Top Banner
MAKALAH Hiperlipidemia Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Farmakoterapi I Disusun Oleh: Kelompok 4 (Kelas A) Alifa Aprilia Listiyani 1406524852 Deby Jannati Gustiwi 1406525073 Egi Gustiani 1406525161 Evita Irmayanti 1406525211 Hafifah Frawita 1406525281 Milatur Rodiyah 1406525470 Retno Rela Mahanani 1406525703 Sarah Karima 1406525855 Yennita Indra Bastian 1406526012 ParamitaNur Huda 1406598863 PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014
54

Makalah Hiperlipidemia

Apr 10, 2016

Download

Documents

Imaa Mah

makalah tentang hiperlipidemia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Hiperlipidemia

MAKALAH

Hiperlipidemia

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Farmakoterapi I

Disusun Oleh:

Kelompok 4 (Kelas A)

Alifa Aprilia Listiyani 1406524852

Deby Jannati Gustiwi 1406525073

Egi Gustiani 1406525161

Evita Irmayanti 1406525211

Hafifah Frawita 1406525281

Milatur Rodiyah 1406525470

Retno Rela Mahanani 1406525703

Sarah Karima 1406525855

Yennita Indra Bastian 1406526012

ParamitaNur Huda 1406598863

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2014

Page 2: Makalah Hiperlipidemia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehinggaHiperlipidemiamakalah”ini“ dapat diselesaikan dengan

baik. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas

mata kuliah Farmakoterapi I, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia. Makalah ini membahas tentang key concept lipid yang

mencakup metabolisme dan transportasi lipid serta tentang penyakit

hiperlipidemia yang mencakup definisi, etiologi, klasifikasi, patologi, manifestasi

klinis, hingga diagnosis penyakit.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, terutama dalam peningkatan

pengetahuan yang dapat diterapkan kelak dalam praktik pelayanan farmasi pada

pasien hiperlipidemia. Demi menyempurnakan makalah ini, penulis

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Akhir kata, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses

penulisan makalah ini. Penulis berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Depok, November 2014

Penulis

ii

Page 3: Makalah Hiperlipidemia

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... iKATA PENGANTAR .................................................................................. iiDAFTAR ISI ................................................................................................. iiiDAFTAR GAMBAR .................................................................................... ivDAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 11.1 Latar Belakang ........................................................................... 11.2 Perumusan Masalah .................................................................. 21.3 Tujuan ....................................................................................... 21.4 Metode....................................................................................... 21.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 2

BAB 2 ISI

.............................

.............................

.............................

............. 42.1.........................................................................

.................Lipid 4..................................................

...................2.1.1 Lipoprotein 5..................................................

.............2.1.2 Apolipoprotein 8

...................

2.1.3Transportas 9

Page 4: Makalah Hiperlipidemia

idanMetabolismeLipoprotein

2.2..........................................................................Hiperlipidemia

16...........................................................................2.2.1 Definisi 16...........................................................................2.2.2 Etiologi 16..................................................

....................2.2.3 Klasifikasi 18..................................................

.................2.2.4 Patofisiologi 25..................................................

........2.2.5Manifestasi Klinis 26

.........................

..............................................2.2.6 Diagnosis 33

BAB 3 KESIMPULAN .............................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 42LAMPIRAN .................................................................................................. 44

Page 5: Makalah Hiperlipidemia

iii

Page 6: Makalah Hiperlipidemia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Lipoprotein 6

Gambar 2.2 Metabolisme Kilomikron 9

Gambar 2.3 Transportasi Lipoprotein 10

Gambar 2.4 Metabolisme VLDL 12

Gambar 2.5 Metabolisme HDL 14

Gambar 2.6 Xanthelesma palpebrarum 30

Gambar 2.7 Tuberous xanthoma 30

Gambar 2.8 Xantoma eruptif 31

Gambar 2.9 Pankreatitis 32

Gambar 2.10 Proyeksi Resiko PJK 10 Tahun Framingham 38

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyebab Tingginya Kadar Lemak 17

Tabel 2.2 Penyakit, Profil, dan Lipid18

Tabel 2.3 Klasifikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Fenotip Lipoprotein 19

Tabel 2.4 Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang

Menyebabkan Hipertensi Sekunder 24

Tabel 2.5 Penyakit dan Obat yang Menyebabkan Hipertensi Sekunder 24

Tabel 2.6 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL, dan TG 26

Tabel 2.7 Manifestasi Klinis Beberapa Tipe Hiperlipidemia 27

Tabel 2.8 Klasifikasi Kadar Kolesterol Total, LDL, HDL, dan TG 33

Tabel 2.9 Kategori Penderita Hiperlipidemia 36

iv

Page 7: Makalah Hiperlipidemia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lemak (disebut juga lipid) merupakan zat kaya kalori yang berfungsi

sebagai sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari

makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam

sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi

tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak

merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus

sel-sel saraf serta empedu (Suyatna, 2007). Dua lemak utama dalam darah adalah

kolesterol dan trigliserida. Lemak tidak larut dalam cairan plasma sehingga harus

terikat pada protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara

lemak dan protein ini disebut lipoprotein.

Kurang bergerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,

menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang

tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan

adiposa yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut

yang lambat laun nampak membuncit. Kondisi ketika kadar lemak di dalam darah

meningkat di atas batas normal dinamakan hiperlipidemia atau yang sering disebut

sebagai dislipidemia. Pada pasien hiperlipidemia, total kolesterol menjadi tinggi,

LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL (High Density

Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain. (Wells et al., 2009). Makalah

ini membahas tentang key concept lipid yang mencakup metabolisme dan

transportasi lipid serta tentang penyakit hiperlipidemia yang mencakup definisi,

etiologi, klasifikasi, patologi, manifestasi klinis, hingga diagnosis penyakit.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme, dan

transportasinya)?

2. Bagaimana definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia?

1

Page 8: Makalah Hiperlipidemia

3. Bagaimana klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia?

4. Bagaimana manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia?

5. Bagaimana diagnosis penyakit hiperlipidemia?

1.3 Tujuan

1. Memahami key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme, dan

transportasinya).

2. Memahami definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia.

3. Memahami klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia.

4. Memahami manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia.

5. Memahami diagnosis penyakit hiperlipidemia.

1.4 Metode Penulisan

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu

melalui buku-buku yang berkaitan dengan tema makalah dan melalui penelusuran

situs atau jurnal yang dapat dipercaya dari media internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

Bab 2 Isi

2.1 Lipid

2.1.1 Lipoprotein

2.1.2 Apolipoprotein

2.1.3 Transportasi dan Metabolisme Lipoprotein

2.2 Hiperlipidemia

2.2.1 Definisi

2.2.2 Etiologi

2

Page 9: Makalah Hiperlipidemia

2.2.3 Klasifikasi

2.2.4 Patofisiologi

2.2.5 Manifestasi Klinis

2.2.6 Diagnosis

Bab 3 Kesimpulan

Daftar Pustaka

3

Page 10: Makalah Hiperlipidemia

BAB 2

ISI

2.1 Lipid

Lipid merupakan sekelompok senyawa heterogen meliputi lemak, minyak,

steroid, malam (wax), dan lain-lain. Lipid termasuk ke dalam biomolekul yang

memiliki karakteristik khusus yakni sukar larut dalam air sehingga hanya larut

dalam pelarut nonpolar seperi eter, metanol, heksan dan kloroform. Senyawa ini

merupakan konstituen makanan yang sangat penting bagi tubuh karena dapat

melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang memiliki kelarutan yang lebih besar pada

lemak dan kandungan asam lemak esensial yang terkandung dalam lemak nabati.

Selain itu, lemak utamanya asam lemak yang disimpan pada sel yakni dalam

bentuk triasilgliserol. Asam lemak tersebut merupakan cadangan molekul energi

jangka panjang karena menyediakan energi lebih besar dibandingkan karbohidrat.

Asam lemak melepaskan sekitar 38 kJ/g dibandingkan dengan karbohidrat yakni

16 kJ/g (Boyer, 2002).

Lemak disimpan dalam jaringan adiposa sehingga berfungsi sebagai

insulator panas pada jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu. Lipid

nonpolar berperan sebagai insulator listrik yang memungkinkan penjalaran

gelombang depolarisasi di sepanjang syaraf bermielin. Lemak yang ada dalam

makanan berada dalam bentuk trigliserida yaitu lemak netral, yang masing-masing

terdiri dari kombinasi dari gliserol dan tiga molekul asam lemak. Selama proses

pencernaan dua molekul asam lemak dipisahkan dan meninggalkan satu molekul

gliserol atau monogliserol dan satu molekul asam lemak. Maka, produk akhir dari

pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak yang merupakan satuan

lemak yang dapat diserap (Sherwood, 2001).

Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana dan lipid kompleks (Murray,

Bender, Botham, Kenelly, Rodwell, Weil, 2009). Lipid sederhana terdiri dari ester

asam lemak dengan berbagai alkohol.

1. Lemak (fat) ester asam lemak dengan gliserol

2. Minyak (oil) adalah lemak dalam keadaan cair

4

Page 11: Makalah Hiperlipidemia

3. Malam (wax) ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul

tinggi.

Adapun lipid kompleks meliputi ester asam lemak yang mengandung gugus-

gugus selain alkohol dan asam lemak.

