. Lebih mudah terdegradasi selama handling.
3. Lebih mudah terdegradasi selama reduksi.
4. Umumnya memiliki sifat kecenderungan menggumpal lebih
rendah.
Sifat lump ore yang tidak mudah menggumpal menyebabkan lump ore
sering digunakan sebagai material yang bersifat membaur di dalam
reaktor untuk mencegah terjadinya gugus/jurai (clustering),
walaupun saat ini penggumpalannya dapat diturunkan dengan sistem
pelapisan. Degradasi reduksi biasanya di ukur dengan uji yang
disebut LTD (Low temperature Disintegration) pada temperatur 500oC.
2.3 Proses Reduksi Langsung (Direct Reduction Processes)
Definisi dari proses reduksi langsung adalah suatu proses
pengambilan oksigen dari oksida-oksida besi (bijih besi) pada
temperatur operasi di bawah titik lebur logam maupun oksidanya.
Sehingga dengan kondisi proses demikian maka dapat menghasilkan
bentuk produk (besi spons, DRI = Direct Reduced Iron) yang relatif
sama dengan bentuk umpan/feed-nya (bijih besi pelet atau lump
ore).2.3.1Proses HYL
Proses HYL pertama kali dikembangkan oleh HYLSA secara komersil
di Meksiko pada tahun 1957. Saat ini teknologi tersebut telah
berkembang menjadi HYL-III.
Perbedaan mendasar antara HYL generasi pertama HYL-I dengan
HYL-III adalah pada pergerakan material padatnya (fixed-bed atau
moving-bed), pola aliran gas prosesnya (co-current atau counter
current) serta ada tidaknya recycle gas prosesnya.
Bahan baku pereduksi/gas reduktor terutama terdiri dari campuran
gas H2 dan CO yang diperoleh dari proses reformasi gas alam dengan
metode termokatalis.2.3.2 Proses HYL III
Proses HYI-III terdiri dari reformasi gas alam dan reduksi.
Proses reformasi sama seperti pada proses HYL-I, sedangkan proses
reduksinya berbeda. Perbedaan tersebut antara lain pada pergerakan
materialnya yang bersifat kontinyu (moving bed), adanya recycle gas
proses sehingga dibutuhkan CO absorber unit, serta siklus reduksi
dapat dilakukan dengan satu reaktor. Proses HYL-III terlihat pada
Gambar 2.2.Secara umum pabrik HYL-III dapat dibagi menjadi dua
bagian, pertama adalah pembangkit gas pereduksi, dan kedua adalah
unit reduksi iron ore (bijih besi). Unit pembangkit gas pereduksi
terdiri dari gas alam steam reformer dan alat-alat yang lainnya
seperti heat recovery unit, steam generators dan reformer quench
tower. Reaksi reformasi terjadi di Reformer yang berisi pipa
katalis dengan katalis Nickel. Panas yang diperlukan untuk reaksi
endotermis disuplai dari bahan bakar gas alam.
Gambar.2.2 Proses HYL-III (1,2,4)2.3.3Proses Reduksi pada Proses
HYL-III
Di dalam proses reduksi langsung (direct reduction), reaksi
utama yang terjadi adalah reaksi reduksi dengan menggunakan gas
hydrogen (H2) dan karbon monoksida (CO) sehingga membentuk besi
(iron). Di samping itu juga terjadi proses karburisasi pada saat
proses pendinginan besi (iron).
Proses reduksi merupakan proses perubahan bijih besi menjadi
besi spons. Reduksi berlangsung dengan adanya gas pereduksi
hidrogen dan karbon monoksida. Gas pereduksi diperoleh dari
reformasi gas alam. Reduksi bijih besi berlangsung di dalam reaktor
HYL-III dengan mengalirkan gas pereduksi dari bawah secara counter
current dengan aliran bijih besi yang bergerak ke bawah.Reaksi
utama reduksi adalah sebagai berikut (1,2):
Fe2O3 (hematite) + 3H2 2Fe + 3H2O
H = + 123400 cal(2.1)
Fe2O3 (hematite) + 3CO 2Fe + 3CO2
H = - 6250 cal(2.2)
Termodinamika reduksi bijih besi berhubungan dengan
kesetimbangan kimia antara bijih besi dengan gas pereduksi.
