BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKomunikasi merupakan suatu
proses timbal balik yang terjadi antara pengirim dan penerima
pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang mengirim pesan,
isi pesan, serta orang yang menerima pesan. Antara si pengirim
pesan maupun si penerima pesan saling mempengaruhi. Orang yang
menerima pesan akan menjawab atau memberi reaksi terhadap
pengiriman pesan, sehingga terjadi interaksi antara pengirim pesan
dan penerima pesan.Gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup
masalah, yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan
bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan
mengeluarkan suara, afasia ( kesulitan manggunakan kata-kata,
biasanya karena ada memar atau luka di otak ) dan keterlambatan di
dalam berbicara atau berbahasa. Masing- masing gangguan ini
mempengaruhi fungsi akademik, atau pekerjaan, atau kemampuan untuk
berkomunikasi secara sosial. Penanganan pada gangguan komunikasi
umumnya dilakukan melalui terapi bicara dan koseling psikologis
untuk kecemasan social dan masalah- masalah emosional lainnya.
Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab
termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan
pendengaran.Manusia telah diberi anugerah dari Tuhan untuk mampu
berkomunikasi. Sepintas komunikasi merupakan suatu hal yang alamiah
yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Akan tetapi pada kenyataannya
tidak semua orang dapat melakukan komunikasi dengan baik, salah
satunya adalah anak yang memiliki gangguan komunikasi. Gangguan
komunikasi yang dialami anak akan mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan dan kemampuan anak, meskipun tidak seluruh aspek
pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan seseorang ditentukan oleh
kemampuan perilaku komunikasinya.Siapapun orangnya baik orangtua
maupun guru harus menyadari bahwa yang harus ditekankan adalah
kemampuan berkomunikasi tidak hanya bicara, tapi semua aspek
komunikasi. Aspek komunikasi meliputi kemampuan mendengar,
kemampuan menjawab, cara berkomunikasi, kemampuan memahami
kata-kata dan kemampuan menuangkan gagasan atau ide. Dengan
pemikiran seperti itu maka kita dapat melakukan berbagai hal untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi anak yang mengalami gangguan
komunikasi. Kita dapat mengembangkan kemampuan komunikasi anak
karena sesungguhnya mereka masih memiliki potensi untuk
berkomunikasi, misalnya dengan gerak tubuh atau dengan visualnya
(Williams dan Wright, 2004).
B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan gangguan
komunikasi ?2. Bagaimana ciri ciri anak yang mengalami gangguan
komunikasi ?3. Apa penyebab gangguan komunikasi pada anak ?4. Apa
saja jenis jenis gangguan komunikasi ?5. Bagaimana cara
berkomunikasi dan penyampaian ilmu pada anak yang mengalami
gangguann komunikasi ?6. Apa saja karakteristik gangguan komunikasi
dalam DSM V ?
C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat
memahami tentang :1. Definisi gangguan komunikasi2. Ciri ciri
gangguan komunikasi3. Penyebab gangguan komunikasi4. Jenis jenis
gangguan komunikasi5. Cara komunikasi dan penyampaian ilmu pada
anak yang mengalami gangguan komunikasi6. Karakteristik gangguan
komunikasi dalam DSM V
BAB IIPEMBAHASANA. Definisi Gangguan KomunikasiKomunikasi
merupakan suatu proses timbal balik yang terjadi antara pengirim
dan penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang
mengirim pesan, isi pesan, serta orang yang menerima pesan. Antara
si pengirim pesan maupun si penerima pesan saling mempengaruhi.
Orang yang menerima pesan akan menjawab atau memberi reaksi
terhadap pengiriman pesan, sehingga terjadi interaksi antara
pengirim pesan dan penerima pesan.Sedangkan, Gangguan Komunikasi
(Communication Disorders) adalah sekumpulan gangguan psikologis
yang ditandai dengan kesulitan- kesulitan dalam pemahaman atau
penggunaan bahasa. Kategori- kategori dari gangguan komunikasi
adalah gangguan bahasa ekspresif, gangguan bahasa campuran
reseptif- ekspresif, gangguan fonologis dan gagap. Masing- masing
gangguan ini mempengaruhi fungsi akademik, atau pekerjaan, atau
kemampuan untuk berkomunikasi secara sosial.Penanganan pada
gangguan komunikasi umumnya dilakukan melalui terapi bicara dan
koseling psikologis untuk kecemasan social dan masalah- masalah
emosional lainnya.Hal yang perlu ditekankan adalah kemampuan
komunikasi tidak hanya kemampuan bicara tapi juga termasuk semua
aspek komunikasinya. Aspek komunikasi itu sendiri meliputi
kemampuan mendengar, kemampuan menjawab, cara berkomunikasi,
kemampuan memahami kata-kata dan kemampuan menuangkan gagasan atau
ide. Dengan demikian kita dapat membantu mengembangkan kemampuan
komunikasi anak yang mengalami gangguan komunikasi karena
sesungguhnya mereka masih memiliki potensi untuk berkomunikasi,
misalnya dengan gerak tubuh atau dengan visualnya (Williams dan
Wright, 2004).B. Ciri Ciri Gangguan KomunikasiAnak berkebutuhan
khusus biasanya diikuti dengan beberapa karakteristik atau
ciri-ciri sesuai dengan gangguan yang di alami, bagi anak yang
mengalami gangguan komunikasu terdapat 8 ciri-ciri, yaitu :1.
