KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang system hematologi. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang. Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin. Sukabumi, 17 Maret 2014 Kelompok 5 SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang system hematologi.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya
kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan
mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
Sukabumi, 17 Maret 2014
Kelompok 5
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….…………………………………………………...…..1
DAFTAR ISI…………….……………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….….4
1.2 Rumusan Masalah………….…………..………………………………….….4
1.3 Tujuan…………...……………..………………….……………………….…5
1.4 Manfaat….……………………..…………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komposisi dan struktur sel darah manusia …………………………………6
2.2 Fungsi sel darah dan plasma darah pada tubuh manusia………...………….8
2.3 Nilai dan ukuran normal komponen darah manusia………………..………11
2.4 Sel-sel darah merah, anemia, dan polisitemia ……….…………………….12
3. Sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang
4. Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg pendek
(biasanya ada faktor keturunan)
Contoh :
1. Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur bikonkaf yg
elastis (mudah sobek)
2. Anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel2nya mengandung
tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 20
menjadi kristal2 panjang di dalam sel darah merah.. sehingga sel darah merah menjadi lebih
panjang dan berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan
O2 jaringan yg rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek.Penurunan tekanan O2 lebih
lanjut membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat.
3. Eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+).. pada saat kehamilah
pertama.. setelah ibu terpapar darah janin.. maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi
terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah
bayi, dan bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga meninggal.
4. Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat2an
5. Nutrional Anemia
Anemia defisiensi besi (Fe)
Anemia defisiensi asam folat
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 21
(akibat kekurangan asupan atau gangguan absorbsi GI track)
6. Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel.
Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12 dari usus. Anemia
pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12 melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg
mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.
7. Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.
Polisitemia
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 22
Adalah peningkatan sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan peningkatan
viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darahterhalang dan
aliran kapilat dapat tertutup.
1. Polisitemia kompensatori (sekunder)
Dapat terjadi akibat hipoksia ( kekurangan oksigen ) karena hal berikut ini:
a. Kediaman permanen di dataran tinggi
b. Aktifitas fisik berkepanjangan
c. Penyakit paru atau jantung
2. Polisitemia Vera
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 23
Adalah gangguan pada sistem tulang ( Ethel Sloane, 2003)
2.5 Leukosit, Granulosit, Makrofag, Monosit, dan Inflamasi.
Leukosit (Sel darah putih).
Sel darah putih atau leukosit adalah sel darah yang membentuk komponen darah yang berada di plasma darah .
Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagaibagian dari sistem kekebalan tubuh.
Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti,dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /diapedesis sehingga jika ada kuman yang keluar dari pembuluh bisa ditangkapnya
Normalnya kita memiliki 6000 hingga 9000 sel darah putih dalam satu mili liter
Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50. 000 sel per tetes.
Jika terjadi kekurangan atau dibawah normal kita sebut Leukopenia , dan tentu jika terjadi banyak infeksi di tubuh jumlahnya akan menigkat sesuai apa yang diperlukan agar tubuh optimal
Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu:
AGRANULOSIT : Leucocyt yang tidak bergranula / berbutir : Lymposit dan Monosit
GRANULOSIT : Leucocyt yang bergranulla berbutir butir /granule : Basofil , Eosinofil dan Neutrofil.
Granulosit
Jumlahnya hampir 75% dariseluruh leukosit, plasmanya mengandung granula (butir-butir
halus), dibuat didalam sumsum merah oleh jaringan retikulo endotelium.Granulosit merupakan
sel fagosit, memakan benda asing, terutama bakteri.Oleh karena itu, granulosit dapat menembus
dinding kapiler, disebut diapedesis serta masuk ke jaringan-jaringan.Apabila terjadiluka,
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 24
granulosit akan berkumpul pada luka untuk memakan bakteri yang masuk ke dalam
tubuh.Granulosit yang mati akan berkumpul berupa nanah. Macam-macam sel yang terdapat
kedalam tipe granulosit antara lain :
1. Neutrofil
Ciri-ciri : Plasma bersifat netral bentuk bermacam-macam, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 3.000 – 7.000
Tempat pembentukan : Jaringan Limfoid , kelenjar limfa
Masa Hidup : 6 jam – beberapa hari
Fungsi : Memfagosit / memakan bakteri
2. Eosinofil
Ciri-ciri : Bersifat asam, berbintik kemerahan, jumlah meningkat selama terjadi infeksi
Jumlah (sel/mm3) :100 – 400
Tempat Pembentukan : sumsum tulang
Fungsi : mencegah alergi, menghancurkan antigen-antibodi
Masa Hidup : 8 – 12 Hari
3. Basofil
Ciri-ciri : Bersifat basa, berwarna kebiruan, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 20 – 50
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 25
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang
Masa Hidup : Beberapa jam – beberapa hari
Fungsi : Melepaskan zat pencegah alergi, mengandung heparin (zat anti koagulan)
Agranulosit
Plasma agranulosit tidak mengandung granula (butiran), intinya relative besar, jumlahnya
±25%. Macam-macam sel darah putih yang termasuk kedalam tipe agranulosit antara lain:
1. Limfosit
Ciri-ciri : Berinti satu, tidak dapat bergerak bebas, berwarna biru pucat
Jumlah (sel/mm3) : 1.500 – 3.000
Tempat Pembentukan : Limfa dan tulang
Masa Hidup : Beberapa jam – beberapa tahun
Fungsi : Mengaktifkan system kekebalan
2. Monosit
Ciri-ciri : Berinti satu berukuran besar, berbentuk bulat panjang, dapat bergerak
cepat, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 100 – 700
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang
Masa Hidup : Beberapa Bulan
Fungsi : Fagositosit, berkembang menjadi makrofag.
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 26
Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih besar yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan
tubuh kita. Kata makrofag secara harfiah berarti ‘pemakan besar. “Ini adalah organisme seperti
amoeba, dan tugasnya adalah untuk membersihkan tubuh kita dari puing-puing mikroskopis dan
penyerang. Makrofag memiliki kemampuan untuk mencari dan ‘makan’ partikel seperti bakteri,
virus, jamur, dan parasit.
Makrofag yang lahir dari sel-sel darah putih yang disebut monosit, yang diproduksi oleh
sel-sel induk dalam sumsum tulang kita. Monosit bergerak melalui aliran darah, dan ketika
mereka meninggalkan darah, mereka tumbuh menjadi makrofag. Mereka tinggal selama
berbulan-bulan, berpatroli sel dan organ tubuh kita dan menjaga mereka bersih.
Fungsi sebuah makrofag
Makrofag menyelesaikan tugas pembersihan yang sedang berjalan dengan menelan
partikel yang tidak diinginkan dan ‘memakan’ mereka. Seperti disebutkan sebelumnya, makrofag
adalah sel sejenis amuba. Bayangkan sebuah gumpalan-seperti jelly mengalir bersama, sekitar
mangsanya, dan menelannya. Ini pada dasarnya adalah bagaimana makrofag bekerja. Tapi mari
kita lihat lebih dekat pada proses yang sebenarnya.
Makrofag menggunakan proses yang disebut fagositosis untuk menghancurkan dan
menyingkirkan partikel yang tidak diinginkan dalam tubuh. Fagositosis secara harfiah berarti sel
‘makan.’ Proses ini bekerja seperti ini: karena makrofag menelan partikel, kantongnya
disebut fagosom terbentuk di sekitarnya. Kemudian, enzim yang dilepaskan ke fagosom oleh
organel dalam makrofag disebut lisosom. Sama seperti enzim dalam perut kita sendiri dilepaskan
untuk mencerna makanan kita, enzim yang dikeluarkan oleh lisosom mencerna partikel. Puing-
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 27
puing yang tersisa, atau apa yang tersisa dari partikel, keluar dari makrofag yang akan diserap
kembali ke dalam tubuh.
Makrofag membersihkan berbagai benda asing yang tidak diinginkan. Seperti tukang
pukul di sebuah klub malam, ini pembela besar menyelesaikan pekerjaan. Bakteri, virus, jamur,
dan parasit adalah beberapa contoh dari penyerbu yang ditargetkan. Meskipun tubuh kita
memiliki hambatan di tempat seperti kulit kita dan selaput lendir yang terus keluar banyak
mikroorganisme ini, mereka masih bisa masuk ke dalam tubuh kita. Namun, setiap pelaku luar
yang tidak bisa masuk dengan cepat dihadapkan oleh sel-sel pembersihan yang super.
Aspek lain yang menarik dari makrofag adalah kemampuannya untuk mengetahui mana
sel-sel untuk menghancurkan dan mana yang harus meninggalkan sendirian. Sehat, sel-sel hidup
dalam tubuh kita memiliki satu set tertentu protein pada membran luar mereka. Mereka adalah
tanda dasarnya ID untuk sel-sel kita. Ini adalah bagaimana sistem kekebalan tubuh kita
mengenali sel kita sendiri dibandingkan benda asing.
Meskipun makrofag tidak membedakan antara berbagai jenis bakteri, virus, atau pihak
luar lainnya, mereka mengetahui bahwa partikel-partikel tersebut tidak termasuk dalam tubuh
dengan mendeteksi protein luar yang berbeda. Makrofag bahkan memiliki kemampuan untuk
mendeteksi sinyal yang dikirim oleh bakteri, yang memungkinkan mereka untuk melakukan
perjalanan ke tempat infeksi.