Termodinamika ini membahas tentang apakah bersifat eksotermis atau
endotermis. 2.3.3.1Reaksi Reduksi Langsung dengan Gas Karbon
Monoksida (CO)
Kesetimbangan reaksi reduksi dengan gas karbon monoksida (CO)
adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kesetimbangan Reaksi Reduksi dengan Gas CO (2,4)
Berdasarkan Gambar 2.3, reaksi reduksi dengan karbon monoksida
(CO) pada temperatur diatas 570oC adalah sebagai berikut (1,2):
3Fe2O3 + CO 2Fe3O4 + CO2
Ho = -12636 cal(2.3)
Fe3O4 + CO 3FeO + CO2
Ho = 8664 cal(2.4)
FeO + CO Fe + CO2
Ho = -4136 cal(2.5)Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui tiga
tahap, yaitu (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) FeO (wustite) Fe (iron)
Masih berdasarkan Gambar 2.3 reaksi reduksi dengan karbon
monoksida (CO) pada temperatur di bawah 570oC adalah sebagai
berikut (1,2):
3Fe2O3 + CO 2Fe3O4 + CO2
Ho = - 12636 cal(2.6)
Fe3O4 + CO + Fe + CO2
Ho = - 936 cal(2.7)
Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui dua tahap tanpa melalui
wustite, yaitu (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) Fe(iron)
Reaksi yang sering terjadi adalah reaksi (2.3), (2.4), dan (2.5)
karena hampir semua proses reduksi dioperasikan di atas temperatur
600oC. Reaksi overall dari ketiganya adalah
eksotermis.2.3.3.2Reaksi Reduksi dengan Hidrogen (H2)
Kesetimbangan reaksi reduksi dengan gas hidrogen (H2) yaitu
terlihat pada Gambar 2.4. Berdasarkan Gambar 2.4 reaksi reduksi
dengan gas H2 pada temperatur di atas 570oC adalah sebagai berikut
(1,2):
3Fe2O3 + H2 2Fe3O4 + H2O
Ho = - 2800 cal
(2.8)
Fe3O4 + H2 3FeO + H2O
Ho = + 18500 cal
(2.9)
FeO + H2 Fe + H2O
Ho = + 5700 cal
(2.10)
Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui tiga tahap, yaitu (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) FeO (wustite) Fe (iron)
Gambar 2.4 Kesetimbangan Reaksi Reduksi dengan Gas H2 (2,4)
Masih berdasarkan Gambar 2.4 reaksi reduksi dengan H2 pada
temperatur di bawah 570oC adalah sebagai berikut (1,2):
3Fe2O3 + H2 2Fe3O4 + H2O
Ho = - 2800 cal
(2.11)
Fe3O4 + H2 Fe + H2O
Ho = + 8900 cal
(2.12)
Perubahan Fe2O3 menjadi Fe melalui dua tahap tanpa melalui FeO
(wustite) (1,2):
Fe2O3 (hematite) Fe3O4 (magnetite) Fe (iron)
Reaksi yang terjadi yaitu reaksi (2.8), (2.9) dan (2.10) karena
hampir semua proses reduksi dioperasikan pada temperatur di atas
600oC. Reaksi overall dari ketiganya (reaksi 1) adalah
endotermis,
Gambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan pengaruh komposisi gas pereduksi
(ratio dan) dan temperatur terhadap pembentukan Fe (iron). Gambar
tesebut menunjukkan apakah reaksi reduksi baik dengan menggunakan
CO atau H2 dan dapat terjadi atau tidak pada temperatur dan
komposisi gas tertentu.
2.3.4Proses Reformasi pada Proses HYL-III
Proses reformasi yang digunakan pada proses HYL-III di PT.
Krakatau Steel dikenal dengan proses Steam Reforming, yang pada
dasarnya merupakan paduan katalitik hidrokarbon dan steam menjadi
hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO).
Hidrokarbon berasal dari gas alam yang sebagian besar terdiri
dari methane (CH4) disertai sejumlah ethana, propana, buthana,
pentana dan nitrogen. Reaksi utama yang terjadi dalam proses
reformasi adalah sebagai berikut :
CH4 + H2O CO + 3H2
Ho = + 49300 cal
(2.13)
CO + H2O CO2 + H2
Ho = - 9800 cal
(2.14)
Reaksi reformasi terjadi pada temperatur tinggi (800 850oC) dan
tekanan 6 8 kg/cm2 dengan bantuan katalisator nikel. Katalis
umumnya berbentuk rashing rings yang diisikan ke dalam pipa
katalis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi reformasi adalah
efektivitas penyerapan panas ke dalam sistem karena reaksi
reformasi adalah endotermis, kecepatan gas yang menentukan waktu di
dalam katalis, karakteristik katalis seperti ukuran partikel,
porositas, dan area.2.3.5Termodinamika Reduksi Langsung Bijih
Besi
Termodinamika reduksi besi oksida (iron oxide) berhubungan
dengan kesetimbangan kimia antara besi oksida (iron oxide) dengan
gas pereduksi. Termodinamika ini akan membahas suatu reaksi dapat
terjadi atau tidak.
Reduksi adalah peristiwa pengeluaran oksigen dari logam yang
mengikatnya oleh suatu gas reduktor, sehingga akan menjadi logam
ditambah oksida dari reduktor tersebut. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
MeO + R Me + RO
Tiap oksida mempunyai tekanan partial oksida sendiri-sendiri
yang tergantung pada sistem dimana oksida itu berada.
POksida = f ( P, T)
Suatu reaksi akan berjalan bila afinitas unsur-unsur ini
berbeda. Seperti reaksi di atas, proses reduksi akan berjalan bila
afinitas R > afinitas Me.
Suatu saat pada sistem terjadi kesetimbangan. Kesetimbangan ini
tercapai bila PO2 MeO = PO2 RO (tekanan partial oksida MeO =
tekanan partial oksida RO) sehingga bila PO2 RO > PO MeO (reaksi
akan bergerak ke arah kiri, oksidasi), sedangkan jika PO2 RO <
PO MeO (reaksi akan bergerak ke arah kanan, reduksi).
Oleh karena itu pada proses reduksi, secara teknis agar reaksi
bergerak ke kanan (agar proses reduksi dapat berlangsung terus)
maka reduktor harus ditransport keluar dalam sistem tanur.2.3.6
Reaksi Karburisasi pada Proses HYL-IIIDi dalam proses reduksi
langsung, di samping membentuk reduced iron juga penting untuk
membentuk deposit karbon dalam jumlah tertentu yang dibutuhkan oleh
iron making. Pembentukan karbon terjadi sebagai hasil dari reaksi
karburisasi. Reaksi karburisasi dapat terjadi adanya gas CO dan
CH4, seperti dibawah ini (1):
a. Karburisasi dengan CO.
Reaksi karburisasi dengan CO merupakan reaksi eksotermis, secara
termodinamika efektif terjadi pada temperatur 500 700oC.
3Fe + 2CO Fe3C + CO2
Ho = - 26230 cal
(2.15)
CO C + CO2
Ho = - 41220 cal
(2.16)CO + H2 C + H2O
Ho = - 31380 cal
(2.17)
Produk reaksi (2.15) adalah senyawa karbon yang bergabung dengan
iron yang dikenal sebagai iron cabide atau cementite (Fe3C).
Sedangkan produk reaksi (2.16) dan (2.17) adalah free carbon
(graphite) yang ter deposit pada direct reduced iron (DRI).
b. Karburisasi dengan CH4Termodinamika dan kinetika reaksi
menunjukkan bahwa karburisasi dengan CH4 merupakan reaksi
endotermis, sehingga reaksi yang terjadi membutuhkan temperatur
tinggi (sekitar 900oC).
