MAKALAHGangguan mata:Gangguan Kelopak mata, Gangguan system
lakirnal, Gangguankonjungtiva, Gangguan kornea
KELOMPOK 1 :1. FENNY NOVITA SARI (113063A11015)2. HERNI
(113063A11019)3. ILHAMMUDINOOR (113063A11020)4. ITA PURNAMASARI
(113063A11021)5. JUNAIDI (113063A11023)6. NURUL JULIANI
(113063A11031)7. ROGA RIRIHENA (113063A11034)8. YELISA
(113063A110
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSANSARJANA
KEPERAWATANBANJARMASIN2013
BAB IIPEMBAHASAN
A. GANGGUAN KELOPAK MATA1) BLEFARITISa. PengertianBlefaritis
adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak
atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan
kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak
berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit.Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi
yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat
terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa
atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk
blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis
angularis.
b. EtiologiTerdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :1) Blefaritis
anterior :Mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat
melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan
seborrheik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan
Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus
epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis
seboroik(non-ulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya
Pityrosporum ovale.
2) Blefaritis posterior : Mengenai kelopak mata bagian dalam
(bagian kelopak mata yang lembab, yang bersentuhan dengan mata).
Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit
kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan
ketombe pada kulit kepala (dermatitis seboreik).c. Klasifikasi
1) Blefaritis superfisialBila infeksi kelopak superfisial
disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah
dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol.
Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.
Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis).2) Blefaritis SeboroikBlefaritis sebore biasanya
terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata
kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang
keluar dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral,
hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat
terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan
keropeng.Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang
sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki
kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan
pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10
menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi.
Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal,
tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
3) Blefaritis SkuamosaBlefaritis skuamosa adalah blefaritis
disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang
bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan
peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar
bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak.
Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.Penyebab
blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada
blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan
penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah
dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan. Pengobatan
blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada
blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.4) Blefaritis
UlseratifMerupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan
tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif
terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat
akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan darah di
sekitar bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk
bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan
disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi
berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut
sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).Pengobatan dengan
antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.
Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus.
Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik
sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat
ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis,
keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion.
Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan
parut yang juga dapat berakibat trikiasis.5) Blefaritis
angularisBlefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada
tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis
yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus)
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal.
Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya
kelainan ini bersifat rekuren.Blefaritis angularis diobati dengan
sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal
bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.6)
MeibomianitisMerupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan
mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan
dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik
lokal.
d. Manifestasi klinik
Gejala :1) Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa
juga terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal
pada kelopak mata.2) Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa
ada sesuatu di matanya. Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas
dan menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan
beberapa helai bulu rontok.mata 3) Mata menjadi merah, berair dan
peka terhadap cahaya terang. Bisa terbentuk keropeng yang melekat
erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng dilepaskan, bisa terjadi
perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika
bangun kelopak mata sukar dibuka.Tanda :1) Skuama pada tepi
kelopak2) Jumlah bulu mata berkurang3) Obstruksi dan sumbatan
duktus meibom4) Sekresi Meibom keruh5) Injeksi pada tepi kelopak6)
Abnormalitas film air matae. Patofisiologi.Patofisiologi blefaritis
biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini
mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan
,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi
kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik
dan kelainan fungsi kelenjar meibom.f. PenatalaksanaanTerapi sering
kali sulit dan harus diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
Untuk blefaritis anterior, pembersihan dilakukan dengan menggunakan
lidi kapas (cotton bud) yang dibasahi dengan larutan bokarbonat
atau shampoo bayi yang diencerkan untuk membantu melunakkan depris
skuamosa pada kelopak mata dan bulu mata. Kadang kala dilakukan
juga tindakan pemberian steroid topical maupun salep antibiotic.
Obat antibiotic pada blefaritis ulseratifseperti sulfacetamide,
gentamicine, dan bacitracin. Tindakan kompres hangat pada kedua
mata mungkin perlu dilakukan untuk mengatasi sumbatan kelenjar
meibom dan menurunkan inflamasi. Pada beberapa kasus tertentu,
penanganan fungsi kelenjar meibom dilakukan dengan terapi
tetraciline oral.g. Penatalaksanaan Keperawatan1) Pengkajian
Identitas (nama, umu, alamay, jenis kelamin dll) Riwayat (kelainan
mata sebelumnya, riwayat pemakaian obat-obatan dan kosmetik)
Pemeriksaaan fisik Tanda reaksi alergi pada kulit, wajah (karena
efek kosmetik) atau penggunaan obat-obatan seperti kemerahan, dan
biduran. Pemeriksaaan suhu tubuh untuk menentukan kejadian demam
sebagai tanda infeksi. Pembengkakan struktur kelopak mata, local
maupun menyebar. Perubahan warna kulit (kemerahan, hiperpigmentasi)
Perubahan struktur pertumbuhan bulu mata (trikiasis, ditrikiasis)
Ektropion, entropion Jika ada luka :adanya pengeluaran pus, darah
Gangguan penglihatan : stradismus, diplopia, penurunan visus.
