This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MODUL TUMBUH KEMBANG
GIZI BURUK
KELOMPOK 3
030.07.094 Fransisca Yustika Dewi S
030.07.104 Hendricus Maubere
030.07.130 Kadek Febrian
030.07.277 Yohelio Priawan Sibu
030.08.125 Indri Septiany Utami
030.08.138 Krisna Herdiyanto
030.08.163 Miria Noor Shintawati
030.09.028 Arianda Nurbani W
030.09.030 Arumtyas Cahyaning W
030.09.034 Athika Rodhya
030.09.090 Firdha Aqmarina
030.09.092 Fitrania Sufi Mardina
030.09.094 Fitria Ahdiyanti W
030.09.238 Siti Halida Zoraida SDA
Jakarta
20 September 2010
BAB I
PENDAHULUAN1
Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan
terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai
tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau status
gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi akan
menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit infeksi, sebaliknya anak yang
menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi
sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan
mengalami ganggguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan,
kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa.
Keadaan status gizi balita mengalami perbaikan yaitu dengan menurunnya prevalensi
gizi kurang dari 31.6 % pada tahun 1995 menjadi 26.1 % pada tahun 2001, demikian pula
prevalensi gizi buruk mengalami penurunan dari 11.6 % pada tahun 1995 menjadi menjadi 6.3%
pada tahun 2001. Selanjutnya terjadi peningkatan secara perlahan prevalensi gizi kurang menjadi
27.5% pada tahun 2003, demikian pula prevalensi gizi buruk meningkat menjadi 8.3 % pada
tahun yang sama. Pada tahun 2004, terjadi sedikit penurunan prevalensi gizi kurang menjadi
25.4% dan gizi buruk menjadi 7.2 %.
LAPORAN KASUS
Seorang ibu umur 30 tahun datang ke Posyandu Tebet Jakarta Selatan membawa anak
perempuan umur 3 tahun ke Posyandu Tebet untuk diperiksa dan ditimbang BB 11 kg, TB 90 cm
dan edema. Waktu umur 1 tahun 6 bulan anak ini diasuh oleh neneknya di Desa Sukabumi,
karena ibu anak ini meninggal. Satu minggu yang lalu anak ini dibawa oleh adik ibunya ke
Jakarta untuk diasuh karena adik ibunya ini tidak punya anak dan cukup mampu. Waktu diasuh
neneknya anak ini sering sakit, dan asupan gizinya kurang, jarang makan ikan dan daging.
Akhir-akhir ini nafsu makannya kurang dan sering mencret.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
I. ANAMNESIS2
Identitas Pasien
Nama : -
Umur : 3 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama orang tua/wali: -
Alamat : Jakarta
Umur orang tua/wali: 30 tahun
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Agama : -
Suku bangsa : -
1. Riwayat Penyakit
● Keluhan Utama:
Nafsu makan berkurang dan sering mencret.
● Riwayat Perjalan Penyakit:
Setelah diasuh oleh adik ibunya, anak ini sering mencret dan nafsu makannya
berkurang.
Perlu ditanyakan konsistensi BAB-nya untuk mengetahui seberapa parah dehidrasi
akibat diarenya.
● Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita:
Selama tinggal bersama neneknya, anak ini sering sakit-sakitan.
Perlu ditanyakan sebelumnya sakit apa yang diderita.
● Riwayat Kehamilan Ibu:
Tidak diketahui
● Riwayat Kelahiran:
Tidak diketahui.
● Riwayat Makanan:
Diketahui anak kurang mengkonsumsi makanan kaya protein (daging dan ikan)
selama tinggal bersama neneknya.
Perlu ditanyakan mengenai pemberian ASI eksklusif sebelum ibu anak ini meninggal.
Hal ini berkaitan dengan sistem imun anak dan kebutuhan gizi anak pada saat masih
bayi.
● Riwayat Imunisasi:
Tidak diketahui.
Perlu ditanyakan apakah imunisasinya lengkap atau tidak. Hal ini dimaksudkan untuk
mengeliminasi penyakit-penyakit yang pencegahannya melalui imunisasi.
2. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
● Riwayat Pertumbuhan:
Tidak diketahui.
Perlu ditanyakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dari anak ini.
● Riwayat Perkembangan:
Perlu ditanyakan tentang tingkah laku anak.
● Riwayat Keluarga:
Perlu ditanyakan apakah ada yang menderita kelainan genetik.
II. PEMERIKSAAN FISIK2
Inspeksi : Ditemukan edema.
Perlu dilakukan inspeksi pada rambut (depigmentasi), kulit (bercak merah muda), bulu
mata (tebal/tipis), konjungtiva (pucat/tidak), dan abdomen (membesar).
Palpasi
Perlu dilakukan palpasi abdomen untuk mengetahui adanya hepatomegali.
Perkusi
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya shifting dullness.