Tapi pekerjaan makrofag tidak berhenti di situ. Setelah virus telah ditelan dan dicerna,
misalnya, makrofag menampilkan protein mengidentifikasi itu virus tertentu. Sebuah pesan akan
dikirim ke seluruh sistem kekebalan tubuh untuk memanggil untuk produksi antibodi spesifik
untuk virus tertentu. Sepasukan sel tempur kemudian dikirim keluar untuk menghancurkan virus
sebelum mereka dapat melakukan lebih banyak kerusakan. Makrofag bahkan menyerang
beberapa sel kanker.
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 28
Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, makrofag juga membersihkan puing-
puing sel mati dan ‘sampah lainnya’ yang mungkin tergeletak di sekitar. Bayangkan penyapu
jalan perlahan-lahan bergulir di jalan Anda. Setiap kotoran atau sampah yang ada di trotoar
tersapu dan ‘ditelan’ oleh truk. Hasilnya adalah jalan bebas dari daun, kotoran, sampah, atau
gangguan lainnya. Kita bisa membayangkan makrofag dengan cara yang sama ketika
membersihkan puing-puing sel.
Inflamasi
Radang atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas yang berupa
reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis (Robbins & Kumar,
1994). Tujuan inflamasi yaitu untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri
terhadap infeksi (Soesatyo, 2002). Tanda-tanda inflamasi adalah berupa kemeraham (rubor),
panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor) (Soesatyo, 2002), dan function laesa
(Chandrasoma dan Tailor, 1995).
Secara garis besar proses inflamasi dibagi menjadi 2 tahap :
a. Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah adanya rangsang iritan. Pada tahap ini
terjadi pelepasan plasma dan komponen seluler darah ke dalam ruang-ruang jaringan
ekstraseluler. Termasuk didalamnya granulosit neutrofil yang melakukan pelahapan (fagositosis)
untuk membersihkan debris jaringan dan mikroba (Soesatyo, 2002).
b. Inflamasi kronis
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 29
Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak berhasil memperbaiki seluruh jaringan yang
rusak kembali ke keadaan aslinya atau jika perbaikan tidak dapat dilakukan sempurna (Ward,
1985).
2.6 Imunitas dan Alergi.
Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat
menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralisir
patogen.
Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang
melindungi terhadap infeksi virus.
Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariot kuno dan tetap pada keturunan
modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida
antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem komplemen.
Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan
adanya evolusi vertebrata.
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 30
Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan
jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin.
Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata
mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif.
Proses adaptasi membuat memori imunologikal dan membuat perlindungan yang lebih
efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut.
Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit.
Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya,
menyebabkan munculnya infeksi.
Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined
immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom
defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV.
Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan
normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing.
Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan
lupus erythematosus.
Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari
penelitian.
ALERGI
Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan kerap kali membahayakan
terhadap subtansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cidera
jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibody. Kalau tubuh diinvasi oleh
antigen yang biasanya berupa protein yang dikenal tubuh sebagai benda asing, maka akan terjadi
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 31
serangkaian peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya,
menghancurkannyaa kemudian membebaskan tubuh darinya. Kalau limfosit bereaksi terhadap
antigen, kerapkali antibody dihasilkan. Reaksi alergi umum akan terjadi ketika sistem imun pada
seseorang yang rentan bereaksi secara agresif terhadap suatu subtansi yang normalnya tidak
berbahaya (mis., debu, tepung sari gulma). Produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat
menimbulkan gejala yang berkisar dari gejala yang ringan hingga gejala yang dapat membawa
hingga kematian.
Sistem imun tersusun dari banyak sel serta organ dan subtansi yang disekresikan oleh sel-
sel organ ini. Pelbagai bagian dari sistem imun ini harus bekerjasama untuk memastikan
pertahanan yang memadai terhadap para penginvasi (yaitu virus, bakteri, subtansi asing lainnya)
tanpa menghancurkan jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.
2.7 Golongan Darah
Sebelum lahir, molekul protein yang di tentukan
secara genetic disebut antigen muncul di permukaan
sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B
bereksi dengan antibody pasanagnnya, yang mulai
terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
a. Karena reaksi antigen –antibodi
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel
darah merah, maka atigen disebut aglutinogen
dan antibody pasangannya disebut aglutinin.
b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A maupun tipe B, atau hanya mewarisi salah
satunya atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi Golongan Darah ABO ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen
(antigen tipe A dan B) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan agglutinin (antibody),
anti A dan anti B yang ditemukan dalam plasma darah.
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 32
a. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan agglutinin tipe B.
b. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin tipe A.
c. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak mengandung
agglutinin tipe A dan tipe B.
d. darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung agglutinin anti A
dan anti B.
Penggolongan darah penting dilakukan
sebelum transfuse darah karena
campura darah yang tidak cocok
menyebabkan aglutinasi dan destruksi
sel darah merah.
a. Dalam teknik slide biasa untuk
penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa
golongan darahnya di letakkan pada sebuah slide mikroskop.
b. Setetes serum yang mengandung agglutinin anti A (dari darah golongan B) di teteskan pada
salah satu tetes darah, sedangkan setetes serum yang mengandung agglutinin anti B (dari
darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
(1.) Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe A (golongan darah A)
(2.) Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B
(golongan darah B).