Gejala subjektif : nyeri, nyeri tekan, rasa mengganjal, rasa panas
pada mata. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATANa) Gangguan rasa
nyaman : nyeri b.d efek inflamai kelopak mataDS : mengatakan nyeri,
mengatakan nyeri bertambah bila ditekan dan menundukDO : adanya
tanda inflamasi (tumor, dolor) pada kelopak mataTujuan : nyeri
berkurang / hilangKriteria hasil : klien mampu mengudentifikasi
berbagai tindakan untuk mengurangi nyeri. Klien menyatakan nyeri
berkurang / hilang
B. GANGGUAN KONJUNGTIVA1. KONJUNGTIVITISa.
PengertianKonjungtivitis adalah infeksi atau inflamasi pada
konjungtiva mata dan biasa dikenal sebagai pink eye.Konjungtivitis
biasanya tidak ganas dan bisa sembuh sendiri.Dapat juga menjadi
kronik dan hal ini mengindikasikan perubahan degenerative atau
kerusakan akibat serangan akut yang berulang.Klien sering datang
dengan keluhan mata merah.Pada konjungtivitis didapatkan hyperemia
dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada kojungtiva hanya iritasi
konjungtiva dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,
asap, debu, dan lain-lain.
b. EtiologiKonjungtivitis inflamasi dapat terjadi karena
terpapar alergen atau iritan dan tidak menular.Konjungtivitis
infeksi lebih banyak disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus dan
mudah menular.Penyebab tersering meliputi bakteri, virus dan
klamidia.Sedangkan penyebab yang kurang sering adalah alergi,
penyakit parasite dan yang jarang adalah infeksi jamur atau
occupational irritant.Bentuk idiopatik dapat berhubungan dengan
penyakit sistemik tertentu seperti ertema multipormis dan penyakit
tiroid.Konjungtivitis terbagi dalam tiga jenis, yaitu
konjungtivitis alergi atau vernal, infeksi atau bacterial, dan
viral.
c. Klasifikasi Konjungtivitis Alergiinfeksi ini bersifat musiman
dan berhubungan dengan sesitifitas terhadap serbuk, protein hewani,
bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan atau obat
(atropine dan antibiotic golongan mycin. Infeksi ini terjadi
setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tatarias, asap
rokok. Asma, demam kering dan eczema juga berhubungan dengan
konjungtivitis alergi. Konjungtivitis InfektisJenis konjungtivitis
ini juga berhubungan dengan pink eye dan mudah menular. Wabah pink
eye dapat terjadi pada populasi yang padat dan dengan standar
kesehatan yang rendah. Penyebab infeksi ini adalah staphylococcus
aureus.dapat juga terjadi setelah terpapar haemophilus influenza
atau N. gonorhoea. Dapat terjadi bersamaan dengan morbiliparotitis
epidemika, bleferitis, obstruksi duktus nasolakrimalis, karena
penyinaran cahaya (konjungtivitis elektrika). Konjungtivitis
ViralJenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human
adenovirus(yang paling sering adalah keratokonjungtivitis
epidemika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononucleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis.. Diagnosis dan
Pengobatan Diagnosis dilakukan dengan smear konjungtiva yang akan
menunjukkan bahwa predominan monocyte (jika disebabkan oleh virus),
sel polimorfonukelar (neutrophil) jika disebabkan oleh bakteri
eosinophil(jika disebabkan oleh alergi). Kultur dan uji
sensitivitas dilakukan untuk melakukan terapi.Terapi pada infeksi
bakteri adalah dengan antibiotic (sulfonamid topikal), pada infeksi
virus dengan sulfonamide/antibiotika tetes mata spectrum luas untuk
mencegah infeksi sekunder, sedangkan untuk infeksi alergi diberikan
vasokonstriktor tetes seperti nafazolin, kompres dingin, dan
antihistamin oral.
d. Manisfestasi klinikGambaran KlinisKonjungtiva adalah lapisan
mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada
mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi.
Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata
memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang
tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal
kuning kehijauan.6
Konjungtivitis AlergiGejala jenis konjungtivitis ini adalah
edema konjungtiva ringan sampai berat, sensasi terbakar dan injeksi
vaskuler.Lakrimasi kadang-kadang terjadi.Rasa gatal adalah yang
paling parah pada bentuk konjungtivitis ini.Kadang-kadang
didapatkan rabas seperti air. Konjungtivitis Infektis Gejalanya,
dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan
rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap
menjadi lebih tebal atau mucus dan berkembang menjadi purulent yang
menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama
saat bangun tidur pagi hari. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada
epitel kornea. Konjungtivitis ViralGejalanya, pembesaran kelenjar
limfe preaurikur, fotopobia dan sensasi adanya benda asing pada
mata.Epiofora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi
kemerahan dan bias terjadi nyeri periorbital
h. PatopisiologiKonjungtiva karena lokasinya, terpapar pada
banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu.
Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi
luar.Pada film air mata unsur berairnya mengencerkan materi
infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebral
secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi anti mikroba termasuk lisozim.Adanya agens
perusakmenyebabkan kerusakan pada epitel konjungtiva yang diikuti
edema epitel, kematian sel eksfoliasi, hipertropi epitel atau
granuloma.mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva
melalui epitel ke permukaan.Sel-sel ini kemudian bergabung dengan
fibrin dan mucus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva
yang menyebabkan perlengketan tepian palpebral pada bangun
tidur.Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang
tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada
hyperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan
hipertropi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan
sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi
airmata.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh daah yang
hyperemia dan menambah jumah airmata.Jika klien mengeluh sakit pada
iris atau badan silier berarti kornea terkena. Perjalanan penyakit
pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :1. Stadium
Infiltratif.Berlangsung 3 4 hari, dimana palpebra bengkak,
hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada
konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik
dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar
preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa
selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan
gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah
gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini
menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada
laki-laki didahului pada mata kanannya,4,6,72. Stadium
Supurativa/Purulenta.Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu
hebat lagi, palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu
tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang kental campur
darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata
dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan
kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra
dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak
(memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka
palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.3. Stadium
Konvalesen (penyembuhan). hipertrofi papilBerlangsung 2 3 minggu,
berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak,
konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva
bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh
berkurang.4,6,7Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat
berada pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini
ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada
orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit
kelamin sendiri.Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret
purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,
disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtiva
kemotik.Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen,
iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata
tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi
kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis.
Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan
ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa
nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari
konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme,
bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga
fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan
berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama
kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat.
Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf
optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.
Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata
sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing
e.penatalaksanaanC. GANGGUAN SISTEM LAKIRMAL1. Dakriosistitisa.
PengertianDakriosistitis merupakan suatu inflamasi pada sakus
lakrimal yang biasanya terjadi karena obstruksi duktus nasolakrimal
atau tidak terbukanya membran nasolacrimal.Dakriosistitis adalah
suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di antara sudut
bagian dalam kelopak mata dengan hidung.Dakriosistitis adalah
infeksi pada sakus lakrimalis yg dpt terjadi akut dan kronis pada
semua kalangan umur .Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak
atau orang dewasa berumur diatas 40 tahun. Jarang usia pertengahan
(Ilyas, 2008). Puncak insidensi pada usia 60 hingga 70 tahun, pada
bayi yang baru lahir, hanya sekitar 1% dari jumlah kelahiran.
Penelitian menyebutkan bahwa sekitar 70-83% kasus dakriosistitis
dialami oleh wanita.
b. EpidemiologiInfeksi pada sakus lakrimalis umumnya ditemukan
pada 2 kategori usia, pada infant dan orang dewasa yang berusia
lebih dari 40 tahun. Dakriosistitis akut pada bayi baru lahir
jarang ditemukan, terjadi pada kurang dari 1% dari semua kelahiran.
Dakriosistitis didapat secara primer terjadi pada wanita dan lebih
sering pada pasien dengan usia di atas 40 tahun, dengan puncak
insidensi pada usia 6070 tahun. Kebanyakan penelitian
mendemonstrasikan sekitar 7083% kasus dakriosistitis terjadi pada
wanita, sementara dakriosistitis kongenital memiliki frekuensi yang
sama antara pria dan wanita.Pada individu dengan kepala berbentuk
brachycepalic memiliki insidensi yang tinggi mengalami
dakriosistitis dibandingkan dengan individu dengan kepala berbentuk
dolichocephalic atau mesosephalic. Hal ini dikarenakan pada
tengkorak berbentuk brachycephalic memiliki diameter lubang yang
lebih sempit ke dalam duktus nasolakrimalis, duktus nasolakrimalis
lebih panjang, dan fossa lakrimalis lebih sempit. Pada pasien
dengan hidung pesek dan muka kecil memiliki resiko lebih tinggi
mengalami dakriosistitis, diduga karena kanalis osseus lakrimal
yang lebih sempit (Antonk, 2009).c. KlasifikasiBerdasarkan
perjalanan penyakitnya, dakriosistitis dibedakan menjadi 3 (tiga)
jenis yaitu:1. AkutPasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang
berat namun jarang menimbulkan kematian. Morbiditas yang terjadi
berhubungan dengan abses pada sakus lakrimalis dan penyebaran
infeksinya.2. KronisMorbiditas utamanya berhubungan dengan
lakrimasi kronis yang berlebihan dan terjadinya infeksi dan
peradangan pada konjungtiva.
3. KongenitalMerupakan penyakit yang sangat serius sebab
morbiditas dan mortalitasnya juga sangat tinggi. Jika tidak
ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan selulitis orbita, abses
otak, meningitis, sepsis, hingga kematian. Dakriosistitis
kongenital dapat berhubungan dengan amniotocele, di mana pada kasus
yang berat dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Dakriosistitis
kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis dan biasanya hanya
ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan kegagalan
perkembangan (Mardiana & Roza, 2011).d. EtiologiDakriosistitis
terjadi karena obstruksi duktus nasolakrimal. Obstruksi bisa
disebabkan oleh stenosis inflamasi idiopatik (primary acquired
nasolacrimal duct obstruction) atau sebab sekunder akibat dari
trauma, infeksi, inflamasi, neoplasma, atau obstruksi mekanik
(primary acquired nasolacrimal duct obstruction) (Bharathi, et al
2007).Obstruksi duktus nasolakrimalis menyebabkan penyumbatan
aliran air mata yang berhubungan dengan system drainase air mata
yang mengakibatkan dakriosistitis.Dakriosistitis akut biasanya
sering disebabkan oleh bakteri kokus gram negatif, sedangkan
dakriosistitis kronik disebabkan oleh campuran; bakteri gram
negatif maupun positif. Bakteri yang sering ditemukan umumnya
didominasi oleh streptokokus pneumonia dan stapilokokus Sp. Infeksi
jamur biasanya oleh candida albikan dan aspergillus Sp, biasanya
infeksi akibat jamur jarang ditemukan (Bharathi, et al
2007).Literatur lain menyebutkan bahwa dakriosistitis akut pada
anak-anak sering disebabkan oleh Haemophylus influenzae, sedangkan
pada orang dewasa sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
Streptococcus -haemolyticus. (Ilyas, 2008).e. Manifestasi klinis1)
Dakriosistitis AkutPada keadaan akut, terdapat epifora, sakit yang
hebat didaerah kantung air mata dan demam. Terlihat pembengkakan
kantung air mata. Terlihat pembengkakan kantung air mata disertai
sekret yang mukopurulen yang akan memancar bila kantung air mata
ditekan, daerah kantung ar mata berwarna merah meradang.2)
Dakriosistitis KronisPada keadaan menahun, tidak terdapat rasa
nyeri, tanda-tanda radang ringan, biasanya gejala berupa mata yang
sering berair, yang bertambah bila mata kena angin. Bila kantung
air mata ditekan dapat keluar secret yang mukoid (Ilyas et al,
2008). Infeksi pada dakriosistitis dapat menyebar ke anterior
orbita dengan gejala edema palpebra atau dapat berkembang menjadi
selulitis preseptal. Studi pada pasien daksriosistitis kronis
didiagnosa berdasarkan tanda dan gejala meliputi epifora dengan
atau tanpa massa dan regurgitasi mukoid atau cairan mukopurulent
pada penekanan di daerah sakus atau pada saluran di kanalis
lakrimalis (Nigam et al, 2008).
3) Dakriosistitis Kongenital Bentuk khas dari peradangan pada
kantong air mata adalah dakriosistitis kongenital, yang secara
patofisiologi sangat erat kaitannya dengan embriogenesis sistem
eksresi lakrimal. Dakriosistitis sering timbul pada bayi yang
disebabkan karena duktus lakrimalis belum berkembang dengan baik.
Pada orang dewasa infeksi dapat berasal dari luka atau peradangan
pada hidung. Meskipun demikian, pada kebanyakan kasus, penyebabnya
tidak diketahuiMerupakan penyakit yang sangat serius sebab
morbiditas dan mortalitasnya juga sangat tinggi. Jika tidak
ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan selulitis orbita, abses
otak, meningitis, sepsis, hingga kematian. Dakriosistitis
kongenital dapat berhubungan dengan amniotocele, di mana pada kasus
yang berat dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Dakriosistitis
kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis dan biasanya hanya
ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan kegagalan
perkembangan (Mardiana & Roza, 2011)f. Pathofisiologi Awal
terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi
pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada
anak-anak biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal,
sedangkan pada orang dewasa akibat adanya penekanan pada
salurannya, misal adanya polip hidung. Obstruksi pada duktus
nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan air mata, debris
epitel, dan cairan mukus sakus lakrimalis yang merupakan media
pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Kemudian keluar
lah gejala gejala dari dakriosititis seperti Nyeri Kemerahan
pembengkakan pda kelopak mata bawah Epifora Nanah Penglihatan kabur
Sebuah benjolan atau gumpalan pada sudut bagian dalam kelopak mata
bawah g. Komplikasi Dakriosistitis yang tidak diobati dapat
menyebabkan pecahnya kantong air mata sehingga membentuk fistel.
Bisa juga terjadi abses kelopak mata, ulkus, bahkan selulitis
orbita (Mardiana & Roza, 2011).Dakriosistorinostomi bila
dilakukan dengan baik merupakan prosedur yang cukup aman dan
efektif. Namun, seperti pada semua prosedur pembedahan, komplikasi
berat dapat terjadi. Perdarahan merupakan komplikasi tersering dan
dilaporkan terjadi pada 3% pasien. Selain itu, infeksi juga
merupakan komplikasi serius dakriosistorinostomi. Beberapa ahli
menyarankan pemberian antibiotic drop spray pada hidung setelah
pembedahan. Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan
oleh osteotomi atau penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang
tidak adekuat. Kebanyakan kasus kemudian diterapi dengan dilatasi
ostium menggunakan probing Bowman berturut-turut.Kompliksi lainnya
meliputi nyeri transient pada segmen superior os.maxilla, hematoma
subkutaneus periorbita, infeksi dan sikatrik pascaoperasi yang
tampak jelas (Yuliani, 2009).h. Penatalaksanaan Pengobatan
dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan masase
kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga diberikan
antibiotik amoxicillin/clavulanate atau cefaclor 20-40 mg/kgBB/hari
dibagi dalam tiga dosis dan dapat pula diberikan antibiotik topikal
dalam bentuk tetes (moxifloxacin 0,5% atau azithromycin 1%) atau
menggunakan sulfonamid 4-5 kali sehari.Pada orang dewasa,
dakriosistitis akut dapat diterapi dengan melakukan kompres hangat
pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering.
Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500mg p.o. tiap 6 jam)
juga merupakan pilihan antibiotik sistemik yang baik untuk orang
dewasa. Untuk mengatasi nyeri dan radang, dapat diberikan analgesik
oral (acetaminofen atau ibuprofen), bila perlu dilakukan perawatan
di rumah sakit dengan pemberian antibiotik secara intravena,
seperti cefazoline tiap 8 jam. Bila terjadi abses dapat dilakukan
insisi dan drainase.Dakriosistitis kronis pada orang dewasa dapat
diterapi dengan cara melakukan irigasi dengan antibiotik. Sumbatan
duktus nasolakrimal dapat diperbaiki dengan cara pembedahan jika
sudah tidak radang lagi.Penatalaksaan dakriosistitis dapat juga
dilakukan dengan pembedahan, yang bertujuan untuk mengurangi angka
rekurensi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada
dakriosistitis adalah dacryocystorhinostomy (DCR). Di mana pada DCR
ini dibuat suatu hubungan langsung antara sistem drainase lakrimal
dengan cavum nasal dengan cara melakukan bypass pada kantung air
mata. Dulu, DCR merupakan prosedur bedah eksternal dengan
pendekatan melalui kulit di dekat pangkal hidung. Saat ini, banyak
dokter telah menggunakan teknik endonasal dengan menggunakan
scalpel bergagang panjang atau laser (Sowka et al,
2010).Dakriosistorinostomi internal memiliki beberapa keuntungan
jika dibandingkan dengan dakriosistorinostomi eksternal. Adapun
keuntungannya yaitu, (1) trauma minimal dan tidak ada luka di
daerah wajah karena operasi dilakukan tanpa insisi kulit dan eksisi
tulang, (2) lebih sedikit gangguan pada fungsi pompa lakrimal,
karena operasi merestorasi pasase air mata fisiologis tanpa membuat
sistem drainase bypass, dan (3) lebih sederhana, mudah, dan cepat
(rata-rata hanya 12,5 menit).
i. Penatalaksanaaan Keperawatanpengkajian 1. pemeriksaan fisik
umuma. periksa kemungkinan penyakit diabetes melitus , riwayat
operasi , riwayat trauma orbita atau pengunaan kosmetik serta
pengobatan yang lama.b. Pemeriksaan suhu tubuh untuk menentukan
kejadian demam sebagai tanda infeksi.2. Pemeriksaan khusus mataa.
Pemeriksaan kelenjar lakrimalb. Pemeriksaan area periorbita,
mungkin ditemukan edema.c. Penumpukan kotoran mata.
2.8 asuhan keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b / d
efek inflamasi periorbitaIntervensiRasional
1. Kaji derajat nyeri setiap hari
2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan nyeri3. Anjurkan klien
untuk menghindari berbagai tindakan yang dapat menimbulkan nyeri 4.
Ajarkan berbagai teknik distraksi
5. Kolaborasi pemberian analgetik dan anti inflamasi pada mata
1. Nyeri dapat ditentukan dengan mengunakan skala nyeri 1-10
2. Nyeri dapat meningkat karena pengaruh infeksi3. Meningkatkan
kenyamanan mencegah trauma, dan komplikasi sekunder gangguan mata4.
Distraksi visual seperti membaca, mengambar , distraksi auditorik
seperti mendengar radio, dapat digunakan untuk mengrangi nyeri5.
Pemberian obat dapat mengurangi rasa nyeri 6.
2. Ansietas yang b / d kurang pengetahuan tentang penyakit
IntervensiRasional
1. Kaji pemahaman klien tentang penyakitnya
2. Jelaskan / orientasikan pada klien penyakit yang
dideritanya
3. Tunjukkan fakta fakta tentang penyakit
4. Berikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan diri 1.
Persepsi yang keliru dari klien mungkin berasal dari informasi yang
salah atau pengalaman yang dipersepsikan kurang tepat oleh klien 2.
Ganguan kornea umumnya menimbulkan gejala nyeri yang cukup hebat
sehingga menimbulkan kecemasan pada klien. 3. Informasi tentang
presentase kejadian kebutaan pada berbagai kasus dan dapat
meningkatkan kepercayaan klien dan menambah keyakinan serta menurun
asientas 4. Memungkinkan klien mengekspresikan ketakutan,
kekhawatiran , dan ketidaktahuan.
3. Potensial komplikasi : infeksi mata
IntervensiRasional
1. Kaji kondisi inflamasi pada mata setiap hari
2. Bersihkan sekret sesering mungkin dan sebelum memberikan
obat
3. Lakukan perawatan luka
4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan anti inflamasi1.
Tanda inflamasi seperti sekret, eritema kelopak mata, dan
pembengkakan saklus lakrimalis dapat memberikan gambaran
perkembangan penyakit .pengkajian dapat dilakukan sambil melakukan
perawatan luka. 2. Sekret harus dibuang untuk memungkinkan seluruh
daerah mata ( konjungtiva ) mendapatkan obat dengan baik 3.
Perwatan luka dapat dilakukan dengan membersihkan mata dari sekret
. irigasi sebaiknya dilakukan dengan hati hati dan bila kondisi
membaik 4. Antibiotik diberikan sesuai dengan dosis, waktu, dan
jenis obat . pemberian obat saleb dan tetes mata secara bersama
dapat didahulukan pemberian obat tetes , lalu obat salep sehingga
memungkinkan kedua obat terpajan secara maksimal pada mata.
D. GANGGUAN KORNEA1. Keratitis ulseratifa. PengertianKeratitis
ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
(Darling,H Vera, 2000, hal 112)Ulkus kornea adalah hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase oleh sel epitel baru dan sel radang.b. Klasifikasi1)
Ulkus kornea sentral meliputi:a) Ulkus kornea oleh
bakteriPengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes,
injeksi subkonjungtiva dan intra vena
Ulkus kornea oleh bakteri StafilokokkusInfeksi ulkus kornea oleh
Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor penceus
sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan
lensa kontak yang telah lama digunakan.
Ulkus kornea oleh bakteri PseudomonasBerbeda dengan ulkus kornea
sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini ditemukan dalam
jumlah yang sedikit. Pengobatan : gentamisin, tobramisin,
karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra
vena.
b) Ulkus kornea oleh virusKeratitis herpes simpleks ada dua
bentuk yaitu primer dan rekurens. Keratitis ini adalah penyebab
ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum
di Amerika. Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis
yang memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik sama juga
perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa
perjalanan klinik keratitis dapat berlangsung lama karena stroma
kurang vaskuler sehingga menghambat migrasi limfosit dan makrofag
ke tempat lesi. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah
respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler
akibat virus, namun sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan
bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan mungkin
juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam segmen anterior
seperti iris dan endotel trabekel. Kortikosteroid topikal dapat
mengendalikan respons peradangan yang merusak namun memberi peluang
terjadinya replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan
kortikosteroid topikal harus ditambahkan obat anti virus.cukup
sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh
vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform
bila mengalami nekrosis di bagian sentral.c) Ulkus kornea oleh
jamurUlkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja
pertanian, kini makin banyak diantara penduduk perkotaan, dengan
dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era
kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea
kemasukan sangat banyak mikroorganisme. Mata yang belum
terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan
mikroorganisme sedikit-sedikit.Pengobatan : Pemberian obat anti
jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih
obat anti jamur yang spesifik.2) Ulkus marginalUlkus marginal
adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau
dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan
terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal
dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan
penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi berrsama-sama
dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil
Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat
dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ;
penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai
rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat
blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang
sejajar dengan limbus.Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal
akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens.
Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya.
Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan
penyembuhan yang efektif.a) Ulkus cincinMerupakan ulkus kornea
perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat
destruktif dan biasaya mengenai satu mata. Penyakit ini bersifat
rekuren.Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.b)
Ulkus kataral simplekLetak ulkus peifer yang tidak dalam ini
berwarna abu-abu dengan subu terpanjag tukak sejajar dengan limbus.
Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepiya terlihat
bagian yang bening.Terjadi ada pasien lanjut usia.Pengobatan dengan
memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.c) Ulkus MoorenMerupakan
ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea
berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk
perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung
dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak
lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea
terkenai.Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan
degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva,
keratektomi dan keratoplasti.(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)c.
Etiologi1) Ulkus kornea oleh bakteriBakteri yang ditemukan pada
hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor pencetusnya
(kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah : Streptokokok
pneumonia Streptokokok alfa hemolitik Pseudomonas aeroginosa
Klebaiella Pneumonia Spesies MoraksellaSedangkan dari ulkus kornea
yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik
yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus
konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier
kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini
adalah : Stafilokukkus epidermidis Streptokokok Beta Hemolitik
Proteus
Ulkus kornea oleh bakteri StreptokokokBakteri kelompok ini yang
sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea adalah :
Streptokok pneumonia (pneumokok) Streptokok viridans (streptokok
alfa hemolitik0 Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)
Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)
Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa
terdapat pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya
banyak digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas.Ulkus oleh
streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan
karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan,
sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun
seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain,
kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok
faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya.
Ulkus kornea oleh bakteri StafilokokkusInfeksi oleh Stafilokokus
paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus Aureus,
Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus
adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea
sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik).
Ulkus kornea oleh bakteri PseudomonasBakteri pseudomonas
bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat
sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus
pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan.
Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein,
cairan lensa kontak.
2) Ulkus kornea oleh virusUlkus kornea oleh virus herpes
simpleks
3) Ulkus kornea oleh jamura) Ulkus kornea oleh jamur banyak
ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh :Penggunaan antibiotika secara
berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian
kortikosteroid jangka panjangb) Fusarium dan sefalosporium
menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel,
misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang
mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau
binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan
jamur yang berada di lingkungan hidup.Infeksi oleh jamur lebih
sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor
ekologi ikut memberikan kontribusi.Fusarium dan sefalosporium
terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik.
Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia
dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing.c)
Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme
oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan
endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi
saluran lakrimal.Kandida adalah jamur yang paling oportunistik
karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang
mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis
sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan
pemakaian kortikosteroid.4) Ulkus CincinPenyebabnya adalah reaksi
alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile,
influenza berat dan penyakit imunologik. 5) Ulkus MoorenPenyebabya
adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau
autoimun
d. PathofisiologiBila pertahanan normal pada mata seperti epitel
kornea mengalami gangguan, resiko terjadinya infeksi sangat tinggi.
Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada kornea, penyakit
alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu
keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat
pemakaian lensa kontak.Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea
bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan
mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses
inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN
berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan
oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut
meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini,
dapat terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea
telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang menyebabkan
penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak
menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan.
Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea
dan keratitis karena lensa kontak.Terbentuknya ulkus pada kornea
mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh
sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada
kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Sedangkan
perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun,
dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh
kuman Stafilokok aureus, H. influenza, dan M. lacunata.
e. Manifestasi Klinis1) Ulkus kornea sentral meliputi:a) Ulkus
kornea oleh bakteriGambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri
StreptokokokUlkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram
dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan
oleh streptokok pneumonia.Ulkus kornea oleh bakteri
StafilokokkusGambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri
Stafilokokkus :Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek
epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses
kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi
radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus
AureusUlkus kornea oleh bakteri PseudomonasGambaran Klinis Ulkus
kornea oleh bakteri pseudomonasBiasanya dimulai dengan ulkus kecil
dibagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan
disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat
melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus
mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.b) Ulkus
kornea oleh virusHerpes simpleks primer pada mata jarang ditemukan
dan bermanifestasi sebagai blefarokonjungtivitis vesikuler
kadang-kadang mengenai kornea dan umumnya terdapat pada anak-anak
muda. Terapi anti virus topikal dapat dipakai untuk profilaksis
agar kornea tidak terkena dan sebagai terapi untuk penyakit
kornea.Gejala pertama umumnya iritasi, fotofobia dan berair-air.
Bila kornea bagian pusat terkena terjadi sedikit gangguan
penglihatan. Lesi paling khas adalah ulus dendritik. Ini terjadi
pada epitel kornea, memiliki bulbus terminalis pada ujungnya. Ulkus
geografik adalah sebentuk penyakit dendritik menahun yang lesi
dendritiknya berbentuk lebih lebar. Tepian ulkus tidak kabur.
Sensasi kornea menurun. Lesi epitelial kornea lain yang dapat
ditimbulkan HSV adalah keratitis epitelial blotchy, keratitis
stelata dan keratitis filamentosa.c) Ulkus kornea oleh jamurUlkus
fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan
hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial,
dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang
jauh dari daerah utama laserasi). Lesi utama merupakan plak endotel
dengan tepian tidak teratur dibawah lesi kornea utama, disertai
dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.
f. Pemeriksaan Diagnostik :1) Kartu mata/ snellen telebinokuler
(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan )2) Pengukuran
tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg3) Pemeriksaan
oftalmoskopi4) Pemeriksaan Darah lengkap, LED5) Pemeriksaan EKG6)
Tes toleransi glukosa
g. Penatalaksanaan Medisa. TerapiTerapi keratitis HSV hendaknya
bertujuan menghentikan replikasi virus didalam kornea sambil
memperkecil efek merusak respons radang.b. DebridementCara efektif
mengobati keratitis adalah debridement epitelial karena virus
berlokasi di dalam epitel. Debridement juga mengurangi beban
antigenik virus pada stroma kornea. Debridement dilakukan dengan
aplikator berujung kapas khusus. Obat siklopegik seperti atropin 1%
diteteskan ke dalam sakus konjungtiva dan ditutup sedikit dengan
tekanan. Pasien harus diperiksa setiap hari dan diganti penutupnya
sampai defek korneanya sembuh umumnya dalam 72 jam. Pengobatan
tambahan dengan anti virus topikal mempercepat pemulihan epitel.c.
Terapi ObatAgen anti virus topikal yang dipakai pada keratitis
herpes adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine dan acyclovir.
Replikasi virus dalam pasien imunokompeten khususnya bila terbatas
pada epitel kornea umumnya sembuh sendiri dan pembentukan parut
minimal. Dalam hal ini penggunaan kortikosteroid topikal tidak
perlu bahkan berpotensi sangat merusak. Penting sekali ditambahkan
obat anti virus secukupnya untuk mengendalikan replikasi
virus.Pengobatan bertujuan menghalangi hidup bakteri dengan
antibiotik dan mengurangi reaksi radang steroid. Diberikan
sikloplegik serta antibiotik topikal dan subkonjutivitis yang
sesuai. Pasien dirawat bila terancam terjadi perforasi, tidak dapat
memberi obat sendiri, dan bila penyakit berat sehinggan diperlukan
obat sistemik. Mata tidak boleh dibebat. Pengobatan dihentikan bila
sudah terjadi epitelasi dan mata terlihat tenang. Bila penyebabnya
pseudomonas pengobatan harus ditambah 1 - 2 minggu. Untuk keratitis
hipertik dilakukan debridemen epitel dengan aplikator kapas,
sikloplegik antropin 1%, dan dibalut tekan. Balut diganti setiap
setiap hari sampai defek kornea membaik (biasanya dalam waktu 72
jam). Antiviral topikal dapat mempercepat penyembuhan. untuk
keratitis varisela zoster dapat diberikan asiklovir intravena atau
oral 5 x 800 mg dalam waktu 72 jam setelah terjadi gejala kulit
untuk 10 14 hari. Bila perlu diberikan analgesik dan kortikosteroid
topikal. Bila disebabkan acanthamoeba, selalin debridemen epitel,
diberikan topikal propamidin isetonat 1% dan neomisin tetes, atau
poliheksametilem biguanid 0.01 0.02 %, atau golongan imidazol.