Auskultasi
Pemeriksaan Umum
◦ Keadaan Umum
▪ Kesan keadaan sakit
▪ Kesadaran: apatis
▪ Status gizi
Status gizi berdasarkan indeks antropometri3
Kategori BB/U TB/U BB/TB
Gizi baik > 80% > 90% > 90%
Gizi sedang 71 - 80% 81 - 90% 81 - 90%
Gizi kurang 61 - 70% 71 - 80% 71 - 80%
Gizi buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 70%
A. Berat badan = 11 kg
Alat: Timbangan dacin
ditimbang dalam posisi berdiri tanpa sepatu dengan pakaian minimal. Sebelum
menimbang periksa lebih dahulu apakah alat sudah dalam keadaan seimbang
(jarum menunjuk angka 0). Perhitungan menggunakan berat badan untuk
mengetahui gizi masa sekarang.
→ gizi sedang
B. Tinggi badan = 90 cm
Alat: Microtoise
Diukur dalam posisi berdiri tanpa sepatu, dan telapak kaki dirapatkan, dengan
punggung bersandar pada dinding. Perhitugan menggunakan tinggi badan untuk
mengetahui gizi masa lampau.
→ gizi normal
◦ Tanda vital
▪ Nadi
▪ Tekanan darah
▪ Pernapasan
▪ Suhu tubuh
Perlu juga dilakukan beberapa pengukuran tambahan2
1. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
Alat: Pita pengukur Fiberglass
Pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status gizi.
2. Pengukuran lipatan kulit/skinfold (TLK)
Alat: Caliper
Hampir 50% lemak tubuh berada di jaringan subkutis hingga dengan mengukur lapisan
lemak dengan pemeriksaan TLK dapat diperkirakan jumlah lemak total dalam tubuh.
3. Pengukuran turgor kulit
Turgor kulit biasanya diperiksa pada kulit abdomen, dengan mencubit kulit secara ringan
dan membiarkannya kembali. Apabila turgor kulit buruk, maka bekas cubitan lama
kembali, misalnya pada dehidrasi berat atau malnutrisi.
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG2
Untuk membantu menegakkan diagnosis diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara
lain:
1. Pemeriksaan serum protein → periksa kadar albumin
2. Pemeriksaan kadar transferin
3. Pemeriksaan darah lengkap→ kadar hemoglobin, lekosit, hitung jenis, albumin, serum
ferritin dan elektrolit darah lainnya
4. Pemeriksaan antropometri→ Berat badan dan tinggi badan
5. Pemeriksaan feses
1. Makroskopis dan mikroskopis→ memeriksa ada tidaknya parasit dalam feses
2. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula
3. biakan dan uji resistensi
6. Uji mantoux, merupakan tes untuk TBC. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi apakah ada
gejala TBC,apabila positif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan radiologis yaitu
foto thorax
7. EKG
8. Urinalisis, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
IV. DIAGNOSIS
Menurut tabel rujukan WHO-NCHS, normalnya anak perempuan berusia 3 tahun dengan
gizi baik memiliki tinggi badan 93,9 cm dan berat badan 14,1 kg. Pada anak ini ditemukan berat
badan yang jauh dibawah berat badan normalnya, namun pada tinggi tidak ditemukan selisih
yang signifikan dengan tinggi badan seharusnya. Dari perhitungan data tinggi badan, anak
memiliki status gizi yang baik pada masa lampau. Namun dari data berat badan, status gizi anak
ini menunjukkan gizi sedang pada masa sekarang. Dapat disimpulkan anak ini mengalami
penurunan status gizi dari masa lampau ke masa sekarang. Anak ini mengalami gizi kurang
namun tidak mengalami gangguan pertumbuhan, berarti anak ini baru menderita gizi kurang
belakangan ini. Sehingga pada anak ini tidak ditemukan gangguan pertumbuhan.
Berdasarkan klasifikasi gizi menurut Wellcome Trust anak ini menderita Kwashiokor.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berat badan pada status gizi yang ≥ 60% dan ditemukannya
edema pada anak ini.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang menyebabkan
kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja seperti sindrom nefrotik, dan keadaan
ketidak mampuan metabolik untuk mensintesis protein seperti sirosis hepatis3.
V. PENATALAKSANAAN
Langkah-langkah yang harus dilakukan:
1. Berikan makanan lunak (terutama makanan berprotein) selama 3 bulan agar makanan
dapat diserap oleh usus sehingga status gizi dapat diperbaiki.
2. Mentoring pertumbuhan anak dengan KMS (Kartu Menuju Sehat).
3. Perhatikan kesehatan anak.
4. Perhatikan sanitasi lingkungan.
5. Stimulasi anak dengan kasih sayang.
Untuk makanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dalam sehari. Berikut jumlah
makanan sehari yang dibutuhkan anak dalam metabolisme basal:
Energi = 80 – 100 kal/kgBB per hari
Protein= 1 – 1,5 gr/kgBB per hari
Cairan = 130 ml/kgBB per hari
A. PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK4
Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi,
dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk
setiap fase.
Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.
Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:
No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
Makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
B. SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI
BURUK
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP
berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar
dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali.
Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika
anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU
kabupaten.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak
tetap dapat bernafas.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu
didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak.
Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak)
setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan
selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :
1. Ada riwayat diare sebelumnya
2. Anak sangat kehausan
3. Mata cekung
4. Nadi lemah
5. Tangan dan kaki teraba dingin
6. Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan
memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan
rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (Rehydration Solution for
Malnutrition)
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan
rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan