Top Banner

of 28

Makalah Diabetes Melitus

Mar 10, 2016

Download

Documents

S'nakDecade

Makalah Diabetes Melitus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDiabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadarglukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak terkendali,diabetus mellitus dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, misalnyaterjadi penyakit jantung koroner, gagal ginjal, kebutaan dan lain-lain. Menurutdata stastistik tahun 2010 dari WHO terdapat 220 juta penderita diabetes mellitusdi seluruh dunia. Tahun 2030 jumlah penderita diabetes mellitus diperkirakanakan melonjak lagi mencapai dua kali lipat dari jumlah sekarang. Saat ini penyakitdiabetes mellitus banyak dijumpai penduduk Indonesia. Bahkan WHOmenyebutkan, jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki rankingempat setelah India, China, dan Amerika Serikat. Dokter memiliki peran yangsangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Membantu penderitamenyesuaikan pola diet sebagaimana yang disarankan ahli gizi, mencegah danmengendalikan komplikasi yang mungkin timbul, mencegah dan mengendalikanefek samping obat, memberikan rekombinasi penyesuaian rejimen dan dosis obatyang harus dikonsumsi penderita bersama-sama dengan dokter yang merawatpenderita, yang kemungkinan dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengankondisi penderita, merupakan peran yang sangat sesuai dengan kompetensi dantugas seorang dokter. Dokter dapat juga memberikan tambahan ilmu pengetahuankepada penderita tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi danpengelolaan diabetes. Diabetes mellitus sendiri didefinisikan sebagai suatupenyakit dan gangguan metabolisme kronis dengan multi etilogi yang ditandaidengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolismekarbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau difisiensi produkinsulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan olehkurang reponsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.

B. Rumusan Masalah1) Definisi Diabetes Melitus?2) Faktor Resiko Diabetes mellitus?3) Penyebab dan Patofisiologi Diabetes Melitus?4) Klasifikasi Diabetes Melitus?5) Terapi Diabetes Melitus?

C. Tujuan1) Mengetahui Definisi Diabetes Melitus2) Mengetahui Faktor Resiko Diabetes Melitus3) Mengetahui Penyebab Diabetes Melitus 4) Klasifikasi Diabetes Melitus 5) Terapi Diabetes Melitus

D. ManfaatMakalah ini diharapkan dapat membantu kita semua dalam memahami apa itu penyakit Diabetes Melitus

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiDiabetis melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati.

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam www.ilmukeperawatan.com).

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003 dalam www.trinoval.web.id). Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001 dalam www.trinoval.web.id).

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.(brunner and suddarth, 2002 : 109)

Seseorang yang kena diabetes tentunya mempunyai masalah tentang insulinnya. Insulin merupakan hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino yang tersusun dalam 2 rantai; rantai A terdiri dari 21 asam amino da rantai B mempunyai 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 gugus disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain itu masih erdapat gugus disulfida antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A.

Diabetes Digolongkan menjadi 3, yaitu :1) Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) Merupakan diabetes tipe 1 yang insulin dependen, keadaan ini terjadi karena defisiensi insulin , yang diakibatkan adanya kerusakan sel Beta pulau Langerhans. Biasanya terjadi paa umur +- 15 tahun, dengan diikuti gejala hiperglikimia, gangguan retina, ketoasidosis, gagal ginjal, aterosklerosis. Obat Antidiabetik Oral (ADO) tidak dapat mengidnduksi sekresi insulin, sehingga pasien pasien harus disuntik insulin. Penderita DM Tipe 1 biasanya memiliki tubuh yang kurus dan cenderung berkembang menjadi diabetes ketoasidosis (DKA) karena insulin sangat kurang disertai peningkatan hormon glukagonSejumlah 20-40% pasein mengalami DKA setelah beberapa hari mengalami poliuria,polidispia,polifagia, dan kehilingan bobor badan2) Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) Disebut tipe 2, NDDM terjadi karena menurunnya produksi insulin yang disertai menurunnya respons jaringan terhadap insulin dengan gejala terdapat hiperglikimia sedangkan ketoADOSIS TIDAK ADA. Pengobatan utama adalah mengatur diet dan olahraga, obat obat hipoliglikimik oral diberikan bila pengobatan lainnya gagal.Pasein dengan DM tipe 2 sering asimptomatik. Munculnya komplikasi dapat mengindakasi bahwa pasein telah menderita DM selama bertahun-tahun, umumnya muncul neuropati.Pada diagnosis umumnya terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidispia, sedangkan penurunan bobot badan secara signifikan jarang terjadi.

B. Faktor Resiko1) Riwayat Keluarga 2) Obesitas Atau Kegemukan 3) Usia Yang Semakit Bertambah 4) Kurangnya Aktivitas Fisik 5) Suka Merokok 6) Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi 7) Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi 8) Masa Kehamilan 9) Ras Tertentu 10) Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama 11) Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

C. Penyebab dan Patosiologi1) PenyebabPenyebabnya adalah kekurangan hormone insulin, yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya adalah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya disekresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering berkemih, merasa sangat haus, berat badan menurun dan merasa lelah.

Penyebab lain adalah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan yang terlalu banyak dan kegemukan (overweight). Rata-rata 1,5 2 % dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun (familial).di Indonesia penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5 % dari 200 juta penduduk, sedangkan dieropa mencapai 3-5% ! pada lima tahun terakhir jumlah ini meningkat secara eksplosif, yang disebabkan oleh meningkatnya peristiwa overweight dan obesitas terutama didunia barat. Diperkirakan bahwa ditahun 2030 jumlsah penderita diabetes akan meningkat sampai 336 juta jiwa, berarti k.l. 2 kali dari sekarang.

Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu, diantaranya :a) Pola makanMakan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.b) Obesitas (kegemukan)Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.c) Faktor genetisDiabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.d) Bahan-bahan kimia dan obat-obatanBahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.e) Penyakit dan infeksi pada pancreasInfeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.f) Pola hidupPola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding bersepeda, kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.g) Teh manisPenjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.h) GorenganKarena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.i) Suka ngemilKita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.j) Kurang tidurJika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.k) Sering stressStres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.

l) Kecanduan rokokSebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.m) Menggunakan pil kontrasepsiKebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.n) Keranjingan sodaDari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.

2) PatofisiologiDm tipe 1 insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes. Secara umum, DM tipe ini berkembang pada anak-anak atau pada awal masa dewasa yang di sebabkan oleh kerusakan sel pankreas akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi insulin absulot. Reaksi autoimun umumnya terjadi setelah waktu yang panjang (9-13 tahun) yang di tandai oleh adanya parameter-parameter system imun ketika terjadi kerusakan sel . Hiperglikemia terjadi bila 80%-90% dari sel rusak. Penyakit DM dapat menjadi penyakit menahun dengan resiko komplikasi dan kematian. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya autoimun tidak di ketahui, tetapi proses ini di perantarai oleh makrofag dan limfosit T dengan auto antibody yang bersikulasi ke berbagai antigen sel (misalnya antibody sel islet, antibody insulin.

DM tipe 2 non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) terjadi pada 90%dari semua kasus diabetes dan biasanya di tandai dengan resistensi insulin dan defesiensi insulin relatif. Resistensi insulin di tandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet. Disfungsi sel mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa darah. DM tipe 2 ini di sebabkan karena gaya hidup si penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya olahraga, dan ozat besitas) di bandingkan pengaruh genetic.

Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain (1-2% dari semua kasus diabetes) termasuk gangguan endokrin (misalnya akromegali, sindrom cushing), diabetes melitus gestational (DMG), penyakit pancreas ensokrin (pancreatitis), dan karena obat (glukokortikoid, pentamidin, niasin, dan -interveron).

Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa terjadi pada pasien dengan kadar glukosa plasma lebih tinggi dari normal tetapi tidak termasuk dalam DM. Gangguan ini merupakan faktor resiko untuk berkenbang menjadi penyakit DM dan kardiovaskuler yang berhubungan dengan sindrom resistensi insulin.

Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, neuropati, dan nefropati sedangkan komplikasi makrovaskuler berupa penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit vaskuler periferal.

D. KlasifikasiKlasifikasi dari jenis-jenis diabetes adalah sangat penting untuk antara lain penentuan pengobatan dan prognosisnya. Untuk klasifikasi tepat dari jenis diabetes yang paling terjadi pada pasein-pasein dengan hiperglikemia, dapat digunakan sebagai pedoman BMI dan riwayat keluarganya. Untuk tujuan ini dapat dimanfaatkan sejenis flow chart sederhana untuk diagnostik, klasifikasi dan terapi.Diabetes dapat dibagi dalam 3 tipe,yakni tipe-1,tipe-2 dan tipe hamil :1) Tipe 1, Jenis Remaja (IDDM)Pada tipe ini terdapat dekstruksi dari sel beta pankreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat akibat sel-sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Karena itu kadar glukosa darah meningkat diatas 10mmol/l. Yakni nilai ambang ginjal, sehingga glokusa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama banyak air (glycosuria) . Dibawah kadar tersebut glukosa ditahan oleh tubuli ginjal.

Prevalansi Tipe 1 menghinggapi orang-orang dibawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia 10-13 tahun . Insidensinya dinegara barat telah berlipat ganda dalam 20-30 tahun terakhir. Karena penderita senantiasamembutuhkan insulin , Maka tipe 1 dahulu juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).