3Fe + CH4 Fe3C + 2H2
Ho = + 22880 cal (2.18)
CH4 C + 2H2
Ho = +17886 cal (2.19)2.4Kinetika Reduksi Langsung (Direct
Reduction) Bijih Besi
Kinetika kimia reduksi bijih besi menjelaskan kecepatan reaksi
reduksi antara bijih besi dengan gas reduktornya. Hal yang
terpenting dari kinetika kimia proses reduksi adalah bahwa
produktivitas mempunyai hubungan dengan kinetika, yang berarti
bahwa proses dengan laju reduksi tinggi adalah proses dengan
produktivitas tinggi juga dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan teori kinetika dan studi eksperimen, temperatur dan
tekanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kinetika
reduksi bijih besi. Temperatur merupakan variabel yang sangat
berpengaruh terhadap kinetika reaksi, makin tinggi temperatur,
kecepatan reaksi reduksi meningkat. Pada temperatur rendah,
kecepatan reaksi reduksi menurun. Dengan demikian proses DR (Direct
Reduction) akan produktif jika dioperasikan pada temperatur yang
lebih tinggi.
2.5Mekanisme Reduksi Langsung Bijih Besi
Berbagai percobaan telah dilakukan untuk mengetahui mekanisme
reduksi bijih besi. Suatu proses reduksi Fe oksida yang pada contoh
ini memakai gas H2, dapat terjadi karena adanya sederetan proses
transportasi dan reaksi dalam bijih besi itu sendiri, baik di luar
maupun di dalam bijih besi.
Reaksi ini pada prinsipnya berjalan secara bertahap, yaitu dari
Fe2O3 (hematite) ke Fe (iron), melalui Fe3O4 (magnetite) dan FeO
(wustite). Baik lapisan Fe3O4 (magnetite) maupun Fe2O3 (wustite)
adalah dalam keadaan padat, maka perpindahan (transportasi) hanya
dapat berlangsung melalui difusi partikel.Reaksi secara keseluruhan
FeO + H2 Fe + H2O mencakup difusi partikel padat dan difusi melalui
pori-pori pada permukaan FeO (wustite) terjadi pengambilan oleh gas
H, karena adanya pergerakan O ini maka pada tempat ini akan terjadi
difusi partikel padat.
Dengan difusi partikel padat, maka ion-ion Fe2+ yang timbul
bergeser ke tempat-tempat dengan konsentrasi Fe2+ yang lebih
rendah, yaitu ke batas phase inti iron/wustite dan
wustite/magnetite atau membentuk inti-inti besi baru. Proses ini
sekaligus terjadi pada permukaan bijih. Bila dilihat dari lapisan
wustite, maka setiap 4 ion O2- yang hilang menyebabkan pergeseran 3
ion Fe2+ ke inti besi, yang dapat melepaskan muatannya dan menetap,
dan satu ion Fe2+ ke batas phase wustite/magnetite untuk membentuk
4FeO yang baru. Reaksi kimianya sebagai berikut:
Fe3O4 + 4H2 3Fe + 4H2O
(2.20)2.6Produk yang dihasilkan pada proses HYL-III
Yang merupakan produk utama dari proses reduksi langsung adalah
berupa besi spons (DRI = Direct Reduced Iron). Bahan ini merupakan
padatan berongga dengan kandungan Fe metal yang tinggi dan juga
mengandung karbon dalam tingkat tertentu. Pemakaian utama DRI
adalah sebagai bahan baku pengolahan baja di EAF (Electric Arc
Furnace). Walaupun dapat dipakai dalam Blast Furnace dan
Converter.Kualitas DRI ditunjukkan dengan tingkat metalisasi dan
kandungan karbon total.% metalisasi = 100%
(2.21)
Parameter proses yang mempunyai kaitan langsung dengan tingkat
metalisasi adalah derajat reduksi.
% reduksi =
100%(2.22)
Produk samping sebagian besar berupa air dan karbon dioksida
yang terbentuk selama proses reduksi.
