LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGUNAN DESA CINANJUNGLaporan Akhir
Praktikum Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi
Pembangunan yang telah dilakukan di desa CinanjungNama
KelompokKelas B
Nughraha Firdinansyah200110120060
Prelly Augustira
200110120061
Billy Mulyana
200110120063
Oktaviani Khairrunisa
200110120064
Sakpan Anugrah Isnaini200110120065
Muhamad Ramdhan
200110120067
Dolvino Mauludi A 200110120068
M Saeful Azi
200110120069
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Adanya komunikasi dalam mewujudkan suatu pembangunan atau lebih
dikenal sebagai komunikasi pembangunan sangat dibutuhkan untuk
menyumbang dan menerapkan ilmunya dalam ambil bagian menjawab
tantangan dan tuntutan pembangunan, terlebih di daerah pedesaan
yang umumnya sulit untuk menjangkau suatu pembangunan. Kegiatan
komunikasi di pedesaan berbeda dengan kegiatan komunikasi di
perkotaan. cara komunikasi di pedesaan untuk mencapai suatu
pembangunan salah satunya dapat dilakukan dengan adanya agen
pembaharu yang merupakan sebagai pemberi ide-ide baru atau gagasan
berupa inovasi yang dapat merubah keberlangsungan hidup mereka
menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, pada kali ini kita diberikan kesempatan untuk
dapat turun langsung ke suatu daerah untuk mengkaji
fenomena-fenomena yang nyata dalam kegiatan komunikasi pembangunan
pada masyarakat pedesaan yang bertempat didesa Cinanjung kabupaten
Sumedang. Yang dimana sebagian masyarakatnya berkerja sebagai
peternak disini kita dapat melihat sejauh mana keberhasilan dan
kesuksesan peran komunikasi pembangunan didaerah tersebut dalam
segi bidang perternakannya atau dapat saja apa yang menyebabkan
kurangnya keberhasilan pembangunan dalam desa tersebut sebagaimana
yang telah di bantu dengan campur tangan pemerintah atau adanya
agen pembaharu atau dari diri dalam masyarakat desa tersebut
sendiri. Pengembangan terhadap usaha-usaha yang sudah ada serta
pembuatan usaha-usaha baru dalam bidang pertanian peternakan inilah
yang harus direncanakan dalam upaya lebih menyejahterakan
masyarakat di desa tersebut
1.2. Tujuan Kegiatan
Pengaplikasian terhadap teori-teori yang telah didapt selama
perkuliahan
Untuk lebih memahami mengenai kegiatan komunikasi pembangunan
secara langsung dalam kehidupan Untuk mengetahui sejauhmana
keberhasilan atau kekurangan kegiatan komunikasi pembangunan yang
sudah ada disuatu desa
1.3. Waktu dan Tempat Kegiatan
Waktu: 8 November 2013
Tempat : Desa Cinanjung, Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
Sumedang
( kantor desa Cinanjung dan rumah bapak RT 08 desa Cinanjung
)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mempelajari konsep pembangunan akan memunculkan pertanyaan
tetang hakikat masyarakat yang baik, dan siapa yang harus
menentukan isi dan tujuan dari masyrakat. Istilah pembangunan
sering disederhanakan sebagai eufemisme untuk perubahan,
modernisasi, atau pertumbuhan. Pembagunan dalam arti umu adalah
usaha memajukan kehidupan masyrakat dan warganya. Rural development
adalah pembangunan perdesaan dalam arti luas. Community Development
memiliki dua unsur yaitu (1) Pembangunan Masyrakat Desa (Bagian
dari Rual Development). (2) Menujuk pada setiap usaha perbaikan
kualitas hidup masyrakat.
Pembangunan manusia atau human development adalah (1)
pembentukan kemampuan kemampuan manusia (human capabilities)
seperti dalam bidang kesehatan, pengetahunan, keterampilan. (2)
Penggunaan kemampuan yang telah diperoleh untuk kesejahteraan
manusia meliputi unusur yaitu menikmati hidup, keperluan produktif,
partisipasi dalam urusan social, budaya dan politik.