Penyebabnya belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini disebabkan oleh suatu infeksi virus yang menimbulkan reaksi auto-imun berlebihan untuk menanggulangi virus. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak hanya membasmi virus. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak hanya membasmi virus, melainkan juga turut merusak atau memusnahkan sel-sel Langerhans. Dalam waktu satu tahun sesudah diagnosa ,80-90% penderita tipe 1 memperlihatkan antibodies sel-beta didalam darahnya. Pada tipe ini faktor keturunan juga memegang peranan. Virus yang dicurigai adalah virus Coxsackie-B , Epsetein-Barr,morbilli (menles) dan virus parotitis prevensi dan terapi . Pengobatan satu-satunya terhadap tipe 1 merupakan penyakit auto-imun. Maka imunosupresivase seperti azatioprin dan sikloporin, dapat menghambat jalannya penyakit , tetapi hanya untuk sementara. Guna menangani gejala neuropati di German digunakan obat komplementer asam liponat dengan sukses.

2) Tipe-2 Jenis Dewasa (NDDM)Lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan pada usia lebih lanjut. Mereka yag hidupnya makmur, makan terla,pau banyak dan kurang gerak badan lebih besar lagi risikonya.

Prevalansi, menurut 5-10 % dari orang semakin muda dihinggapi penyakit ini. Pada orang afrika terdapat 2 kali lebih banyajk pasien diabetes tipe 2 daripada orang eropa, pada orang asia selatan bahkan rata rata 54-5 kali lebih banyak . orang hindu dieropa ternyata sangat rentan untuk diabetes berhubung pola genetisnya.

Mulainya DM2 sangat berangsur rangsur dengan keluhan ringan yang sering kali tidak dikenali. Tipe 2 bersifat menyesatkanb karena dalam kebanyakan hal baru menjadi manifest dengan tampilannya gejala stadium lanjut. Bahkan, bila sudah terjadi komplikasi, mialnya infrak jantung atau gangguan penglihatan.

Penyebabnya, akibat proses semua, banyak penderita jenis ini mengalami penyusuhan sel sel beta yang progsesif serta penumpukan amyloid disekitarnya. Pada 2006 telah ditemukan enzim yang bertanggung jawab untuk perombakan amyloid ini dan insulin. Sel sel beta yang tersisa pada umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang. Selain itu, kepekaan reseptornya juga menurun. Hipofungsi sel beta ini bersama resistensi insulin yang meningkat mengakibatkan gula gula darah menigkat mungkin juga sebabnya berkaitan dengan suatu infeksi virus pada masa muda. Deperkirakan bahwa pada penderita tanpa over weight resistensi insulin tidak memegang peranan.

Tipe 2 pada hakikatnya tidak tergantung dari insulin, maka dahulu juga disebut NIDDM ( Non insulin dependet ) dan lazimnya dapat diobati dengan antidiabetrika oral. Akan tetapi sejak 1997 semakin banyak penderita tipe 2 ini terapi dengan unsulin sehingga menurunkan risiko komplikasi lambat. Oleh karenanya perbedaan kedua nama tersebut tidak ada artinya lagi dan sudah ditinggalkan.

Antidiabetika oral pada umumnya tidak menimbulkan kecenderungan acidosis. Antara 70-80% daari msemua penderita diabetes termasuk jenis ini, pada mana factor keturunan memegang peranan besar. Bila salah satu orang tua menderita kencing manis, maka kemungkinan diturunkannya penyakit ini ke anak-anaknya adalah 1:20.

Diagnosis dini. Tipe-2 umumnya baru didiagnosa pada stadium terlambat (lihat diatas), padahal diagnosa dini adalah penting sekali untuk menghindarkan komplikasi lambat. Maka bila terdapat gejala seperti haus yang hebat dengan sering berkemih dan turunnya berat badan serta rasa letih, maka sebaiknya segera mengkonsultasikan dokter untuk diperiksa terhadap penyakit gula. Karena lebih dari separuh penderita diabetes juga mengidap hipertensi, maka sebaiknya tekanan darah dimonitor secara teratur.

3) Diabetes kehamilan (GDM)Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa yang ketat adalah penting sekali untuk menurunkan resiko akan keguguran spontan, cacat-cacat dan overweight bayi atau kematian perinatal

E. TerapiTujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.

1) Non FarmakologiAda lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:a) DietDiet dengan mengurangi makanan makanan yang mengandung gula yang banyak.b) Latihan/OlahragaDengan banyak berolahraga tentunya akan membantu organ organ dalam tubuh kita tetap sehat.c) PemantauanPemantauan sangat penting, karena tanpa pemantauan kita tidak mungkin tahu apakah kita terkena diabetes mellitus atau tidakd) TerapiMelakukan terapi dengan cara medis tentunya sangat bermanfaat bagi para penderita diabetes melituse) Pendidikan

2) FarmakologiUntuk Terapi farmakologi Diabetes Melitus ini terdapat 2 cara yaitu dengan Menggunakan Insulin dan menggunakan Antidiabetika Oral.1. Insulina. Sintesis dan KimiaInsulin merupakan hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino yang tersusun dalam 2 rantai; rantai A terdiri dari 21 asam amino da rantai B mempunyai 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 gugus disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain itu masih erdapat gugus disulfida antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A.

