MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ELEKTROKARDIOGRAM (EKG), ANALISA GAS DARAH (AGD), INITIAL ASSESMENT, RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Oleh: Arif Eko Yuniawan Disusun sebagai tugas pengganti PKKT Keperawatan Gawat Darurat Profesi Ners Angkatan 12 pada 3 Agustus 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG), ANALISA GAS DARAH (AGD),
INITIAL ASSESMENT, RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
Oleh:
Arif Eko Yuniawan
Disusun sebagai tugas pengganti PKKT Keperawatan Gawat Darurat Profesi Ners
Angkatan 12 pada 3 Agustus 2013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
ELEKTROKARDIOGRAFI
A. Pendahuluan
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.
Sedangkan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman
listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui
elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung
akan menimbulkan kelainan gambar EKG.
Elektrokardiogram hanyalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang merupakan
alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung. Gambaran klinis penderita
tetap merupakan pegangan yang penting dalam menentukan diagnosis, karena pasien
dengan penyakit jantung mungkin mempunyai gambaran EKG yang normal atau
sebaliknya, individu normal mungkin mempuinyai gambaran EKG yang abnormal
(Nurhayati, 2001).
Elektrokardiogragm mempunyai nilai diagnostik pada keadaan klinis berikut: 1)
Aritmia jantung, 2) Hipertrofi atrium dan ventrikel, 3) Iskemia dan infark miokard, 4)
Efek obat-obatan-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia, 5) Gangguan keseimbangan
elektrolit khususnya kalium, 6) Penilaian Fungsi pacu jantung.
B. Anatomi Jantung dan Sistem Konduksi
Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagi pompa, yaitu atrium kanan
dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan fungsional antara atrium dan ventrikel
diselenggarakan oleh jaringan susunan hantar khusus yang menghantarkan impuls listrik
dari atrium ke ventrikel.
Sistem konduksi jantung teridiri dari nodus Sinoatrial (SA), nodus Atrioventrikular
(AV), berkas his dan serabut-serabut purkijnje. Nodus SA (SAN) terletak pada
pertemuan antara vena kava superior dengan atrium kanan. Sel-sel dalam SAN secara
otomatis dan teratur mengeluarkan impuls dengan frekuensi 60-100 kali/ menit. Nodus
AV (AVN) terletak di atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel-sel
dalam AVN mengeluarkan impuls lebih rendah dari SAN yaitu 40-60 kali/ menit. AVN
kemudian menjadi berkas his yang menembus jaringan pemisah miokardium atrium dan
miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada septum ventrikel yang kemudian
bercabang dua menjadi berkas kanan (right bundle branch) dan berkas kiri (left bundle
branch). RBB dan LBB kemudian menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri, berkeas
tersebut bercabang menjadi serabut-serabut purkinje. Serabut purkinje mampu
mengelurakan impuls dengan frekuensi 20-40 kali/ menit.
Gambar 1.1. Struktur sistem konduksi
C. Elektrofisiologi Sel Otot Jantung
Sel otot jantung dalam keadaan istirahat pada permukaan luarnya bermuatan positif
dan bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial muatan melalui membrane
sel ini kira-kira – 90 miliVolt.
Terdapat 3 ion yang mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu
kalium, natrium dan kalsium.rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan
masuknya ion natrium dengan cepat dari luar ke dalam, sehingga menyebabkan muatan
dalam sel menjadi lebih positif dibandingkan muatan luar sel.
Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan
DEPOLARISASI. Setelah depolarisasi, terjadi pengambalian muatan ke keadaan semula
proses ini dinamakan REPLARISASI. Seluruh proses tersebut dinamakan AKSI
POTENSIAL.
Aksi potensial dibagi dalam lima fase sesuai dengan elektrofisiologi yang terjadi
yaitu fase 0, fase 1, fase 2, fase 3, dan fase 4. Fase 0 dinamakan fase depolarisasi yang
menggambarkan masuknya natrium dari luar sel ke dalam dengan cepat. Akibatnya
muatan dalam sel menjadi positif sedangkan luar sel menjadi negatif. Fase 1 merupakan
fase permulaan proses repolarisasi yang mengembalikan potensial dalam sel ke 0
miliVolt, hal ini terutama akibat penutupan saluran atrium. Fase 2 terjadi perpindahan ion
kalsium ke dalam sel otot jantung dengan laju yang relatif lebih lambat dan menyebabkan
keadaan stabil yang agak lama sesuai dengan masa refrakter absolut dari miokardium.
Fase 3 merupakan fase pengembalian potensial intrasel ke potensial istirahat, akibat
pengeluaran Kalium dari dalam ke luar sel, sehingga mengurangi muatan positif di dalam
sel. Fase 4 dinamakan juga fase istirahat, dimana bagian dalam sel otot bermuatan negatif
dan bagian luar bermuatan positif. Dengan demikian sel tersebut mengalami polarisasi.
D. Sandapan EKG
Rekaman EKG diperoleh dengan memasang elektroda-elektroda di kulit pada
tempat-temoat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena
penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Terdapat dua jenis sandapan (lead) pada EKG yaitu sandapan bipolar dan unipolar.
Sandapan bipolar hanya dapat merekam perbedaan potensial dari dua elektroda yang
terbagi menjadi tiga, sedangkan sandapan unipolar terbagi menjadi dua.
Sandapan bipolar terdiri dari lead I, lead II, dan lead III. Lead I merekam beda
potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan
bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+). Lead II merekam beda
potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan
bermuatan negatif (-) dan kaki kiri bermuatan positif (+). Lead III merekam beda
potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kiri bermuatan
negatif (-) dan kaki kiri bermuatan positif (+). Ketiga sandapan ini dapat digambarkan
sebagai sebuah segitiga sama sisi yang lazim disebut segi tiga EINTHOVEN.
Gambar 1.2 Segitiga Einthoven
Sandapan unipolar terbagi menjadi dua sandapan yaitu sandapan unipolar
ekstermitas dan unipolar precordial. Sandapan unipolar ekstremitas merekam beda
potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda ekplorasi diletakkan pada ekstremitas
yang akan diukur. Gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk
elektroda indiferen (potensial 0). Sandapan unipolar ekstremitas terdiri dari sandapan
avR, sandapan avL, dan sandapan avF. Sandapan avR merekam potensial listrik pada
tangan kanan (RA), dimana tangan kanan bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki
kirimembentuk elektroda indiferen. Sandapan avL merekam potensial listrik pada tangan
kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indiferen. Sandapan avF merekam potensial listrik pada kaki kiri
(LF), dimana kaki kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk
elektroda indifern.
Sandapan unipolar ke dua yaitu sandapan unipolar precordial, sandapan ini
merekam potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi yang ditempatkan
di beberapa tempat dinding dada. Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan
ketiga elektroda ekstremitas. Letak sandapan meliputi V1, V2, V3, V4, V5, dan V6. V1
terletak di ruang interkosta IV garis sternal kanan, V2 terletak di ruang interkosta IV garis
sternal kiri, V3 terletak di pertengahan V2 dan V4, V4 terletak di ruang interkosta V garis
midklavikula kiri, V5 sejajar V4 garis aksila depan, dan V6 sejajar garis aksila tengah.
Gambar 1.3. Letak sandapan EKG
Umumnya perekaman EKG lengkap dobuat 12 lead (sandapan), akan tetapi pada
keadaan tertentu perekaman dibuat sampai V7, V8, dan V9 atau V3R dan V4R.
E. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertikal
dengan jarak 1 mm (sering disebut kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada
setiap 5 mm (disebut kotak beasr). Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm
= 0,04 detik, sedangkan 5 mm = 0, 20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase,
dimana 1 mm = 0,1 miliVolt, sedangkan setiap 10 mm = 1 miliVolt.
Pada praktik setiap hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 miliVolt. Kalibrasi
yang biasanya dilakukan adalah 1 miliVolt, yang menimbulkan defleksi 10 mm. pada
keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm atau
diperkecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat pada saat
perekaman EKG sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah bagi yang
membacanya.
F. Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel.
Proses listrik ini terdiri dari depolarisasi atrium, repolarisasi atrium, depolarisasi
ventrikel, dan repolarisasi ventrikel.
Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal
memperlihatkan 3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan
repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG, karena
disamping intesitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan dengan
depolarisasi ventrikel yang mempunyai intesitas yang jauh lebih besar. Kurva EKG
normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S, dan T serta kadang terlihat delombang U. Selain
itu juga ada beberapa interval dan segmen EKG.
Gambar 1.4. Bentuk gelombang EKG
Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium. Gelombang P yang
normal yaitu lebar kurang dari 0,12 detik, tinggi kurang dari 0,3 miliVolt, selalu positif di
lead II dan selalu negatif di lead avR.
Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel. Gelombang
QRS yang normal yaitu lebar 0,06-0,12 detik dan tinggi tergantung lead. Gelombang QRS
terdiri dari gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Gelombang Q adalah defleksi
negative pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang normal yaitu lebar kurang
dari 0,04 detik, tinggi/ dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R. Gelombang Q abnormal
disebut gelombang Q patologis. Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada
gelombang QRS. Gelombang R umumnya positif di lead I, II, V5, dan V6. Di lead avR,
V1, dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali. Gelombang S adalah
defleksi negative sesudah gelombang R. di lead avR dan V1 gelombang S terlihat dalam,
dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang dalamnya.
Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya
gelombang T positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di avR.
Gelombang U adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U masih belum diketahui
namun diduga akibat repolarisasi lambat sistem konduksi interventrikel.
Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan gelombang
QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik. Ini merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas His sampai permulaan
depolarisasi ventrikel.
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. segemn ini
umumnya isoelektris, tetapi pada lead precordial dapat bervariasi dari - 0,5 sampai + 2
mm. segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun disebut ST depresi.
G. Cara Menilai EKG
1. Menentukan Frekuensi (Hearth Rate)
Cara menentukan frekuensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu:
a. 300____________
Jumlah kotak besar antara R-R
b. 1500___________
Jumlah kotak kecil antara R-R
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 10
atau ambil EKG 12 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan dengan 5.
2. Menentukan Irama Jantung (Rhythm)
Dalam menentukan irama jantung, urutan yang harus ditentukan adalah sebagai
berikut:
a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
b. Tentukan berapa frekuensi jantung (HR)
c. Tentukan gelombang P normal atau tidak
d. Tentukan interval PR normal atau tidak
e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
f. Interpretasi
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka iramanya
disebut irama sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus (SR) adalah irmanya
teratur, frekuensi jantung antara 60-100 kali per menit, gelombang P normal,
setiap gelombang P selalu diikuti gelombang GRS dan T, interval PR normal
(0,12-0,20 detik), gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik), semua gelombang
sama.
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut disebut disritmia. Disritmia
terdiri dari disritmia yang disebebakan oleh gangguan pembentukan impuls dan
disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls.
Disritmia yang disebabkan oleh gangguan pembentukan imupls terdiri dari:
a. Nodus SA
1) Takikardi Sinus (ST)
2) Bradikardi Sinus (SB)
3) Aritmia sinus
4) Sinus Arrest
b. Atrium
1) Ekstrasistolal atrial (AES/PAB/PAC)
2) Takikardi atrial (PAT)
3) Flutter atrial
4) Fibrilasi atrial
c. Nodus AV
1) Irama junctional (JR)
2) Ekstrasistolal junctional (JES/PJB/PJC)
3) Takikardi junctional
d. Supraventrikel
1) Ekstrasistol supraventrikel (SVES)
2) Takikardi supraventrikel (SVT)
e. Ventrikel
1) Irama idioventrikel (IVR)
2) Ekstrasistol ventrikel (VES/PVB/PVC)
3) Takikardi ventrikel (VT)
4) Fibrilasi ventrikel (VF)
Disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls:
a. Nodus SA
Blok sinoatrial (SA Block)
b. Nodus AV
1) Blok AV derajat I
2) Blok AV derajat II
3) Tipe Mobitz I (Wenckebach)
4) Tipe mobitz II
5) Blok AV derajat III (total AV blok)
c. Interventrikuler
1) Right bundle branch block (RBBB)
2) Left bundle branch block (LBBB)
3. Menentukan sumbu jantung (axis)
Untuk menentukan axis dapat dapat dipakai bebrapa cara, yang paling mudah
adalah dengan menghitung QRS rata-rata di bidang frontal. Axis normal terletak
antara -30 sampai +110 derajat.
Gambar 1.5. Axis
Deviasi axis ke kiri (LAD) antara -30 sampai – 90 derajat dan deviasi axis
kanan (RAD) antara +110 sampai -180 derajat.
4. Menentukan adanya tanda hipertrofi
a. Hipertrofi atrium kanan (RAH)
Ditandai dengan adanya gelombang P yang lancip dan tinggi paling jelas
terlihat di lead I dan lead II, biasanya disebut P-Pulmonal.
b. Hipertrofi atrium kiri (LAH)
Ditandai dengan adanya gelombang P yang lebar dan berlekuk, paling jelas
terlihat di lead I dan II, biasa disebut gelombang P-Mitral.
c. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH)
Ditandai dengan gelombang R lebih besar dari gelombang S pada lead
precordial kanan, VAT > 0,03 detik di V1, gelombang S menetap di V5/ V6,
depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V1-V3, dan RAD.
d. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH)
Ditandai dengan gelombang R pada V5/V6 lebih dari 27 mm atau
gelombang S di V1 + gelombang R di V5/V6 lebih dari 35 mm, VAT > 0,05
detik di V5/V6, depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V5/V6, dan
LAD.
5. Menentukan adanya tanda iskemia/ infark miokard
Iskemia miokard ditandai dengan adanya depresi segmen ST atau
gelombang T terbalik. Sedangkan infark miokard, gambaran yang paling
diagnostik adalah gelombang Q patologis. Pada fase akut umumnya gelombang
Q patologis disertai adanya elevasi segmen ST, sedangkan pada fase sub akut
atau recent gelombang Q patologis disertai gelombang T terbalik. Pada fase old
gambaran EKG berupa gelombang Q patologis, segmen ST dan gelombang T
normal kembali.
Adapun untuk menentukan lokasi iskemia atau infark digunakan ketentuan
sebagai berikut:
a. Anterior kelainannya di V2-V4
b. Anteroseptal kelainannya di V1-V3
c. Anterolateral kelainnanya di I, AVL, V5-V6
d. Ekstensif anterior kelainannya di I, AVL, V1-V6
e. Inferior kelainannya di II, III, dan AVF
f. Posterior kelainannya di V1-V2 (resipokal)
g. Ventrikel kanan kelainannya di V1, V3R, dan V4R
H. Prosedur Perekaman EKG
1. Alat dan bahan :
a. Elektrokardiogram
b. Elektroda ektremitas
c. Elektroda hisap
d. Kawat penghubung klien dan kawat penghubung dengan bumi
e. Kapas dan alkohol
f. Elektrolit jelly
g. Probandus
2. Cara kerja :
a. Persiapan
1) Klien berbaring dengan tenang dan telanjang dada. Klien diberikan penjelasan
mengenai tujuan dan jalanya prosedur pemeriksaan. Kepala klien diberi bantal
dan perhiasan maupun aksesoris yang terbuat dari logam dilepas.
2) Permukaan kulit di kedua pergelangan tangan dan kaki dibersihkan dengan
kapas beralkohol.
3) Elektroda diberi EKG jelly secukupnya dan dipasangkan pada tempat yang
sudah dibersihkan.
4) Kabel penghubung klien dihubungkan dengan elektroda :
Kabel RA (right arm) merah dihubungkan pada elektroda dipergelangan
tangan kanan.
Kabel LA (left arm) kuning dihubungkan pada elektroda dipergelangan
tangan kiri.
Kabel LL (left leg) hijau dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki
kiri.
Kabel RL (right leg) hitam dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki
kanan.
5) Permukaan kulit dada klien dibersihkan dengan kapas beralkohol
6) Elektroda diberi EKG jelly secukupnya dan dipasang pada prekordial yang
telah dibersihkan
7) Kabel penghubung klien dihubungkan dengan elektroda :
V1 diletakan diruang interkostal ke empat disebelah kanan sternum
(merah).
V2 diletakan diruang interkostal ke empat disebelah kiri sternum (kuning).
V3 diletakan diantara V2 dan V4 (hijau).
V4 diletakan diruang interkostal kelima pada garis midklavikula (coklat).
V5 diletakan diantar V4 dan V6 (hitam).
V6 diletakan diruang interkostal kelima pada garis midklavikula (ungu).
3. Perekaman
a. Posisi kertas diperiksa.
b. Tombol ON ditekan.
c. kecepatan dan sensitivitas dipilih.
d. Tombol START ditekan.
e. Setelah semua lead terekam, tombol OFF ditekan.
f. Identitas dan waktu merekam diperiksa.
g. Elektroda beserta kabel-kabelnya dilepas dan dibersihkan.
ANALISI GAS DARAH
A. Pendahuluan
Analisa gas darah adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium ketika
dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa pasien
(Wilson, 1999). Hal ini berhubungan untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh
yang dikontrol melalui tiga mekanisme, yitu sistem buffer, sistem repiratori, dan sistem
renal. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “astrup”,
yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri.
Mc Cann (2004) mengungkapkan bahwa analisa gas darah bertujuan antara lain
untuk 1) mengetahui keseimbangan asam basa dalam tubuh, 2) mengevaluasi ventilasi
melalui pengukuran pH, tekanan potensial arteri (Pa O2), dan tekanan parsial karbon
dioksida (Pa CO2), 3) mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui
darah yang ditunjukkan melalui Pa O2, 4) mengetahui kapasitas paru-paru dalam
mengeliminasikan CO2 yang ditunjukkan oleh Pa CO2, dan 5) menganalisa isi oksigen dan
pemenuhannya, serta untuk mengetahui jumlah bikarbonat.
Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh perawat dalam melakukan analisa gas
darah adalah sebagai berikut (Wilson, 1999):
1. Pemahaman mengenai keseimbangan cairan asam basa meliputi:
a. pH darah
pH normal di dalam darah dibutuhkan untuk banyak reaksi kimia dalam tubuh.
Rentang normal pH darah arteri adalah 7,35-7,45. pH darah yang kurang dari
7,35 menunjukkan asidosis atau acidema. Sedangkan pH darah lebih tinggi dari
7,45 menunjukkan alkalosis atau alkalemia.
b. Tekanan parsial karbon dioksida (PCO2, Pa CO2)
Rentang normal dari tekanan parsial karbon dioksida (P CO2, Pa CO2) yaitu 35-
45 mmHg.
c. Bikarbonat (HCO3-)
Kerja bikarbonat dengan carbonic acid untuk membantu meregulasi pH darah.
Bikarbonat diukur melalui dua cara, yaitu langsung melalui pengukuran level
bikarbonat. Pengukuran tidak langsung menggunakan penjumlahan total CO2 dan
PaCO2. Rentang normal bikarbonat yaitu 22-26 mEq/L (22-26 mmol/L).
d. Base excess/ deficit
Base excess/ deficit berutjuan dalam memberikan informasi menganai jumlah
total buffer anion (bikarbonat, hemoglobin, dan protein plasma) dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada respiratori atau metabolic. Jumlah base excess/
deficit dibawah -3mEq/L mengindikasikan base deficit, yang berhubungan
dengan berkurangnya level bikarbonat. Sedangkan peningkatan jumlah yaitu
diatas +3 mEq/L mengindikasikan base excess.
2. Kompetensi bahwa dalam penngambilan gas darah tidak harus disuruh untuk