Definisi pembangunan
Sebagai alat adalah Perangkat upaya terencana dan sistematis
yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup warga
masyrakat. Sebagai proses adalah proses pertumbuhan dari suatu
keadaan yang tidak baik menuju keadaan yang lebih baik (sifatnya
dikehendaki dan direncanakan). Dan sebagai pertumbuhan dan
perubahan social adalah (1) pertumbuhan ekonomi (produksi dan
penggunaan sumber sumberdaya). (2) Perubahan social adalah
perubahan dasar kualitatif dan distributive di dalam struktur
masyrakat.
Kosep Normatif Pengetian pembagunan
Unsur normative adalah pilihan pilihan dan tujuan untuk mencapai
realisasi ptensi manusia atau adapun proses multi dimensi yang
mencakup perubahan perubahan dalam struktur social, sikap sikap
rakyat dan lembaga lembaga nasional, akselerasi pertumbuhan
ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequality) dan pemberantasan
kemiskinan (M Todaro 1977)
Dengan kosep normative pembangunan dapat meningkatkan kemampuan
orang untuk mempengaruhi masa depannya (being & doing = menjadi
& mengerjakan) Implikasinya ada lima yaitu :
1. Kapasitas (bangkitkan kemampuan optimal)
2. Equity (tumbuhnya keadilan & kemerataan)
3. Empowerment (penumbuhan kuasa & wewenang)
4. Sustainability (kelangsungan yang tertunjang)
5. Interdependesi (saling kebergantungan)(Bryant 7 White,
1987)
PENGERTIAN, FUNGSI DAN PRINSIP KOMUNIKASI
Pengertian komunikasi
Kumunikasi (communication) berasal dari kata latin yaitu
communis yang berati sama (maknanya sama). Communico, communication
atau communicare yang berate membuat sama (to make common). Adapun
arti komunikasi lain yaitu
Penyimpanan lambang lambang atau symbol dari sumber pesan ke
penerima pesan, sehingga tercapai pengertian bersama tentang tujuan
dan penggunaan lambang tersebut (Berlo, 1960)
Proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dimana semua
pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan,
sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua
pihak (schramm, 1977)
Bahasan lain tentang konsep teoritiskomunikasi pembangunanjuga
telah dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya melalui beberapa studi
mereka, diantaranya adalah:Studi Daniel LernerLerner dipandang
sebagai orang pertama yang melakukan studi mengupas tentang
hubungan komunikasi dengan pembangunan. Studinya tersebut
diterbitkan dengan judul The Passing of Traditional Society pada
tahun 1957. Menurutnya modernisasi suatu bangsa dimulai dari
terjadinya urbanisasi, kemudian urbanisasi akan meningkatkan melek
huruf, lalu meningakatkan penggunaan media, yang selanjutnya
meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Sebagai patokan bila
suatu negara mencapai tingkat urbanisasi 10% maka tingkat melek
huruf akan sama-sama meningkat bahkan hingga mencapai 25 % dan
demikian korelasi tertinggi dari konsumsi media adalah dengan
tingkat melek huruf.
Dikemukakannya pula bahwa sistem komunikasi merupakan indikasi
sekaligus agen dari proses perubahan sosial. Perubahan sistem
komunikasi masyarakat selalu berjalan satu arah, yaitu dari sistem
komunikasi oral (mulut ke mulut) ke media (yang menggunakan media).
Sistem komunikasi oral cocok digunakan masyarakat tradisional
sedangkan sistem komunikasi media cocok digunakan masyarakat
modern.
Studi Mc. ClellandStudi Mc Clelland berjudul The Achieving
Society, yakni tentang dorongan psikologis yang memotivasi suatu
masyarakat untuk mencapai kemajuan. Dari hasil studi tersebut Mc
Clelland memperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
Untuk memajukan suatu masyarakat harus dimulai dengan mengubah
sikap mental (attitude) para anggotanya.
Masyarakat yang membangun dan telah maju didorong oleh kebutuhan
untuk pencapaian sesuatu atau need for achievement (n/Ach) melalui
berbagai saluran komunikasi yang ada di tengah masyarakat.
Pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh percaya diri, berorientasi
ke depan, berkopentensi, menyukai risiko, dan lain-lain.