Preparat insulin didapat dari ektraksi pancreas babi atau sapi, beupa Kristal putih berbau. Struktur insulin berbagai spesies berbeda dari susunan asam aminonya. Perbedaan tersebut tidak menyebabkan perbedaan bioteknik tetapi menyebabkan perbedaan imunologik.Insulin disintesis oleh sel B pulau Langerhans dari proinsullin. Proinsulin merupakan polipeptida rantai tunggal dengan 86 asam amino . Proinsulin berubah menjadi insulin dengan kehilangan 4 asam amino (31,32,64,65) dan lepasnya rantai asam amino dari 33 sampai 63 yang menjadi peptide penghubung (C-peptide=Connecting peptide=peptide-C.) Rantai A mempunyai residu amino terminal glosin sedang rantai B fenilalanin(gambar31-1).

Karena procine insulin paling mirip insulin manusia dengn bahan insulin dibuat insulinsemisintetik. Di samping itu juga dapat disintesis insulin dengan tekhnik rekombinan DNA yang merupakan analog insulib manusia.

b. Sekresi,Distribusi Dan MetabolismeProinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmatik sel B pancreas. Proinsulin menjadi insulin tersebt ditransfer ke kompleks Golgi, di tempat inilah mulai terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin dan ke granula. Bila sel B. dari granula ini akan keluar sejumlah ekuimolar insulin dari peptide-C kesirkulasi. Peptida C meski tidak mempunyai efek biologic tetapi dapat digunakan sebagai marker adanya sekresi insulin.

Secara umum, setiap keadaan yang mengaktivitasi saraf adrenergic (seperti hipoksia, hipotermia, operasi, luka bakar berat) menekan sekresi insulin melalui perangsangan reseptor a2 adrenergik. Glukosa oral merupakan stimulan paling kuat untuk sekresi insulin karna juga menyebabkan sekresi hiormon saluran cerna dan stimulasi aktivitas vagal saat terjadi pencernaan glukosa atau makanan. Beberapa hormone saluran cerna merangsang sekresi insulin, yang paling kuat a.l. gastroinstestinal inhibitory peptide dan glucagon-like peptide-1. Kecuali itu gastrin, sekretin kolestosistokinin, Vasoaktive intestinal peptide, gastrin-releseasing, peptide dan entero glucagon juga merangsang sekresi insulin. Bila dirangsang oleh glukosa terjadi sekresi insulin yang bifasik, fase 1 mencapai puncak; fase 2 mula kerja lambat tapi masa kerja lama.

Mekanisme bagaimana glukosa oral dapat merangsang sekresi insulin dapat dilihat pada gambar 31-2. Masuknya glukosa ke sel-b melalui glucose transporter 2 (GLUT2), suatu transporter yang spesifik. Kemudian glukosa ini mengalami fosforilisasi oleh glukokinase. Enzi mini terutama terdapat di organ tempat terjadinya regulasi metabolisme glukosa seperti hepar atau sel b pankreas.

Sekresi insulim sangat tergantung pada kadar Ca intrasel. Metabolisme glukosa yang di induksi oleh ADP, dan hal ini menyebabkan menutupnya kanal ion K yang sensitive ATP (ATP sensitive K channel) dan terjadi depolirisasi sel b. Sebagai kompensasi terjadinya kanal aktivitasi Ca dan ion ini akan masuk ke sel b. Selanjutnya Ca intrasel ini merangsang sekresi insulin dari granulanya (gambar 31-PENGATURAN SEKRESI INSULIN. Sekresi insulin diatur dengan ketat untuk mendapatkan kadar glukosa darah yang stabil baik sesudah makan atau sebelum makan atau waktu puasa. Hal ini dapat dicapai Karen a adanya koordinasi peran sebagai nutrient, hormone saluran cerna,hormone pancreas dan neurotransmitter otonom. Glukosa,asam amno,asam lemak dan benda keton akan merangsang sekresi insulin. Sel-sel Langerhans dipersarafi saraf adrenergic dan kolinergik. Stimulasi reseptor a2 adrenergik menghambat sekresi insulin, sedang b2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi.