Menurut Hallahan dan Kaufan (2006) dalam buku yang ditulis oleh
Frieda menjelaskan bahwa anak yang mengalami gangguan komunikasi
adalah mereka yang tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi
dengan orang-orang dilingkungannya dengan tujuan bersosial. 2.
Sewaktu kecil, gumaman yang biasanya muncul ketika anak sudah mulai
atau sebelum dapat bicara tidak muncul. Ini terjadi pada anak yang
terdiagnoasa autisma.3. Berbicara tapi ada hal yang abnormal dari
segi intonasi, rate, volume dan isi bahasanya. Misalnya bicara
seperti robot, mengulang-ulang perkataan yang didengar, sulit
menggunakan bahasa karena mereka tidak sadar dengan reaksi
pendengarnya.4. Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada
mereka. Sulit memahami bahwa satu kata memiliki makna atau banyak
arti.5. Meggunakan kata-kata yang aneh, seperti ketika melihat
mobil mereka mengatakan empat.6. Terus mengalami
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meskipun mereka sudah tahu
jawaban dari pertanyaan tersebut. Contoh kecilnya adalah Ma, itu
kambing ya.?. Mereka tidak menghiraukan lawan bicaranya, yang jelas
mereka suka dengan topik pembahasan yang diangkat dan tidak jarang
memperpanjang pembicaraan.7. Sering mengulang-ngulang kata-kata
yang baru atau pernah mereka dengar tanpa ada maksud untuk
berkomunikasi sama sekali. Mereka sering berbicara dengan diri
mereka atau benda yang disukai dengan bahasa mereka sendiri.8.
Menarik diri dari lingkungan yang mereka tinggali, tidak paham
dengan pembicaraan yang didengarnya, kesulitan dalam mengolah
kata-kata.9. Memiliki gangguan komunikasi non verbal. Tidak pernah
menggunakan gerak tubuh ketika berbicara layaknya orang-orang
normal lain yang secara spontan terlihat ketika mereka
berbicara.10. Pada gangguan lain, gangguan komunikasi biasanya
terjadi kepada orang-orang yang tuna wicara yang memang tidak
pernah tahu atau kesulitan untuk menyebut kata-kata ketika
berkomunikasi karena adanya gangguan saraf yang mengontrol
komunikasi verbal manusia.Anak BK sebenarnya sangat banyak
mengalami gangguan komunikasi baik dengan skala besar maupun kecil
meskipun dengan gangguan komunikasi tertentu. Misalnya anak
retardasi mental, autis, tuna wicara dan tuna-tuna yang lain.
