This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH FARMAKOLOGI
ANTIVIRUS DAN INTERFERON
DISUSUN OLEH :
1. Reza Julian Darma (1313013066).
2. Vita Aji Kusumaning Tyas (1313013003).
3. Yudha Prasetya Pratama (1313013038).
4. Sintha Nilafaradia Siagian (1313013075).
5. Nisa Abella Natasya (131301314).
6. Jasminti Putri Dewi (1313013016)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan antara
makhluk hidup dan benda mati. Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-
ciri makhluk hidup, misalnya mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan
dapat berkembang biak pada sel hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak
memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan. Para penemu virus antara lain D.
Iwanoski (1892) pada tanaman tembakau, dilanjutkan M. Beijerinck (1898),
Loffern dan Frooch (1897) menemukan dan memisahkan virus penyebab penyakit
mulut dan kaki (food and mouth diseases), Reed (1900) berhasil menemukan virus
penyebab kuning (yellow fever), Twort dan Herelle (1917) penemu Bakteriofage,
Wendell M. Stanley (1935) berhasil mengkristalkan virus mosaik pada tembakau.
Pengetahuan tentang virus terus berkembang sampai lahir ilmu cabang biologi
yang mempelajari virus disebut virology.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya
merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme
multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage
atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri
dan organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,
atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan
untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia
tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik
khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia
(misalnya virus influensa dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat
kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya
lebih kecil daripada bakteri. Karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan
penyaring bakteri.
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk
mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi
virus yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia
menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat
membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik
dalam replikasi virus sebaga target kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa
kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan
dengan efek yang minimal pada sel hospes.
Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah : adsorpsi
virus ke sel (pengikatan, attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating
(dekapsidasi), transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus,
transkripsi tahap akhir, assembly virus da penglepasan virus. HIV juga mengalami
tahapn-tahapan diatas dengan bebrapa modifikasi yaitu pada transkripsi awal
(tahap 4) yang digati dengan reverse transcription ; translasi awal (tahap 5) diganti
dengan integrasi ; dan tahap akhir (assembly dan peglepasan) terjadi bersamaan
sebagai proses “budding” dan diikuti dengan maturasi virus. Semua tahap ini dapat
menjadi target intervensi kemoterapi. Selain daripada tahapan yang spesifik pada
replikasi virus, ada sejumlah enzim hospes dan proses-proses yang melibatkan sel
hospes yang berperan dalam sintesis protein virus. Semua proses ini juga dapat
dipertimbangkan sebagai target kemoterapi antivirus.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi virus?
2. Gambar, struktur, serta komponen virus?
3. Mekanisme kerja virus menyerang organisme hidup?
4. Penggolongan obat antivirus?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit antivirus.
2. Untuk mengetahui penggolongan obat antivirus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus
merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya
virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan
genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi
sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal),
sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang
jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia
tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik
khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia
(misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau).
B. Gambar dan Komponen Virus
Virus dapat berbentuk oval, batang (memanjang), huruf T, dan dapat juga
berbentuk bulat. Virus memiliki struktur yang sangat sederhana. Virus hanya
terdiri dari materi genetik berupa DNA atau RNA yang dikelilingi oleh suatu
protein pelindung yang disebut kapsid. Kapsid dibangun oleh subunit-subunit
yang identik satu sama lain yang disebut kapsomer. Bentuk kapsomer-kapsomer
ini sangat simetris dan suatu saat dapat mengkristal.
Pada beberapa virus, seperti virus herpes dan virus influenza, dapat pula
dilengkapi oleh sampul atau envelope dari lipoprotein (lipid dan protein).
Pembungkus ini merupakan membran plasma yang berasal dari sel inang virus.
Suatu virus dengan materi genetik yang terbungkus oleh pembungkus protein
disebut partikel virus atau virion.