c. Mekanisme KerjaMekanisme Kerja Insuli Di SelTarget organ utama insulin adalah untuk mengatur kadar glukosa adalah hepar, otot dan adipose.Peran utamanya a.l.,uptake,utilisasi, dan penyimpanan nutrient di sel. Efek anabotik insulin meliputi stimulasi, utilisasi dan penyimpanan glukosa,asam amino, asam lemak intrasel,sedangkan proses katabolisme (pemecahan glikogen,lemak,dan protein ) dihambat. Semua efek ini dilakukan stimulasi transport substrat dan ion ke dalam sel,menginduksi translokasi protein,mengaktifan dan menonaktifkan enzim spesifik, merubah jumlah protein dengan mempengaruhi kecepatan transkripsi gen dan transtasi mRNA spesifik.

Regulasi Transport GlukosaStimulasi transport glukosa ke otot dan jaringan adipose hal yang krusial dan respon fisiologik terhadap insulin.Glukosa masuk sel melalui salah satu jenis glucose-transporter (GLUT), dan 5 dari GLUT ini (GLUT1 sampai GLUT5), dan 5 dari difusi glukosa kedalam sel yang bersifat Na independent insulin merangang transport glukosa dengan menginduksi energy untuk mentranslokasi GLUT4 dan GLUT1 dari vesikel intrasel ke membrane plasma. (gambar31-3). Efek ini bersifat reversible, GLUT kembali ke pool intrasel sat insulin tidak bekerja lagi. Gangguan proses regulasi ini dapat menjadi salah satu sebab DM tipe 2.

Insulin mempercepat masuknya glukosa ke sel otot rangka dan adipose. Insulin masuk ke reseptor a di luar sel kemudian ke reseptor b di dalam sel. Selanjutnya merangsang fosforilase intrasel yang kompleks, berakhir dengan pembentukan transporter glukosa (GLUT4). Kemudian GLUT4 di translokasi kan ke dinding sel, glukosa plasma masuk e sel melalui GLUT4. Dalam sel, digunakan untuk metabolisme atau disimpan sebagai glikogen sebagai glikogen atau trigiliserida.

Regulasi Metabolisme GlukosaKonversi glukosa menjadi gluksa 6-fosfat (G6P) terjadi dengan bantuan enzim heksoninase. Keempat heksoninase (I sampai IV), seperti juga GLUT, terdistribusi di berbagai jaringan dan 2 diantaranya diregulasi insulin. Heksokinase IV yang lebih dikenal sebagai glukonisase, tetapi ditemukan berhubungan dengan GLUT2 di hepar dan sel b pankreas. Terdapat 1 gen glukokinase, tetapi dengan ekson pertama dan promoter yang berbeda yang digunakan pada 2 jenis jaringan tersebut. Gen glukkinase hepar diatur oleh insulin. Heksokina sel II berada dimana terdapat GLUT4, yakni di otot skelet dan jantung dan jaringan adipose. Seperti halnya GLUT4, heksokinase II diregulasi pada proses trnskripsi oleh insulin.

d. Diabetes Melitus Dan Insulin Diabetis MiletusDiabetis miletus(DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri,polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa > 126 mg/dL atau postprandial > 200mg/dL). Bila DM tidak segera di atasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat.

Melihat dengan etiologinya DM dapat dibedakan menjadi: DM tipe 1, addanya gangguan produksi insulin akibat penyakit autoimun dan idiopatik. Tipe ini sering disebut Insulin Independent diabetis mellitus atau IDDM karena pasien mutlak membutuhkan insulin. DM tipe 2, akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Pada tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan insulin, kadang-kadang cukup dengan diet dan antidiabetik oral. Karena tipe ini juga disebut noninsulin dependent diabetis miletus atau NIDDM. Jenis lain lagi misal: gestational diabetis miletus, DM pada kehamilan,; DM akibat penyakit endokrin atau pankreas atau akibat penggunaan obat.

e. Terapi InsulinInsulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe 1 dan beberapa jenis DM tipe 2, tetapi memang banyak pasien DM yang enggan disuntik, kecuali dalam keadaan terpaksa. Karena terapi edukasi pasien DM sangat penting, agar pasien sadar akan perlunya terapi insulin meski diberikan secara suntikan. Suntikan insulin dapat dilakukan dengan berbagai cara, al. intravena, intramuskuler, dan umumnya pada penggunaan jangga panjang lebih lebih disukai pemberian subkutan (SK). Cara pemberian ini berbeda dengan keadaan sekresi insulin secara fisiologik, al. setelah asupan makanan kinetiknya tidak menunjukkan peningkatan dan penurunan sekresi insulin yang cepat; pada pemberian subkutan insulin akan berdifusi kesirkulasi perifer yang seharusnya langsung masuk ke sirkulasi portal, karenanya efek langsung hormone ini pada hepar menjadi kurang. Meski demikian kalau cara pemberian ini dilakukan dengan cermat, tujuan terapi akan tercapai.

