BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak. Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang
anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan
ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan.
Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara
psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa.
Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera
mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk
sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak. Intake
gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal.
Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan.
Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah
makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan yang sehat dan banyak mengandung zat gizi.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum Penulisan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mengetahui tentang
pengertian balita, menu makanan yang ideal untuk balita, serta makanan ideal
untuk balita yang sedang sakit.
1.2.2.Tujuan Khusus Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian balita.
2. Untuk mengetahui apa saja makanan yang ideal untuk balita.
3. Untuk mengetahui apa saja makanan yang ideal untuk anak balita yang
sedang sakit.
4. Untuk mengetahui factor yang mempengaharuhi status nutrisi balita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pemenuhan Gizi Balita
2.1.1. Pengertian Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang
dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam
golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di
bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan
yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu
ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima
makanan padat seperti orang dewasa. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan
mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan
pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga
mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun
harus disesuaikan dengan keadaannya.
Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga
tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai
lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut
konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen
aktif.
2.1.2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya
anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan
masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
2.1.3 Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat
tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1. Zat
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat lemak,
dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
1. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang rusak’
2. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk
otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan
sebagai zat pengatur.
a.) Vitamin baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C)
maupunyang larut dalam air ( vitamin a , D, E, dan K)
b.) Berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour
c.) Air sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
2. 1.4. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup
untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar,
kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita
dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan
orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat
pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring
dengan bertambahnya usia.
Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab
langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak
usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga
yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi
tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena
kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan
komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi
tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat
adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat
keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu
yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih
dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan
terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan
kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis
turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua
beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi
pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu
atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau
adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya
secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan
ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih
sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan
saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air
susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga
sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI
berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang
menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan
usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan
yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan
turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari,
baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau
makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat
menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,
infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan,
malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energy dan potein :
a) Makanan yang tersedia kurang mengandung gizi.
b) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
c) Gangguandalam saluran pencernaan sehingga pencernaan sari
makanan dalam usus terganggu.
d) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi
yang tidak di imbangi dengan asupan yang memadai.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat
beratdapatdibedakanmenjaditigabentuk.
1)Marasmus Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering
sehingga wajahnya seperti orang tua. Bentuk ini dikarenakan
kekuranganenergiyangdominan.
2) Kwashiorkor Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu
penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat
gemuk tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan