BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu
Claudius Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang
berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan
yang disebut ilmu galenika. Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang
mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara
sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai
berikut :
1. Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia
atau bahan obat nabati.
2. Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat
di dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan
galenika:
1. Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau
tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.
Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus, dan
sebaliknya.
2. Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut
harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan
dalam pembuatan.
3. Suhu dan lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak,
mudah tersari atau tidak.
4. Bahan penyari dan cara penyari
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya
serap bahan penyari ke dalam simplisia.
B. Bentuk-bentuk sediaan galenika:1. Hasil Penarikan : Extracta,
Tinctura, Decocta / Infusa2. Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua
aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak
lemak)3. Syrup.
C. Tujuan dan Maksud dibuatnya sediaan galenik :
1. Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia
dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam
penyimpanan yang lama.
BAB 2
PEMBAHASAN
I. BENTUK BENTUK SEDIAAN GELANIKA
A. Penarikan (Extraction)
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan
asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan
(khasiatnya) tidak berubah. Istilah extractio hanya dipergunakan
untuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan menggunakan cairan
penarik/ pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan disebut
menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan
disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat
berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu.. Zat-zat
berkhasiat tersebut antara lain alkaloida, glukosida, damar, olea,
resina, minyak atsiri, lemak. Disamping itu terdapat juga
jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein, pectin,
selulosa yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan
pelarut tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan
dalam extractio.
Tujuan utama extractio adalah :untuk mendapatkan zat-zat
berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak
berfaedah, supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal.
Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab
pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang
memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentu
yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan
pengolahannya.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, suhu
penarikan untuk :
MaserasI: 15 250C
DigerasI: 35 450C
Infundasi: 90 980C
Memasak: suhu mendidih
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat,
simplisia perlu diolah terlebih dahulu, Misalnya mengawal
lemakkannya seperti: Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan
zat pahitnya seperti : Lichen islandicus.
Supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak tidak ikut tertarik
bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.
Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan
berkhasiatnya mudah larut, sedangkan yang tidak berguna sedikit
atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.
2. Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan
berkhasiat terbanyak larutnya.
3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana
bahan berkhasiat dari sipmlisia lebih banyak larutnya, sedangkan
bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu
baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia.
Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu
cara penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan
ampas dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat
galenik yang dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan,
kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang
kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di maserer dalam batas
waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat
halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya, sehingga
menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih cepat dari
pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose).
Cairan Cairan Penarik:
Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus
diperhitungkan betul-betul dengan memperhatikan beberapa faktor,
antara lain :
1. Kelarutan zat-zat dalam menstrum
2. Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak
atau akibat-akibat yang tidak dikehendaki (perubahan warna,
pengendapan, hidrolisa)
3. Harga yang murah
4. Jenis preparat yang akan dibuat
Macam - macam cairan penarik:
1. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada
suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat
misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan,
zat warna dan garam-garam mineral.
Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan
pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber
dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik
dimana zat-zat tersebut meripakan makanan yang baik untuk jamur
atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia
sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penarikan pada
perkolasi.
2. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya pelarut
yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri
tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol juga
menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian dan
menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga
disamping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet.
Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada
air sendiri.
3. Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan
menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung zat samak.
Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil
oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin.
Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan
ekstrak-ekstrak kering.
4. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk
pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya
disimpan lama.
5. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah
kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak.
Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang
mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia
tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya strychni, secale
cornutum.
6. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut
yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya
kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada
pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI)
7. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek
farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida,
damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
Cara Cara Penarikan:
1. Maserasi
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam
simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada
suhunya 15-250C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk
pembuatan secara perkolasi.
2. Digerasi
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan
penyari pada suhu 35o 45o. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan
karena disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu
tersebut beberapa simplisia menjadi rusak.
3. Perkolasi
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut
perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana
zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara
beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai alat
soxhlet.
Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi ialah :
1. mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya.
2. melembabkan dengan cara penyari : maserasi I
3. jenis perkolator yang dipergunakan dan memper-siapkannya
1. Tingtur (Tinctura)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau
perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan
senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing masing
monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20%
zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura,
Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan.
Pembagian Tinctur:
1. Menurut Cara Pembuatan
2. Tingtur Asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh :
Tingtur yang dibuat secara maserasi
1.
Opii Tinctura
FI III
2.
Valerianae Tinctura
FI III
3.
Capsici Tinctura
FI II
4.
Myrrhae Tinctura
FI II
5.
Opii Aromatica Tinctura
FI III
6.
Polygalae Tinctura
Ext. FI 1974
7.
Dan lain-lain
Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh :
1.
Belladonae Tinctura
FI III
2.
Cinnamomi Tinctura
FI III
3.
Digitalis Tinctura
FI III
4.
Lobeliae Tinctura
FI II
5.
Strychnini Tinctura
FI II
6.
Ipecacuanhae Tinctura
Ext. FI 1974
7.
Dan lain-lain
3. Tingtur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar
atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
Contoh :
1.
Iodii Tinctura
FI III
2.
Secalis Cornuti Tinctura
FI III
4. Tingtur Keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang
berkhasiat keras. Contoh :
1.
Belladonae Tinctura
FI III
2.
Digitalis Tinctura
FI III
3.
Opii Tinctura
FI III
4.
Lobeliae Tinctura
FI II
5.
Stramonii Tinctura
FI II
6.
Strychnin Tinctura
FI II
7.
Ipecacuanhae Tinctura
Ext. FI 1974
5. Tingtur Lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak
berkhasiat keras. Contoh :
1.
Cinnamomi Tinctura
FI III
2.
Valerianae Tinctura
FI III
3.
Polygalae Tinctura
Ext. FI 1974
4.
Myrrhae Tinctura
FI II
Berdasarkan Cairan Penariknya:
a. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau
campuran aether dengan aethanol. Contoh : Tingtura Valerianae
Aetherea.
b. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran
anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura Rhei Vinosa (Vinum
Rhei).
c. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai
cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada
pembuatan Tinctura Acida Aromatica.
d. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air,
contoh : Tinctura Rhei Aquosa.
e. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika
penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal ini
harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran
simplisia, contoh : Tinctura Chinae Composita.
Contoh Sediaan Tinctura:
1. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk
agak kasar (22/60) dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian
tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan
etanol 70% hingga memenuhi syarat.
2. Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (18/34) akar ipeka
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
3. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan
dengan 50 g kulit kayu manis yang telah dimemarkan dengan 1000 ml
etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan
penyaringan.
4. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian irisan halus herba poligala
dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
5. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania
dengan etanol 60 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
6. Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba
Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%,
hingga memenuhi persyaratan kadar, biarkan selama tidak kurang dari
24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun
sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera tanggal
pembuatan.
7. Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji
strichni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah,
yang menggunakan pelarut penyari etanol 70 % hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan kadar strichnina, jika perlu dengan etanol
70% secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.
8. Tingtur Kemenyan ( Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100
bagian etanol 90 %, saring.
9. Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia
dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan
etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah
dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer, hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.
12. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan
campuran 9 bagian etanol 95 % dan 1 bagian air selama 3 jam.
Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
13. Tingtur Beladon (Belladonnae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan
etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar
alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer hingga
memenuhi syarat, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam,
saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun
sejak tanggal pembuatan
14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu
manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
15. Tingtur Digitalis ( Digitalis Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan
etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan potensi
atur potensi jika perlu encerkan dengan etanol 70 % hingga memenuhi
syarat.
16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)
Cara pembuatan : Larutkan Iodum 1,8 2,2 %, Natriun Iodida 2,1
2,6 % dalam etanol encer.
17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)
Cara pembuatan : maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol
70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar dan atur
hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70 %
secukupnya.
18. Tingtur Opium wangi (Opii Tinctura Aromatica)
Cara pembuatan : maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis
serbuk (22/60), 1 bagian serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian
serbuk opium dengan campuran etanol 90 % dan air volume sama banyak
hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan : Campur 1 bagian ekstrak sekale kornutum dengan
9 bagian etanol encer.
20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian
dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
2. Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang dipakai adalah air,
eter dan campuran etanol dan air. Cara Pembuatan:
Penyarian :
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi,
perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih.
Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara
maserasi atau perkolasi.
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
1. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling
atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak leih dari
500C hingga konsistensi yang dikehendaki.
2. Perkolasi
Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura.
Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan
cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari hingga jika 500
mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa.
Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 500C hingga konsistensi yang dikehendaki
Contoh Contoh Ekstrak:
1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan :perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100)
dengan campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat 2%
v/v volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna yang diperiksa
dengan cara sebagai berikut :
Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2
ml perkolat. Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes
H2SO4encer, kemudian tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan
kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak terjadi kekeruhan. Suling
etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam.
Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan
filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan :Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan
dalam bentuk serbuk kering yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa,
keringkan pada suhu tidak lebih dari 300C, tambahkan sejumlah pati
beras atau laktosa hingga tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah berisi
zat pengering.
2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
Cara pembuatan :sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum
yang dibuat dari serbuk hiosiamin
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk
serbuk yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa
keringkan pada suhu tidak lebih dari 800C, tambahkan sejumlah pati
atau laktosa kering hingga tapat 3 bagian. Simpan dalam wadah
berisi zat pengering.
3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)
Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih
kemudian diuapkan hingga kering.
4. Ekstrak Timi (Thymi Extractum)
Cara pembuatan :
campurkan 500 bagian serbuk (85/100) herba timi dengan campuran
125 bagian air, 50 bagian gliserol dan 75 bagian etanol (90%).
Biarkan campuran selama 24 jam dalam sebuah bejana tertutup,
pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan campuran yang
terdiri dari 1 bagian etanol (90%) dan 3 bagian air q.s. hingga
diperoleh 175 bagian cairan, simpan cairan ini sebagai perkolat
I
lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di atas,
sehingga diperoleh 1500 bagian yang dinyatakan sebagai susulan I.
Larutkan 30 bagian gliserol dalam 130 bagian susulan I yang
mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 325 bagian serbuk
(85/100) herba timi. Biarkan campuran selama 24 jam dalam sebuah
bejana tertutup, pindahkan ke dalam sebuah perkolator, perkolasi
dengan sisa susulan I. Pisahkan 325 bagian cairan mula-mula keluar
yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi II. Hasil perkolasi
selanjutnya dinyatakan sebagai susulan II.
Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susulan II yang
mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 175 bagian serbuk
(85/100) herba timi. Biarkan campuran selam 24 jam dalam sebuah
bejana tertutup, pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan
sisa susulan II q.s. hingga diperoleh campuran 500 bagian campuran
yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi III. Campur hasil perkolasi
I, II dan III.
5. Ekstrak Strichi (Strychni Extractum)
Cara pembuatan :perkolasi serbuk biji strichni (24/34) yang
telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, dengan penyari
etanol 70% v/v sampai sisa penguapan dari 2 tetes perkolat terakhir
dengan penambahan 2 tetes asam nitrat tidak berwarna merah. Uapkan
perkolat menurut cara yang tertera pada ekstrakta hingga diperoleh
ekstrak kering. Tetapkan kadar strichnina dan jika perlu tambahkan
laktosa hingga memenuhi persyaratan kadar.
6. Ekstrak Pulepandak (Rouwolfiae Extractum)
Cara pembuatan :perkolasi 1800 bagian serbuk (8/24) akar pule
pandak dengan etanol 90% v/v hingga alkaloida tersari sempurna,
suling etanol pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 700C
hingga diperoleh ekstrak lembek. Tambahkan 50 bagian pati kering,
lanjutkan penguapan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar
elkaloidanya hingga memenuhi syarat kadar. Ayak melalui pengayak no
12.
7. Ekstrak Kelembak (Rhei Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan
campuran yang terdiri dari etanol 90% dan air volume sama, hingga
perkolat terakhir hampir tidak berwarna, uapkan perkolat hingga
diperoleh ekstrak kering.
8. Ekstrak Stramonium (Stramonium Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi 1000 g serbuk (8/24) herba stramonium
dengan etanol 45%. Pisahkan 850 ml perkolat pertama, teruskan
perkolasi hingga penyarian sempurna. Suling etanol dari perkolat
sisa hingga menjadi ekstrak kental, larutkan ekstrak dalam perkolat
pertama. Tetapkan kadar alkaloidanya, jika perlu tambahkan etanol
45% q.s. hingga memenuhi persyaratan kadar. Biarkan selama tidak
kurang dari 24 jam, jika perlu saring.
9. Ekstrak Frangulae (frangulae extractum)
Cara pembuatan : pada 100 bagian serbuk (33/36) kulit frangula,
tuangkan air mendidih, biarkan selama 12 jam, peras. Pada sisa
tambahkan 300 bagian air mendidih, biarkan selama 6 jam, peras
lagi. Kumpulkan sari, biarkan mengendap, serkai, uapkan serkaian
hingga diperoleh ekstrak kering.
10. Ekstrak Jadam (Aloes Extractum)
Cara pembuatan : tuangi 100 bagian jadam dengan 500 bagian air
mendidih, tuangkan campuran sambil diaduk ke dalam 500 bagian air,
biarkan di tempat sejuk selam 24 jam, serkai, uapkan serkaian
hingga kering.
11. Ekstrak Kecambah (Malti Extractum)
Cara pembuatan : panaskan campuran kecambah yang telah
dimemarkan dengan air panas 3 kali bobot kecambah selama 3 jam.
Biarkan mengenap, pisahkan cairan, sari sisa dengan air panas.
Campuran sari dipanaskan pada suhu kurang lebih 900C selama 1 jam,
kemudian aupkan hingga diperoleh massa kental.
12. Ekstrak Hati (Hepatis Extractum)
Cara pembuatan : giling hati sapi segar dengan penggiling daging
yang berlubang 3 mm, maserasi 1000 bagian dengan campuran 1500
bagian volume air dan 2 bagian volume HCl 4 N selama 12 jam, sambil
berulang-ulang diaduk. Hangatkan hingga suhu 800C serkai dan peras.
Uapkan serkaian di atas penangas air hingga 100 bagian,
dinginkan,campur dengan 150 bagian volume etanol, kocok selama 10
menit,saring. Suling etanol, uapkan sisa hingga 30 bagian volume,
kocok dengan 300 bagian volume etanol selama 10 menit, biarkan
selama 12 jam. Tuangkan etanol, larutkan sisa dalam air secukupnya
hingga 135 bagian volume, tambahkan 15 bagian volume tingtur kayu
manis.
13. Ekstrak Kina (Cinchonae Extractum)
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk (34/40) kulit kina
dengan 50 bagian campuran 35 bagian HCl encer p, 20 bagian gliserol
p, 45 bagian air selama 24 jam, pindahkan ke dalam perkolator.
Perkolasi mula-mula dengan 50 bagian sisa campuran di atas yang
diencerkan dengan 450 bagian air, kemudian dengan air secukupnya
hingga 2 tetes perkolat terakhir jika di tambah 8 tetes larutan
Na2CO3p tidak keruh. Uapkan segera perkolat hingga diperoleh 90
bagian, dinginkan, tambahkan 100 bagian etanol. Ekstrak ini
berkadar 6 8 % alkaloida.
14. Ekstrak Kola (Colae Extractum)
Cara pembuatan : Perkolasi, serbuk (24/34) biji kola dengan
campuran 60 bagian etanol 90% dan 40 bagian volume air hingga
perkolat hampir tidak berasa dan tidak berwarna, kemudian buatlah
ekstrak cair.
15. Ekstrak Opium (Opii Extractum)
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong
tipis dengan 500 bagian air selama 24 jam sambil berulang-ulang di
aduk, peras, campur dengan maserat I. Uapkan hingga sisa 200
bagian, biarkan selama 24 jam, saring. Uapkan hingga diperoleh
ekstrak kering. Tetapkan kadar morfinanya, atur kadar dengan
laktosa atau ekstrak opium kering lain hingga memenuhi persyaratan
kadar. Ekstrak ini mempunyai kadar morphin 20 %.
3. Infus (Infusa)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Cara Pembuatan:
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci
dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-sekali di aduk.
Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaaninfus :
1. Jumlah simplisia
2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstra air
4. Cara menyerkai
5. Penambahan bahan-bahan lain
1) Jumlah Simplisia:
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan
berkhasiat keras di buat dengan menggunakan 10 % simplisia.
Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk
membuat 100 bagian infus, digunakan sejumlah simplisia seperti
tersebut di bawah ini :
Kulit kina
6 bagian
Daun digitalis
0,5 bagian
Akar ipeka
0,5 bagian
Daun kumis kucing
0,5 bagian
Sekale kornutum
3 bagian
Daun sena
4 bagian
Temulawak
4 bagian
2) Derajat Halus Simplisia
Yang digunakan untuk infus harus mempunyai deajat halus sebagai
berikut :
Serbuk (5/8)
Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena
Serbuk (8/10)
Dringo, kelembak
Serbuk (10/22)
Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60)
Kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum
Serbuk (85/120)
Daun digitalis
3) Banyaknya Air Ekstra
Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan penambahan air
sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena
simplisia yang kita gunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
Cara Menyerkai:
Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus
simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin.
Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang
mengandung lendir tidak boleh diperas.
Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat
berkhasiatnya larut dalam keadaan panas, akan mengendap dalam
keadaan dingin.
Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun
sena mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut
dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin.
Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan
diremas dengan air hingga massa seperti bubur.
Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu.
Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya
diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar yang keketalannya sama
/ sediaan galenik dengan bahan yang sama.
4) Penambahan Bahan-Bahan Lain
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari
bobot bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang
mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium karbonat 10%
dari bobot simplisia.
B. Penyulingan/Pemerasan
1. Air Aromatik (Aqua Aromatica)
Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma
dalam air. Diantara air aromatika, ada yang mempunyai daya terapi
yang lemah, tetapi terutama digunakan untuk memberi aroma pada
obat-obat atau sebagai pengawet.
Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan
asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak
berlendir.
Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam
masing-masing monografi dalam 60 ml etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml
sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri
dalam air. Talc berguna untuk membantu terdistribusinya minyak
dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua
aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku
lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari
pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil minyak
atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan
minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan
cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh
di atas penangas air selama 1 jam.
Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu :
1. Aqua Foeniculi
adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Aqua foeniculi
dibuat dengan melarutkan 4 g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol
90%, tambahkan air sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat,
tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan 1 bagian
filtrat dalam 39 bagian air.
Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum digunakan
harus disaring lebih dahulu.
2. Aqua Menthae Piperitae = air permen
adalah larutan jenuh minyak permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera
pada aqua aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen.
3. Aqua Rosae = air mawar
adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air. Cara pembuatan :
larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrat
tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring.
2. Minyak Lemak (Olea Pinguia)
Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi dengan
gliserin (gliserida asam lemak bersuku tinggi).
Cara-cara mendapatkan minyak lemak:
1. diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum
olivae, oleum ricini
2. diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum
cocos
Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :
1. harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat
sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau
tengik.
2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan
dalam CHCl3, Eter dan Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan
minyak-minyak asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat.
Cara identifikasi minyak lemak :
Pada kertas meninggalkan noda lemak
Penggunaan minyak lemak :
1. Sebagai zat tambahan
2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik,
lotio dan lain-lain, anti racun, untuk racun yang tidak larut dalam
lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi pencahar atau
emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam
bentuk terlarut absorpsi dipercepat.
3. ebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai
pencahar.
Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :
1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini,
oleum ricini.
2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum
arachidis, oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami.
Penyimpanan minyak lemak :
Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
Contoh-contoh minyak lemak :
1. Minyak kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan
pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah dikupas.
2. Minyak coklat = Oleum Cacao
Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji
Theobroma cacao L yang telah dikupas dan dipanggang.
3. Minyak kelapa = Oleum Cocos.
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas
endosperm cocos nucipera L yang telah di keringkan.
4. Minyak ikan = Oleum Iecoris Aselli
Adalah minyak lemak yang di peroleh dari hati segar Gadus
calarias L dan species gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan
pada suhu 00C.
Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 SI tiap gram, potensi
vitamin D tidak kurang dari 80 SI tiap gram.
5. Minyak Lini = Oleum Lini
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji masak
Linum usitatissinum L
6. Minyak zaitun = Oleum olivae
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan dingin biji
masak olea europeae L Jika perlu di murnikan.
7. Minyak jarak=Oleum ricini
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan dingin biji
Ricinus communis L yang telah di kupas.
8. Minyak Wijen = Oleum sesami
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji Sesamum
indicum L.
9. Minyak Kelapa Murni = Oleum Cocos purum
Adalah minyak lemak yang dimurnikan dengan penyulingan
bertingkat ,diperoleh dari endosperma Cocos nucifera yang telah
dikeringkan.
10. Minyak Tengkawang = Oleum Shoreae
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas
keping biji Shorea stenoptera Burck yang segar atau kering atau
dari biji spesies shorea yang lain.