Preparat insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerja (kerja cepat, edang, dan panjang), seperti terlihat pada Tabel 31-1 atau dibedakan berdasarkan asal spesiesnya (human dan porcine). Human insulin yang merupakan hasil teknologi rekombinan DNA, dalam larutan yang cair lebih larut dari porcine insulin, karena adanya treonin (ditempat ) dan mempunyai esktra gugus hidroksil. Sekarang ini sebagian besar preparat insulin berada pada pH netral sehingga lebih stabil dan dapat disimpan untuk beberapa hari pada suhu ruangan.

Satuan DosisDosis dan konsentrasi insulin dinyatakan dengan unit (U). Satu unit insulin kira-kira sama dengan insulin yang dibutuhkan untuk menurunkan glukosa puasa 45 mg/dL (2,5 mM) pada kelinci. Standar internasional yang berlaku sekarang, kombinasi bovine dan porcine insulin yang homogen mengandung 25 dan 30 U/mg. Hampir semua preparat komersial insulin dipasarkan dalam Bentuk Solusio Atau Suspense Dengan Kadar 100 U/Ml, Atau Sekitar 3.6mg Insulin Per Milliliter (0,6mm).

f. Klasifikasi Insulin Preparat dengan mula kerja cepat dan lama kerja singkat al. solusio regular atau crystalline zincinsulin dalam bufer dengan pH netral. Jenis ini mula kerjanya paling cepat dan lama kerjanya juga paling singkat (Tabel 31-1). Umumnya disuntikan (IV atau IM) 30-45 menit sebelum makan. Setelah pemberian IV glukosa darah akan cepat menurun mencapai nadir dalam waktu 20-30 menit. Bila tidak ada infus insulin, hormon ini akan segera menghilang, dan counter-regulatory hormones (glucagon, epinefrin, kortisol dan hormone pertumbuhan) akan mengembalikan kadar glukosa keadaan basal dalam waktu 2-3 jam. Tetapi pada pasien yang tidak mempunyai mekanisme respon counter-regulatory ini (DM dengan neuropati otonomik), glukosa plasma akan tetap rendah untuk beberapa jam setelah pemberian bolus 0,15 U/kg, karena kerja insulin pada tingkat sel menjadi lebih lama dari klirens plasmanya. Pemberian infus insulin IV bermanfaat pada ketoasidosis atau pada keadaan dimana kebutuhan insulin dapat berubah dengan cepat (missal: sebelum operasi,selama proses partus, atau pada situasi gawat darurat). Padakeadaan stabil, umumnya dapat diberikan insulin regular bersama preparat yang kerjanya panjang atau sedang, secara subkutan. Pemberian subkutaneos infusion pumps hanya dapat dilakukan untuk insulin dengan masa kerja singkat.

g. Indikasi Dan Tujuan TerapiInsulin subkutan terutama diberikan pada DM tipe 1, DM tipe 2 yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan atau antidiabetik oral, pasien DM pascapankreatektomi atau DM dengan kehamilan, DM dengan ketoasidosis, koma nonketosis, atau komplikasi lain, sebelum tindakan operasi (DM tipe 1 dan 2). Tujuan pemberian insulin pada semua keadaan tersebut bukan saja untukmenormalkan glukosa darah tetapi juga memperbaiki semua aspek metabolism, dan yang terakhir inilah umumnya yang sukar dicapai. Hasil terapi yang optimal membutuhkan pendekatan dokter pada pasien dan keluarganya, agar ada koordinasi antara diet, latihan fisik, dan pemberian insulin.Keadaan mendekati normoglisemia dicapai pada DM dengan multipel dosis harian insulin atau dengan infusion pump therapy, yang tujuannya mencapai glukosa darah puasa antara 90-120 mg/dL (5-6,7 mM), glukosa 2 jam posprandial kurang dari 150 mg/dL (8,3 mM), HbA1c kurang dari 7% (atau 6,5%). Pada pasien yang kurang disiplin atau kurang patuh terhadap terapi, mungkin perlu dicapai nilai glukosa darah puasayang lebih tinggi(140 mg/dL atau 7,8 mM) dan postprandial 200 sampai 250 mg/dL atau 11,1 sampai 13,9 mM.

Kebutuhan Insulin HarianProduksi insulin pada orang normal, sehat yang kurus, antara 18-40 U per hari atau 0,2-0,5 U/kg berat badan per hari, dan hamper 50% disekresi pada keadaan basal, 50% yang lain karena adanya asupan makanan. Sekresi basal insulin sekitar 0,5-1 U /jam; setelah asupan glukosa oral dalam jumlah besar, sekresi meningkat menjadi 6 U/jam. Pada orang non diabetic dengan obesitas dan resisten insulin, sekresi meningkat 4 x lipat atau lebih tinggi.