Gangguan komunikasi pada anak autisma misalnya yang paling banyak
disoroti karena mereka sangat jauh dengan dunia sosialnya, dunia
mereka yang kemungkinan besar membuat mereka hanya merasa nyaman
jika berada disana. Dengan demikian, hampir semua ABK mengalami
gangguan komunikasi, baik itu retardasi mental dan gangguan yang
lain.C. Penyebab Gangguan KomunikasiPenyebab kelainan komunikasi
adalah sangat kompleks. Meskipun kebanyakan anak-anak dievaluasi
dalam konteks sistem pendidikan mempunyai kelainan komunikasi
fungsional, tetapi pengenalan faktor-faktor penyebab lainnya yang
bersifat organik sangat penting diketahui oleh para guru. Penyebab
dapat termasuk di dalamnya ketidaknormalan sebelum lahir,
kecelakaan prenatal, tumor, dan masalah dengan sistem syaraf atau
otot, otak, atau mekanisme bicara itu sendiri. Pengaruh dari agen
yang mempengaruhi embrio atau janin, termasuk sinar x, virus,
obat-obatan, dan racun lingkungan dapat juga meneyebabkan kelainan
yang dibawa sejak lahir. Dalam enam minggu pertama sampai dua belas
minggu kehidupan janin, banyak organ tubuh sedang dibentuk. Apabila
ada agen yang merusak satu organ, maka dapat berpengaruh terhadap
berbagai sistem perkembangan secara terus menerus (Northon,
1996).Gangguan komunikasi pada anak dapat disebabkan karena adanya
gangguan pada masalah memproduksi kata-kata karena motoric mulut,
gangguan system pernafasan, gangguan pendengaran sehingga tidak
dapat mendengar apalagi mengingat kata-kata dengan jelas, tidak
memahami arti kata dan mengasosiasikan dengan situasi serta keadaan
lingkungan yang tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara
atau mengembangkan kemampuan berbicarannya.Serta fisiologis
gangguan yang akan mengakibatkan tidak lancarnya komunikasi yaitu
:1. Kondisi organ bicara mengalami kerusakan (bibir, gigi, pita
suara, langit-langit keras atau lunak, rongga mulut, hidung
tenggorokan).2. Organ pendengaran yang berfungsi sebagai transmisi
rangsang bunyi dari lingkungan dan diteruskan keotak untuk menerima
pesan tidak berfungsi dengan baik.3. Persyarafan pusat yang
berfungsi untuk mengkoordinir sensorimotoris dalam berkomunikasi
berfungsi untuk mendasari pikiran dan organ pola tindakan juga
tidak berfungsi dengan baik.Secara psikologis gangguan yang
mengakibatkan tidak lancarnnya komunikasi yaitu :1. Kecerdasan yang
rendah yang mengakibatkan keterlambatan dalam perkembangan
bahasa.2. Minat yang kurang pada lingkungan yang dilihat dan
didengarnya.3. Tidak adannya dukungan dari lingkungan mengakibatkan
tidak adannya stimulus untuk berinteraksi dan mengakibatkan
gangguan dalam berinteraksi dan komunikasi.4. Masalah emosi anak,
seperti anak yang menghadapi perceraian orang tuannya.
D. Jenis jenis Gangguan Komunikasi1. Gangguan BahasaBahasa
adalah ujaran dan bukan tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah
pertama bahasa, yakni bahasa adalah lambang bunyi. Ganguan bahasa
merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam komunikasi
dengan indikasi klien yang mengalami kesulitan atau kehilangan
dalam proses simbolisasi. Kesuliatan simbolisasi ini mengakibatkan
seseorang tidak mampu memberikan simbol yang diterima dan tidak
mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang
dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya. Beberapa
bentuk gangguan bahasa adalah sebagai berikut:a. Keterlambatan
dalam perkembangan bahasaAdalah salah satu bentuk dalam kelainan
bahasa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan
perkembangannya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal
seusiannya.Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan
karena keterlambatan mental intelektual, ketunarunguan, congenital
aphasia, autisme, disfungsi neurologis dan kesulitan belajar.
Anak-anak yang mengalami sebab-sebab tersebut di atas cenderung
terlambat dalam perkembangan kemampuan bahasa , sehingga anak
mengalami kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi.
Gangguan tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses
pemerolehan bahasa, diantaranya kurang perhatian terhadap minat
rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah beralih,
konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus
asa, kreatifitas dan daya khayalnya kurang, serta kurangnya
pemilikan konsep diri.b. AfasiaAfasia adalah salah satu jenis
kelainan bahasa yang disebabkan adanya kerusakan pada pusat-pusat
bahasa di cortex cerebri. Kerusakan pada pusat-pusat yang dialami
oleh anak disebut afasia anak. Dan kerusakan pusat yang dialami
oleh orang dewasa disebut afasia dewasa. Secara klinis afasia
dibedakan menjadi :1) Afasia SensoriaKelainan ini ditandai dengan
kesulitan dalam memberikan makna rangsangan yang diterimanya.
Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan
dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi.Seorang aphasia
dewasa akan kesulitan untuk menyebutkan kata buku walau di
hadapannya ditunjukan benda buku. Klien dengan susah menyebut busa.
bulu,bubu (klien nampak susah dan putus asa). Untuk aphasia
auditory, klien tidak mampu memberikan makna apa yang didengarnya.