Studi Wilbur SchrammStudi Schramm terfokus pada kedudukan media
massa sebagai komunikasi yang terkait peranannya dengan
pembangunan. Dalam laporannya yang berjudul Mass Media and National
Development: The Role of Information in Developing Countries pada
tahun 1964, yang pada pokoknya mengemukakan bahwa media massa dapat
membantu dalam hal:
Menyebarluaskan informasi tentang pembangunan, yakni perlunya
keterangan mengenai pembangunan ke seluruh penjuru masyarat, karena
pada pokoknya untuk mengubah kehidupan seluruh lapisan
masyarakat.
Mengajarkan melek huruf serta keterampilan lainnya, yakni
melakukan cara-cara atau kegiatan yang lebih modern dibanding
cara-cara dahulu serta mampu melakukannya sendiri.
Masyarakat berkesempatan turut ambil bagian dalam pembuatan
keputusan di negaranya, yakni masyarakat perlu dimotivai untuk
mengubah nasibnya dan mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dari pendapat ini menunjukkan bahwa bagi masyarakat yang ingin
maju memerlukan wawasan yang luas sebagai titik tolak untuk
mendorong dan mengembangkan hasrat mengubah kehidupan ke arah
kemajuan. Perhatian masyarakat perlu difokuskan pada upaya
pembangunan sehingga diharapkan kreasi, aspirasi dan keikutsertaan
masyarakat dapat didayagunakan secara lebih bermanfaat.
Studi Inkeles dan SmithStudi kedua ahli ini berjudul Becoming
Modern: Individual Change in Six Developing Countries pada tahun
1962 hingga tahun 1964, yang memusatkan perhatiannya pada tingkat
individual. Temuan studi mereka tersebut mengemukan bahwa ciri-ciri
manusia modern diantaranya adalah:
Terbuka kepada pengalaman baru, artinya selalu berkeinginan
untuk mencari atau menemukan sesuatu yang baru.
Semakin tidak tergantung (independen) kepada berbagai bentuk
kekuasaan tradisional seperti suku, raja, dan sebagainya.
Percaya terhadap ilmu pengetahuan dan kemampuannya menaklukkan
alam.
Berorientasi mobilitas dan ambisi hidup yang lebih tinggi serta
memiliki hasrat untuk meniti tangga karir dan prestasi.
Memiliki rencana jangka panjang dan selalu merencanakan sesuatu
jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dicapai.
Berperan aktif dalam percaturan politik, yang ditandai dengan
bergabungnya dalam berbagai
organisasi, baik yang bersifat kekeluargaan maupun yang lebih
luas serta berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat setempat di
mana ia berada.
Kesimpulan dari studi Inkeles dan Smith terkait pula dengan
pertumbuhan ekonomi, yakni bahwa institusi permodernan seperti
media massa dan sekolah telah menciptakan manusia modern yang dapat
mengisi peran karir di berbagai institusi modern yang diperlukan
untuk pertumbuhan ekonomi. Meskipun pendidikan merupakan variabel
yang paling dekat korelasinya dengan kemodernan di tingkat
individual, makna yang sama juga berlaku pada media massa.
Studi Rogers dan ShoemakerRogers dan Shoemaker mengemukakan
Teori Difusi Inovasi. Teori ini mengkaji pesan-pesan berupa ide-ide
ataupun gagasan-gagasan yang baru, yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial.
Difusi inovasi sebagai suatu gejala kemasyarakatan berlangsung
seiring dengan perubahan sosial yang terjadi, dan perubahan sosial
pun memotivasi orang untuk menemukan dan menyebarluaskan hal-hal
yang baru.
Kehadiran inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama karena
terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat ataupun antara
suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Melalui
saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman,
penilaian, yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun
penolakan terhadap suatu inovasi.
Masyarakat yang menerima suatu inovasi tidak terjadi secara
serempak. Ada yang memang sudah menanti kedatangannya, karena
menyadari adanya kebutuhan dan ada yang baru menerima setelah
meyakini benar keuntungan-keuntungan inovasi bahkan ada pula yang
tetap bertahan atau menolak inovasi yang bersangkutan.Menurut Roger
dan Shoemaker (dalam Nasution, 1996:112), masyarakat yang menerima
inovasi dikelompokkan ke dalam beberapa golongan, sebagai
berikut:1. Inovator, yaitu mereka yang memang sudah pada dasarnya
menyenangi hal-hal yang baru, dan rajin melakukan
percobaan-percobaan.
2. Penerima dini (early adopters), yaitu orang-orang yang
berpengaruh, tempat teman-teman sekelilingnya memperoleh informasi,
dan merupakan orang-orang yang lebih maju dibanding orang
sekitarnya.
3. Mayoritas dini (early majority), yaitu orang-orang menerima
suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan
orang lainnya.
4. Mayoritas belakangan (late majority), yakni orang-orang yang
baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya
semua orang sekelilingnya sudah menerima.
5. Leggards, yaitu lapisan yang paling akhir menerima suatu
inovasi.
Dikemukannya pula bahwa dalam menerima suatu inovasi, biasanya
seseorang akan melalui sejumlah tahapan, sebagai berikut:
1. Tahap Pengetahuan. Tahap ketika seseorang sadar, tahu, bahwa
ada sesuatu inovasi.
2. Tahap Bujukan.Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan
atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah
diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.
3. Tahap Putusan. Tahap ketika seseorang membuat putusan apakah
menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.
4. Tahap Implementasi. Tahap ketika seseorang melaksanakan
keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi.
5. Tahap Pemastian. Tahap ketika seseorang memastikan atau
mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut.
Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yakni komponen
ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide
tadi). Setiap inovasi memiliki komponen ide, namun banyak juga yang
tidak mempunyai rujukan fisik. Penerimaan terhadap suatu inovasi
yang memiliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi berupa
tindakan (action), sedangkan untuk inovasi yang hanya mempunyai
komponen ide, pada hakikatnya penerimaannya lebih merupakan suatu
putusan simbolik
Cakupan Komunikasi
Lambang yang dipergunakan dalam komunikasi mencangkup:
Komunikasi verbal terdiri dari bahasa (bicara), tulisan,
cetakan, gambar, lukisan, dan lain lain.
Komunikasi non verbal terdiri dari ekspresi muka, kerdipan mata,
gerkan tangan /badan/ kepala, senyuman, bahasa diam, dan
sejenisnya.
Komunikasi warna terdiri dari tanda tanda lalu lintas, pakaian,
obat obatan dan lain lain.
Komunikasi bau bauan.
Gabungan dari dua atau lebih lambang lambang komunikasiLambang
lambang atau symbol ditangkap oleh pancaindra seperti penglihatan,
pendengaran, perasaam, dan penciuman. Makin banyakalat panca indera
dilibatkan, makin jelas makna yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Keterampilan memanipulasi lambang lambang tersebut akan
meningkatkan kedudukan (tingkatan orang tersebut).Tiga
Konseptualisasi Komunikasi
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah (statis)
Mengisyaratkan penyimpanan pesan searah dari sumber ke penerima,
baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media.
Definisi yang berorientasi sumber (source oriented definition)
sebagai tindakan yang disengaja (intentional act) untuk
menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator
(menjelaskan, membujuk).
Semua kegiatan komunikasi bersifat persuasive.
2. Komunikasi sebagai interaksi (bersifat mekanis)
Komunikasi sebagai suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi
yang arahnya bergantian
Masih berorientasi sumber
Mengabaikan kemungkinan yang berkomunikasi dapat mengirim dan
menerima pesan pada saat yang sama
Adanya konsep umpan balik (feed back)
3. Komunikasi sebagai transaksi (bersifat dinamis)
Komunikasi sebagai proses personal, karena makna atau pemahaman
yang diperoleh bersifat pribadi.
Komunikasi tidak dibatasi pada komunikasi yang disengaja atau
respon yang dapat diamati.
Definisi berorientasi penerima (receiver oriented
definition).
Komunikasi terjadi bila seseorang telah menafsirkan perilaku
orang lain baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbal.
Komunikasi pada dasar nya adalah suatu proses yang dinamis yang
secara sinambung mengunbah pihak pihak yang berkomunikasi.
Ragam Model Komunikasi
John Fiske (1990) menyebut ada dua mazhab utama yang tercermin
dalam model komunikasi. Pertama mazhab proses yang melihat
komunikasi sebagai transmisi pesan. Dalam mazhab ini mereka
tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi
pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana
transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi. Mazhab ini
cenderung membahas kegagalan komunikasi dan melihat ke tahap-tahap
dalam proses tersebut guna mengetahui di mana kegagalan tersebut
terjadi. Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan
pertukaran makna. Hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan
berinteraksi dengan orang-orang dalam menghasilkan makna.
Pada dasarnya model komunikasi juga mempunyai sifat dan fungsi
untuk menjelaskan suatu fenomena yang diamati. Terkadang ada
beberapa model yang tampak bertentangan, misalnya model S-R
(stimulus-respons) dan model interaksional. Kondisi ini disebabkan
karena adanya paradigma yang berbeda itu, sehingga ilmuwan sosial
yang berpandangan objektif/positivistik menganggap bahwa ada
keteraturan dalam perilaku manusia (manusia cenderung dianggap
pasif), seperti perilaku alam, tidak jarang menggunakan model
matematik, misalnya dalam bentuk hipotesis yang harus diuji melalui
perhitungan statistik.
Fidelity Komunikasi
Fidelity merupakan suatu tingkat ketetapan yang memperkenalkan
keberhasilan komunikasi antara sumber dan penerima pesan.
Unsur-unsur fidelity dan analisis fidelity menurut Model Berlo
(dalam Unang Yunasaf 2013:26) menjelaskan ada empat yaitu :BAB
III
KAJIAN INFORMASI UMUMPada tanggal 8 November 2013 dilaksanakan
interview dengan Pak Maman Abdrahman selaku narasumber, wakil
kepala desa. Informasi yang akan ditampung adalah informasi
mengenai perkembangan pembangunan di desa dan peternak desa yang
memelihara sapi perah, komoditas peternakan utama dalam desa
Cinanjung.
Desa Cinanjung merupakan desa yang nilai nilai norma
masyarakatnya masih mengandung adat tradisional namun dari beberapa
sisi sudah mengalami perkembangan cukup berarti yaitu ke arah
modern sehingga desa Cinanjung ini merupakan desa transisi antara
budaya tradisional dan modern. Dilihat dari perkembangannya
masyarakat Desa Cinanjung lebih terbuka terhadap inovasi dan
pemberdayaan dari pemerintah, namun efek dan hasil dari inovasi
tersebut masih belum dirasakan berarti oleh masyarakat Desa
Cinanjung, hal ini menyebabkan laju adopsi semakin menurun atau
relatif lambat.
Peran-peran pembangunan yang dijadikan acuan dalam pembangunan
masyarakatnya, ternyata masyarakat lebih banyak menunggu pemerintah
respon ketimbang proaktif atau inisiatif sendiri dalam pembangunan
secara berkala. Hal ini berkaitan dengan sebelumnya bahwa laju
adopsi inovasi semakin menurun atau lamban hal ini berkaitan dengan
proses keputusan inovasi opsional (ahli ahli sosiologi 1955),
ternyata masyarakat desa Cinanjung ini masih berada pada tahap
penilaian dan berada pada tahap mencoba (trial). Pada tahap
penilaian ini seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru itu
dihubungkan dengan situasi dirinya saat ini dan masa mendatang dan
menentukan untuk mencobanya atau tidak. Sedangkan pada tahap
mencoba atau trial seseorang menerapkan ide-ide baru dalam skala
kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi
dirinya. Masyarakat desa Cinanjung masih memilih dan mencoba apakah
inovasi yang diberikan oleh pemerintah terhadap mereka akan membawa
perubahan yang lebih baik atau tidak, hal ini berkaitan dengan
produksi olahan unggulan masyarakat desa Cinanjung yang banyak
disukai oleh masyarakat yaitu dodol susu. Tetapi, ada sebagian
masyarakat juga yang tidak cocok dengan inovasi tersebut, contohnya
adalah masyarakat yang beralih pekerjaan menjadi pekerja serabutan,
karena beternak tidak lebih besar gajinya dibandingkan dengan
bekerja sebagai buruh, padahal sudah banyak agen pembaharu seperti
penyuluh yang melakukan praktek langsung pembuatan pakan yang
ditujukan kepada masyarakat agar pakan yang dihasilkan tahan lama
dan meningkatkan produksi bobot badan pada sapi serta meningkatkan
produksi susu. Tetapi ada sebagian yang masyarakat yang menggunakan
teknik tersebut alhasil produksi susu sapi perahnya meningkat.