Pada berbagai populasi pasien DM tipe 1, rata-rata dosis insulin yang dibutuhkan berkisar antara 0,6-0,7 U/kg berat badan per hari, sedangkan pasien obesitas membutuhkan dosis lebih tinggi (2 U/kg berat badan per hari) karena adanya resistensi jaringan perifer terhadap insulin.

h. Efek SampingHipoglikemiaHipogikemiamerupakan efek samping yang paling sering terjadi dan terjadi akibat dosis insulin yang terlalu besar, tidak tepatnya waktu makan dengan waktu tercapainya kadar puncak insulin, atau karena adanya faktor yang dapat meningkatkan sesitivitas terhadap insulin, misal insufisiensi adrenal atau pitutari, ataupun akibat kerja fisik yang berlebihan.

Reaksi Alergi Dan Resistensi Penggunaan insulin rekombinan dan insulin yang lebih murni, telah dapat menurunkan insiden reaksi alergi dan resistensi. Meski demikian kadang-kadang reaksi tersebut masih dapat terjadi akibat adanya bekuan atau terjadinya denaturasi preparat insulin, atau kontaminan, atau akibat pasien sensitif terhadap senyawa yang yditambahkan pada proses formulasi preparat insulin (misal: Zn, protamine, fenol, dll). Reaksi alergi lokal pada kulit yang sering terjadi akibat IgE atau resisten akibat timbulnya antibody IgG. Sebaliknya bila ini terjadi dilakukan pemeriksaan kadar antibody insulin-specific IgG dan IgE, untuk mengetahui penyebab reaksi yang terjadi. Test kulit juga dapat dilakukan, meski banyak pasien yang menunjukkan test insulin intradermal positif tetapi tidak menunjukkan reaksi efek samping dari insulin.

Efek amping lain yaitu edema, rasa kembung di abdomen dan gangguan virus, timbul pada banyak pasien DM dengan hiperglikimia hebat atau ketoasidosis yang sedang diterapi dengan insulin dan ini berhubungan dengan peningkatan berat badan sekitat 0,5 sampai 2,5 kg. Umumnya edema akan menghilang dalam beberapa hari atau minggu kecuali bilaada gangguang fungsi jantung atau ginjal .edema ini terjadi akibat retensi Na+ atau peningkatan permiabilitas kapiler akibat control metabolic yang tidak adekuat.

i. InteraksiBeberapa hormone bersifat antagonis terhadap efek hepoglikemik insulin, al. hormone pertumbuhan, kortikotropin, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis. Peningkatan kadar hormon ini perlu diperhitungkan dalam terapi insulin. Salisilat meningkatkan sekresi insulin, mungkin menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikema cenderung terjadi pada pasien dengan penghambat adrenoseptor akibat penghambatan efek katekolamin pada gluconeogenesis dan glikogenolisis, obat ini juga mengaburkan takikardia akibat hipoglikemia. Potensiasi efek hipoglikemik insulin terjadi dengan penghambat MAO, streroid anabolic dan fenfluramin.

a) Antidibetik Oral1. SulfunilureaObat Golongan Sulfonylurea terdapat dalam 2 generasiGenerasi I = Tolbutamid, Asetoheksamid, Tolazamid, Klorpropamid.Generasi II = Gliburid, glipizid, 200X lebih kuat dari generasi I, Glibenklamid/Glimipirid, merupakan sulfonylurea pertama yang dapat dikombinasi dengan insulin.

Obat Golongan ini digunakan Untuk menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe

Mekanisme Kerja : Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel sel B Langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksi dengan ATP sensitive K channel pada membrane sel B yang menimbulkan depolarisasi membrane dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Cam aka ion Ca++ akan termasuk ke sel B, merangsang granula yang berisi insulin dan kana terjadi sekresi insulin dengan peptide C, kecuali itu sulfonylurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

Farmakokinetik :Berbagai sulfonilurea mempunyai sifat kinetik berbeda, tetapi absorbsi melalui saluran cerna cukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorbsi. Untuk mencapai kadar optimal di plasma, sulfonylurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila di minum 30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90%- 99% terikat protein plasma terutama albumin ; ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar untuk gliburid.

Masa paruh dan metabolism sulfonilurea generasi I sangat bervariasi. Masa paruh asetoheksamid pendek tetapi metabolit aktifnya, 1-hidroksi-heksamid masa paruhnya lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama dengan tolbutamid dan tolazamid. Sebaiknya sediaan ini diberikan dengan dosis terbagi. Sekitar 10% dari metabolitnya diekskresi melalui empedu dan keluar bersama tinja.