Ketika ditanya, apakah bapak sudah makan?. Maka jawabannya adalah
piring.piring meja.. yaya..2) Afasia MotorisKelainan ini ditandai
dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun fikiran,
perasaan dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti
oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar, terputus-putus dan
ucapannya sering tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur
kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini
mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya,
hanya saja untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan.Seorang
aphasia dewasa berumur 59 tahun, kesulitan menjawab, rumah bapak
dimana?, maka dengan menunjuk ke arah barat , dan dengan kesal
karena tidak ada kemampuan dalam ucapannya. Jenis aphasia ini juga
dialami dalam menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebur
dengan disgraphia (agraphia).3) Afasia KonduktifKelainan ini
ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi
bahasa. Pada ucapan kalimat-kalimat pendek cukup lancar, tetapi
untuk kalimat panjang mengalami kesulitan.4) Afasia
AmnestikKelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan
menggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol yang dipilih
yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan
dengan aktivitas kehidupan. Misalnya apabila mau mengatakan kursi
maka diganti dengan kata duduk.2. Gangguan bicaraPerkembangan
bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara.
Perkembangan bahasa seseorang akan mempengaruhi perkembangan
bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
lingkungan dimana anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah
satu jenis kelainan atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai
dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara. Kelainan
proses produksi menyebabkan kesalahan artikulasi fonem, baik dalam
titik artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi
kesalahan seperti penggantian /substitusi atau penghilangan /omosi.
Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya
dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu :a. DisaudiaDisaudia adalah satu jenis gangguan bicara
yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut
menyebabkan kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas
dan kualitas bunyi bicara, sehingga pesan bunyi yang tidak sempurna
dan mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut
sering dipergunakan dalam berkomunikasi. Misalnya kata /kopi/, ia
dengar /topi/, kata /bola/, ia dengar /pola/. Anak yang mengalami
gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi,
ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat
penegasan, makna tanda seru dalam kalimat. Umumnya anak dengan
disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat
yang telah dikuasainya. Namun tidak semua lawan bicaranya dapat
menerima sehingga komunikasi secara global terganggu.b.
DislogiaDislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang
disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan
di bawah normal. Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi
disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi benda
terutama bunyi-bunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan tapi,
kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan
penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan
kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/,
/ibu pergi ke pasar/ diucapkan / bugi.cal/.c. DisartriaDisartria
diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya
kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot
alat-alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan
syaraf pusat. Disartria ada beberapa jenis, yaitu:1) Spastic
DisartriaKetidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan
otot-otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan
terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara
secara biasa.2) Flaksid DisartriaKetidakmampuan bicara akibat layuh
atau lemahnya otot-otot organ bicara, sehingga tidak mampu
berbicara seperti biasa.3) Ataksia DisartriaKetidakmampuan bicara
karena adanya gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi,
artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai
kata/kalimat.4) Hipokinetik DisartriaKetidakmampuan dalam
memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otot-otot
organ bicara terhadap rangsangan dari pusat/cortex. Ditandai dengan
tekanan dan nada yang monoton.5) Hiperkinetik
DisartriaKetidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi
akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai
dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga
muncul kenyaringan.
d. DisglosiaDisglosia mengandung arti kelainan bicara yang
terjadi karena adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara.
Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ
artikulasi yaitu:1) Palatoskisis: sumbing langitan2) Maloklusi :
salah temu gigi atas dan gigi bawah3) Anomali: kelainan atau
penyimpangan/cacat bawaan misalnya bentuk lidah yang tebal, tidak
tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.e. Dislalia Yaitu gejala
gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam memperhatikan
bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga tidak mampu membentuk
konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi /kaman/ atau /nakam/3.
Gangguan SuaraGangguan pada proses produksi suara merupakan salah
satu jenis gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi:a.
Kelainan Nada Gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu
ponasi yang berakibat pada gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada
tinggi, nada rendah, nada datar, dwinada, suara pubertas.b.
Kelainan kualitas suara Yaitu gangguan suara yang terjadi karena
adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat
adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan suara yang
biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu,
preathiness, hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.c.
AfoniaYaitu kelainan suara yang diakibatkan ketidakmampuan dalam
memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali karena
kelumpuhan pita suara, histeria, pertumbuhan yang tidak sempurna
atau karena suatu penyakit.
4. Gangguan IramaYaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya
ketidaklancaran pada saat berbicara, meliputi:a.
StutteringStuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran
berbicara berupa pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan
ketidakmampuan untuk memulai pengucapan kata.b.
ClutteringCluttering merupakan ganguan kelancaran bicara yang
ditandai bicara yang sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan
artikulasi sehingga sulit dimengerti.Terdapat 3 type yaitu:1.
Distorsi : pengucapan yang tidak jelas2. Substitusi : penggantian
ucapan menjadi bunyi yang lain3. Omisi : penghilangan bunyi-bunyic.
PalilaliaKelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah
usia dewasa.Peranan Guru dalam mengatasi anak dengan gangguan
Komunikasi di Sekolah Reguler. Sekolah merupakan lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik , yang mempunyai
tujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan memperhatikan tahap
perkembangan dasar dan kesesuian dengan lingkungan, sehingga muncul
kemandirian.E. Cara Komunikasi dan Penyampaian Ilmu Pada Anak yang
Mengalami Gangguan Komunikasi1. Cara berkomuikasi dengan anak
gangguan komunikasibelajar berkomunikasi selalu menduduki peringkat
pertama yang harus dikuasai terlebih dahulu. Bahasa tutur boleh
jadi sulit sekali untuk dipelajari oleh anak dengan dengan gangguan
komunikasi. Oleh karena itu, cara mengajar berkomunikasi sebagai
berikut: a. Menunjukan sesuatu, b. Menggunakan alat bantu berupa
gambar-gambar, atau c. Menggunakan bahasa isyarat standar2. Pola
atau cara komunikasi dengan anak gangguan komunikasi, sebagai
berikut: a. Wajah yang terarah Dasar yang pertama dilakukan pada
umunnya ketika seseorang berbicara dengan orang lain adalah melihat
wajah lawan bicaranya, karena itu anak autis yang biasanya
kesulitan melakukan kontak mata, pertama kali latihlah ia untuk
melihat wajah dari lawan bicaranya. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk melatih anak melihat wajah : 1) Jangan mulai
pembicaraan sebelum anak melihat kepada anda 2) Dekatkan mainan
atau benda yang sangat disukai anak ke wajah anda sehingga anak
mengikutinya sebelum mulai berbicara 3) Setiap kali terjadi kontak
mata dengan anak anda meskipun tidak disengaja,usahakan untuk
melakukan suatu pembicaraan 4) Bermainlah ci luk ba untuk melatih
kesadaran anak dengan wajah orang lain di sekitarnya b. Suara yang
terarah Anak-anak autis seringkali tidak memahami makna dari bunyi
yang didengarnya, dan itu bunyi apa. Latihlah anak untuk sadar
dengan berbagai bunyi yang ada di sekitarnya dengan beberapa
aktivitas sebagai berikut : 1) Pekalah terhadap reaksi anak saat
mendengar bunyi tertentu, langsung tunjukan pada anak dimana sumber
bunyi tersebut berasal. 2) Mainkan bunyi-bunyian secara bergantian
dari berbagai arah, dan pancing anak untuk menemukan dari arah mana
sumber bunyinya.3) Biasakan anak bercakap-cakap dengan anda di
berbagai suasana, sepi atau ramai c. Suasana bersama antara anak
dengan orangtuanya Kemampuan berbahasa kita secara otomatis
berkembang ketika kita berada di tengah lingkungan yang terus
menerus menggunakan bahasa tersebut. Percakapan sehari-hari yang
kita dengar sejak bayi membuat kosa kata kita bertambah dengan
sendirinya tanpa ada yang mengajarkannya secara sengaja. Karena itu
percakapan antara anak dengan orang tua ata deungan orang lain yang
ada di sekitarnya sangat penting perannya dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa anak. Sering-seringlah mengajak anak berbicara
dalam situasi apapun. Ceritakan pada anak apapun, lepas dari ia
benar-benar mengerti atau tidak. Memang orang tua seringkali
terkesan cerewet dalam hal ini, tapi ini akan berdampak positif
untuk perkembangan bahasa dan wicara anak. d. Tanggapan terhadap
apa yang ingin dikatakan anak Kadang-kadang anak berusaha
mengatakan sesuatu, namun karena kemampuan wicara dan bahasanya
yang masih terbatas, ia hanya mengatakan dengan menggunakan
isyarat, eksspresi wajah, atau kata-kata yang tidak lengkap.
