BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangGinjal merupakan organ vital yang berperan
sangat penting sangat penting dalam mempertahankan kestabilan
lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh
dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang
melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan
non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi
cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume
cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi
dan sekresi tubulus. (Price Sylvia, 2006)Ginjal dilalui oleh
sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20
sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90%
darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla. Di negara maju, penyakit kronik tidak menular
(cronic non-communicable diseases) terutama penyakit
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal
kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases)
sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. (Price Sylvia,
2006)Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem
vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih
dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti
stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit
pembuluh darah perifer. Pada penyakit ginjal kronik terjadi
penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti yang
membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya
desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler,
penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang
dan otot serta anemia. (Price Sylvia, 2006)Selama ini, pengelolaan
penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan
terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit
ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah
terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi
penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat
dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh
karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan
pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal
ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit
ginjal kronik dapat dikendalikan. (Price Sylvia, 2006)Pada umumnya
seseorang dapat hidup normal dengan satu ginjal. Bila kedua ginjal
tidak berfungsi dengan normal, dialisis dilakukan dimana darah
disaring diluar tubuh. Transplantassi pertama kali berhasil
diumumkan pada 4 Maret 1945 di Rumah Sakit Peter Bent Brigham di
Boston, Massachusetts. Operasi ini dilakukan oleh Dr. Joseph E.
Murray, yang pada tahun 1990 menerima nobel dalam fisiologi atau
kedokteran. (Brunner and Suddarth, 2001)Terapi pengganti pada
pasien gagal jantung terminal ( Renal Replacement Therapy ) bisa
dilakukan dengan dialisis ( hemodialisis, dialisis peritoneal )
atau dengan transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal merupakan
terapi yang ideal karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik
dibanding dialisis kronik dan akan menimbulkan perasaan sehat
seperti orang normal. Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi
dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor
daapat dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal
tersebut cenderung mempunyai jangka hidup lebih panjang. (Brunner
and Suddarth, 2001)Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi
dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh
melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal
sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup)
atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal cangkokan ini
selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah
rusak. Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan
ginjal ke dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal
baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja
bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam
tubuh.Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap
berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal
lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.
(Brunner and Suddarth, 2001)
1.2 Rumusan MasalahDalam pembuatan makalah ini, kami memaparkan
masalah mengenai bagaimana konsep dasar penyakit Gagal Ginjal
Kronis (GGK) yaitu pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan
penatalaksanaan medis terhadap penyakit Gagal Ginjal Kronis,
pengertian, tujuan, syarat-syarat, indikasi, kontra indikasi,
komplikasi, prinsip serta keuntungan dan kerugian transplantasi
ginjal. Konsep dalam asuhan keperawatan berupa pengkajian, diagnosa
yang mungkin muncul serta perencaan keperawatan terhadap kasus
transplantasi ginjal.
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umumUntuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I dan untuk menambah pengetahuan
mahasiswa penyakit Gagal ginjal kronis hubungannya dengan
transplantasi ginjal.
1.3.2 Tujuan KhususMahasiswa dapat memahami konsep dasar
penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK) yaitu pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
komplikasi, dan penatalaksanaan medis terhadap penyakit Gagal
Ginjal Kronis, pengertian, tujuan, syarat-syarat, indikasi, kontra
indikasi, komplikasi, prinsip serta keuntungan dan kerugian
transplantasi ginjal. Konsep dalam asuhan keperawatan berupa
pengkajian, diagnosa yang mungkin muncul serta perencaan
keperawatan terhadap kasus transplantasi ginjal.1.4 Manfaat1.4.1
Secara Umuma. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta
pembaca di bidang kesehatan khususnya gagal ginjal kronik
hubungannya dengan transplantasi ginjal.b. Memberikan informasi
mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan pre dan post op
transplantasi ginjal.
1.4.2 Secara Khususa. Bagi PembacaDiharapkan agar pembaca dapat
mengetahui tentang gagal ginjal kronik lebih dalam sehingga dapat
mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit gagal ginjal
kronik hubungannya dengan transplantasi ginjal.b. Bagi Petugas
KesehatanDiharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan gagal ginjal kronik sehingga dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan yang baik serta pengetahuan tentang asuhan
keperawatan yang ada dapat diaplikasikan.c. Bagi Pemberian Asuhan
KeperawatanDengan adanya makalah ini menjadikan acuan sebagai
pemberi asuhan keperawatan yang baik dalam kasus transplantasi
ginjal.