Dalam kenyataannya, data kumulatif keseluruhan produksi susu yang
telah dikumpulkan dari desa Cinanjung, ternyata tidak sesuai dengan
harapan, dari tahun ke tahun produksi susu segar semakin menurun.
Dari pernyataan di atas, informasi tersebut berkaitan erat dengan
paradigma keputusan inovasi. Yaitu tahap pengenalan, penyuluhan
yang berasal dari pemerintah dan mahasiswa diperkenalkan cara
beternak sapi secara baik, diperkenalkan cara menggunakan pakan
yang efisien. Tahap persuasi, masyarakat berkenan dan mau mengikuti
prosedur inovasi yang diberikan. Tahap keputusan, masyarakat mau
menerima inovasi tersebut karena ada keuntungan yang bisa
diperoleh. Tahap implementasi, pengaplikasian dari penyuluh
tersebut oleh masyarakatnya sendiri.Peran Pembangunan desa
Cinanjung ini berasal dari LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat).
Lembaga Pemberdayaan Mayarakat inilah yang menaungi perubahan apa
saja yang dibutuhkan serta sarana prasarana yang dibutuhkan namun
masyarakat juga ikut berperan dalam pembangunan desa secara gotong
royong. Contohnya adalah pembangunan jalan menjadi aspal yang turut
melibatkan masyarakat secara berkesinambungan dan pembersihan
lingkungan sekitar (kerja bakti) tiap RW dan RT. Biasanya
pembangunan secara gotong royong ini disebut pembangunan padat
karya.Pesan pembangunan yang diberikan oleh pemerintah selama ini
cukup dimengerti oleh masyarakat dan respon yang ditanggapinya
adalah respon positif. Saluran yang banyak digunakan dalam
mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan adalah melalui
sosialisasi secara langsung dan musyawarah masyarakat desa.
Biasanya musyawarah antara pihak pemerintah secara langsung dengan
masyarakat desa yang membahas mengenai dana untuk pembangunan dari
PERUM. Tetapi ada sebagian kecil masyarakat yang mengkonsumsi media
massa dan televisi radio koran dan lain sebagainya.Yang berperan
sebagai agen pembaharuan biasanya adalah ketua RW dan ketua RT,
memberikan pengarahan kepada masyarakat dala cara beternak yang
baik, mengayomi warganya, dan memberikan suatu respon persuasi agar
masyarakat turut serta dan mau untuk berkembang. Contohnya adalah
penjualan susu akan lebih menambah profit dan dinamis apabila susu
dijual ke KUD. Namun, KUD akhir akhir ini pengelolaannya tidak
sesuai dengan keinginan bersama masyarakat sehingga masyarakat
banyak yan beralih profesi dari peternak jadi buruh harian lepas
dan kerja serabutan. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi profesi
peternak yaitu sebagai berikut :
1. Penghasilan, Masyarakat yang berhasil mengembangkan produksi
ternak akan menghasilkan implikasi/hasil yang baik. Sehingga akan
menambah penghasilnnya dan terus bergelut dalam profesi ini. Namun
apabila terdapat masyarakat yang penghasilannya menurun, mereka
cenderung berpindah profesi/beralih profesi mencari pekerjaan
lainnya yang dianggap lebih besar penghasilannya ketimbang
beternak. Biasanya Sarana Produksi Ternak (Sapronak) yang menjadi
kendala adalah mahalnya biaya pakan.
2. Harga hasil ternak di pasar, semakin tinggi hasil ternak
dipasaran maka semakin rendah masyarakat akan membeli ternak
tersebut. Apabila semakin rendah harga hasil ternak maka semakin
tinggi konsumsi masyarakat untuk hasil ternak.
3. Budaya Masyarakat, budaya atau kebiasaan pengaruhnya sangat
besar dalam pembangunan peternakan yang berkelanjutan. Semakin
tinggi ikatan kebudayaa tradisisionalnya maka semakin rendah
masyarakat dalam menanggapi inovasi.
Program yang dicanangkan pemerintah untuk pembangunan desa
antara lain:
P2P
Infrastruktur Jalan
Pilihan Caleg
BAB IVKAJIAN KHUSUS
Desa Cinanjung merupakan desa dengan karakteristik
matapencaharian penduduknya berupa pertanian dan peternakan.
Komoditas utama peternakan di desa ini adalah komoditas ternak
sapi, terutama sapi perah. Masyarakat Desa Cinanjung membuat sebuah
kelompok ternak sapi perah sebagai cara untuk mempermudah dalam
berternak.
Salah satu ketua kelompok ternak perah di Desa Cinanjung sebut
saja Bapak Ood dari RW 08. Berdasarakan arahan beliau bahwa di RW
08 ada dua kelompok ternak sapi perah yang beberapa diantaranya
merupakan tetangga dan Pak Wahyu adalah salah satu ketua RT di RW
08 yang merupakan peternak sapi perah aktif di keanggotaan kelompok
peternak sapi perah di RW 08.
Pak Wahyu menuturkan bahwa dalam satu kelompok ternak terdapat
30 orang anggota. Jika terdapat informasi dari pemerintah, maka
ketua akan mengetahuinya terlebih dahulu lalu akan diberitahukan
kepada anggotanya baik secara musyawarah maupun secara
perorang.
Kelompok ternak sapi perah di Desa Cinanjung RW 08 bekerjasama
dengan KUD Tandang Sari yang ada di Tanjung Sari. KUD Tandang Sari
memberikan fasilitas terhadap anggota peternaknya diantaranya
memberikan IB (inseminasi buatan) dan sebagai tempat pengumpulan
susu maupun feses serta memberikan pelatihan kepada anggota
ternak.
Pak Wahyu mengungkapkan bahwa dilingkungan RT ini sering
dijadikan tempat observasi mahasiswa baik dari bidang peternakan
maupun bidang lainnya. Pak Wahyu sendiri mengungkapkan bahwa asal
mula berdirinya kelompok ternak sapi perah ini merupakan program
dari pemerintah. Program ini dilakukan dengan cara memberikan modal
berupa bibit sapi kepada para warga yang siap untuk memelihara sapi
perah tersebut. Bibit tersebut berupa sapi pedet yang siap di IB.
Kisaran harga sapi pedet tersebut kala itu berkisar tujuh juta
rupiah per ekor.
Adapun untuk tahun-tahun terakhir, belum ada lagi bantuan dari
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Bantun awal berupa tujuh
ekor sapi pedet untuk satu kelompok peternak kini hanya ada dua
ekor per peternak. Penurunan jumlah ternak disebabkan para peternak
merasakan beban yang berat untuk membeli pakan yang kian tahun
terus bertambah mahal, sehingga biaya produksi meninggkat tetapi
harga jual sapi maupun susu tidak sebanding. Pak Wahyu juga
menjelaskan bahwa faktor mahalnya pakan konsenttrat menjadi
kendala, karena jika tidak menggunakan pakan berupa konsentrat maka
produksi akan menurun. Hal tersebut yang membuat para peternak ada
yang mundur tidak meneruskan merawat sapi-sapinya. Perhatian dirasa
kurang memperhatikan para peternak dilihat dari kebijakan yang
tidak langsung menyentuh para peternak kecil, ungkap Pak Wahyu.
Kami pun mengidentifikasi dari segi ilmu komunikasi pembangunan,
hal apa yang membuat program dari pemerintah tersebut dapat
berlangsung baik atau tidak bagi masyarakat utamanya masyarakat RW
08 Desa Cinanjung.
Pertama. Masyarakat belum mersakan beragam jenis komunikasi
pembangunan seperti Pendidikan non formal, Community Development,
dan Penyuluhan Pertanian/Peternakan. Ketiga ragam komunikasi
pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat.
Masyarakat Desa Cinanjung kurang mendapatkan inovasi ataupun
informasi pendidikan dalam bidang peternakan melalui Penyuluhan
Pertanian/Peternakan. Penyuluhan Pertanian/Peternakan merupakan
jenis khusus pendidikan pemecah masalah yang berorientasi pada
tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemontrasikan dan memotivasi,
tapi tidak melakukan pengaturan dan tidak melaksanakan program non
edukatif.