Misalnya saat ingin minum, anak hanya menunjuk sambil bilang
eeegghh...eghhh... saat reperti ini dibahasakanlah kehendak anak
dengan kalimat yang jelas : oohh andi ingin minum atau Andi haus
dan ingin minum dengan cangkir warna hijau e. Manfaatkan kepandaian
anak dalam meniru Anak memiliki kemampuan meniru sesuatu dengan
sangat baik. Ada baiknya kita memanfaatkan kemampuan ini dengan
memberikan model bahasa atau kata-kata yang sesuai. Misal dengan
menggunakan flashcard lalu kita mengucapkan nama gambar di dalam
flashcard. Lakukan sesering mungkin dan terus-menerus. Ajak anak
berbicara berdua dengan berbagai kalimat dalam suasana yang nyaman
sesering mungkin sehingga ia terdorong untuk mengingat dan meniru
kata-kata f. Berikan apresiasi positif atau inisiatif anak
bercerita Ketika anak menceritakan sesuatu tentang dirinya sendiri,
misalnya tentang mainannya, temannya atau apapun secara spontan,
selalu sempatkan untuk memberi tanggapan dengan bahasa indonesia
yang baik dan benar yang sering dipakai dalam percakapan
sehari-hari. Beri apresiasi atas apa yang diceritakan anak sehingga
anak termotivasi untuk berceritera kembali lain kali. Hindari sikap
mengabaikan atau komentar yang membuat anak merasa enggan untuk
berbicara lagi lain kali seperti adek berisik ah, mama jadi gak
bisa mikir nih. Apresiasi secara positif kemauan anak untuk
bercerita dan pancing dengan berbagai pertanyaan yang membuat anak
bercerita lebih banyak. Selingi aktivitas bercakap-cakap dengan
kegiatan yang menyenangkan seperti meminta anak menggambarkan
bentuk mainan yang diceritakannya, atau binatang yang dilihatnya,
memperagakan bagaimana kejadian yang dilihatnya tadi, agar anak
lebih bersemangat.
g. Kembangkan komunikasi yang penuh empati Biasakan juga untuk
melibatkan percakapan yang mewakili muatan emosi untuk
mengembangkan emosi anak terhadap sesuatu disekitarnya. Anak autis
seringkali kesulitan memahami apa yang ada di sekitarnya. Dengan
mengembangkan percakapan yang bermuatan emosi membantu anak
sekaligus untuk belajar peka dan memahami situasi disekitarnya,
misalnya : lihat kaki kucingnya terluka,pasti sakit sekali kakinya
ya, kasihan......, ayo kita obati atau adek tadi jatuh ya ?
kasihan, pasti sakit ya rasanya? Lain kali hati-hati ya ? h.
Berbicara benar dalam berbagai situasi Biasakan untuk melakukan
percakapan lengkap dengan anak dalam kondisi apapun, saat anak
bermain, di rumah, di sekolah, dalam kegiatan apapun yang sedang
dilakukan anak. Meskipun anak masih kesulitan mengucapkan kata atau
kalimat yang benar, teruslah berbicara pada anak dengan bahasa yang
baik dan benar. Hal ini akan menstimulasi otak anak untuk memodel
kalimat dan kata yang benar. Kalimat-kalimat yang kita ucapkan
menjadi input di otak anak untuk direkam dan dikeluarkan kembali
pada saat ia berbicara nantinya. i. Permainan tiba-tiba Permainan
tiba-tiba merupakan permainan tidak terencana tapi mengasyikan,
karena mengajari anak berbicara dari apa yang menarik perhatian
anak saat itu. Misalnya anak tertarik pada kaleng berkas yang
kebetulan tergeletak di lanlai. Lantas anak mengambil, membuka dan
menutup kaleng tersebut. Kesempatan ini dapat digunakan oleh orang
tua atau terapis untuk mengajari konsep buka atau tutup. Caranya,
orang tua atau terapis menutup kaleng sambil mengatakan, tutup.
Lantas penutup kaleng tersebut diberikan kepada anak. Kemudian
minta anak untuk mengikuti apa yang dilakukan sebelumnya. Atau,
bisa juga menggunakan kaleng lain, agar orang tua atau terapis dan
anak melakukan permainan ini secara bersamaan.
Jadi, Pola atau cara orang tua melakukan komunikasi dengan anak
di rumah adalah melalui latihan kepatuhan kemudian diikuti dengan
kontak mata melalui tatacaranya masing-masing dan bila dua hal itu
terjadi anak akan diberikan imbalan seperti pujian dan pelukan,
belaian baru dilanjutkan dengan melafalkan huruf-huruf atau
bertanya siapa namanya, sedang buat apa atau mengajak anak
bernyanyi lagu-lagu yang pendek bahkan dalam bidang akademik anak
diajar menulis, membaca dan berhitung dan bila berhasil dilakukan
oleh anak akan diikuti dengan imbalan seperti pujian.
F. Karakteristik Gangguan Komunikasi dalam DSM VYang termasuk
kedalam gangguan komunikasi diantaranya adalah kurangnya kemampuan
dalam bahasa, berbicara dan komunikasi ;Kemampuan berbicara adalah
bentuk ekspresi dari hasil bunyi yang termasuk didalamnya
artikulasi individu, kelancaran, suara dan kualitas
resonansi.Bahasa meliputi bentuk, fungsi dan sistem penggunaan
simbol yang lazim digunakan untuk komunikasi.Komunikasi termasuk
diantaranya perilaku verbal atau non verbal yang mempengaruhi
perilaku, pikiran atau sikap seseorang dengan orang lain.Berbagai
diagnosis kategori gangguan komunikasi diantaranya : Gangguan
bahasa, Gangguan suara, Gagap pada masa kanak-kanak, Gangguan
komunikasi sosial, serta gangguan komunikasi tertentu dan yang
tidak ditentukan lainnya. 1. Language Disordera. Kesulitan yang
sifatnya terus menerus dalam menerima dan menggunakan bahasa saat
melakukan banyak hal (berbicara, menulis, bahasa isyarat dan
lainnya) karena kurangnya pemahahan atau produktivitasnya yang
diantaranya meliputi :1) Pengurangan kosa kata 2) Struktur kalimat
yang terbatas 3) Kelemahan dalam percakapanb. Kemampuan bahasa yang
pada hakikatnya dan secara terukur berada dibawah apa yang
seharusnya terjadi pada usia tertentu, yang menghasilkan
keterbatasan dalam berkomunikasi yang efektif, partisipasi sosial,
prestasi akademik atau kinerja pekerjaan, terjadi secara individu
ataupun dalam bentuk gabungan.c. Munculnya gejala-gejala pada awal
masa perkembangan.d. Kesulitan yang dialami tidak disebabkan karena
kelemahan atau kerusakan pendengaran ataupun kemampuan sensoris
lainnya, tidak karena ketidak berfungsian motorik atau kondisi
medis dan neurologi lainnya, serta dijelaskan sebagai gangguan
intelektual atau keterlambatan perkembangan global.2. Speech Sound
DisorderKriteria Diagnostik untuk Gangguan Kemampuan Berbicara :a.
Kesulitan dalam mengeluarkan suara sehingga mengganggu kejelasan
suara atau menghalangi komunikasi pesan verbal.b. Gangguan
berbicara menyebabkan keterbatasan dalam komunikasi yang efektif
yang mengganggu partisipasi sosial, prestasi akademik atau kinerja
kerja, secara individual atau dalam kombinasi apapun. c. Timbulnya
gejala dalam periode awal perkembangan. d. Gangguan berbicara tidak
disebabkan atau didapat dari kondisi bawaan seperti kelumpuhan pada
otak, bibir sumbing, tuli atau gangguan pendengaran, cedera otak
traumatis atau neurologis atau kondisi medis lainnya.3.
Childhood-Onset Fluency Disorder (Stuttering)Kriteria Diagnostik
untuk Gangguan Kefasihan Kata Pada Anak-anak (Gagap):a. Gangguan
kelancaran kata tidak sesuai untuk usia yang pada umumnya sudah
mampu untuk berbicara normal dan kemampuan bahasa pada individu ini
biasanya bertahan dari waktu ke waktu dan sering ditandai dengan
satu kejadian (atau lebih), seperti berikut; 1) Penggulangan suara
pada suku kata. 2) Perpanjangna suara pada konsonan maupun vocal.3)
Pemutusan kata (misalnya, jeda dalam kata) 4) Hambatan yang
terdengar atau tenang (ada atau tidaknya jeda dalam berbicara).5)
Pemakaian kata-kata yang terlalu banyak (substitusi kata untuk
menghindari kata-kata bermasalah).6) Menghasilkan kata-kata yang
berlebihan akibat ketegangan fisik yang berlebihan.7) Pengulangan
seluruh kata yang bersuku (misalnya, aku-aku-aku-aku melihatnya).b.