(3.) Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).
(4.)Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu tersebut
tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 33
c. Transfuse darah
(1.) Saat transfuse darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma recipient,
sehingga agglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi.
(2.) walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting untuk transfuse jika golongan
darah donor berbeda dengan golongan darah resipien, maka agglutinin dalam plasma
resipien akan mengaglutinasi sel darah merah asing donor.
(3.) Reaksi transfuse disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.
a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan darah sel.
b. Hemolisis (ruptur) sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin kedalam
aliran darah.
c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus dan
mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.
(4.) Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum
pemberian transfuse untuk memastikan kecocokan darah.
(5.) Konsep donor universal dan resipien universal
a. Donor universal darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk di aglutinasi
sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya
sedikit.
b. Resipien universal individu dengan golongan darah AB tidak memiliki agglutinin
dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun.
System Rh adalah kelompok antigen lain dalam tubuh manusia. System ini
ditemukan dan diberi nama berdasarkan rhesus monyet. Antigen RhD dalah antigen
terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 34
a. Jika factor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebuh Rh positif. Jika factor
tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negative. Individu dengan Rh
positif lebih banyak dibandingkan dengan yang ber Rh negative.
b. sistem ini berbeda dengan golongan ABO dimana individu ber Rh negative tidak
memiliki agglutinin anti Rh dalam plasmanya.
c. Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber Rh positif maka agglutinin
anti Rh akan di produksi walaupun transfuse awal biasanya tidak membahayakan,
pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah
merah donor.
d. Eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir, dapat terjadi
setelah kehamilan pertama ibu ber Rh negative dengan janin ber Rh negative.
(1.) Pada saat lahir ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin sehingga ibu
akan membentuk antibody untuk menolak antigen tersebut.
(2.) Jika antibody lawan factor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan
selanjutnya, antibody tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin
dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya
akan terlahir dengan anemia.
(3.) Pencegahan. Jika ibu ber Rh negative mendapat injeksi antibody berlawanan
dengan factor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau
setelah abortus janin ber Rh positif maka antigen tidak akan terakfasi. Ibu tidak
akan memproduksi antibody lawannya.
2.8 Hemostatis dan Pembekuan Darah
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh
darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 35
pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga
aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3
fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan
mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang
terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang
dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan
adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik
ataupun trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat
hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.
Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses yang
tepat.
1. Vasokontriksi. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak
melepas serotonin dan tromboksan A2 (prostaglandin) yang menyebabkan otot
polos dinding pembuluh darah berkintriksi hal ini pada awalnya akan
mengurangi darah yang hilang.
2. Plug trombosit
a. Trombosit membengkak menjadi lengket, dan menempel pada serabut
kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.
b. Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi lain sehingga melibatkan
agregasi trombosit untuk memperkuat plug.
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 36
(1.) Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu
menghentikan pendarahan.
(2.) Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi
pendarahan, sampai proses pembekuan terbentuk.
3. Pembentukkan pembekuan darah
a. Mekanisme ekstrinsik. Pembekuan darah dimulai dari factor eksternal
pembuluh darah itu
sendiri.
(1.) Tromboplastin (membrane
lipopprotein) yang di
lepas oleh sel-sel jaringan yang rusak mengaktivasi protrombin dengan
bantuan ion kalsium untuk membentuk thrombin.
(2.) Thrombin mengubah pribrinogen yang dapat larut, menjadi pibrin yang
tidak dapat larut. Benang-benang pibrin membentuk bekuan, atau
jarinagan-jaringan pibrin, yang menangkap sel darah yang memlalui
pembuluh yang rusak.
b. Mekanisme intrinsic untuk pembentukan darah berlangsung dalam cara yang
lebih sederhana daripada cara yang dijelaskan diatas. Mekanisme ini
melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam plasma darah.
Setiap factor protein berada dalam kondisi tidak aktif : jika salah satunya di
aktivasi, maka aktifitas enzimatiknya akan mengaktivasi factor selanjutnya
dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi untuk
membuntuk bekuan.
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 37
2.9 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembekuan Darah
13 Faktor Pembekuan Darah
Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah
menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan
darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi
bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur
umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin.
Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam
tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan
prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga
faktor jaringan.
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir
dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi
SISTEM HEMATOLOGI (ILMU DASAR KEPERAWATAN 3). 38
jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan
faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang
disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi
dianggap dalam skema hemostasis.
Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium,
dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang
mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan
vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi
faktor akselerator dan stabil.
Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi
dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand)
sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab
hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.