Virus bukan sel atau makhluk hidup karena tidak memiliki sitoplasma
dan organel sel tidak melakukan metabolisme serta berukuran sangat kecil
sehingga tidak mungkin memiliki struktur sel.
Bentuk virus (bakteriofag) terdiri dari kepala, selubung, dan ekor. Kepala
berbentuk heksagonal, terdiri dari kapsomer yang mengelilingi DNA-nya. Satu
unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.
Selubung ekor berfungsi sebagai penginfeksi. Serabut-serabut ekor
terdapat di dasar selubung ekor, berfungsi sebagai penerima rangsang. Selain
virus influenza, inti virus hanya terdiri dari satu rangkaian asam nukleat. Satu
rangkaian asam nukleat mengandung 3.500 sampai 600.000 nukleotida.
Deoxyribonucleid Acid (DNA), dan Ribonucleid Acid (RNA) adalah substansi
genetik yang membawa kode pewarisan sifat virus. Berdasarkan penyusun
intinya, virus dibedakan menjadi virus DNA dan virus RNA. Virus berukuran
sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Ukuran virus sekitar 20 – 300 milimikron, jauh lebih kecil dari ukuran bakteri,
yaitu 10 mikron.
C. Mekanisme Kerja Virus Menyerang Organisme Hidup
Virus akan menyerang sel hidup didalam jaringan tubuh,kemudian virus
yang tersembunyi dan membahayakan ini akan mengambil alih nukleus didalam
sel dan mengubah rantai produksi dan reproduksi untuk keperluan virus
berkembang biak daripada untuk keperluan enzim, hormon, senyawa kimia
lainnya didalam sel yang biasanya digunakan untuk sel itu sendiri.
Kemudian virus akan menghasilkan virus yang baru lagi untuk di lepaskan dan
keluar dari sel menuju aliran darah.
Namun ada suatu kejadian unik yang terjadi, dimana biasanya virus
mempengaruhi sel untuk kepentingan virus itu sendiri, sebagian reaksi
pertahanan dari sel hidup adalah berubah menjadi bentuk yang lebih primitif
baik dalam struktur sel maupun dalam bentuk kimiawi, dimana enzim
metabolisme oksigen atau kimia paru didalam dinding sel
akan ikut berubah bentuk juga menjadi bentuk yang lebih primitif, dimana
biasanya metabolisme oksigen ini diperlukan untuk proses kimia didalam sel.
Perubahan bentuk dari ensim yang menjadi lebih primitif ini biasanya akan
rapuh dan mudah dipengaruhi oleh ionik koloidal perak dalam bentuk peristiwa
enzim reverstranscriptase dengan cara berikatan ditempat yang
dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan
konformasi pada situs akif ini. Semuasenyawa NNRTI
dimetabolisme oleh sitokrom P450 sehingga cendrung untuk
berinteraksi dengan obat lain.
a.) Nevirapin
Mekanisme kerja dari nevirapin adalah Bekerja pada
situs alosterik tempat ikatan nonsubtract HIV-1
RT. Resistensi dari nevirapin adalah disebabkan oleh
mutasi pada RT. Spektrum aktivitasdari nevirapin adalah
HIV ( tipe 1 ). Indikasi dari nevirapin adalah infeksi HIV-1
dalam kombinasi dengan anti-HIV,lainnya terutama NRTI.
Dosis dari nevirapin adalah per oral 200mg /hari
selama 14 hari pertama (satu tablet 200mg per hari),
kemudian 400mg / hari (2 x 200 mg tablet). Efek
samping dari nevirapin adalah ruam, demam, fatigue, sakit
kepala, somnolens dan peningkatan enzim hati.
b). Delavirdin
Mekanisme kerja dari delavirdin adalah sama dengan
devirapin.Resistensi dari delavirdin adalah disebabkan oleh
mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan
nefirapin dan efavirens. Spektrum aktivitas dari
delavirdin adalah HIV tipe 1. Indikasi dari
delavirdinadalah Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti
HIV lainnya terutama NRTI. Dosis dari delavirdin adalah
per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan
tersedia dalam bentuk tablet 100mg. Efek samping dari
delavirdin adalah Ruam, penningkatan tes fungsi hati,
menyebabkan neutropenia.
3). Protease Inhibitor ( PI )
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara
reversible dengan situs aktif HIV protease. HIV-protease
sangat penting untuk infektivitas virus dan
penglepasanpoliprotein virus. Hal ini menyebabkan
terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh
enzim protease sehingga dapat menghambat maturasi virus,
maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan
tidak virulen.
a). Sakuinavir
Mekanisme kerja dari sakuinavir adalah sakuinavir
bekerja pada tahap transisi merupakan HIV
proteasepeptidomimeticinhibitor.Resistensi dari
sakuinavir adalah terhadap sakuinavir disebabkan oleh
mutasi pada enzim protease terjadi resistensi silang dengan
PI lainnya. Spektrum aktivitas dari sakuinavir adalah HIV
(1 & 2)Indikasi dari sakuinavir adalah Infeksi HIV, dalam
kombinasi dengan anti HIV lain (NRTI dan beberapa PI
seperti ritonavir).
Dosis dari sakuinavir adalah per oral 3600mg / hari
(6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari) atau 1800mg / hari
(3 hard gel capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan
makanan atau sampai dengan 2 jam setelah makan
lengkap. Efek samping dari sakuinavir adalah diare, mual,
nyeri pada abdomen.
b). Ritonavir
Mekanisme kerja dari ritonavir adalah sama dengan
sakuinavir.Resistensi dari ritonavir adalah terhadap
ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada proteasekodon
82. Spektrum aktivitas dari ritonaviradalah HIV (1 &
2 ). Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti
HIV lainnya (NRTI dan PI seperti sakuinavir ). Dosis dari
ritonavir adalah per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2
X sehari bersama dengan makanan ). Efek samping dari
ritonavir adalah mual, muntah , dan diare.
c. Antivirus Untuk Influenza
Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV). Obat antivirus Influenza diantaranya :
1). Amantadin dan Rimantadin
Amantadin dan rimantadin memiliki mekanisme
kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya pada
influenza A saja.
Mekanisme kerja dari Amanatadin dan
rimantadin adalahAmanatadin dan rimantadin merupakan
antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal
ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2
merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses
uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan
protein serta proses transport DNA virus ke nucleus. Selain
itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH kompartemen
intraseluler, terutama aparatus Golgi.
Resistensi dari Amanatadin dan
rimantadin adalah Influenza A yang resisten terhadap
amantadin dan rimantidin belum merupakan masalah
klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan
tingginya angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi
ini disebabkan perubahan satu asam amino dari matriks
protein M2, resistensi silang terjadi antara kedua obat.
Indikasi dari Amanatadin dan
rimantadin adalah pencegahan dan terapi awal infeksi virus
influenza A (Amantadin juga diindikasi untuk terapi
penyakit Parkinson).
Farmakokinetik dari Amanatadin dan
rimantadin adalah kedua obat mudah diabsorbsi oral.
Amantadin tersebar ke seluruh tubuh dab mudah
menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi
sawardarah-otak sejumlah yang sama. Amantadin tidak
dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan melalui urine dan
dapat menumpuk sampai batas toksik pada pasien gagal
ginjal. Rimantadindimetabolisme seluruhnya oleh hati.
Metabolit dan obat asli dikeluarkan oleh ginjal.
Dosis dari Amanatadin dan
rimantadin adalah Amantadin dan rimantadin tersedia
dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral.
Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x
100 mg kapsul ). Rimantadin diberikan dalam dosis 300
mg per hari ( 2 x sehari 150 mg tablet). Dosis amantadin
harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensirenal,
namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien
dengan klirenskreatinin ≤ 10 ml/menit.
Efek samping dari Amanatadin dan
rimantadin adalah efek samping SSP seperti kegelisahan,