Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati masing-masing. Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan 1
49

makalah biologi konservasi

Nov 24, 2015

Download

Documents

Ahmad Adlan

mengenai keanekaragaman hayati
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDi lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati masing-masing.Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi.Ekploitasi sumbedaya hutan yang tidak bijaksana pada akhirnya juga berakhir dengan kehancuran industri hasil hutan. Bila metode lestari yang dipergunakan, areal yang dipanenan ditanami kembali, maka ini bukan merupakan substitusi untuk hutan yang telah dipanen. Hutan alam mungkin memerlukan ratusan tahun untuk berkembang menjadi sistem yang rumit yang mengandung banyak spesies yang saling tergantung satu sama lain. Pada tegakan dengan pohon-pohon yang ditanam murni, lapisan permukaan tanah dan tumbuhan bawahnya diupayakan relatif bersih. Pohon-pohon muda akan mendukung sebagian kecil spesies asli yang telah ada sebelumnya. Pohon-pohon hutan hujan tropis perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat dipanen dan tidak dapat digantikan dengan cepat; demikian juga komunitasnya yang kompleks juga juga tidak mudah digantikan bila rusak.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas mengenai Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati. Beberapa hal yang akan dikupas diantaranya :1. Pengertian dan macam- macam keanekaragaman hayati dan konservasinya di Indonesia.2. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati di Indonesia.3. Bentuk- bentuk Pemanfaaatan Keanekaragaman Hayati di Indonesia.4. Penyebab penurunan keanekaragaman hayati di Indonesia dan upaya pelestarian Keanekaragamannya

1.3 Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari penulisan makalah konservasi keanekaragaman hayati ini adalah:1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Konservasi2. Menambah wawasan kita dan pembaca akan keanekaragaman hayati dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia.

BAB IIPEMBAHASAN 2.1 Sejarah Biogeografi IndonesiaBiogeografi yaitu ilmu yang mempelajari tentang persebaran organisme baik flora dan faunayang ada di permukaan bumi.AtauBiogeografi jugamerupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan geografi,dalam penyebaran atau distribusi makhluk hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran makhluk hidup dibedakan atas penyebaran hewan dan tumbuhan.Pengetahuan biogeografi erat kaitannya dengan klimatologi dan paleontologi. Dalam pengertiannya biogeografi diartikan suatu study yang mempelajari distribusi atau sebaran geografi hewan dan tumbuhan di permukaan bumi.Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, jenis tanah dan topografi sangat mempengaruhi pola distribusi dari suatu makhluk hidup.Sejarah biogeografi d Indonesia terjadinya persebaran organisme sangat dipengaruhi oleh Iklim, karena iklim adalah faktor utama yang menentukan tipe tanah dan tipe tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut. begitu pula dengan tumbuhan yang hidup di suatu daerah akan mempengaruhi jenis fauna dan mikroorganismeyang dapat hidup di sekitarnya. sebenarnya iklim sangat bergantung pada matahari. matahari berfungsi sebagai pengatur temperature dan intensitas cahaya bagi kehidupan yang ada di bumi. Kelembaban juga mempengaruhi persebaran organisme yang ada di permukaan bumi. kelembaban sendiri juga dipengaruhi oleh temperatur dan cahaya matahari. curah hujan juga ikut mempengaruhipersebaran organisme di muka bumi, semakin banyak curah hujan dan semakin tinggi temperature maka semakin banyak pula organisme baik flora maupun faunanya. jadi iklim merupakan factor terpenting pembentuk daerah-daerah biogeografi. Penyebaran Flora dan Fauna di Dunia dan Indonesia.