Selain persamaan diatas ada juga beberapa persamaan lain untuk
menganalisa suatu hasil reduksi bijih besi yaitu sebagai berikut
(3):
Reducible Oksigen :
Fe + O2 FeO
Basis 100 gram Fe2+ = X% Fe2+ = X gram
(2 x 16)
2Fe + O2 Fe2O3
(2.23)Basis 100 gram Fet = Y% Fet = Y gram Fe3+ = (Y X) gram
(2 x 16)
BM O Gram
(2.24)
O2 reduksi =
EMBED Equation.3 .BM O + .BM O
(2.25)
= Fetotal - Fe2+ + Fe2+
(2.26)
= Fetotal - Fe2+)
(2.27)Keterangan : Wo= berat atom oksigen, gram
WFe= berat atom Fe
Fet= %Fe total dalam sampel Fe2+= %bijih besi dalam sampelPersen
reduksi sebagai fungsi waktu :R = x 100
(2.28) = [ 1 W/Wi] x
EMBED Equation.3
(2.29) = [1 W] x
(2.30)Keterangan : W = Berat sampel (fungsi waktu)
Wi= Berat sampel awal, gramKonstanta kecepatan reduksi dengan
menghasilkan bentuk persamaan reaksi reduksi sebagai berikut
(1,2):
Fe2O3+ CO Fe + CO2
(2.31)Fe2O3 + H2 Fe + H2O
(2.32)Menurut standar HYL di PT. Krakatau Steel yaitu dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut(3) :Ditinjau dari pengurangan
oksigen dalam iron ore :
VO2 = k[O2]n
(2.34)-Asumsi Orde (n) = 1
Irreversible VO2 = k[O2]
(2.35)+ VO2.V =
(2.36)+ VO2 =
(2.37) k[O2] =
(2.38)- k.dt
-
(2.39)-k(t o)
(2.40)DefinisiR =
EMBED Equation.3
(2.41)R [O2]o = [O2]o [O2]t
(2.42)[O2]t = [O2]o - R [O2]o = [O2]o (1-R)
(2.43)-ln = k.t
(2.44)-ln k.t -ln = k.t ln = k.t(2.45)Keterangan :k = konstanta
kecepatan reduksi/konstanta reducibility
R = reduksi, konstanta reducibility = k.100
t = waktu reduksi, menit
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pelatihan Diktat Metalurgi Proses Pembuatan Baja
PUSDIKLAT KS oleh Herri Suprapto Pusat Pendidikan dan Pelatihan Di
Era Global, PT. Krakatau Steel, cilegon, agustus 2002, hal. 1-6 .2.
Robert L. Stephenson, Editor Ralph M. Smailer, Deputy Editor,
Editorial Commite : John F. Elliott, Jerome Feinman, Harold W.
Lownie, Jr., Richard L. Reddy, Direct Reduced Iron Technology and
Economics of Production and Use The Iron and Steel Society
Warrendale, PA, USA, 1980, p. 19 - 25.3. Refreshing Alat-alat
Laboratorium Riset dan Teknologi, oleh Herri Suparapto Ahli teknik
pertama pengembangan proses dan bahan baku, cilegon, Januari 1997,
p. 1 - 8.4. Jerome Feinman and Donald R. Mac Rae, Direct Reduced
Iron Technology and Economics of Production and Use, The Iron and
Steel Society Warrendale, PA, USA, 1980, p. 25 - 65.5. A.K. Biswas,
Principles of Blast Furnace Iron Making Cootha Publishing House,
Australia, 1981, p. 28.
Bijih Besi
Fe tinggi Fe rendah
> 6 mm Pemurnian (crushing,grinding)
Konsentrat
Agglomerasi
Reduksi
Reduksi tidak langsung/tanur tinggi Reduksi langsung
Besi mentah (wantah) atau Besi Spons
PAGE 20
_1169127197.unknown
_1169902667.unknown
_1169903150.unknown
_1170010872.unknown
_1259217242.unknown
_1169903405.unknown
_1169903619.unknown
_1169903787.unknown
_1169903523.unknown
_1169903188.unknown
_1169902797.unknown
_1169903011.unknown
_1169902721.unknown
_1169127840.unknown
_1169448682.unknown
_1169902511.unknown
_1169264307.unknown
_1169127702.unknown
_1169127767.unknown
_1169127469.unknown
_1169127623.unknown
_1169125904.unknown
_1169126624.unknown
_1169127111.unknown
_1169127162.unknown
_1169126900.unknown
_1169126441.unknown
_1169126549.unknown
_1169126267.unknown
_1169114881.unknown
_1169115457.unknown
_1169115752.unknown
_1169114949.unknown
_1169115422.unknown
_1169114095.unknown
_1169114763.unknown
_1169113814.unknown
_1169114039.unknown