d. Terapi BedahKeratoplasi penetrans mungkin diindikasikan untuk
rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai parut kornea berat
namun hendaknya dilakukan beberapa bulan setelah penyakit herpes
non aktif. Pasca bedah infeksi herpes rekurens dapat timbul karena
trauma bedah dan kortikosteroid topikal yang diperlukan untuk
mencegah penolakan transplantasi kornea. Lensa kontak lunak untuk
terapi atau tarsorafi mungkin diperlukan untuk pemulihan defek
epitel yang terdapat pada keratitis herpes simpleks.
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk
pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes
antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci
tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan
pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak
mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres
dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin
diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan
midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan
harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat
memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk
mempercepat penyembuhan defek epitel.
h. Penatalaksanaan Keperawatan1) Pengkajiana) BiodataTanggal
wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana, alamat,
penanggung jawab.b) Riwayat KesehatanRiwayat Kesehatan
Sekarang.Keluhan Utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir
dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora
mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen /
Gonoblenorroe. Sifat Keluhan :Keluhan terus menerus; hal yang dapat
memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana,
waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan
timbul.Keluhan Yang Menyertai :Apakah pandangan menjadi kabur
terutama pada kasus Gonoblenorroe.
Riwayat Kesehatan Yang Lalu.Klien pernah menderita penyakit yang
sama, trauma mata, alergi obat, riwayatoperasi mata.
Riwayat Kesehatan Keluarga.Dalam keluarga terdapat penderita
penyakit menular (konjungtivitis).
2) Pemeriksaan Fisika) Data Fokus :Objektif : VOS dan VOD kurang
dari 6/6. Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak
keluar terutama pada konjungtivitis purulen
(Gonoblenorroe).Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir
dalam mata) gatal, panas.
3) Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan
konjungtiva, ditandai dengan :- Klien mengatakan ketidaknyamanan
(nyeri) yang dirasakan.- Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan
(ekspresi nyeri).
Kriteria hasil :Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.Ajarkan
kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan
teratur.Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.Ciptakan
lingkungan tidur yang nyaman,aman dan tenang.Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian analgesic.
Rasionalisasi :o Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan
mengerti.oBerguna dalam intervensi selanjutnya.oMerupakan suatu
cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor
yang berupa kebisingan.oMenghilangkan nyeri, karena memblokir
syaraf penghantar nyeri.
Evaluasi :Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri.Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur
yang tidak terganggu.Menunjukkan perasaan rileks.
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakitnya, ditandai dengan :- Klien mengatakan tentang
kecemasannya.- Klien terlihat cemas dan gelisah.
Kriteria hasil :Klien mengatakan pemahaman tentang proses
penyakitnya dan tenang.
Intervensi :Kaji tingkat ansietas / kecemasan.Beri penjelasan
tentang proses penyakitnya.Beri dukungan moril berupa doa untuk
klien.
Rasionalisasi :o Bermanfaat dalam penentuan intervensi.o
Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnyaoMemberikan
perasaan tenang kepada klien.
Evaluasi :Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk
mengurangi ansietas.Mendemonstrasikan pemahamaan proses
penyakit.
c. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan
prosesperadangan.
Kriteria hasil :Penyebaran infeksi tidak terjadi.Intervensi
:Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan
irigasi).Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.Pertahankan
tindakan septik dan aseptik.
Rasionalisasi :o Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka
mata menjadi bersih.o Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran
infeksi tidak terjadi.oDiharapkan tidak terjadi penularan baik dari
pasien ke perawat atau perawat ke pasien.
Evaluasi :Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran
penyakit.
d. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).Intervensi
:Kaji tingkat penerimaan klien.Ajak klien mendiskusikan
keadaan.Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.Jelaskan
perubahan yang terjadi.Berikan kesempatan klien untuk menentukan
keputusan tindakan yang dilakukan.
Evaluasi :- Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep
diri.- Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan
ke arah penerimaan.
e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan
penglihatan.Kriteria hasil :Cedera tidak terjadi.Intervensi :Batasi
aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membungkuk.Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat
yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya.Atur lingkungan sekitar pasien,
jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan.Awasi /
temani pasien saat melakukan aktivitas.Rasionalisasi :o Menurunkan
resiko jatuh (cedera).o Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.o
Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.o
Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
Evaluasi :- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.- Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup
untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.-
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.