Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang
memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah
kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung. Jantung
adalah salah satu organ manusia yang berperan dalam sistem peredaran darah. Pada saat
berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya
jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua
serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak
karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena
kava) menuju ke dalam ventrikel kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan
mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa
melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan
mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di
paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida selanjutnya dialirkan. Darah
yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran
darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner.
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri, yang selanjutnya akan
memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam
tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru. (1)
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung.
Elektrokadiogram (EKG) adalah hasil pencatatan dari fluktuasi potensial listrik
selama siklus jantung. Alat yang dipakai disebut elektrokardiograf. Kegiatan listrik yang
dicatat adalah proses depolarisasi dan repolarisasi dari bagian-bagian jantung. Adapun
ketelitian yang dapat mendukung pemeriksaan EKG antara lain, pemeriksaan dilakukan
ditempat yang nyaman, kulit dibersihkan dengan alkohol, kontak antara kulit dan elektroda
(gel), kecepatan EKG 25 mm/detik, voltase 1 mV defleksi 1 cm, dan harus diberikan
grounded pada mesin EKG.(2)
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN SESI 1
2.1 Laporan Kasus dan EKG
Seorang mahasiswa yang baru lulus ingin melamar pekerjaan di suatu perusahaan,
untuk itu ia diminta surat keterangan sehat dari dokter, antara lain yang juga diminta ialah
berapa tekanan darahnya dan bagaimana dengan EKG-nya apakah normal atau tidak.
Adapun nama, asal usul, arah, bentuk, nilai normal dari gelombang, interval, segmen, dan
titik pada sebuah EKG normal yang perlu diketahui sebagai berikut,
- Gelombang P menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium. Arah gelombang P
normal selalu positif di II dan selalu negatif di aVR. Tinggi normal kurang dari 3 mm
( 2,5 mm ). Lebar normal kurang dari 3 mm ( 0,11 detik ). Gelombang ini dapat
menunjukkan tanda-tanda hipertrofi atrium.
- Gelombang T menggambarkan fase repolarisasi ventrikel. Arah normalnya sesuai
dengan arah gelombang utama kompleks QRS. Amplitudo normal kurang dari 10 mm
di sandapan dada, kurang dari 5 mm di sandapan ekstermitas, dan minimum 1 mm.
Gelombang ini dapat menandakan ada atau tidaknya iskemik/infark dan kelainan
elektrolit.
- Gelombang U, asal usulnya tidak diketahui dan paling jelas terlihat di sandapan dada
V1 – V4. Bila amplitudo U > T, menandakan adanya hipokalemia. Gelombang U
yang terbalik tedapat pada iskemia dan hipertrofi.
Page 3
- Interval QRS adalah jarak antara permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang S.
Ini menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel. Nilai normal interval
QRS adalah 0,07 – 0,10 detik dengan lebar normal rata-rata adalah 0,08 detik. Selama
masa ini depolarisasi ventrikel dan repolarisasi atrium terjadi bersamaan. Interval
QRS ≥ 0,12 detik terdapat pada blok cabang berkas ( Bundle Branch Block ) dan
hiperkalemia.
- Interval PR merupakan penjumlahan dari waktu depolarisasi atrium dan waktu
perlambatan dari simpul AV ( AV node delay ). Interval ini adalah jarak antara
permulaan gelombang P sampai dengan permulaan kompleks QRS. Nilai normal
interval PR ditentukan oleh frekuensi jantung, bila denyut jantung lambat maka
interval PR akan menjadi lebih panjang. Batas normalnya adalah 0,12 – 0,20 detik.
Interval PR < 0,12 detik terdapat pada keadaan hantaran dipercepat ( sindroma
W.P.W ). Interval PR > 0,20 detik terdapat pada blok AV. Interval PR berubah-ubah
terdapat pada wandering peacemaker.
- Interval QT adalah jarak antara permulaan gelombang Q sampai dengan akhir
gelombang T, jadi menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi dan repolarisasi
ventrikel. Nilai interval QT dipengaruhi oleh frekuensi jantung, dan batas-batas
normalnya dapat dilihat dalam tabel/kurva. Interval QT – c ( corrected QT interval )
adalah nilai interval QT yang telah dikoreksi/disesuaikan dengan interval QT pada
frekuensi jantung 60 kali per menit, dan nilainya dapat ditentukan dengan sebuah
nomogram. Nilai normal interval QT – c pada laki-laki adalah 0,42 detik sedangkan
pada wanita adalah 0,43 detik.
- Interval ST adalah interval QT dikurangi interval QRS. Interval ini menggambarkan
repolarisasi ventrikel.
- Segmen ST adalah bagian dari rekaman EKG di antara titik J sampai permulaan
gelombang T. Normalnya isoelektris ( boleh berkisar antara -0,05 mm sampai +2
mm ). Elevasi segmen ST terdapat pada infark miokard, aneurisma, perikarditis.
Depresi seegmen ST tedapat pada angina pektoris, efek digitalis, ventricular strain.
- V.A.T ( Ventricular Activation Time ) / Detleksi Intrinsik adalah jarak antara
permulaan gelombang Q ke puncak gelombang R, dan menggambarkan waktu yang
diperlukan oleh impuls untuk menyebar dari permukaan dalam ventrikel ( endokard )
ke permukaan luar ventrikel ( epikard ). Nilai normal pada V1-V2 adalah < 0,03
Page 4
detik sedangkan pada V5-V6 < 0,05 detik. V.A.T yang memanjang terdapat pada
B.B.B ( Bundle Branch Block ), hipertrofi ventrikel,dll.
- Titik J adalah titik dimana kompleks QRS berakhir dan segmen ST dimulai. Titik J
sebagai titik pegangan untuk menentukan adanya deviasi segemen ST. Normal
isoelektris. +1 atau -1 dianggap normal.(3)
2.2 Jenis-jenis sadapan EKG
Untuk rekaman rutin, terdapat 3 jenis sandapan EKG, yaitu:
A. Tiga buah bipolar standard lead ( I, II, dan III )
Sandapan I : menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kanan ( RA ) dan lengan kiri
( LA ), dimana LA bermuatan lebih positif dari RA.
Sandapan II : menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kanan ( RA ) dan tungkai
kiri ( LL ), dimana LL bermuatan lebih postif dari RA
Sandapan III : menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kiri ( LA ) dan tungkai kiri
( LL ), dimana LL bermuatan lebih positif dari LA.
B. Tiga buah unipolar limb lead ( aVR, aVL, dan aVF )
Sandapan aVR : sandapan unipolar lengan kanan yang diperkuat ( augmented ).
Sandapan aVL : sandapan unipolar lengan kiri yang diperkuat ( augmented ).
Sandapan aVF : sandapan unipolar tungkai kiri yang diperkuat ( augmented ).
Gambar. Posisi sandapan ekstrimitas
Page 5
C. Enam buah unipolar chest lead ( V1 sampai dengan V6 )
Sandapan V1 : sela iga IV garis sternal kanan.
Sandapan V2 : sela iga IV garis sternal kiri.
Sandapan V3 : antara V2 dan V4.
Sandapan V4 : sela iga V garis midklavikularis kiri.
Sandapan V5 : setinggi V4 garis aksilaris anterior kiri.
Sandapan V6 : setinggi V4 garis aksilaris media kiri(4).
Gambar. Posisi sandapan dada
Kecepatan EKG adalah 25 mm/detik, berarti satu kotak kertas EKG yang paling kecil sesuai
dengan 0,04 detik. Dalam satu menit terdapat 1500 kotak. Apabila R – R interval 10 kotak
kecil, maka frekuensi jantung adalah 1500 : 10 = 150 per menit atau 10 x 0,04 = 0,4 detik,
maka 1 menit = 60 : 0,4 = 150 per menit.
Apabila pada hantaran :
I. R = +5 mm sedang S = -3 mm, berarti lead I = (+5) + (-3) = +2 mm.
III. R = +5 mm sedang S = -2 mm, berarti lead III = (+5) + (-2) = +3 mm. Maka vektor QRS
terletak pada :
Page 6
Gambar Axis vektor QRS
2.3 Irama sinus dan tekanan darah
Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh simpul SA dan disebut irama
sinus (= regular sinus rhythm = normal sinus rhythm). Irama sinus normal mempunyai ciri-
ciri EKG sebagai berikut:
1. Frekuensi antara 60-100 x/menit.
2. Teratur.
3. Gelombang P diikuti oleh kompleks QRS –T
4. Gelombang P negative di aVR dan positif di II.(5)
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistole di atas tekanan diastole. Sistole adalah periode
kontraksi jantung, khususnya kontraksi ventrikel, sedangkan diastole adalah periode sesudah
sistole dimana jantung berelaksasi. Tekanan nadi adalah perbedaan tekanan antara sistole
dan diastole yang nilai normalnya 50mm Hg. Tekanan rata-rata adalah tekanan rata-rata
selama siklus jantung. Tekanan rata-rata dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Tekanan rata-rata = Diastole + 1/3 (Sistole-diastole) (7)
Curah jantung atau cardiac output adalah jumlah darah yang dipompa ventrikel setiap
menit, rata-rata berjumlah 4-5 liter/menit. Curah jantung adalah volume sekuncup (stroke
volume) dikalikan dengan frekuensi denyut jantung dalam satu menit (heart rate). Stroke
volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa ventrikel setiap kali
kontraksi. Curah jantung dipengaruhi oleh latihan fisik (aktivitas), stres, suhu, kehamilan dan
post-prandial. Selanjutnya darah pada sirkulasi sistemik akan diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh. Stroke Volume (Volume sekuncup) adalah volume darah yang dipompa oleh jantung
dalam 1 kali kontraksi. Volume sekuncup diatur dengan Mekanisme (hukum) Starling,
Page 7
dimana kontraktilitas miokardium tergantung kepada regangan otot jantung pada saat diastol
(EDV atau end diastolic volume). Semakin banyak darah yang mengisi ventrikel pada saat
diastol akan semakin meningkatkan regangan pada miokardium dan menyebabkan
peningkatan kontraktilitas otot jantung.
Tabel tekanan darah menurut WHO
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini
karena ada efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih
rendah karena arah peredaran tersebut horisontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan
tidak terlalu memompa. pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa
darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung
meningkat. Pada saat berolahraga, jantung akan memompa lebih keras untuk menyuplai
oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan sehingga tekanan darah akan meningkat saat
berolahraga.
2.4 Mekanisme pengaturan tekanan darah secara fisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh kemoresptor, tahanan perifer dan volume darah.
Page 8
Dalam sistem kardiovaskuler tubuh manusia, terdapat baroreseptor. Baroreseptor
adalah reseptor regang dalam dinding jantung dan pembuluh darah. Reseptor sinus karotikus
dan arkus aorta memantau sirkulasi arteri. Terdapat juga reseptor di dinding atrium kanan dan
kiri pada tempat masuk vena kava superior dan inferior serta vena pulmonalis, juga dalam
sirkulasi pulmonal. Reseptor-reseptor ini disebut reseptor kardio pulmonal. Baroreseptor
berperan dalam mengatur tekanan darah.(6) Mekanismenya adalah sebagai berikut:
Pada mekanisme penurunan tekanan darah, apabila tekanan darah meningkat diatas normal
→ Peningkatan potensial reseptor sinus aortikus dan lengkung aorta→ Peningkatan
pembentukan potensial aksi di saraf eferen→Pusat kardiovaskuler→ Penurunan aktivitas
saraf jantung dan vasokonstriktor simpatis→ Peningkatan aktivitas saraf parasimpatis→
Penurunan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup→ Vasodilatasi arteriol dan
vena→ Tekanan darah menurun ke arah normal.
Sedangkan pada mekanisme peningkatan tekanan darah, apabila tekanan darah menurun
dibawah normal → Penurunan potensial reseptor sinus aortikus dan lengkung aorta→
Penurunan pembentukan potensial aksi di saraf eferen→Pusat kardiovaskuler→ Peningkatan
aktivitas saraf jantung dan vasokonstriktor simpatis→ Penurunan aktivitas saraf
parasimpatis→ Peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup→
Vasokonstriksi arteriol dan vena→ Tekanan darah meningkat ke arah normal.
Page 9
BAB III
PEMBAHASAN SESI 2
1. Seorang laki-laki umur 65 tahun mengalami perlukaan akibat kecelakaan motor dan
dibawa ke bagian gawat darurat. Pemeriksaan fisik didapat T= 160/80 serta EKG:
Kecepatan jantung atau frekuensi denyut jantung didapatkan dari perhitungan.
I. R-R interval= 17 kotak, maka F= 1500/17= 88,23 kali/menit
II. R-R interval= 16 kotak, maka F= 1500/16= 93,75 kali/menit
III. R-R interval= 17 kotak, maka F= 1500/17= 88,23 kali/menit
Karena hasil perhitungan ada lebih dari satu, diambil nilai rata-ratanya saja. Nilai
yang didapatkan adalah 90 kali/menit.
PQ Interval adalah waktu saat permulaan depolarisasi atrium (titik P) sampai permulaan
depolarisasi ventrikel (titik QRS).
I. PQ interval= 3 kotak, maka interval waktunya= 3x0,04= 0,12
II. PQ interval= 4 kotak, maka interval waktunya= 4x0,04= 0,16
III. PQ interval= 3 kotak, maka interval waktunya= 3x0,04= 0,12
Diambil nilai rata-rata maka didapatkan PQ intervalnya adalah 0,14 detik.
Page 10
2. Seorang laki-laki 50 tahun dengan hasil EKG:
Kalau kita cari axisnya maka axisnya akan bergeser ke bagian kiri, artinya ada
masalah dengan bagian kiri jantung pria ini. Bagian kiri jantung memompakan darahnya ke
seluruh tubuh dan bagian kanan jantung memompakan darahnya ke paru-paru. Maka
diagnosa yang paling mendekati adalah Hipertensi sistemik kronik.
3. Bila serabut purkinje menjadi pacemaker jantung, maka denyutnya akan lambat dengan
frekuensi 20-40 kali/menit.
Kecepatan normal pembentukan potensial aksi di jaringan otoritmik jantung
Jaringan Potensial aksi per menit
Nodus SA (pemicu normal) 70 – 80
Nodus AV 40 – 60
Berkas his dan serat-serat purkinje 20 - 40
4. Kondisi apa yang menyebabkan jantung mengalami dilatasi?
Kondisi yang terjadi pada jantung saat mengalami dilatasi adalah kelebihan ion
kalium dalam darah karena pada saat kelebihan kalium jantung mengembang, flaccid,
frekuensinya menurun, bila kelebihan banyak memblokkir impuls diberkas His, berhenti
dalam diastole.
5. Kondisi apa yang terjadi secara normal akibat ransangan simpatis?
Page 11
Jantung dipersarafi oleh Serabut saraf simpatis dan vagus. Nervus vagus dextra
mempersarafi nodus SA, sedangkan N. Vagus sinistra mempersarafi nodus AV. Saraf
simpatis mempersarafi seluruh atrium, erutama nodus SA dan ventrikel.
Saraf simpatis bersifat meransang kerja otot jantung. Sistem saraf simpatis dengan
epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya akan menyebabkan peningkatan heart
rate (cronotropy positif), inotropik dan kecepatan konduksi (dromotropy positif) serta
meningkatkan kekuatan kontraksi ventrikel dan atrium. Sedangkan sistem saraf parasimpatis
melalui nervus vagus menyebabkan kebalikannya.(10)
6. Seorang laki-laki 60 tahun, BB= 100kg, mempunyai hasil EKG:
Berdasarkan grafik EKG diatas, pasien ini didiagnosa menderita blok A-V derajat
pertama. Blok AV terjadi bila hantaran antara atrium dan ventrikel diperlambat atau diblok.
Pada bentuk blok AV derajat 1, semua impuls mencapai ventrikel, tetapi ada perpanjangan
abnormal interval PR.
Pada grafik ini rata-rata interval PR berjumlah 7 kotak, maka 7 kotak x 0,04 detik =
0,28 detik. Ini menandakan adanya perpanjangan interval PR, dimana interval PR yang
normal adalah <0,20 detik. Adapun ciri-ciri EKG pada blok A-V derajat pertama ditandai
dengan perpanjangan interval PR (> 0,20 detik).
7. Seorang laki-laki 55 tahun mengeluh bahwa ia sering capai sewaktu mengerjakan
pekerjaan rutin sekitar rumahnya. Hasil EKG:
Page 12
I. R= +2, S= -25, maka I= -23
III. R=+19, S= -1, maka II= +18
Axis:
Axis yang didapat adalah +170 derajat. Sumbunya bergeser ke kanan (Right axis
Deviation), hal ini menandakan ada masalah dengan bagian kanan jantung. Diagnosa yang
paling mungkin adalah Hipertrofi Ventrikel Kanan. Karena dari hasil yang didapatkan adalah
+ 170⁰. Salah satu ciri dari hipertrofi ventrikel kanan yaitu deviasi aksis ke kanan ( > +
110⁰ ). Tapi hal ini masih perlu dibuktikan dengan melihat bukti lain yang bisa menunjukkan
adanya hipertrofi ventrikel kanan, yaitu R VI > S VI, gelombang R yang tinggi di sandapan
aVR, rotasi searah jarum jam, perubahan segmen ST yakni depresi segmen ST dan inversi
gelombang T.
Page 13
8. Seorang laki-laki 65 tahun dengan EKG:
Diagnosanya adalah Blok AV derajat kedua Mobitz tipe I ( phenomena Wenkebach)
Disini fase refakter relative di simpul AV makin panjang sampai akhirnya impuls
tidak dapat disalurkan. Setelah melalui fase istirahat, kecepatan konduksi menjadi normal lalu
kelainan ini terulang kembali.
Ciri-ciri EKG: Ditandai dengan peristiwa Wekenbach yaitu, interval PR yang makin
lama makin panjang sampai terjadi “dropped beat”, kemudian siklus di atas terulang
kembali.(8)
9. Seorang laki-laki 62 tahun dengan EKG:
I: R= +3, S= -7, maka I= -4
III: R=+22, S= 0, maka III
= +22
Page 14
Axisnya adalah +105 derajat (Right Axis Deviation), dengan diagnosa hipertrofi ventrikel
kanan karena sumbu axis bergeser ke kanan dan terjadi perubahan segmen ST yakni depresi
segmen ST dan inversi gelombang T pada sadapan III
10. Seorang laki-laki 63 tahun, mempunyai infark jantung pada umur 55 tahun. EKG lead I
seperti di bawah ini. Berapa kecepatan jantungnya?
I menit = 1500 kotak
R-R interval = 10 kotak
Jadi 1500 : 10 = 150x/menit, atau
10 x 0,04 = 0,4 detik Dalam 1 menit : 60 detik maka 60 : 0,4 = 150x/menit
Diagnosa pada orang diatas adalah Sinus Takhikardia, dimana kecepatan jantung lebih dari
100x/menit dan gelombang P-QRS-T normal.
Page 15
11. Seorang laki-laki 80 tahun, dengan EKG seperti di bawah ini.
Karena irama sinusnya tidak teratur, maka cara menghitung frekuensinya adalah:
Kecepatan EKG= 25mm/d,
Jumlah gelombang R dalam 100 mm atau 4 detik = 3 buah gelombang R, sehingga
frekuensinya adalah:
(60/4) x 3= 45 kali/menit.
Diagnosanya adalah complete AV block (blok jantung derajat 3), dimana impuls dari
atrium di blok sempurna sehingga ventrikel berkontraksi tidak mengikuti kontraksi atrium
melainkan lebih lambat dibandingkan atrium. Penyebab blok jantung derajat tiga antara lain
infark miokardium septum dan kerusakan berkas His selama operasi perbaikan pada defek
septum interventrikular kongenital.(9)
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
1. Elektrokardiogram. Indonesia. Available at: http//:www.wikipedia\Downloads\bahan
makalah ekg\Elektrokardiografi.com. Accessed on April 24 2011.
2. Bagian Fisiologi FK USAKTI Jakarta. Buku Pengantar Alat Penunjang Diagnostik.
Elektokardiografi. Jakarta: Bagian Fisiologi FK USAKTI Jakarta; 2008. p.1.
3. Widjaja Soetopo. Gambaran Sebuah EKG Normal; EKG Praktis. Tanggerang:
Binarupa Aksara; 2009. p.17-36.
4. Widjaja Soetopo. Sandapan EKG ( ECG Lead ); EKG Praktis. Tanggerang: Binarupa
Aksara; 2009. p.10-15.
5. Widjaja Soetopo. Irama Sinus Normal; EKG Praktis. Tanggerang: Binarupa Aksara;
2009. p.43.
6. Ganong F W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 20. Jakarta: EGC; 2003. p.578-9.
7. Ganong F W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 20. Jakarta: EGC; 2003. p.562
8. Widjaja Soetopo. Blok Atrio Ventrikular (AV blok). In: EKG Praktis. Binarupa
Aksara: Jakarta. 2009. p. 68-9.
9. Ganong F W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 20. Jakarta: EGC; 2003. p.532-3
10. Klabunde E R. Cardiovasculer Physiologic Concepts. Available at:
http://www.cvphysiology.com/Blood%20Pressure/BP008.htm. Accesed on July 20
2011.