1. Fosfolipid yakni lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor selain asam

lemak dan alkohol. Lipid ini umumnya memiliki basa yang menagndung

nitrogen dan substituen lainnya, misalnya alkohol pada gliserofosfolipid adalah

gliserol dan alkohol pada sfingofosfolipid adalah sfingosin.

2. Glikolipid (glikosfingolipid) adalah lipid yang mengandung asam lemak,

sfingosin, dan karbohidrat.

3. Lipid kompleks lainnya yakni sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein.

2.1.1 Lipoprotein

Lemak yang diserap dari makanan yakni monogliserol dan satu molekul

asam lemak serta lipid yang disintesis oleh hati harus diangkut menuju berbagai

organ untuk diguanakan sebagai energi atau disimpan. Karena sifat lipid tersebut

tidak larut dalam air, maka pengangkutan lipid dalam plasma darah dilakukan oleh

lipoprotein. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid

dan protein. Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik)

yang terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik

yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Selain itu juga mengandung

asam lemak rantai panjang tak ter-esterifikasi (asam lemak bebas) atau FFA

sebanyak 4%. Asam lemak bebas merupakan lipid plasma yang paling aktif dan

melekat pada albumin serum ketika dimobilisasi dari jaringan adiposa.

Berdasarkan konstituen lipid pada lipoprotein tersebut, maka struktur lipoprotein

digambarkan terdiri dari inti non polar terutama terdiri dari triasilgliserol dan ester

kolesteril yang dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan

fosfolipid amfifatik. Molekul tersebut berorientasi sedemikian rupa sehingga

gugus polarnya menghadap keluar yakni ke medium air. Gugus protein yang

merupakan konstituen pada lipoprotein tersebut disebut apolipoprotein atau

apoprotein. Struktur lipoprotein dapat dilihat pada Gambar 2.1.

5

Page 12: Makalah Hiperlipidemia

Apoprotein Perifer(mis. Apo C)

Koleterol bebasFosfolipid

EsterKolesteril

Triasil gliserol

Inti utamalipid

nonpolar

ApoproteinIntegral Lapisan tunggal

(mis. Apo B)utamanya lipid

amfifatik

[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kenelly, Rodwell, Weil,2009]

Gambar 2.1 Struktur Lipoprotein

Lemak memiliki kerapatan yang lebih rendah dibandingkan air sehingga

massa jenis atau (densitas) lipoprotein menurun seiring dengan peningkatan

proporsi lipid terhadap jumlah protein. Terdapat 4 kelompok utama lipoprotein

yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-lipoprotein (very-low density lipoprotein),

LDL atau-lipoproteinβ(low density lipoprotein), dan HDL-lipoproteinatau α

(high density lipoprotein). Tabel komposisi lipoprotein plasma dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

1. Kilomikron

Kilomikron merupakan trigliserida yang berukuran besar yang kaya akan

partikel yang mengandung apolipoprotein B-48, B-100, dan E. Kilomikron

berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid lain di sel mukosa usus.

Kilomikron ditemukan di kilus yang hanya dibentuk oleh sistem limfe yang

mengaliri usus. Kilomikron berperan mengankut semua lipid dari makanan ke

dalam sirkulasi juga termasuk otot rangka dan jaringan adiposa. Kilomikron

umumnya tidak ada di dalam plasma setelah berpuasa selama 12-14 jam dan

dikatabolisme oleh LPL atau lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh

Page 13: Makalah Hiperlipidemia

6

Page 14: Makalah Hiperlipidemia

apolipoprotein C-II dalam pembuluh endothelial dan lipase hepatik untuk

membentuk sisa kilomikron. Sisa-sisa kilomikron mengandung apolipoprotein

E dan berukuran diameter sekitar separuh dari kilomikron induk dan relatif

kaya akan ester kolesteril dan kolesterol karena berkurangnya triasilgliserol

(Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2008).

2. VLDL

VLDL merupakan lipoprotein yang berdensitas sangat rendah yang berasal dari

hati Apolipoprotein yang menyusun VLDL diantaranya Apo B-100, C-I, C-II,

dan C-III.VLDL adalah kendaraan utama untuk mengangkut triasilgliserol dari

hati ke jaringan ekstrahepatik. VLDL mengangkut sekitar 10-15% serum

kolesterol dan sebagian besar triasilgliserol dalam kondisi puasa.VLDL

merupakan prekursor pembentuk LDL dan sisa VLDL bersifat atherogenik.

3. LDL

LDL atau lipoprotein berdensitas tinggi merupakan tahap akhir metabolisme

VLDL. LDL lebih lanjut digolongkan menjadi LDL1 atau IDL (intermediate

density lipoprotein), yang memiliki densitas 1006-1019 g/mL dan LDL2 yang

memiliki densitas 1019-1063 g/mL.LDL2 adalah komponen utama LDL dalam

plasma dan membawa 60%-70% total kolesterol serum. Apolipoprotein utama

pada LDL yakni apolipoprotein B (B-100). LDL adalah lipoprotein pengangkut

kolesterol yang utama. Ketika puasa dan pada kondisi orang normal dengan

asupan lemak rendah, kolesterol kebanyakan disintesis dan digunakan pada

organ ekstrahepatik, sedangkan kolesterol diangkut oleh LDL dan

dikatabolisme oleh hati.

4. HDL

Lipoprotein berdensitas tinggi atau HDL berperan dalam transport kolesterol

dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron. Fosfolipid adalah lipid utama

pada HDL. HDL dibagi menjadi HDL2 (densitas 1063-1125 g/mL) dan HDL3

(1125-1210 g/mL). Fluktuasi pada HDL kadang disebabkan oleh perubahan

level HDL2. HDL secara normal mengangkut 20-30% dari total kolesterol.

7

Page 15: Makalah Hiperlipidemia

Struktur HDL sekitar 90% terbentuk oleh apolipoprotein yakni Apo A-I, A-II,

A-IV, C-I, C-II, C-III, D, dan E. Induk HDL terdiri dari lapis ganda fosfolipid

discoid yang mengandung apo A dan kolesterol bebas. HDL disintesis dan

diekskresikan dari hati dan usus. HDL utamanya berfungsi sebagai tempat

penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam metabolisme

kilomikron dan VLDL. HDL telah terbukti secara klinis memberi efek protektif

terhadap kejadian penyakit jantung kronis.

2.1.2 Apolipoprotein (Murray, Bender, Botham, Kenelly, Rodwell,

&Weil,2009)

Pada setiap lipoprotein terdapat satu atau lebih apolipoprotein (protein atau polipeptida).

Apolipoprotein-lipoprotein)adalah utamaApoA. pada

Sedangkan apolipoprotein utama pada LDL-lipoprotein)(β adalah apolipoprotein

B (B-100) yang juga dapat ditemukan pula pada VLDL. Kilomikron mengandung

bentuk apo B yang terpotong (Apo-48) yang disintesis di usus, sementara apo B-

100 disintesis di hati. Apo B-100 adalah salah satu rantai polipeptida tunggal yang

diketahui paling panjang dan memiliki sekitar 4536 asam amino dan massa

molekul 550.000 Da. Apo B-48 (48% B-100) dibentuk dari m-RNA yang sama

seperti B-100 setelah introduksi sebuah sinyal perhentian oleh suatu enzim

penyunting RNA. Apo C-I, C-II, dan C-III adalah polipeptida yang lebih kecil

(massa molekul 7000-9000 Da) yang bebas dipindahkan dari satu lipoprotein ke

lipoprotein lain. Apo E ditemukan di VLDL, HDL, kilomikron, dan sisa

kilomikro. Pada orang normal apo-E membentuk 5-10% apolipoprotein VLDL

total. Namun fungsi apo A-IV dan D masih belum diketahui pasti meskipun apo D

diperkirakan merupakan faktor penting dalam penyakit neurodegeneratif manusia.

Karakteristik dan fungsi berbagai apolipoprotein dapat dilihat pada Lampiran 2.

Apolipoprotein berperan dalam berbagai hal yakni:

1. Dapat membentuk sebagian struktur lipoprotein, misal apo-B

2. Kofaktor enzim, misal apo C-II untuk lipoprotein lipase, A-I untuk lesitin,

kolesterol asiltransferase, atau inhibitor enzim, misalnya apo A-II dan apo C-II

untuk lipoprotein lipase, apo C-I utnuk protein pengangkut ester kolesteril

8

Page 16: Makalah Hiperlipidemia

3. Bertindak sebagai ligand untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein dalam

jaringan, misalnya apo B-100 dan apo E untuk reseptor LDL, apo A-I untuk

resptor HDL, apo E untuk protein terkait-reseptor LDL (LDL receptor-related

protein, LRP) yang diidentifikasi sebagai reseptor sisa dan apo A-I untuk

reseptor HDL.

2.1.3 Transportasi dan Metabolisme Lipoprotein

Lemak yang diperoleh dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati atau

hasil simpanan dijaringan adiposa harus diangkut keberbagai jaringan dan organ

tubuh untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, cara

transpor lipid dalam plasma darah yang berbahan dasar air dilakukan dengan cara

menggabungkan lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid

amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein

yang dapat bercampur dengan air. Transpor lipoprotein terdiri atas dua jalur yaitu

jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida yang diserap dari lemak

makanan pada saluran pencernaan (metabolisme kilomikron) dan jalur endogen

yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan trigliserida mencapai plasma dari hati

dan jaringan selain pencernaan lainnya (metabolisme VLDL).

Gambar 2.2. Transpor lipopretein (terdiri atas jalur eksogen dan jalur endogen)

9

Page 17: Makalah Hiperlipidemia

2.1.3.1 Jalur Eksogen (Metabolisme Kilomikron)

Kilomikron berperan sebagai pengangkut lipid dari makanan ke dalam

sirkulasi. Lipid yang diperoleh dari makanan akan diserap oleh usus, dan

kemudian dibentuk menjadi kilomikron di dalam sel usus. Setelah itu, kilomikron

akan dibebaskan dari sel usus melalui proses pinositosis terbalik (reverse

pinocytosis), menuju sistem limfatik.

Kilomikron yang baru disekresikan ini disebut sebagai kilomikron nascent.

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.3, kilomikron nascent hanya

mengandung apolipoprotein B-48 dan apolipoprotein A. Bentuk utuh kilomikron

diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana apolipoprotein C dan

apolipoprotein E akan disalurkan dari HDL menuju kilomikron nascent,

membentuk kilomikron utuh.

[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]

Gambar 2.3. Metabolisme kilomikron. (A: apolipoprotein A, B-48:apolipoprotein B-48, ©: apolipoprotein C, E: apolipoprotein E, TG: triasilgliserol,

C: kolesterol dan ester kolesteril, P: fosfolipid, HL: lipase hati, LRP: proteinterkait-reseptor LDL).

Di dalam sirkulasi, kilomikron dapat menempel pada enzim lipoprotein

lipase yang terdapat pada lapisan endotel di dinding pembuluh darah. Jika hal ini10

Page 18: Makalah Hiperlipidemia

terjadi, maka kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim tersebut. Pada

prosesnya, apolipoprotein C-II berperan sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase,

sementara apolipoprotein A-II dan C-III berperan sebagai inhibitor enzim

lipoprotein lipase. Reaksi hidrolisis akan memecah kilomikron, dimana

triasilgliserol akan mengalami hidrolisis menjadi diasilgliserol, kemudian menjadi

monoasilgliserol, dan akhirnya menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam-

asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis ini sebagian besar akan

diangkut ke dalam jaringan, terutama ke jaringan adiposa, jantung dan otot (80%),

sementara sekitar 20% menuju hati. Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan

masuk ke vena lalu menuju hati. Di hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi

triasilgliserol dengan bantuan enzim gliserokinase.

Reaksi hidrolisis tersebut menyebabkan penurunan kadar lipid dalam

kilomikron, yang sebelumnya 98-99% menjadi 92-94%. Hidrolisis juga

menyebabkan apolipoprotein C kembali ke HDL, dan apolipoprotein A disalurkan

menuju HDL, sehingga membentuk kilomikron sisa. Pada kilomikron sisa,

apolipoprotein B-48 (yang merupakan apolipoprotein integral) dan apolipoprotein

E masih tetap dipertahankan. Alasan dipertahankannya apolipoprotein E adalah

karena apolipoprotein E memiliki peranan penting dalam proses absorpsi

komponen-komponen lipid pada kilomikron sisa oleh hati. Apolipoprotein E

merupakan ligan untuk interaksi antara kilomikron sisa dengan dua reseptor pada

hati, yaitu reseptor LDL dan protein terkait-reseptor LDL. Kedua reseptor tersebut

merupakan reseptor dependen-apo E, yaitu reseptor yang dapat membantu

penyerapan molekul yang mengandung apolipoprotein E. Selain itu, proses

penyerapan juga dibantu oleh enzim lipase pada hati yang menghidrolisis

fosfolipid dan triasilgliserol yang masih tersisa pada kilomikron sisa. Hasil

hidrolisis inilah yang akan diserap ke dalam hati. Berikutnya, di dalam hati akan

dibentuk HDL, yang nantinya kembali melepaskan apolipoprotein C dan E

menuju kilomikron nascent, sehingga terbentuk kilomikron utuh kembali.

2.1.3.2 Jalur Endogen (Metabolisme VLDL)

VLDL atau lipoprotein berdensitas sangat rendah berperan untuk

mengangkut triasilgliserol keluar dari dalam hati. VLDL dibentuk oleh sel hati,

11

Page 19: Makalah Hiperlipidemia

dan kemudian disekresikan menuju lapisan endotel pembuluh darah. VLDL yang

baru disekresikan ini disebut sebagai VLDL nascent. VLDL nascent hanya

mengandung sedikit apolipoprotein C dan E. Seperti yang dapat dilihat pada

Gambar 2.4, bentuk utuh VLDL diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana

apolipoprotein C dan apolipoprotein E disalurkan dari HDL menuju VLDL

nascent, membentuk VLDL utuh.

[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]

Gambar 2.4. Metabolisme VLDL. (A: apolipoprotein A, B-100: apolipoproteinB-100, ©: apolipoprotein C, E: apolipoprotein E, TG: triasilgliserol, C: kolesterol

dan ester kolesteril, P: fosfolipid).

Di dalam sirkulasi, VLDL dapat menempel pada enzim lipoprotein lipase

yang terdapat pada lapisan endotel di dinding pembuluh darah. Jika hal ini terjadi,

maka VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim tersebut. Pada prosesnya,

apolipoprotein C-II berperan sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase, sementara

apolipoprotein C-III berperan sebagai inhibitor enzim lipoprotein lipase. Reaksi

hidrolisis akan memecah VLDL, dimana triasilgliserol akan mengalami hidrolisis

menjadi diasilgliserol, kemudian menjadi monoasilgliserol, dan akhirnya menjadi

asam lemak bebas dan gliserol. Asam-asam lemak bebas yang dihasilkan dari

12

Page 20: Makalah Hiperlipidemia

proses hidrolisis ini sebagian besar akan diangkut ke dalam jaringan, terutama ke

jaringan adiposa, jantung dan otot (80%), sementara sekitar 20% menuju hati.

Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan masuk ke vena lalu menuju hati. Di

hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi triasilgliserol dengan bantuan enzim

gliserokinase.

Reaksi hidrolisis tersebut menyebabkan penurunan kadar lipid dalam

VLDL, yang sebelumnya 90-93% menjadi 89%. Hidrolisis juga menyebabkan

apolipoprotein C kembali ke HDL, sehingga membentuk IDL. Pada IDL,

apolipoprotein B-100 (yang merupakan apolipoprotein integral) dan

apolipoprotein E masih tetap dipertahankan. Setelah dimetabolisme menjadi IDL,

IDL dapat diserap oleh hati secara langsung melalui reseptor LDL, atau dapat

diubah terlebih dahulu menjadi LDL. Jika IDL telah diubah menjadi LDL, maka

sebanyak 70% LDL akan diserap oleh hati, sementara 30% diserap oleh jaringan

ekstrahepatik, karena adanya reseptor LDL di tiap jaringan. LDL yang diabsorpsi

oleh jaringan ekstrahepatik ini akan disimpan dan menetap di jaringan tersebut

(tidak dikeluarkan lagi). Proses penyerapan IDL ataupun LDL sendiri dibantu oleh

apolipoprotein B-100 dan apolipoprotein E yang merupakan ligan untuk interaksi

dengan reseptor LDL.

Di hati, proses penyerapan juga dibantu oleh enzim lipase pada hati yang

menghidrolisis fosfolipid dan triasilgliserol yang masih terdapat dalam IDL dan

LDL. Hasil hidrolisis inilah yang akan diserap ke dalam hati. Berikutnya, di dalam

hati akan dibentuk HDL, yang nantinya kembali melepaskan apolipoprotein C dan

E menuju VLDL nascent, sehingga terbentuk VLDL utuh kembali.

2.1.3.3 Transpor Balik Kolesterol (Metabolisme HDL)

Salah satu peran HDL adalah sebagai tempat penyimpanan apolipoprotein C

dan apolipoprotein E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL.

Proses metabolisme HDL dapat dilihat pada Gambar x. HDL disintesis dan

disekresikan dari hati dan usus. Kemudian, apolipoprotein C dan apolipoprotein E

yang disintesis di hati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus ketika HDL

usus ini memasuki plasma. HDL yang baru dibentuk ini disebut HDL nascent,

yang terdiri dari lapis-ganda fosfolipid diskoid yang mengandung apolipoprotein

13

Page 21: Makalah Hiperlipidemia

A dan kolesterol bebas, namun belum memiliki inti (ester kolesteril). Berikutnya,

LCAT (lesitin kolesterol asil transferase) berikatan dengan partikel HDL nascent

yang diskoid. Aktivitas enzim ini dibantu oleh apolipoprotein A-1 yang berperan

sebagai kofaktor untuk LCAT. LCAT berperan mengesterifikasi kolesterol, dengan

cara mentransfer gugus asil dari lesitin menuju kolesterol, membentuk ester

kolesteril.

Gambar 2.5. Metabolisme HDL. (C: kolesterol; CE: ester kolesteril; PL:fosfolipid; A-1: apolipoprotein A-1; SR-B1: scavenger receptor B1; ABC-1: ATP-

binding cassette transporter A-1)

Pada prosesnya, HDL ini juga akan mendapatkan kolesterol dari jaringan,

yang kemudian akan diesterifikasi menjadi ester kolesteril oleh LCAT.