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit2.1.1 Pengertian Gagal ginjal kronis
adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metaboit
(toksik uremik) di dalam darah. ( Arif Muttaqin, 2011). Penyakit
gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana
terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit. (SmeltzerC,
Suzanne, 2002). Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir
dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. (Doenges,
1999)2.1.2 PenyebabBegitu banyak kondisi klinis yang bisa
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi, apa pun
sebabnya, respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal
secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal. (SmeltzerC, Suzanne, 2002).a. Penyakit dari ginjala)
Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis.b) Infeksi
kuman: pyelonefritis, ureteritis.c) Batu ginjal: nefrolitiasisd)
Kista di ginjal: polcystis kidney.e) Trauma langsung pada ginjal.f)
Keganasan pada ginjal.g) Sumbatan: batu, tumor,
penyempitan/striktur.
b. Penyakit umum di luar ginjala) Penyakit sistemik: diabetes
melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.b) Dyslipidemia.c) SLE.d)
Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis.e)
Preeklamsi.f) Obat-obatan.g) Kehilangan banyak cairan yang mendadak
(luka bakar). (SmeltzerC, Suzanne, 2002).
2.1.3 Tanda dan gejalaa. Manifestasi klinik antara lain (Long,
1996):a) Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan
mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi.b) Gejala
yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang
disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.b. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001) antara
lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).c.
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:a)
Sistem kardiovaskuler1. Hipertensi2. Pitting edema3. Edema
periorbital4. Pembesaran vena leher5. Friction sub pericardialb)
Sistem Pulmoner1. Krekel2. Nafas dangkal3. Kusmaull4. Sputum
kentalc) Sistem gastrointestinal1. Anoreksia, mual dan muntah2.
Perdarahan saluran GI3. Ulserasi dan pardarahan mulut4. Nafas
berbau ammoniad) Sistem musculoskeletal1. Kram otot2. Kehilangan
kekuatan otot3. Fraktur tulange) Sistem Integumen1. Warna kulit
abu-abu mengkilat2. Pruritis3. Kulit kering bersisik4. Ekimosis5.
Kuku tipis dan rapuh6. Rambut tipis dan kasarf) Sistem Reproduksi1.
Amenore2. Atrofi testis
2.1.4 PatofisiologisSecara ringkas patofisiologi gagal ginjal
kronis dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan cairan,
penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi
dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal
turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal
kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat
mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan sekresinya, serta
mengalami hipertrofi. (SmeltzerC, Suzanne, 2002).Seiring dengan
banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa mengahadapi
tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak
dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya
berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk
meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif
nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah
ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama
dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan
hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal,
dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein
plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak
terbentuk jaringan parut sebagai respons dari kerusakan nefron
secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi
penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari
sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang
memberikan banyak manifestasi pada setiap organ tubuh. (SmeltzerC,
Suzanne, 2002).2.1.5 Pemeriksaan Diagnostika. Laboratoriuma) Laju
Endap Darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah
retikulosit yang rendah.b) Ureum dan kreatinin: meninggi, biasanya
perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20:1.
Perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran
kemih. Perbandingan ini berkurang: ureum lebih kecil dari kreatinin
pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.c)
Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia:
biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya
diuresis.d) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena
berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.e) Phosphate alkaline
meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim
fosfatase lindi tulang.f) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia;
umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.g)
Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer).h) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein
lipase.i) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukkan pH yang menurun (pH darah normal 7,35-7,45), PCO2 yang
menurun (Kadar normal PCO2 35-45 mmHg), semuanya disebabkan retensi
asam-asam organik pada gagal ginjal. (www.medkes.com)
b. Pemeriksaan Diagnostik lain untuk GGK a) Foto polos abdomen
untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya
suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh
sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.b) Intar Vena Pielografi
(IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan
ini mempunyai risiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya: usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati asam urat.c)
USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih, dan prostat.d) Renogram untuk menilai
fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vascular,
parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.e) EKG untuk melihat
kemungkinan: hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia). (www.medkes.com)
2.1.6 Penatalaksanaan MedisTujuan penatalaksanaan adalah menjaga
kesimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu
sebagai berikut:a. Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk
mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, sepert hiperkalemia,
perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi
secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan; dan membantu
penyembuhan luka.b. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah
sangat penting karena hiperkalimi dapat menimbulkan kematian
mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia,
maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.c. Koreksi
anemia. Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin
dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan
dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila
ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi koroner.d.
Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan
harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau
parenteral. Pada permulaan 100mEq natrium bikarbonat diberi
intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis.e. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker,
alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam
dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua
gagal ginjal disertai natrium.f. Transplantasi ginjal. Dengan
pencangkokkan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal
ginjal diganti oleh ginjal yang baru. (www.medkes.com)
2.2 Transplantasi Ginjal 2.2.1 PengertianTransplantasi adalah
pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak bisa berfungsi
lagi dengan baik. Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal adalah
suatu metode terapi dengan cara memanfaatkan sebuah ginjal sehat(
yang diperoleh melaui pendonoran) melalui prosedur pembedahan.
Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup ( donor
hidup ) atau yang baru saja meninggal ( donor kadaver). (Brunner
and Suddarth, 2001)Menurut Brunner and Suddarth transplantasi
ginjal adalah melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau
kadaver manusia recepient yang mengalami penyakit ginjal tahap
akhir. Transplantasi ginjaldapat dilakukan secara cadaveric ( dari
seorang yang telah meninggal ) atau dari donor yang masih hidup (
biasanya anggota keluarga ). Ada beberapa keuntungan untuk
transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih
bagus, donor dapat dites secara menyeluruh sebelum transplantasidan
ginjal tersebut cenderung mempunyai jangka hidup lebih panjang.
(Brunner and Suddarth, 2001)
2.2.2 TujuanTransplantasi mempunyai 2 tujuan yaitu:a. Untuk
membebaskan diri dari ketergantungan terhadap dialysis.b. Dapat
menikmati hidup yang lebih baik, makan/minum bebas, perasaan sehat
seperti orang lain/normal. (Brunner and Suddarth, 2001)
2.2.3 Syarat syarat TertentuRecipient:a. Usia 13-60 tahunb.
Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantungc.
Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan
harus patuh minum obatd. Sudah mendapat HD yang teratur
sebelumnyae. Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi
ginjal.Donor:a. Usia 18-50 tahunb. Mempunyai motivasi yang tinggi
tanpa paksaanc. Kedua ginjal normal, tidak terinfeksid. Tidak
mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan
komplikasi setelah operasie. Hasil laboratorium semuanya dalam
batas normal (www. Medkes.com)Jika donor hidup tidak tersedia,
pasien harus menunggu jaringan yang diambil dari mayat yang cocok,
dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh organisasi
dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiayai secara
federal yang mengkoordinasi pertukaran organ,dan dengan sistim
komputer akan mencocokkan donor mayat dengan calon penerima.
(www.medkes.com)2.2.4 Indikasia. Usia 13-60 tahunb. Tidak mengidap
penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantungc. Harus dapat
menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus patuh
minum obatd. Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnyae. Mau
melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
(www.medkes.com)
2.2.5 Kontra Indikasia. Infeksi akut : tuberkulosis, infeksi
saluran kemih, hepatitis akut.b. Infeksi kronik, bronkiektasisc.
Aterotema yang beratd. Ulkus peptikum yang aktife. Penyakit
keganasanf. Mal nutrisi (www.medkes.com)
2.2.6 Efek Samping atau KomplikasiDalam transplantassi ginjal
tidak semuanya berhasil, tapi kadang akan menimbulkan berbagai
komplikasi.komplikasi-komplikassi tersebut yaitu :a. Penolakan
pencangkokanSebuah kekebalan terhadap organ donor asing yang
dikenal oleh tubuh sebagai jarringan asing. Reaksi tersebut
dirangsang oleh reaksi antigen terhadap kesesuaian organ asing.