Klorpropamid dalam darah terikat albumin, masa paruhnya panjang, 24-48 jam, efeknya masih terlihat beberapa hari setelah obat dihentikan. Metabolismenya di hepar tidak lengkap, 20% diekskresi utuh di urin.

Mulai kerja tolbutamid cepat, masa paruhnya sekitar 4-7 jam. Dalam darah 91%-96% tolbutamid terikat protein plasma, dan dihepar diubah menjadi karboksitolbutamid. Ekskresinya melalui ginjal.

Tolazamid, absorpsinya lebih lambat dari yang lain; efeknya pada glukosa darah belum nyata untuk beberapa jam setelah obat diberikan. Masa paruh sekitar 7 jam, dihepar diubah menjadi p-karboksitolazamid, 4-hidroksimetiltolazamid dan senyawa lain, yang diantaranya memiliki sifat hipoglikemik cukup kuat.

Sulfonilurean generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih besarDari generasi I. meski masa-paruhnya pendek, hanya sekitar 3-5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12-24 jam, sering cukup diberikan satu kali sehari. Alasan mengapa masa paruh yang pendek ini, memeberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui.

Glipizid, absorbsinya lengkap, masa-paruhnya 3-4 jam. Dalam darah 98% terikat protein plasma, potensinya 100x lebih kuat dari tolbutamid, tetapi efek hipoglikemik maksimalnya mirip dengan sulfonylurea lain. Metabolismenya di hepar, menjadi metabolit yang tidak aktif, sekitar 10% diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh. Gliburid (glibenklamid), potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekita 4 jam. Metabolismenya dihepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25% metabolitnya di ekskresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21% selama 1 tahun.

Karena semua sulfonylurea dimetabolisme dihepar dan di ekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.

Efek Samping : Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai dalam 3 4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat ini baik untuk menurunkan glukosa darah.

a. BiguanididSebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid yaitu Fenformin, Buformin dan Metformin. Tetapi yang pertama telah ditarik dri peredaran karena sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah Metformin. Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi turun.

Mekanisme Kerja : Mekkanisme kerjanya lain dengan sulfunilurea, Biguanid tidak bekerja melalui perangsangan insuin, tetapi langsung pada target organ. Obat ini tidak menurunkan glukosa pada orang normal, tetapi berpotensiasi dengan insulin. Pada penderita diabetes gemuk penggunaan biguanid menurunkan berat badan tetapi tidak pada orang normal. Penderita yang gagal diberikan Sulfonilurea masih bisa diberikan Biguanid.

Efek Samping: Metformin biasanya jarang memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :Gangguan pengecapanNafsu makan menurunMual, muntah

b. Penghambat Enzim a-GlikosidaseMekanisme Kerja :Obat golongan ini penghambat enzim @-glikosidase ini dapat memperlambat absorbs polisakarida(Starch), Dekstrin dan disakaridadi intestine. Dengan menghambat kerja enzim a-glikosidase di brush border intestine, dapat mencegah peningkatan glokusa plasma pada orang normal dan pasien DM. karena terjadinya tidak mempengaruhi sekresi insuin maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikomia . Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi dan pada DM usia lanjut atau DM yang glokusa postprandialnya sangat tinggi. Diklinik sering sering digunakan bersama antidiabetik oral lain dan atau insulin.

Obat golongan ini diberikan pada waktu mulai makan dan absorbis sangat lambat. Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.

Efek SampingObat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang kadang mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang

c. MeglitinidesRepaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme kerjanya sama dengan sulfonylurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda. Golonga AOD ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-independet di Sel B pancreas.Pada pemberian oral aborbsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam karenanya harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan. Metabolisme utamanyta diheppar dan metabolitnya tidak aktif sekitar 10% DIMETABOLISME DIGINJAL. Pada pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harusnyya diberikan hati hati.

Golongan Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secara cepat dan dalam waktu singkat.Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm) dan Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea, efek samping hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi.

d. ThiazolidinedionesObat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun. Selain itu, obat thiazolidinediones juga menjaga hati agar tidak banyak memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah obat ini biasa menurunkan trigliserida darah.

Efek SampingBeberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDiabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati.

Untuk Terapi Pengobatan Diabetes Melitus dilakukan 2 cara yaitu dengan Non Farmakologi dan Farmakologi. Untuk Farmakologi dibagi kembali menjadi 2 cara yaitu Dengan Insulin dan Pemberian AntiDiabetik Oral.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Azalia Dkk. 2014. Cara Mudah Belajar Farmakologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Mahar Mardjono. 2005. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : 2007.

Elin Yunlinah Dkk. 2008. Iso Farmakologi. Isfi: Jakarta

30