Kedua. Masyarakat Desa Cinanjung kurang merasakan apa yang
disebut Chanel dalam model komunikasi menurut Berlo. Chanel
merupakan saluran atau media untuk menyalurkan pesan berupa inovasi
kepada receiver yaitu para peternak. Chanel sendiri bias berupa
seeing (melihat peraga), hearing (mendengarkan), touching (mencoba
inovasi), atau testing (merasakan inovasi). Chanel atau media
penyampaian inovasi sangat berpengaruh kepada fidelity komunikasi
pada akhirnya.
Adapun faktor yang menyebabkan kegagalan dalam program tersebut
dapa terlihat dari fidelity sumber, fidelity penerima, fidelity
pesan dan fidelity saluran. Fidelity sumber dipengaruhi oleh
keterampilan berkomunikasi dan tingkat pengetahuan dari penyuluh
yang masuk ke Desa Cinanjung. Fidelity penerima dipengaruhi oleh
keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan masyarakat
dalam menerima inovasi. Fidelity pesan dipengaruhi oleh isi pesan/
materi yang hendak disampaikan, kode pesan/pemilihan sekumpulan
symbol yang akan digunakan dalam pesan dan perlakuan isi
pesan/keputusan yang akan diambil untuk menyatakan isi pesan dan
kode pesan. Fidelity saluran dipengaruhi oleh media pengantar pesan
yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Dari paparan diatas perlu adanya peningkatan penyuluhan
peternakan kepada masyarakat Desa Cinanjung RW 08 terutama dalam
bidang peternakan sapi perah. Hal seperti Chanel atau media
penyampaian pesan perlu diperhatikan nantinya oleh penyuluh karena
dapat membantu meningkatkan fidelity komunikasi ketercapaian
komunikasi. Sehingga tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan demi peningkatan hidup masyarakat Desa Cinanjung
tercapai.BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Masyarakat desa Cinanjung merupakan desa Komoditas Peternakan
Sapi Perah, pengembangan konsentrasi Sapi Perah ini sangat
berkaitan erat dengan komunikasi antara masyarakat dengan
pemerintah maupun masyarakat itu sendiri, Komunikasi dalam
Pembangunan sangat membantu masyarakat dalam pembangunan komoditas
Peternakan Sapi Perah
Tingkat keberhasilan dan kegagalan dari peternakan sangat
dipengaruhi oleh konsep fidelity namun dengan hasil observasi yang
telah kami lakukan kami melihat keberhasilan Peternakan Sapi perah
Khusus RW 08 desa Cinjanjung dipengaruhi oleh fidelity pesan
(massage), sumber (source), namun ketidakberhasilan banyak
dipengaruhi oleh masyarakat itu sendiri (penerima) karena banyak
masyarakat yang kurang tanggap dan banyak yang menolak inovasi dari
luar, effect yang ditimbulkan, dan media massa.
5.2 Rekomendasi
Seharusnya masyarakat desa Cinanjung lebih pro aktif dalam
membangun peternakan yang berkelanjutan dan mau untuk
mengaplikasikan hasil inovasi yang sudah dikomunikasikan oleh
penyuluh. Selain itu, peran pemerintah perlu ditingkatkan lagi
dalam memberikan pengetahuan dalam masyarakat dalam beternak sapi
Perah agar masyarakat tahu, karena selama ini sangat minim sekali
penyuluh untuk memberikan pengetahuan tentang peternakan kepada
mayarakat, masyarakat seyogyanya memahami keberhasilan peternakan
bukan hanya saja menjadi tanggung jawab sendiri atau perorangan
tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Rekomendasi lainnya adalah
membuat program kerja wajib dari kelompok ternak yaitu membuat
produk hasil olahan ternak baik itu olahan susu, olahan daging
ternak ayam.DAFTAR PUSTAKA
Jamias, F. J. 1985. Komunikasi Pembangunan. Dewan Bahasan dan
Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur.
Soekartawi. 1998. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press,
Jakarta.
Yunasaf, unang. 2012. Komunikasi Pembangunan. Jatinangor.