11. Minyak Kaulmogra = Minyak Hidnokarpi= Oleum Hydnocarpi
Adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji
dari buah masak segar Hidnocarpus wightraria Blume, spesies
Hydnocarpus lain dan Taraktogenus kurzii King.
12. Minyak Jagung = Oleum Maydis
Adalah minyak lemak yang diperoleh dari embrio Zea mays L,
kemudian dimurnikan.
13. Minyak Pala = Oleum Myristicae expressum
Adalah campuran minyak lemak dan minyak atsiri, diperoleh dengan
pemerasan panas biji Myristica fragrans Houtt, yang telah dibuang
selaput biji dan kulit bijinya.
3. Minyak Atsiri (Olea Volatilia)
Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang.
Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang
menguap, yang diperoleh baik dengan cara penyulingan atau perasan
simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri diperoleh
dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau
dibuat secara sintetis.
Sifat-sifat minyak atsiri :
1. mudah menguap
2. rasa yang tajam
3. wangi yang khas
4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning
muda.
Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat
asing dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih
(Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yang ada
seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan
spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi
karena adanya penguraian.
Pemerian : Cairan jernih, bau seperti bau bagian tanaman
asal,
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh,
terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak
keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh
dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama,
biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
1. Cara pemerasan
yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif.
Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai
kadar tinggi dan untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi
dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh : minyak
jeruk
2. Cara penyulingan ( destilasi), Ada 2:
1) Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di
atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik
melalui lubang dan melalui sebuah pendingin, kemudian minyak yang
keluar dengan uap air di tampung. Cara ini hanya dapat digunakan
untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang akan
menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.
2) Cara tidak langsung ( destilasi uap)
Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan
di tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari
bejana lain. Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dalam
jumlah yang besar terutama bahan bakal yang mempunyai kadar minyak
atsiri yang rendah.
Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat
dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
3. Cara Enfleurage
biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang
digunakan untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas
yang lebih dulu dilapisi dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan
beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh:bunga
melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang
segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh
dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30
kali.
Syarat syarat minyak atsiri
1. Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah
pemanasan.Kejernihan dapat dibuktikan dengan cara meneteskan 1
tetes minyak atsiri keatas permukaan air, permukaan air tidak
keruh.Minyak menguap umumnya tidak berwarna, hanya beberapa yang
sesui dengan warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau karena
klorofilnya terlarut kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau
karena senyawa tembaga dari alat penyulingnya terlarut kedalamnya.
Minyak atsiri akan berwarna kuning atau kuning kecoklatan karena
sudah terurai atau teroksidasi.
2. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.
3. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas
minyak lemak. Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan keatas
kertas perkamen tidak meninggalkan noda transparan.
4. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi
sehingga minyak akan berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara
mengocok sejumlah minyak atsiri dengan larutan Natrium Klorida
jenuh vbolume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh
bertambah.
5. Bau dan rasa seperti simplisia.
Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak atsiri
dengan 10 ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur satu tetes minyak
atsiri dengan 2 gram gula.
Contoh-contoh minyak atsiri :
1. Oleum foeniculi (minyak adas)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah masakFoeniculum vulgarisMill varietas a
vulgare dan b-dulce.
2. Oleum Anisi (minyak adas manis)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah keringIllicium verumHook dan buah
keringPimpenilla anisumL (fam : Magnoliaceae)
3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)
Cara pembuatan :
Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari
tanamanEugenia caryophyllata.
4. Oleum Citri (minyak jeruk)
Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah bagian luar yang masih segar)
dari tanamanCitrus lemon.
5. Oleum Aurantii (minyak jeruk manis)
Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah luar yang segar dan masak) dari
tanamamCitrus sinensis.
6. Oleum Eucalypti (minyak kayu putih)
Adalah minyak atsiri yang mengandung sineol 50-60%. Diperoleh
dengan destilasi uap dari daun segar, ujung cabang segar dari
berbagai spesies Eucalyptus atau spesies yang diinginkan (E.
globulus, E. futicerutum, E. polybractea, E. Smithii).
7. Oleum Menthae piperitae (minyak permen)
Adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dari
bagian di atas tanah tanaman berbungaMentha piperitayang segar dan
telah dimurnikan.