Disalurkannya kolesterol dari dalam jaringan melibatkan ABC-1 (ATP-binding

cassette transporter A-1). ABC-1 berperan untuk memindahkan kolesterol dari

dalam jaringan, menuju partikel yang kurang memiliki lipid, misalnya HDL3 dan

praβ-HDL.

Ester kolesteril yang bersifat nonpolar akan bergerak masuk ke bagian

dalam lapis ganda yang bersifat hidrofobik, sementara lisolesitin dipindahkan ke

albumin plasma. Masuknya ester kolesteril menyebabkan terbentuknya HDL

14

Page 22: Makalah Hiperlipidemia

pseudomisel yang sferis, dimana di bagian luar adalah lapisan permukaan lipid

polar dan apolipoprotein. HDL ini disebut sebagai HDL3.

Berikutnya, HDL3 akan terus menerima kolesterol dari jaringan, dan oleh

LCAT, kolsterol ini akan diesterifikasi kembali membentuk ester kolsteril. Hal ini

menyebabkan terjadinya perbesaran ukuran partikel sehingga terbentuk HDL2

yang lebih besar dan kurang padat. Selanjutnya hati akan menerima kolesterol

yang terdapat dalam HDL2 melalui SR-B1 (Class B scavenger receptor B1) yang

merupakan reseptor HDL pada hati. Reseptor ini mengikat HDL2 melalui

apolipoprotein A-1, dan kemudian ester kolesteril akan diserap ke dalam hati,

sementara apolipoprotein A-1 tidak diserap. Kolesterol yang telah diserap oleh

hati akan disekresikan melalui empedu (baik sebagai kolesterol atau setelah

diubah menjadi asam empedu).

Penyerapan ester kolesteril ini dapat menyebabkan berkurangnya ukuran

HDL2, sehingga dapat kembali membentuk HDL3 yang lebih padat. Pertukaran

antara HDL2 dan HDL3 ini disebut sebagai siklus HDL. Namun, jika seluruh

komponen lipid (termasuk fosfolipid) pada HDL2 diserap oleh hati, maka akan

terbentuk apolipoprotein A-1 yang bebas. Apolipoprotein A-1 yang bebas ini akan

membentuk-HDL setelahpraβberikatan dengan sejumlah kecil fosfolipid dan

kolesterol. Sementara jika terdapat kelebihan apolipoprotein A-1, maka akan

dihancurkan di ginjal.

Selanjutnya, praβ-HDL yang masih mengandung sedikit fosfolipid dan

kolesterol akan memicu pengeluaran (efluks) kolesterol dari dalam jaringan,

dibantu oleh ABC-1 yang berperan dalam penyaluran kolesterol dari dalam

jaringan menuju partikel yang kurang memiliki lipid, seperti praβ-HDL.

Kadar HDL bervariasi secara timbal-balik dengan kadar triasilgliserol

plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoproptein lipase. Hal ini dapat

disebabkan oleh konstituen permukaan, misalnya fosfolipid dan apolipoprotein A-

1 yang dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDV, sehingga ikut

membentuk-HDL danpraβHDLdiskoid.

15

Page 23: Makalah Hiperlipidemia

2.2 Hiperlipidemia

2.2.1 Definisi

Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas

normal. Total kolesterol menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau

trigliserida tinggi, HDL (High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi

kelainan lain. (Wells et al., 2009). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan

memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan

dan pengerasan pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama

terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2002).

Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena

sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein

membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan

menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam

darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.

Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan

HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas

di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam

kisaran normal (Suyatna, 2007).

2.2.2 Etiologi

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi,

tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang

menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:

1- Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia

2- Obesitas

3- Diet kaya lemak

4- Kurang melakukan olah raga

5- Penggunaan alkohol

16

Page 24: Makalah Hiperlipidemia

1- Merokok sigaret

2- Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

3- Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total

bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan

lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang

berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah

memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya

menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar

kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan

secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya

lipoprotein dari aliran darah.

Tabel 2.1. Penyebab Tingginya Kadar Lemak

17

Page 25: Makalah Hiperlipidemia

2.2.3 Klasifikasi

Hiperlipoproteinemia dibedakan atas lima macam berdasarkan jenis

lipoprotein yang meningkat. Hiperlipidemia ini mungkin primer atau sekunder

akibat diet, penyakit atau pemberian obat. Berdasarkan penyebab terjadinya,

kondisi hiperlipidemia dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer

(genetik) dan hiperlipidemia sekunder (Suyatna & Handoko, 2003:368).

2.2.3.1 Hiperlipidemia Primer

Hiperlipidemia primer ditandai dengan kerusakan genetik yang meliputi

kelainan pada protein, sel dan fungsi organ lainnya yang mengakibatkan keadaan

yang tidak normal pada lipoprotein. Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua

kelompok besar, yaitu hiperpoliproteinemia monogenik karena kelainan gen

tunggal yang diturunkan dan hiperpsoliproteinemia poligenik/multifaktorial.

Kadar kolesterol pada kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor

genetik dengan faktor lingkungan. Jenis poligenik lebih banyak ditemukan dari

monogenik, tetapi jenis monogenik mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi.

Tabel 2.2 menggambarkan pembagian hiperlipidemia primer (Suyatna &

Handoko, 2003:368-369).

Tabel 2.2 Penyakit, Profil dan Lipid (Suyatna dan Handoko, 2003:368)

18

Page 26: Makalah Hiperlipidemia

Individu dengan hiperpoliproteinemia primer juga mungkin menderita

hiperlipidemia sekunder yang menimbulkan perubahan gambar lipidnya.

Hiperpoliproteinemia sekunder berhubungan dengan diabetes melitus yang tidak

terkontrol, minum alkohol, hipotiroidisme, penyakit obstruksi hati, sindrom

nefrotik, uremia, penyakit penimbunan glikogen, sepeti mieloma multipel,

makroglobulinemia, lupus eritematosus. Keberhasilan pengobatan penyakit dasar

biasanya memperbaiki hiperpoliproteinemia (Suyatna & Handoko, 2003:369).

Frederickson membagi hiperlipoproteinemia berdasar fenotip plasma

lipoprotein (Tabel 2.3) menjadi enam tipe yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan V.

Pembagian ini berdasarkan lima macam jenis lipoprotein yang meningkat (Dipiro

et al., 2005:434).

Tabel 2.3. Klasifikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Fenotip Lipoprotein (Klasifikasi Fredrickson-Levy-Lees) (Dipiro et al, 2005:434)

19

Page 27: Makalah Hiperlipidemia

Tipe-tipe hiperlipidemia menurut Frederickson adalah sebagai berikut:

a. Hiperlipidemia tipe I

Hiperlipidemia tipe I ini memperlihatkan hiperkilomikronemia pada waktu

puasa bahkan dengan diet lemak normal dan biasanya disebabkan defisiensi

lipoprotein lipase (LPL) yang dibutuhkan untuk metabolisme kilomikron

Beberapa keluarga yang kekurangan apoprotein CII dilaporkan memperlihatkan

sindrom yang sama. Trigliserida serum meningkat dengan jelas, dan rasio

kolesterol/trigliserida biasannya < 0,2/1. (Suyatna & Handoko, 2003:369).

Kelainan tipe I biasanya muncul sebelum pasien berusia 10 tahun dengan

gejala seperti kolik, nyeri perut berulang, xantoma dan hepatosplenomegali.

Sedangkan pada orang dewasa gejala yang muncul yaitu nyeri yang mirip akut

abdomen sering disertai demam, leukositosis, anoreksia dan muntah. Pendarahan

akibat pankreatitis akut merupakan komplikasi penyakit ini yang paling berat dan

kadang-kadang fatal. Arterosklerosis jantung prematur tidak dihubungkan dengan

lipidemia tipe ini. Pada pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya lapisan krem

di permukaan plasma pasien puasa (Suyatna & Handoko, 2003:369).

b. Hiperlipidemia tipe II

Hiperlipidemia tipe II ini terjadi peningkatan LDL dan apoprotein B dengan

VLDL kadar normal (tipe IIa) atau meningkat sedikit (tipe IIb). Gejala klinik

timbul sejak masa anak pada individu homozigot, tetapi pada heterozigot gejala

tidak muncul sebelum umur 20 tahun. Kelainan homozigot dan heterozigot mudah

didiagnosis pada anak dengan mengukur LDL kolesterol. Bentuk paling umum

hiperlipidemia tipe II diduga disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor LDL

berafinitas tinggi. Pada heterozigot jumlah reseptor LDL primer fungsional kira-

kira setengah nilai normal dan homozigot lebih sedikit lagi, Blokade degradasi

LDL menyebabkan penimbunan LDL dalam plasma yang kemudian

meningkatkan deposit lemak di dinding arteri (Suyatna & Handoko, 2003:369).

Xantoma jenis tuberosa atau tendinosa timbul pada homozigot dan

heterozigot, sedangkan lesi plantar sering tampak pada homozigot. Pada pasien

homozigot, penyakit iskemia jantung terjadi sebelum umur 20 tahun, pada pria

heterozigot persentasenya mencapai 60% pada umur 50 tahun. Jadi deteksi dini

20

Page 28: Makalah Hiperlipidemia

sangat penting Hiperlipidemia tipe II terbagi menjadi dua tipe yakni tipe IIa dan

tipe IIb, dimana tipe pembagiannya berdasarkan atas tingginya kadar trigliserida

terhadap LDL kolesterol (Suyatna & Handoko, 2003:369-370).