Gangguan kelancaran kata ini menyebabkan kecemasan atau
keterbatasan berbicara dalam komunikasi yang efektif, partisipasi
sosial, atau kinerja akademis atau pekerjaan, baik secara individu
atau dalam kombinasi apapun. c. Timbulnya gejala pada periode awal
perkembangan. d. Gangguan kelancaran kata tidak disebabkan oleh
kemampuan bicara motorik dan sensorik, ketidaklancaran yang
berhubungan dengan kondisi neurologis (misalnya, stroke, tumor,
trauma) atau kondisi medis lain dan tidak dapat dijelaskan oleh
gangguan mental lain.4. Social (Pragmatic) Communication
DisorderKriteria Diagnostik untuk Gangguan Komunikasi Sosial
(Pragmatis) :a. Kesulitan terus-menerus dalam penggunaan komunikasi
sosial verbal dan nonverbal seperti yang dituturkan hal berikut: 1)
Kurang berkomunikasi dalam berinteraksi dalam sosial, seperti
menyapa dan berbagi informasi, dalam menggunakan cara yang tepat
untuk konteks sosial.2) Kelemahan dalam kemampuan mengubah
komunikasi untuk mencocokkan konteks dengan pendengar, seperti
berbicara secara berbeda di kelas daripada di taman bermain,
berbicara secara berbeda kepada anak-anak daripada orang dewasa,
dan menghindari penggunaan bahasa yang terlalu formal.3) Kesulitan
dalam aturan berbicara dan bercerita, seperti bergiliran dalam
berbicara, mengulang ketika disalah pahamkan, dan mengetahui
bagaimana menggunakan sinyal verbal dan nonverbal untuk mengatur
interaksi berikut.4) Kesulitan memahami apa yang tidak dinyatakan
secara eksplisit (membuat kesimpulan) dan makna nonliteral atau
ambigu dari bahasa (ungkapan, humor, kiasan, beberapa makna yang
bergantung pada konteks untuk interpretasi). b. Kurangnya
berkomuniksi mengakibatkan keterbatasan fungsional dalam komunikasi
yang efektif, partisipasi sosial, hubungan sosial, prestasi
akademik, atau kinerja kerja, secara individual atau dalam
kombinasi. c. Timbulnya gejala dalam periode awal perkembangan
(tapi defisit tersebut mungkin tidak menjadi sepenuhnya terwujud
sampai tuntutan komunikasi sosial melebihi kapasitas tertentu). d.
Gejala tersebut tidak disebabkan kondisi medis atau neurologis atau
kemampuan rendah dalam mendomain struktur kata dan tata bahasa, dan
gangguan spektrum autism tidak menjelaskan dengan baik, cacat
intelektual (gangguan perkembangan intelektual), keterlambatan
perkembangan global, atau gangguan mental lainnya .5. Unspecified
Communication Disorder (Gangguan komunikasi yang tidak
ditentukan)Kelompok ini berlaku pada gejala karakteristik dari
gangguan komunikasi yang disebabkan karena distress atau kelemahan
sosial, pekerjaan atau bidang-bidang penting lainnya tentang fungsi
yang menonjol namun tidak memenuhi kriteria secara keseluruhan
untuk gangguan komunikasi atau untuk salah satu gangguan dalam
gangguan perkembangan syaraf.Kelompok Unspecified Communication
Disorder digunakan pada situasi dimana klinisi memilih untuk tidak
memberikan diagnosa dengan alasan bahwa kriteria gangguan tidak
terpenuhi untuk gangguan komunikasi atau gangguan perkembangan
syaraf tertentu, dan disajikan ketika informasi tidak mencukupi
untuk membuat diagnosa khusus.
BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanSecara garis besar gangguan
komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu, gangguan bicara dan gangguan
bahasa. Gangguan bicara dapat disebut juga dengan tunawicara yang
terjadi akibat gangguan pendengaran yang telah dialami sejak lahir
atau terjadi kerusakan pada organ bicara, misalnya anak memiliki
bentuk bibir yang kurang sempurna. Sedangkan gangguan bahasa
diakibatkan karena anak kesulitan dalam memahami dan menggunakan
bahasa baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hal tersebut
biasanya terjadi karena anak memiliki tingkat kecerdasan yang
rendah sehingga sulit mengikuti atau mengucapkan kata atau suatu
bahasa.
B. SaranApabila ditemukan anak yang memiliki masalah gangguan
komunikasi sebaiknya dirujuk secepatnya kepada tenaga profesional.
Hal terseebut agar anak dapat segera dievaluasi dengan menggunakan
tes dan skala yang telah terstandarisasi. Apabila anak memerlukan
terapi bicara dan konseling psikologis maka keterlibatan orangtua
sangat berperan. Orangtua dapat membantu untuk mengevaluasi dan
mengamati perkembangan komunikasi anak, mendorong perilaku anak
untuk mau melakukan praktek komunikasi dan menjaga keseimbangan
keharmonisan keluarga. Sedangkan tugas ahli adalah memberikan
instruksi linguistik, bicara dan bahasa yang diintefrasikan ke
dalam berbagai lingkungan secara bersama-sama, memberikan sugesti,
relaksasi dan pengalihan perhatian.
DAFTAR PUSTAKADSM 5. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. Washington DC: American Psychiatric
AssociationFile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASAGreene
B., Rathus. A, & Nevid S. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. PT.
Gelora Aksara Pratama: ERLANGGA.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/aini-mahabbati-spd-ma/ppmlayanan-pendidikan-untuk-anak-berkebutuhan-khusus.pdfWahyuningtyas.2010.Gangguan
Komunikasi.http://mencarilmu.blogspot.com/2010/05/gangguan-komunikasi.html.diakses
tanggal 4 Oktober 2014.