8. Oleum Cinnamommi ( minyak kayu manis)
Pembuatan : Penyukingan uap kulit batang dan kulit
cabangCinnamomum zeylanicumBlume.
9. Oleum Citronellae ( minyak sereh)
Pembuatan : Penyulingan uap daunCymbopogon Nardus.
10. Oleum Rosae ( minyak mawar)
Pembuatan : Penyulingan uap bunga segarRosa Galica Alba.
C. Syrup (Sirupi)
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%.
Cara pembuatan sirup :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu
didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga
diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi,
serkai.
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat
dibuat dari aqua destilata untuk sirupus simplex.
hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
1. maserat misalnya sirupus Rhei
2. perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
3. colatura misalnya sirupus Senae
4. sari buah misalnya rubi idaei
larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya :
methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan nama patent
misalnya yang mengandung campuran vitamin .
Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida
antrakinon di tambahkan Na2CO3sejumlah 10% bobot simplisia.
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk
persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain
yang cocok.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa,
bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih
rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
Bj sirup kira-kira 1,3
Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah
menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam
inversi dapat terjadi lebih cepat.
Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan
terjadinya gula invert.
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa
yang memutar bidang polarisasi kekiri.
Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer
sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ),
tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.
Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak
dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat
tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula
ditumbuhi jamur.
Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan
bahan pengawet misalnya nipagin.
Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam
pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.
Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi,
mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan
larutan gula dengan asam sitrat.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka
sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang
tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus
sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus
sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang
jernih.
cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup .
Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena
panas.
2. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring
kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.
Cara memasukkan sirup ke dalam botol.
Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet
(tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering.
Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga
terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena
sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan
gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus
dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup
terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30
menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang
panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang
terbaik adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi
sebagai :
1. Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
2. Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex
3. Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii
4. Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi
idaei
5. Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup karena
konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri.
Contoh-contoh Sediaan Sirup
1. Ferrosi Iodidi Sirupus
Cara pembuatan :
20 bagian ferrum pulveratum dicampur dengan 60 bagian air,
tambahkan 41 bagian Iodium sedikit demi sedikit sambil digerus.
Setelah warna coklat hilang maka larutan disaring, dimasukkan
kedalam larutan bagian acidum citricum dan 600 bagian sakarosa
dalam 200 bagian air panas.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka ujung
corong masuk kedalam larutan sakarosa. Sisa serbuk besi pada kertas
saring dicuci dengan air sampai diperoleh 1000 bagian sirup.
2. Sirupus Simplex = Sirup Gula
Cara pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil
paraben 0,25 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
3. Auranti Sirupi = Sirup Jeruk Manis
Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang
telah dipotong kecil-kecil dengan 20 bagian larutan metil paraben
0,25%. Biarkan dalam tempat tertutup selama 12 jam. Pindahkan ke
dalam perkolator, perkolasi dengan larutan metil paraben 0,25%
secukupnya hingga diperoleh 37 bagian perkolat. Tambahkan 63 bagian
gula pada suhu kamar atau pada pemanasan perlahan-lahan dalam
tempat tertutup hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas
aromatik.
4. Sirupus Thymi = Sirup Thymi
Cara pembuatan : campurlah 15 bagian herba timi dengan air
sesukupnya dan diamkan 12 jam dalam bejana tertutup. Masukan dalam
perkolatordan sari dengan air, perkolat dipanasi sampai 900C dan
diserkai hingga diperoleh 36 bagian hasil perkolat. Masukan dalam
bejana tertutup dan tambahkan 64 bagian gula panaskan dengan
pemanasan lemah hingga diperoleh 100 bagian sirup.
Pemerian : sirup warna coklat, bau dan rasa seperti thymi.
Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III
1. Chlorpheniramini maleatis sirupus
2. Cyproheptadini hydrochloridi sirupus
3. Dextrometorphani hydrobromidi sirupus
4. Piperazini citratis sirupus
5. Prometazini hydrochloridi sirupus
6. Methidilazini hydrochloridi sirupus
7. Sirupus simplex yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian
sacharosa dalam larutan metil paraben secukupnya hingga diperoleh
100 bagian sirup.
Daftar Pustaka
http://jajangjapar27.wordpress.com/2011/05/30/ilmu-galenika/
http://nunuunuruul.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
1