1- Tipe IIA (Hiperkilomikronemia familial)

Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam

degradasi LDL, sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi

triasilgliserol normal. Ini disebabkan oleh berkurangnya reseptor LDL normal..

Pengobatan untuk hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu dengan diet rendah

kolesterol dan lemak jenuh. Untuk heterozigot dapt diterapi dengan kolestipol

atau kolestiramin dan levostatin atau mevastatin. Untuk homozigot sama

seperti heterozigot tetapi dengan penambahan niasin (UPT-Balai Informasi

Teknologi LIPI, 2009).

2- Tipe IIB (Hiperlipidemia kombinasi familial)

Tipe ini sama dengan tipe IIA kecuali adanya peningkatan VLDL,

menyebabkan triasilgliserol serum dan kolesterol meningkat. Yang disebabkan

karena produksi VLDL oleh hati berlebihan. Pengobatan untuk hiperlipidemia

tipe IIA ini yaitu dengan pembatasan kolseterol dan lemak jenuh dalam diet

serta alkohol. Terapi obat sama dengan IIA kecuali heterozigot juga menerima

niasin (UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI, 2009).

c. Hiperlipidemia tipe III

Hiperlipidemia tipe III atau dikenal dengan nama Familial

Dysbetalipoproteinemia, merupakan penyakit keturunan yang sangat jarang sekali

ditemui. Hiperlipidemia tipe III ditandai dengan tingginya kadar kilomikron dan

IDL (intermediate density lipoprotein). Penimbunan IDL pada tipe ini disebabkan

oleh blokade parsial dalam metabolisme VLDL menjadi LDL dan adanya

peningkatan produksi apoprotein B atau peningkatan kadar apoprotein E total.

Pada penderita ini pengambilan sisa kilomikron dan sisa VLDL oleh hati dihambat

dan menyebabkan terjadinya akumulasi di darah dan jaringan. Pada kelainan ini

kolesterol serum dan trigliserid meningkat (350-800 mg/dl) (Suyatna & Handoko,

2003:370).

21

Page 29: Makalah Hiperlipidemia

Gejala klinik muncul pada masa remaja berupa berupa xantoma pada

telapak tangan dan kaki, dan kelainan tuberoeruptif di siku, lutut, atau bokong

yang mungkin bersifat karakteristik. Penyakit koroner, kardiovaskuler dan

pembuluh darah tepi terjadi lebih cepat yaitu pada usia 40-50 tahun; intoleransi

glukosa serta hiperurisemia terdapat pada 40% penderita (Suyatna & Handoko,

2003:370).

d. Hiperlipidemia tipe IV

Tipe ini mungkin merupakan hiperlipidemia yang terbanyak dijumpai di

negeri Barat. Tipe ini ditandai dengan terjadinya peningkatan VLDL dan

trigliserida yang kemudian dikenal dengan hipertrigliseridemia. Individu dengan

hiperlipidemia tipe IV biasanya memiliki kadar trigliserida antara 250 hingga 500

mg/dl. Gejala klinik muncul pada usia pertengahan. Separuh dari penderita ini

meningkat kadar trigliseridnya pada umur 25 tahun. Mekanisme kelainan yang

familial tidak diketahui, tetapi tipe IV yang didapat biasanya bersifat sekunder

akibat penyakit lain, alkoholisme berat atau diet kaya karbohidrat dan biasanya

penderita gemuk. Iskemia jantung mungkin terjadi (lebih jarang dibandingkan

dengan tipe II) pada umur 40 tahunan atau setelahnya pada penderita tipe IV

familial. Xanthoma umumnya tidak ada. Banyak penderita ini menunjukkan

intoleransi glukosa dengan reaksi insulin berlebihan terhadap beban karbohidrat

dan lebih dari 40% disertai dengan hiperurisemia (Suyatna & Handoko,

2003:370).

e. Hiperlipidemia tipe V

Tipe ini memperlihatkan akumulasi VLDL dan kilomikron yang disebabkan

ketidakmampuan tubuh untuk memetabolisme dan membuang kelebihan

trigliserida sebagaimana mestinya (gangguan katabolisme trigliserid endogen dan

eksogen). Semua lipoprotein terdiri dari kolesterol, kadar kolesterol meningkat

jika kadar trigliserida terlalu tinggi. Kelainan ini jarang ditemukan. Secara genetik

bersifat heterogen dan penderita dengan kelainan familial biasanya tidak

menunjukkan gelaja sampai sesudah usia 20 tahun. Penderita ini memperlihatkan

intoleransi terhadap karbohidrat dan lemak, serta hiperurisemia. Hubungan antara

penyakit jantung iskemik dan kelainan tipe V tidak jelas, tetapi kadar trigliserid

22

Page 30: Makalah Hiperlipidemia

harus diturunkan untuk mengurangi terjadinya xantoma, pankreatitis dan nyeri

abdominal (Suyatna & Handoko, 2003:370).

2.2.3.2 Hiperlipidemia Sekunder

Hiperlipidemia sekunder ditandai dengan kelainan pada lipid sebagai akibat

dari kelainan suatu penyakit atau efek samping dari terapi obat dimana hal

tersebut tercatat memiliki presentasi hingga 40% dari semua tipe pada

hiperlipidemia. Penyebab sekunder yang paling sering adalah gaya hidup dengan

asupan makanan yang berlebihan lemak jenuh, kolesterol, dan lemak trans dalam

jumlah besar. Penyebab sekunder lainnya adalah diabetes mellitus, konsumsi

alkohol yang berlebihan, penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, primary biliary

cirrhosis, dan penyakit hati kolestatik lainnya. Selain itu obat-obatan seperti

tiazid, beta bloker, retinoid, ARV, estrogen dan progestin, serta glukokortikoid

(Suyatna & Handoko, 2003:369).

Agen farmakologi tersebut meliputi agen yang dapat meningkatkan kadar

LDL dan menurunkan kadar HDL meliputi: progestin, steroid anabolik,

kortikosteroid dan beberapa antihipertensi seperti beta bloker dan diuretik. Beta

bloker tanpa aktivitas intrinsic (ISA) cenderung menurunkan HDL dan menaikkan

trigliserida. Tiazid dan diuretic loop dapat menyebabkan peningkatan pada LDL.

Pill KB dapat menyebabkan hipertrigliserida pada beberapa wanita.

23

Page 31: Makalah Hiperlipidemia

Tabel 2.4. Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang Menyebabkan Hiperlipidemia Sekunder (Dipiro et al, 2005:435)

Tabel 2.5. Penyakit dan Obat yang Menyebabkan Hiperlipidemia Sekunder (Ito,2008:181)

24

Page 32: Makalah Hiperlipidemia

Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu

hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar

trigliserida tinggi).

a. Hiperkolesterolemia

Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks

pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan lemak) dalam

pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus.

Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan

pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang disuplai pembuluh darah akan

mengalami kekurangan atau penghentian suplai darah. Kondisi inilah yang pada

akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung koroner (PJK), stroke, atau

penyakit vaskuler lainnya. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari

130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar

HDL harus meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006:46-47).

b. Hipertrigliserida

Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan resiko terjadinya

penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida darah diatas

250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak selalu

meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri koroner.

Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL) bisa

menyebabkan pancreatitis (Neal, 2006:46-47).

2.2.4 Patofisiologi

Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai

kompleks lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Klasifikasi nilai

kolesterol total, LDL dan HDL pada orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total serta penurunan

HDL dalam darah berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner

(PJK) (Dipiro et al, 2006:88).

Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial berupa ketidakmampuan

pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau kerusakan pencernaan

25

Page 33: Makalah Hiperlipidemia

kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada

kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,

dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya

reseptor LDL (Dipiro et al., 2006:88).

Tabel 2.6 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro et al, 2005:435)

2.2.5 Manifestasi Klinik

Hiperlipidemia dapat ditandai dengan berbagai gejala klinis yang umum

dialami oleh penderita dan berbagai gejala lainnya. Secara umum, kebanyakan

dari pasien tidak mengalami gejala berarti selama beberapa tahun. Pasien dengan

sindrom metabolisme biasanya memiliki tiga dari gejala berikut atau lebih, seperti

obesitas abdominal, dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah, resistensi

insulin dengan atau tanpa intoleransi glukosa, atau respon proinflamasi (Dipiro,

Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L.

M.,1999).

Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada penderita

hiperlipidemia. Gejala yang dapat dialami adalah palpitasi, berkeringat, anxietas,

26

Page 34: Makalah Hiperlipidemia

nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan dalam berbicara dan

bergerak, nyeri perut, dan kematian mendadak. Sementara tanda-tanda yang dapat

terjadi pada penderita hiperlipidemia adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati

perifer, tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m2, atau lingkar pinggang

lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan. Namun terdapat

manifestasi klinik yang lebih spesifik tergantung pada tipe hiperlipidemia

berdasarkan tabel berikut (Dipiro, Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke,

G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L. M.,1999).