Reaksi penolakan yang terjadi adalah reaksi penolakan secara klinik
yaitu hiperakut, akut dan kronis.b. InfeksiInfeksi meninggalkan
masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang serius
memberikan ancaman pada tingkatatan kehidupan. Infaksi yang sering
dijumpai adalah infeksi sistem urinari, pneumonia dan sepsis adalah
yang paling sering terjadi.c. Komplikasi sistem urinariKomplikasi
sistem urinari adalah dikarenakan terputusnya ginjal secara
spontan. Selain itu,ada juga komplikasi lain yaitu bocornya urine
dari ureteral bladder anastomosisyang menyebabkan terjadinya
urinoma yang dapat memberikan tekanan pada ginjal dan ureter yang
mengurangi fungsi ginjal.
d. Komplikasi kardiovaskularKomplikasi ini bisa berupa
komplikasi lokal atau sistem. Hiperrtensi daapat terjadi pada
50%-60% pada dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu stenosis arteri ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan
pencangkokan jenis kronik dan akut, hidronefrosis.e. Komplikasi
pernafasanKomplikasi pada pernafasan yang sering terrjadi adalah
pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. f. Komplikasi
gastrointestinalKomplikasi yang mungkin terjadi adalah komplikasi
hepatitis B dan serosis yang dihubungkan dengan pengunaan
obat-obatan hepatotoksik.g. Komplikasi kulitKarsinoma kulit aadalah
yang paling sering terjadi. Penyembuhan luka dapat menjadi lama
karena status nutrisi yangtidak adekuat, serum albumin yang sedikit
dan terapi steroid.h. Komplikasi komplikasi yang lainKomplikasi
lain yang mungkin terjadi setelah pencangkokan ginjal adalah
diabetes mellitus yang disebabkan oleh steroid. Akibat terhadap
muskuloskeletalyang termasuk adalah osteoporosis dan miopaty.
Nekrosis tulang aseptik adalah disebabkan oleh terapi
kortikosteroid. Masalah reproduksi yang digambarkan dalam frekuensi
CRF mmuncul setelah transplantasi. i. Kematian Rata-rata kematian
setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%.
Biasanya kematian ini diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun
pertama setelah dua tahun pencangkokan telah terjadi.
(www.medkes.com)
2.2.7 Prinsip atau prosedur Transplantasi GinjalGinjal yang
rusak diangkat. Kelenjar adrenal dibiarkan ditempatnya arteri dan
vena renal diikat. Ginjal transplan diletakan difosa iliaka. Arteri
renal dari donor dijahit ke arteri iliaka dan vena renal dijahit
kevena iliaka. Ureter ginjal donor dijahit ke kandung kemih atau
vesika urinari. Setelah terhubung, ginjal akan dialiri darah yang
akan dibersihkan. Urine biasanya langsung diproduksi. Tetapi
beberapa keadaan, urine diproduksi bahkan setelah beberapa minggu.
Ginjal lama akan dibiarkan di tempatnya. Tetapi jika ginjal
tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan penyakit darah
tinggi, maka harus diangkat. (www.medkes.com)
2.2.8 Keuntungan dan kerugian Transplantasi GinjalPada
transplantasi ginjal ada keuntungan dan kerugiannya terutama bagi
resepien. Adapun keuntungannya yaitu :a. Ginjal baru akan bekerja
sama halnya seperti ginjal normal.b. Resepien akan merasa lebih
sehat dan normal kembali.c. Penderita tidak perlu melakukan
dialisis.d. Penderita mempunyai harapan hidup lebih besar.Adapun
kekurangan transplantasi ginjal yaitu :a. Butuh proses pembedahan
besar.b. Proses untuk mendapatkan ginjal lebih lama atau sulit.c.
Tubuh bisa menolak ginjal yang didonorkan. (www.medkes.com)
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre dan Post Op Transplantasi
Ginjal2.3.1 Pengkajiana. Persiapan transplantasi ginjala) Persiapan
resipient dan keluargaPerawat mempunyai peran penting sebagai
advokat untuk memastikan bahwa semua upaya dibuat untuk menentukan
dan bertindak atas keinginan pasien berkenan dengan pendonoran dan
perawat juga berperan vital dalam mendukung keluarga secara
psikologis, terutama saat mereka mencoba menerima donor dari mayat,
serta sebagai koordinator transplan yaitu memastikan bahwa keluarga
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memberikan surat
persetujuan.Setelah ada persetujuan dari keluarga, tim akan
menjelaskan mengenai operasi dan perawatannya:1. Lokasi dan letak
ginjal baru2. Penggunaan bermacam-macam peralatan yang mungkin
diperlukan selama perawatan3. Pengambilan darah yang sering
dilakukan4. Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkanditempat
khusus, dimana anggota keluarga tidak diperbolehkan masuk5.
Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah
operasi6. Mobilisasi: merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan
berdiri serta cara nafas efektif.Dengan demikian diharapkan pasien
dan keluarga akan merasa aman dan dapat bekerja sama dan bersikap
lebih terbuka untuk membantu perawatan.
b) Persiapan donor dan keluargaPada prinsipnya sama dengan
persiapan operasi pada umumnya hanya spesifikasinya 2 jam sebelum
operasi resipient dan donor dikompres dengan cairan bethadin pada
daerah yang akan dioperasi dan setelah operasi resipient masuk
kedalam ruangan khusus dan steril.
c) Persiapan ruangan dan peralatanRuangan yang akan dipakai
setelah operasi 2 hari sebelumnya harus dibersihkan,semua peralatan
dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut dengan disinari
ultraviolet selama 24 jam.Resipient transplantasi biasanya dirawat
dalam area lengkap yang dirancang secara khusus baik untuk fase
penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk menghindari
pemindahan pasien, menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien
yang mengalami imunosupresan.
d) Persiapan pasien sebelum operasiPersiapan ini termasuk
pengkajian yang berhubungan dengan:1. Riwayat penyakit yang lalu:
hipertensi, DM, kanker.2. Tingkat kecemasan pasien3. Pengetahuan
pasien dan keluarga tentang prosedur transplan, efek samping dari
pembedahan4. Pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi:
foto thorak,USG ginjal,CT scan ginjal, IVP5. Pemeriksaan fisik: BB,
TTV, pola eliminasi urine, adakah tanda-tanda infeksi, gangguan
pernafasan, tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan elektrolit dan
dialisis dalam 24 jam pembedahan. Dialisis ini dilakukan untuk
menggembalikan kimia darah ke kadar mendekati normal, memperbaiki
perubahan agregasi trombosis yang ditimbulkan oleh uremia dan
mengeluarkan kelebihan cairan.6. Status nutrisi: kebutuhan
nutrisi,obesitas, penggunaan obat dan alkohol7. Status pernafasan:
pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman8. Status kardiovaskuler:
fungsi system kardiovaskuler9. Fungsi hepatic: fungsi hepar10.
Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah11. Fungsi imonologi:
reaksi alergi sebelumnya, medikasi,transfuse darah12. Terapi
medikasi sebelumnya: segala medikasi sebelumnya, termasuk
obat-obatan yang dijual bebas dan frekwensi penggunaanya13.
Pertimabanagn gerontology: lansia dianggap memiliki resiko
pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda14.
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum
transplantasi, tetapi bila donor mayat/cadaver semua persiapan
harus selesai dalam beberapa jam.
e) Persiapan pasien setelah transplantasi ginjal1. Setelah
operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang telah
disediakan peralatan dan obat-obatan2. Monitor status pernafasan:
frekwensi kedalaman, pola pernafasan3. Monitor status sirkulasi dan
kehilangan darah: tanda-tanda vital, tekanan darah arteri dan vena
sentral, warna dan suhu kulit, keluaran urin, keadaan luka insisi,
dan selang drainase4. Nyeri: lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan
sesudah pemberian preoart analgesic , adanya distensi abdomen5.
Menghitung jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat
insisi, jenis cairan dan kecepatan tetesan6. Monitor balutan
abdomen dan catat apakah ada drain7. Catat dan amati letak kateter
urether serta drainase urine dari tiap kateter8. Temukan akses
vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau
stetoskop tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan
karakteristik bunyi denyutan disebut desiran (bruit)9. Bila
terpasang NGT sambungkan selang tersebut ke sistim drainase yang
sesuai10. Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka, ini merupakan
informasi dasar yang digunakan nanti untuk pengkajian ada tidaknya
komplikasi (mis: kebocoran uretra, limfosel atau perdarahan)11.