Tabel 2.7. Manifestasi Klinik Beberapa Tipe Hiperlipidemia

(Sumber : Pharmacology and Pathophysiology Approach Edisi Ke-6)

Jenis Fenotip Kadar Lipid Lipoprotein

Plasma, mg/dl Gejala KlinisMeningkat Fenotipe

(mmol/L) pada

Hiperkolesterolemia Heterozigot LDL IIa Xantoma pada

familial TC = 7-13 (275- penderita berusia

500) dewasa

Kelainan pembuluh

darah (30-50 tahun)

Homozigot LDL IIa Xantoma pada

TC > 13 (>500) penderita berusia

dewasa

Kelainan pembuluh

darah pada penderita

anak-anak

Defektif apo B100 Heterozigot LDL IIa

familial TC = 7-13 (275-

500)

Hiperkolesterolemia TC = 6,5-9 LDL IIa Biasanya

poligenik (250-350) asimtomatik,

Terjadi kelainan

pembuluh darah

27

Page 35: Makalah Hiperlipidemia

Hipertrigliseridemia TG = 2.8-8.5 VLDL IV Asimptomatik,

familial (250-750) peningkatan resiko

penyakit pembuluh

darah

Defisiensi LPL TG > 8.5 (750) Kilomikron I, V Asimptomatik, Dapat

familial , VLDL terjadi pankreatitis,

nyeri perut,

hepatosplenomegali

Defisiensi apo C II TG > 8.5 (>750) Kilomikron I, V Asimptomatik, Dapat

familial , VLDL terjadi pankreatitis,

nyeri perut,

hepatosplenomegali

Hiperlipidemia TG = 2,8-8,5 VLDL, IIb Asimptomatik namun

kombinasi (250-750) LDL dapat terjadi penyakit

TC = 6.5-13 pembuluh darah,

(250-500) Familial dapat terjadi

tingkat TG dan LDL

tinggi

Dysbetalipoproteine TG = 2.8-8.5 VLDL, III Asimptomatik,

mia (250-750) IDL, LDL namun dapat terjadi

TC = 6.5-13 normal penyakit pembuluh

(250-500) darah

Xanthoma eruptif

Xantoma, penyakit pembuluh darah, nyeri abdominal, pankreatitis, dan

hepatosplenomegali adalah manifestasi klinik yang spesifik pada beberapa tipe

hiperlipidemia. Berikut penjelasan mengenai penyakit tersebut:

1. Xantoma

Xantoma adalah gejala yang umum ditemukan pada beberapa tipe

hiperlipidemia. Xantoma adalah deposit lipid yang berada di bawah kulit

membentuk suatu tonjolan yang lunak dan berwarna kekuningan (xanthos

28

Page 36: Makalah Hiperlipidemia

dalam bahasa Yunani berarti kuning). Xantoma terjadi karena permeasi

lipoprotein plasma yang berasal dari sirkulasi melewati kapiler pembuluh yang

kemudian mengalami fagositosis oleh makrofag dan mengalami oksidasi oleh

radikal O2 yang dihasilkan pada saat terjadi transformasi monosit menjadi

makrofag. Akibatnya akan terbentuk foam cells atau sel busa. Semakin lama,

sel busa ini akan semakin menumpuk yang menyebabkan terbentuknya suatu

tonjolan.

Xantoma dapt muncul pada penderita hiperlipidemia primer (genetik) atau

hiperlipidemia sekunder yang disebabkan oleh diabetes mellitus, hipotiroid,

atau penyakit nefrotik. Pada hiperlipidemia primer (genetik), penderita dapat

mengalami defisiensi lipoprotein lipase, defisiensi apolipoprotein C-II familial,

inhibitor lipoprotein lipase familial, dan hipertrigliseridemia familial.

Pada hiperkolesterolemia familial ditandai dengan peningkatan kadar LDL

plasma dan penyimpanan turunan kolesterol di tendon (xantoma) dan arteri

(atheroma). Hal ini disebabkan karena sifat dominan autosom yang diturunkan.

Homozigot (dengan prevalensi 1:1juta) menyebabkan hiperkolesterolemia

(650-1000 mg/dl) ditandai dengan pembentukan xantoma pada usia di bawah

20 tahun. Pada hiperkolesterolemia familial terjadi ketidakmampuan

pengikatan LDL pada reseptor LDL atau kegagalan kompleks LDL-Reseptor

bekerja setelah berikatan. Homozigot tidak memiliki fungsi reseptor LDL yang

esensial. Hal ini menyebabkan kegagalan degradasi LDL dan kadar kolesterol

LDL akan meningkat (Dipiro, Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke,

G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L. M.,1999).

Xantoma yang muncul karena hiperlipidemia dapat berupa Xanthalesma

palpebrarum, Tuberous xanthoma, Tendinous xanthoma ,Xantoma eruptif,dan

Plane xanthoma.

Xanthelesma palpebrarum merupakan xantoma yang paling umum terjadi.

Lesi yang terbentuk biasanya berbentuk simetris, lembut, halus, kekuningan,

dan terbentuk tonjolan kecil di sekeliling kantung mata. Xanthelasma dan

corneal arcus (xantoma pada kornea) merupakan hal yang cukup umum terjadi

pada pasien hiperkolesterolemia diatas umur 40 tahun, biasanya muncul tanpa

gejala dan tidak berbahaya atau tidak memerlukan terapi khusus.

29

Page 37: Makalah Hiperlipidemia

[Sumber: Dokumen Duke University Medical Center]

Gambar 2.6. Xanthelesma palpebrarum

Tuberous xanthoma adalah xantoma yang ditandai dengan adanya nodul

yang keras, tidak terasa sakit, dan berwarna merah kekuningan. Lesi ini dapat

bergabung dan membesar membentuk suatu tumor. Tuberous xanthoma

biasanya muncul pada bagian tubuh yang mendapatkan tekanan seperti lutut,

siku, dan bokong. Tuberous xanthoma muncul pada penderita

hiperkolesterolemia, peningkatan LDL, disbetalipoproteinemia,

hiperkolesterolemia familial, dan hiperlipidemia sekunder.

[Sumber: Dokumen Duke University Medical Center]

Gambar 2.7. Tuberous xanthoma

Tendinous xanthomas atau tendon xanthoma adalah xantoma yang muncul

pada area tendon atau ligamen, biasanya ditemukan pada tendon ekstensor di

tangan, kaki, dan achilles tendon. Xantoma ini menandai adanya

hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar LDL plasma pada fenotipe tipe IIa.

Kolesterol dan kolesterol ester adalah bentuk dominan dari lipid, sementara

kolesterol tak teresterifikasi terakumulasi dalam ruang ekstraseluler. Kolesterol

teresterifikasi terdapat pada ruang intra dan ekstraseluler. Hal ini menunjukkan

bahwa kolesterol yang terakumulasi pada tendon lebih banyak berasal dari

Page 38: Makalah Hiperlipidemia

30

Page 39: Makalah Hiperlipidemia

sirkulasi dibandingkan sintesis kolesterol lokal, sehingga ukuran xantoma

semakin besar apabila kadar kolesterol plasma tinggi.

Xantoma eruptif secara umum ditemukan pada bagian bokong, bahu, dan

dapat pula kadang terjadi pada bagian mukosa mulut dan wajah. Lesi yang

terbentuk berwarna merah kekuningan, memiliki diameter sekitar 1-5 mm, dan

secara spontan dapat pecah setelah beberapa minggu memberikan rasa gatal

dan kemerahan. Xantoma eruptif terjadi pada hipertrigliseridemia, dan

hiperlipidemia tipe I,IV, dan V dimana kadar VLDL dan kilomikron

tinggiPickens, S., Farber, G., Mosadegh, M., 2012).

[Sumber: Dokumen Duke University Medical Center]

Gambar 2.8. Xantoma eruptif

Plane xanthoma adalah xantoma yang disebabkan oleh

disbetalipoproteinemia. Xantoma dapat menutupi area wajah dan leher.

2. Penyakit Pembuluh Darah

Pada keadaan hiperlipidemia, asam lemak yang banyak di dalam darah

akan dibawa ke hati untuk diubah menjadi kolesterol. Kolesterol yang

berlebihan di dalam darah akan berpermeasi melalui endotel pembuluh darah

yang selanjutnya akan menembus dinding pembuluh darah bagian dalam

hingga mencapai intima. Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi

kepadatannya makin mudah pula LDL tersebut menyusup ke dalam inatima.

LDL yang telah masuk ke dalam inti akan difagositosis oleh makrofag dan

akan terjadi oksidasi kolesterol oleh radikal O2 yang dihasilkan pada saat

terjadi transformasi monosit menjadi makrofag. Hal ini menyebabkan plak

pada pembuluh darah yang akan meningkatkan tahanan perifer dari pembuluh

31

Page 40: Makalah Hiperlipidemia

darah, sehingga dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darah seperti

hipertensi.

3. Pankreatitis

Pankreatitis didefinisikan sebagai inflamasi akut atau kronis pada pankreas

dengan melibatkan jaringan peripankreas dan sedikit organ. Pankreatitis akut

ditandai dengan nyeri berat pada bagian atas abdomen dan tingginya enzim

pankreas dalam darah. Adapun pankreatitis kronis ditandai dengan adanya

kerusakan permanen pada struktur dan fungsi pankreas karena inflamasi yang

terus berkembang dalam waktu lama.

Gambar 2.9. Pankreatitis

Pankreatitis yang diinduksi hipertrigliseridemia hanya terjadi bila kadar

trigliserida > 20 mmol/L. Mekanisme terjadinya pankreatitis dari kondisi

hiperlipidemia belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan terkait

dengan peningkatan konsentrasi kilomikron dalam darah. Dalam kondisi

normal, kilomikron dibentuk 1-3 jam setelah makan dan dibersihkan dalam

waktu 8 jam. Partikel ini memiliki ukuran sangat besar, berdensitas rendah, dan

dapat mengganggu aliran darah di pembuluh darah kapiler. Hiperviskositas

akibat peningkatan kilomikron pada kapiler pankreas dapat menyebabkan

iskemia yang mengganggu struktur acinar pankreas. Selain itu, akan terjadi

katabolisme trigliserid dalam kilomikron oleh lipase pankreas yang

menghasilkan asam lemak bebas proinflamatori. Asam lemak bebas

32

Page 41: Makalah Hiperlipidemia

proinflamatori ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel acinar dan kapiler

pankreas, serta selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan mediator

inflamasi dan radikal bebas hingga terjadi nekrosis, edema, dan inflamasi,

hingga terjadi pankreatitis.

4. Hepatosplenomegali

Hepatosplenomegali adalah pembengkakan yang terjadi pada organ hati

dan limpa. Pembengkakan ini dapat muncul sebagai akibat tingginya kadar

kilomikron yang terakumulasi pada hati dan limpa sehingga menimbulkan

perbesaran ukuran kedua organ tersebut.

2.2.6 Diagnosis

Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana kadar lemak dalam darah tinggi.

Pada penderita hiperlipidemia, tidak ada gejala spesifik yang dapat langsung

diamati untuk penegakan diagnosis. Oleh karena itu, diagnosis dilakukan dengan

empat cara, berikut:

1. Mengukur profil lipoprotein dalam plasma darah.

Pengukuran profil lipoprotein ini dapat dilakukan sewaktu maupun setelah

puasa. Pada profil lipoprotein puasa, diukur kadar kolesterol total, LDL, HDL,

dan trigliserida. Sedangkan pada profil lipoprotein sewaktu, diukur kadar

kolesterol total, HDL, dan trigliserida. Berikut adalah klasifikasi kadar

kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida.

Tabel 2.8. Klasifikasi kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida

Klasifikasi Kadar (mg/dL)

Kolesterol Total LDL HDL Trigliserida

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

< 200 Yang < 100 Optimal < 40 Rendah < 150 Normal

diinginkan

200- Hampir 100- Di atas ≥ 6 Tinggi 150- Hampir

239 tinggi 129 optimal 199 tinggi

≥ 2 Tinggi 130- Hampir 200- Tinggi

33

Page 42: Makalah Hiperlipidemia

159 tinggi 499

160- Tinggi ≥ 5 Sangat

189 tinggi

≥ 1 Sangat

tinggi

Pengukuran kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL dalam plasma

darah setelah puasa selama 12 jam atau lebih merupakan hal yang penting.

Karena pada kondisi tidak puasa, kadar trigliserida dapat meningkat.

2. Mengevaluasi riwayat medis penderita

Setelah melakukan pengukuran profil lipoprotein dalam darah dan

mengindikasikan hiperlipidemia, maka perlu dilakukan evaluasi riwayat medis

penderita yang mencakup usia, jenis kelamin, pemeriksaan fisik dan riwayat

keluarga terhdapat gangguan lipid dan penyakit kardiovaskuler. Pria dengan

usia tahun≥45 dan tahun,wanitaatauwanita≥yang55telah mengalami

menopause dini tanpa penggunaan terapi penggantian esterogen, merupakan

faktor resiko utama dari hiperlipidemia. Pada pemeriksaan fisik, ada beberapa

hal yang harus dicermati, yaitu:

1. Faktor risiko kardiovaskular atau penyakit kardiovaskular tertentu pada

pasien.

2. Penyebab sekunder hiperlipidemia, termasuk penggunaan obat-obatan

secara bersamaan.

3. Munculnya xanthoma di tubuh pasien. Karena xanthoma muncul akibat

kadar trigliserida yang ssangat tinggi dalam darah.

3. Pengukuran Apoprotein B

Apoprotein B merupakan protein yang terikat pada VLDL dan LDL. Jika

dibandingkan dengan pengukuran kadar lipoprotein dalam darah, pengukuran

Apoprotein B lebih akurat dalam menyatakan jumlah lipoprotein yang terdapat

dalam darah. Hal ini dikarenakan 1 molekul Apoprotein B terikat hanya pada 1

molekul lipoprotein. Sedangkan pada pengukuran lipoprotein, yang diukur

34

Page 43: Makalah Hiperlipidemia

adalah massa kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein, bukan jumlah molekul

dari tiap jenis lipoprotein. Jika jumlah Apoprotein B dalam plasma tinggi,

maka dapat disimpulkan bahwa jumlah VLDL dan LDL dalam darah juga

tinggi.

4. Elektroforesis lipoprotein dalam gel agarosa

Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung jenis lipoprotein

yang kadarnya tinggi di dalam darah. Prinsip dari metode ini adalah skrining

lipoprotein dalam gel agarose dan setiap jenis lipoprotein akan terelusi

berdasarkan densitasnya. Pada gel agarose, pita yang muncul berturut-turut dari

atas adalah α lipoprotein-β(HDL),(LDL),pre da

(VLDL). Hasil skrining gel agarose dari pasien akan dibandingkan dengan gel

agarose standar. Gel agarose standar merupakan gel agarose yang berisi ketiga

jenis lipoprotein dengan kadar normal. Jika pada hasil skrining gel agarose dari

pasien, terdapat 1 atau lebih pita yang lebih gelap daripada pita yang terdapat

pada gel agarose standar, maka dapat disimpulkan bahwa jenis lipoprotein

yang diwakili oleh pita tersebut memiliki kadar yang tinggi dalam darah

pasien.

Penderita hiperlipidemia memiliki resiko tinggi untuk terserang penyakit

jantung koroner (PJK) jika tidak menerima perawat yang benar. Ada beberapa

faktor resiko utama yang dapat menyebabkan penderita hiperlipidemia terserang

penyakit jantung koroner, yaitu:

1. Usia, untuk laki-laki lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun atau

mengalami menopause dini tanpa terapi penggantian esterogen.

2. Riwayat keluarga pada penyakit kardiovaskuler dini, infark miocard atau

kematian mendadak dari keluarga ayah dengan usia kurang dari 55 tahun atau

dari keluarga ibu dengan usia kurang dari 65 tahun.

3. Kebiasaan merokok.

4. Hipertensi dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg ataupun sedang

mengkonsumsi obat antihipertensi.

5. Kosentrasi HDL yang rendah yaitu kurang dari 40 mg/dL.

35

Page 44: Makalah Hiperlipidemia

Oleh karena itu, berdasarkan faktor resiko utama yang dimiliki dan

persentase resiko PJK dalam 10 tahun ke depan, penderita hiperlipidemia

diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu resiko tinggi (high risk), resiko cukup

tinggi (moderately high risk), resiko sedang (moderate risk), dan resiko rendah

(low risk) (Tabel 2.9). Kategori ini digunakan untuk menentukan jenis terapi yang

dapat diberikan kepada penderita hiperlipidemia dan konsentrasi LDL (mg/dL)

yang harus dicapai melalui terapi tersebut.

Tabel 2.9. Kategori Penderita Hiperlipidemia

Faktor Penentu Kategori Konsentrasi LDL (mg/dL)

Jumlah PersentaseYang

UntukUntuk terapi

Kategori faktor resiko PJK terapiharus menggunakan

resiko 10 tahun perubahandicapai obat

utama kedepan gaya hidup

Resiko tinggi PJK,< 100

(high risk) resiko > 20% ≥100 ≥ 100atau < 70

setara PJK

Resiko cukup≥2 f < 130

tinggiresiko 10 –20% atau ≥ 13 ≥ 130

(moderatelyutama < 100

high risk)

Resiko≥2 f

sedangresiko < 10% < 130 ≥ 13 ≥ 160

(moderateutama

risk)

Resiko 0-1 faktor

rendah (low resiko < 10% < 160 ≥160 ≥ 190

risk) utama

36

Page 45: Makalah Hiperlipidemia

Untuk menentukan kategori dari seorang penderita hiperlipidemia, perlu

dilakukan beberapa langkah berikut:

1. Mengukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan tekanan darah dari penderita.

Data pengukuran ini akan digunakan untuk menentukan persentase resiko PJK

dalam 10 tahun kedepan.

2. Memeriksa jumlah faktor resiko utama yang dimiliki penderita.

3. Menghitung persentase resiko PJK dalam 10 tahun kedepan.

4. Menentukan kategori yang sesuai. Stelah mengetahui kategori dari pasien,

maka dapat ditentukan jenis terapi yang harus diberikan dan konsentrasi LDL

(mg/dL) yang harus dicapai.

Perhitungan persentase resiko PJK dalam 10 tahun kedepan menggunakan

metode Proyeksi Resiko PJK 10 tahun Framingham (Framingham 10-year

Coronary Heart Disease Risk Projection). Pada metode ini, data usia, total

kolesterol, kebiasan merokok, kadar HDL dan tekanan sistolik dari penderita akan

dikonversi menjadi poin dengan rumus berikut.

Total poin = poin usia + poin total kolesterol + poin merokok + poin HDL +

poin tekanan darah sistolik

Lalu poin-poin tersebut dijumlahkan dan dikonversikan menjadi persentase

resiko PJK dalam 10 tahun kedepan, yang dapat dilihat pada Gambar 2.10.

37

Page 46: Makalah Hiperlipidemia

Gambar 2.10. Proyeksi Resiko PJK 10 tahun Framingham

Berikut ini merupakan contoh kasus dari penerapan kategori penderita

hiperlipidemia untuk diagnosis dan terapi:

1- Seorang pria berusia 42 tahun, merokok, dan tidak memiliki riwayat keluarga

penderita PJK. Setelah melakukan pemeriksaan, maka diperoleh data:

1• Kolesterol total = 275 mg/dL

2• HDL = 30 mg/dL

38

Page 47: Makalah Hiperlipidemia

1• LDL = 210 mg/dL

2• Tekanan darah = 140/90 mmHg dan tidak sednag menerima pengobatan

antihipertensi.

Berdasarkan keterangan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut:

1• Faktor resiko ada 3 , yaitu merokok, hipertensi, dan kadar HDL rendah.

2• % RESIKO PJK 10 tahun ke depan

1. poin usia = 0

2. poin total kolesterol = 6

3. poin merokok = 5

4. poin HDL = 2

5. poin tekanan darah sistolik = 1

Total poin = 0 + 6 + 5 + 2 + 1 = 14

Berdasarkan tabel, % resiko PJK 10 tahun ke depan = 16%

Berdasarkan faktor resiko utama dan % resiko PJK 10 tahun ke depan, pria

di atas termasuk dalam kategori Moderately high risk. Karena kadar LDL lebih

besar dari 130 mg/dL, maka bisa digunakan 2 jenis terapi yaitu terapi perubahan

gaya hidup dan penggunaan obat.

39

Page 48: Makalah Hiperlipidemia

BAB 3

KESIMPULAN

1. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid dan protein.

Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik) yang

terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik

yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Terdapat 4 kelompok

utama lipoprotein yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-lipoprotein (very-low

density lipoprotein), LDL-lipoproteinatau( lowβdensity lipoprotein), dan

HDL atau-lipoproteinα(high density lipoprotein). Transpor lipoprotein terdiri

atas dua jalur yaitu jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida

yang diserap dari lemak makanan pada saluran pencernaan (metabolisme

kilomikron) dan jalur endogen yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan

trigliserida mencapai plasma dari hati dan jaringan selain pencernaan lainnya

(metabolisme VLDL).

2. Hiperlipidemia atau dislipidemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas normal. Total kolesterol

menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL

(High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain.

3. Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu

hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar

trigliserida tinggi). Berdasarkan penyebab terjadinya, kondisi hiperlipidemia

dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer (genetik) dan

hiperlipidemia sekunder. Frederickson membagi hiperlipoproteinemia berdasar

fenotip plasma lipoprotein menjadi enam tipe yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan

V. Pembagian ini berdasarkan lima macam jenis lipoprotein yang meningkat.

4. Gejala yang dapat dialami oleh penderita hiperlipidemia adalah palpitasi,

berkeringat, anxietas, nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan

dalam berbicara dan bergerak, nyeri perut, dan kematian mendadak. Sementara

tanda-tanda yang dapat terjadi adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati

40

Page 49: Makalah Hiperlipidemia

perifer, tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m2, atau lingkar pinggang

lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan.

5. Diagnosis hiperlipidemia dapat dilakukan dengan empat cara yaitu mengukur

profil lipoprotein dalam plasma darah, mengevaluasi riwayat medis penderita,

melakukan pengukuran Apoprotein B, dan elektroforesis lipoprotein dalam gel

agarosa.

41

Page 50: Makalah Hiperlipidemia

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial

Homozigot Dan Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35 No.1.

Bahr, Sara van., Movin, T., Papadogiannakis, N., Pikuleva, I., Ronnow, P.,

Diczfalusy, U., Bjorkhem, I. (2002). Mechanism of Accumulation of

Cholesterol and Cholestanol in Tendons and the Role of Sterol 27-

hydroxylase (CYP27A1). The Journal of The American Heart Association.

Boyer, Rodney. (2002). Concepts in Biochemistry 2nd Edition. Canada:

Brooks/Cole.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007.Farmakologi dan Terapi.Edisi 5.

Gaya Baru. Jakarta.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M.

(2005). Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach Sixth Edition.

USA: McGraw-Hill Medical.

Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, Terry L., and Hamilton, Cindy W.

(2006). Pharmacotherapy Handbook Sixth Edition. USA: McGraw-Hill

Medical.

Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, &Posey. (2008). Pharmacotherapy A

Pathophysiologic Approach, 7th Edition. New York: The McGraw-Hill

Companies, Inc.

Fair, Kevaghn P, Eltson, Dirk M. Xanthomas, Differential and Diagnose. Diunduh

dari http://emedicine.medscape.com/article/1103971-differential pada

tanggal 7 September 2014, pukul 14.00 WIB.

Ito, Matthew K. (2008)”.Pharmacotherapy.“HyperlipidemiaPri

Practice. USA: Mc Graw Hill Medical.

Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W., &th

Weil, P.A. (2009). Harper’s IllustratedEdition. USA:Biochemi

The McGraw-Hill Companies, Inc.

Neal, M.J. (2006). At Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

42

Page 51: Makalah Hiperlipidemia

Pickens, S., Farber, G., Mosadegh, M. (2012). Eruptive Xanthoma : A Case

Report. Cutis.

Sherwood, Lauralee. (2002). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 2,

Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stephen J. McPhee, MD and Gary D. Hammer, MD, PhD. (2010).

Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine, Sixth

Edition. New York: McGraw-Hill Medical.

Sukandar, Elin Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P.S.,

Kusnandar. (2010). ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.

Suyatna, F.D. dan Tony Handoko S.K. (2003). Hipolipidemik. Dalam: S.G.

Gunawan, R. Setiabudy, Frans D Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi,

(editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Suyatna, F.D. (2007). Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R. Setiabudy,

Nafrialdi, Elysabeth (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 373-388.

Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, C. V. DiPiro. 2009.

Pharmacotherapy Handbook. Seventh Edition. The McGraw-Hill

Companies, Inc. United States. p.98.

UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. Pangan & Kesehatan.

http://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_kolesterol/ko

lesterol_tinggi.pdf [Diakses 10 September 2014].

43

Page 52: Makalah Hiperlipidemia

LAMPIRAN

44

Page 53: Makalah Hiperlipidemia

Lampiran 1. Komposisi Lipoprotein Plasma

Komposisi

Lipoprotein SumberDiameter Masa jenis Komponen utama

ApolipoproteinProtein(nm) (g/mL) lipidLipid (%)

(%)

Kilomikron Usus 90–1000 < 0.95 1–2 98–99 Triasilgliserol A-I, A-II, A-IV,1 B-48, C-I,C-II, C-III, E

Kilomikronsisa Kilomikron 45–150 < 1.006 6–8 92–94Triasilgliserol,

B-48, Efosfolipid, kolesterol

VLDL Hati (usus) 30–90 0.95–1.006 7–10 90–93 Triasilgliserol B-100, C-I, C-II, C-III

IDL/LDL1 VLDL 25–351.006–

11 89Triasilgliserol,

B-100, E1.019 kolesterol

LDL/LDL2 VLDL 20–251.019–

21 79 kolesterol B-1001.063

HDL20–25

1.019–32 68

HDL1/c 1.063

HDL2 Hati, usus, 10–20 1.063– 33 67 Fosfolipid, kolesterolA-I, A-II, A-IV, C-I, C-II,

C-III, D,2 E1.125VLDL,

HDL3kilomikron 5–10 1.125– 57 431.210

Preβ-HDL3<5 > 1.210 A-I

Page 54: Makalah Hiperlipidemia

Lampiran 2. Karakteristik dan Fungsi Apolipoprotein

A-IKilomikron,

120 28Kofaktor dengan LCAT, protein struktural pada

Hati, UsusHDL HDL, ligan untuk reseptor HDL

A-IIKilomikron,

35 17Protein struktural pada HDL, ligan untuk HDL

HatiHDL reseptor

A-IVKIlomikron,

15 46Kemungkinan memfasilitasi transfer apo lain antara

Usus1210 B HDL dan kilomikron

Berikatan pada B-10, homologi tinggi denganApoLp(a) LDL, HDL 10 ± 500 plasminogen, mungkin mencegah pengambilan HDL Hati

oleh reseptor B dan E

VLDL, HDL,Penting dalam mengumpulkan dan mensekresi

B-100 100 540 VLDL dari hati, protein structural VLDL, IDL, HatiIDL

LDL, ligan untuk reseptor LDL

B-48 Kilomikron trace 264Penting untuk mengumpulkan dan mensekresi

Ususkilomikorn dari usus kecil

C-IKilomikron,

7 6,6Kofaktor dengan LCAT, mungkin menginhibisi

HatiVLDL, HDL ambilan hepatic sisa kilomikron dan VLDL

C-IIKilomikron,

4 8,9 Aktivator LPL HatiVLDL, HDL

C-IIIKilomikron,

13 8,8Inhibitor LPL, mungkin menghambat ambilan

HatiVLDL, HDL hepatic sisa kilomikron dan VLDL

D HDL 6 32

E2-E4Kilomikron,

5 34Ligan untuk beberapa lipoprotein pada reseptor

HatiVLDL, HDL LDL, LRP, dan kemungkinan reseptor apo E hepatic