Pada pasien anak dipantaunya lebih sering daripada pasien dewasa
karena sifat dinamik dari cairan anak dan status kardiovaskuler
seperti tekanan darah, BB12. Rungan harus ditutup dan hanya anggota
tim transplantasi ginjal yang diperkenankan masuk13. Setiap petugas
yang memasuki ruangan harus memakai masker dan baju serta alas kaki
yang khusus14. Keluarga pasien tidak diperkenankan masuk ruangan
tersebut, hanya diperbolehkan melihat melalui kaca, semua itu
dilakukan untuk mencegah infeksi.
2.3.2 Diagnosa Keperawatana. Pre operasia) Ansietas berhubungan
dengan prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.b. Post
operasia) Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka
operasi, spasme otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.b)
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan transplantasi ginjal,
obat-obatan nefrotoksik, gagal ginjal.c) Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gagal ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya
volume cairan intravena.d) Resiko terhadap infeksi yang berhubungan
dengan imunosupresie) Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan
dengan resiko dari reaksi imun transplantasi dan efek samping dari
obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
2.3.3 Rencana Asuhan KeperawatanNoDxPerencanaan
TujuanIntervensi
1Pre Operatif: Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
dari transplantasi ginjal.
Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan perasaan cemas pasien menurun.Kriteria Hasil:1. Rasa
cemas berkurang2. Ekspresi wajah rileks
a. Gambarkan persiapan preoperasi pada pasien termasuk puasa,
pemberian infuse, dialysis dan obat preoperasib. Terangkan bahwa
dialisis mungkin perlu secara sementara setelah transplantasi
ginjalc. Gambarkan adanya infus pasca operasi, drain dan kateterd.
Diskusikan nyeri insisi, pastikan pasien bahwa akan ada metode
untuk menurunkan nyeri termasuk obat dan pembebatan insisie. Latih
cara batuk, nafas dalam, ganti posisi tidur pasienf. Dorong
keterlibatan dengan kelompok pasien yang telah menjalani
transplantasig. Gambarkan pernyataan sederhana, ulangi dan
ungkapkan dengan kalimat lain jika perluh. Beri kesempatan pasien
untuk mengekspresikan kecemasannya tentang pembedahan,
mengungkapkan berbagai ketidakpastian dan mengajukan pertanyaani.
Tawarkan kesempatan pada pasien untuk memperjelas dengan seseorang
yang telah berhasil dan tidak berhasil dalam transplantasi
ginjal.
2Post Operatif: Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi
luka operasi, spasme otot, atau adanya distensi abdomen/kandung
kemih.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan
nyeri pasien berkurang.Kriteria Hasil:a. Pasien dapat toleransi
terhadap rasa nyerib. Ungkapan rasa nyeri berkurang atau hilangc.
Ekspresi wajah tenanga. Beri support kepada pasien untuk
menggungkapkan raya nyerinyab. Atur posisi yang nyamanc. Anjurkan
untuk istirahat baring di tempat tidurd. Pantau skala nyeri nyeri,
tentukan lokasi, jenis factor yang meningkatkan rasa nyeri serta
tanda dan gejala yang menunjange. Ciptakan lingkungan yang tenangf.
Ajarkan tehnik relaksasi (latih nafas dalam)g. Beri kesempatan
untuk istirahat selama nyeri, buat jadwal aktifitas bila nyeri
berkurangh. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik,
oksigen dan pemeriksaan penunjangi. Berikan analgesik dan observasi
30 menit kemudian.
3Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan transplantasi
ginjal, obat-obatan nefrotoksik, gagal ginjal.
Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x 24 jam pasien
mampu berkemih secara adekuat.Kriteria Hasil:Pasien akan
mempertahankan keluaran urine yang adekuat.
a. Periksa haluaran urine setiap 1 jam pada awalnyab. Catat
warna urine adanya bekuanc. Amati dan pertahankan terhadap patensi
serta drainase urine pada setiap kateterd. Pertahankan banyaknya
volume cairan intravena untuk membilas ginjal sesuai programe.
Beritahu dokter terhadap adanya kebocoran urine pada balutan
abdomen, nyeri abdomen hebat atau destensi abdomenf. Bila pasien
oligouri progresif, teliti pemeriksaan fungsi ginjal, kaji status
hidrasi dan beritahu dokter.
4Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagal ginjal,
penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam
kelebihan volume cairan teratasi.Kriteria Hasil :Pasien
mengeluarkan urine yang adekuat dan tidak menahan cairan.
a. Monitor TD dan nadi setiap 1jamb. Ukur haluaran urine setiap
1jamc. Timbang BB setiap harid. Auskultasi paru-paru setiap
pergantian dinas sesuai indikasie. Pertahankan keakuratan catatan
masuk dan keluarnya cairanf. Beri banyak cairan sesuai programg.
Beri obat diuritik sesuai programh. Pertahankan mesukan natrium
sesuai programi. Laporkan semua temuan abnormal.
5Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan
imunosupresi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam resiko
infeksi dapat dicegah.Kriteria Hasil: a. Pasien akan mengalami
penyembuhan jaringan normalb. Pasien tidak demam, insisi kering,
urine jernih/kuning tanpa sediment, paru-paru bersih.
a. Lakukan cuci tangan dengan bersih sebelum, selama, dan
setelah merawat pasien.b. Gunakan tehnik aseptik dengan saksama
dalam merawat semua kateter, selang infus sentral, pipa
endoktrakheal, dan selang infuse perifer.c. Periksa suhu tubuh
setiap 4 jam.d. Pertahankan lingkungan yang bersih.e. Lepaskan
kateter secepat mungkin sesuai program.f. Ganti segera balutan yang
basah untuk membatasi media bagi organisme.g. Berikan nutrisi yang
adekuat.h. Pertahankan integritas kulit.i. Larang pengunjung dan
perawat dengan infeksi saluran pernapasan aktif untuk kontak dengan
pasien.j. Pantau nilai-nilai laboraturium, khususnya SDP (sel darah
putih) dan periksa spicemen dari drainase yang dicurigai untuk
dikultur dan sensitivitas.k. Inspeksi daerah insisi tiap hari
terhadap semua tanda-tanda inflamasi; nyeri, kemerahan, bengkak,
panas, dan drainase.l. Auskultasi paru terhadap bunyi nafas setiap
4 jam.m. Anjurkan dan bantu ambulasi dini.n. Perhatikan karakter
urine dan laporkan bila keruh dan bau busuk.o. Beritahu dokter
setiap adanya indikasi infeksi.p. Berikan antimicrobical, sesuai
program.
6Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari
reaksi imun transplantasi dan efek samping dari obat-obatan
imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam resiko
cidera dapat dicegah.Kriteria Hasil:a. Pasien akan mempertahankan
fungsi ginjal.b. Tidak ada tanda dan gejala reaksi imunc.
Immunosupresan sesuai toleransi tanpa adanya efek samping
a. Pantau dan laporkan tanda dan gejala reaksi imun(kemerahan,
bengkak,nyeri tekan diatas sisi transplantasi, peningkatan suhu,
peningkatan sel darah putih, penurunan haluaran urine, peningkatan
proteinuria, peningkatan BB tiba-tiba, peningkatan BUN dan
kreatinin, edema).b. Periksa tanda-tanda vital setiap 2-4 jam.c.
Monitor masukan dan haluaran cairan setiap jam selanjutnya setiap 3
jam.d. Kaji akses dialysise. Pantau dan laporkan efek samping dari
obat-obatan immunosupresiff. Siapkan pasien untuk operasi
mengangkat ginjal yang ditolak jika terjadireaksi hiperakutg.
Berikan dukungan kepada pasien dan keluarga.
Daftar PustakaBruner & Sudarth. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.Carpenito, Lynda
Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGCCarpernito, Linda juall, 1995. Nursing Care Plans and
Documentation : Nursing diagnosis and colaborative problems. Second
Edition J.B. Lippincott Company.Doenges E, Marilynn, dkk. (1999).
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGCEngram,
Barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medical bedah. Edisi
bahasa Indonesia. Volume satu.Hamilton, D. 1984. Kidney
Transplantation in P. J. Morris (Ed). Kidney Transplantation :
Principles and Practice. New York : Grune & Stratton.Hudak,
Carolyn, 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi
pertama. Jakarta; EGC.Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah
(Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan KeperawatanPrice, Sylvia A dan Lorraine M
Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGCSmeltzer, Suzanne C dan Brenda G
Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGCSuyono, Slamet. (2001). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI(http://www.medkes.com/2013/03/penyebab-gejala-pengobatan-gagal-ginjal.html)
Online, diunduh tanggal 16 September 2014 pukul 16.45 WIB27