1) Penyebaran Organisme Di BumiDistribusi organisme dipengaruhi oleh sejarah, iklim masa lalu dan susunan atau bentuk benua-benua dan hubungan ekologis masa lalu dan masa sekarang, serta semua interaksi satu sama lainnya. Karena kompleksitas hubungan ini, maka para pakar biogeografi telah cenderung memusatkan pada salah satu dari dua pendekatan utama terhadap bidang ilmu ini2) Penyebaran Hewan Di IndonesiaIndonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak di antara dua daerah biogeografi besar, yaitu antara daerah biogeografi oriental dengan biogeorafi Australian. Persebaran fauna yang ada di Indonesia terbagi menjadi 3 kawasanbesar yang telah ditentukan oleh para ahli, seperti Webber dan Wallace yaitu :a. Kawasan Indonesia bagian barat, atau lebih dikenal dengan sebutan Asiatis, yang meliputi pulau Sumatra, jawa, Kalimantan. Hewan-hewannya meliputi gajah, harimau, orang utan dan lain-lain.b. Kawasan Indonesia tengah atau lebih dikenal dengan wilayah peralihan. yang termasuk ke dalam wilayah ini yaitu pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, Sumba, Sumbawa, Lombok dan Timor. wilayah peralihan ini memilki hewan/fauna yang khas dan hanya ada di daerah tersebut atau lebih dikenal dengan hewan endemik, misalnya : anoa, komodo, burung maleo dan lain-lain.c. Kawasan Indonesia Timur atau kawasan Australis.wilayahnya meliputi wilayah papua. hewan-hewannya menyerupai hewan Australia seperti : burung cendrawasih, kangguru dan koala.Sedangkan untuk flora Indonesia Berbeda dengan pembagian faunanya. Flora yang ada di Indonesia dikenal juga dengan sebutan Flora Malesiana. Flora Malesiana ini meliputi Negara Indonesia, Malaysia, Papua Nugini Filipina dan kepulauan Salomon. Flora Malesiana ini merupakan pemikiran dari seorang Zoologist berkebangsaan Inggris bernama Alfred Wallace. Beliaumelihat adanya keterkaitan antara tipe-tipe hewan dengan suatu wilayah. Pendekatan yang dilakukan Alfred Wallace ini dikenal dengan pendekatan biogeografi. Berdasarkan pendekatan biogeografi, kekayaan flora di Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok. Yaitu kelompok Indo Malayan dan kelompok Indo Australian. Kedua kelompok flora tersebut dibatasi oleh garis Wallace dan garis Lydekker. Daerah ini merupakan wilayah bioma hutan hujan tropis dan memiliki beberapa jenis tumbuhan yang khas , seperti: jati,rotan, cendana,dan kayu hitam. Flora Indo Malayan meliputi tanaman yang berada di wilayah Indonesia Barat dimana wilayah ini meliputi Jawa, kalimantan, Sumatera, dan Bali. Flora Indo Malayan didominasi oleh jenis meranti-merantian, terdapat ebebrapa jenis rotan, serta memiliki berbagai jenis pohon nangka. Penyebaran flora di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keaneragaman hayati dan posisi geografis Indonesia yang menguntungkan. Flora yang ditemukan di daerah ini sangat bervariasi bahkan beberapa tumbuhan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Misalnya : jati, meranti, anggrek, rotan, kayu cendana, makroni dan lain-lain.2.2 Hubungan dengan Keanekaragaman HayatiBiologi konservasi tentunya tidak bisa lepas keanekaragaman hayati, karena keduanya merupakan yang saling berkaitan. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, sementara biologi konservasi merupakan bagaimana mengelola keberadaan makhluk hidup agar tetap terjaga. Sedangkan keanekaragaman hayati merupakan jutaan keanekaragaman makhluk hidup di bumi meliputi hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Selain itu keanekaragaman hayati mencakup gen yang di miliki setiap makhluk hidup dan ekosistem lingkungan dimana mahkluk hidup tersebut tinggal. Untuk itu, keanekaragaman hayati di bagi menjadi 3 tingkat :1. Keanekaragaman jenisSpesiesatau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan makhluk hidup satu spesies atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi. Sedangkan Keanekaragaman jenisadalahsegala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup antar jenis atau antar spesies. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies (keanekaragaman gen).

Keanekaragaman jenis makhluk hidup antar spesies

Keanekaragaman jenis adalah perbedaan makhluk hidup antar spesies. Contohnya sangat banyak.Contohnya, dalam keluarga kacang-kacangan dikenal kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut kita dapat dengan mudah membedakannya karena di antara mereka ditemukan ciri khas yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya berbeda.Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon kelapa, pohon pinang, dan juga pada pohon palem.Keanekaragaman spesiesyang terdiri semua spesies yang terdapat di bumi. Mengenali dan mengklasifikasi spesies adalah langkah dasar dan tujuan utama dalam biologi konservasi.Dalam proses klasifikasi perlu adanya keahlian ilmu biologi untuk membeda-bedakan antara spesies satu dengan spesies yang lainnya. Ilmu ini disebut sebagai taksonomi. Keanekaragaman ini menggambarkan seluruh cakupan adaptasi ekologi, serta menggambarkan evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu.

2. Keanekaragaman genGenatauplasma nuftahadalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalamkromosom. Setiap individu mempunyai kromosom yang membawa sifat menurun (gen) dan terdapat di dalam intisel. Perbedaan jumlah dan susunan faktor menurun tersebut akan menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen. Makhluk hidup satu spesies (satu jenis) bisa memiliki bentuk, sifat, atau ukuran yang berbeda. Bahkan pada anak kembar sekalipun terdapat perbedaan. Semua perbedaan yang terdapat dalam satu spesiesini disebabkan karenaperbedaan gen.

Perbedaan sesama ayam (satu spesies) termasuk keanekaragaman genKeanekaragaman genetik adalah variasi genetik dalam satu spesies, baik diantara populasi yang terpisah secara gegrafis, maupun diantara individu dalam satu populasi. Individu-individu di dalam populasi memiliki perbedaan genetika antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini muncul karena setiap individu memiliki gen dengan khasnya masing-masing. Keanekaragaman ini memungkinkan spesies untuk memelihara daya reproduksinya, tahan penyakit, dan dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi. Jadi,keanekaragaman genadalahsegala perbedaan yang ditemui padamakhluk hidupdalam satu spesies. Contoh keanekaragaman tingkat gen ini misalnya, tanaman bunga mawar putih dengan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan, yaitu berbeda dari segi warna. Atau perbedaan apa pun yang ditemui pada sesama ayam petelor dalam satu kandang.3. Keanekaragaman ekosistemEkosistemdapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada lingkungan tersebut akan dihuni berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan. Perbedaan komponenabiotik(tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah tersebut juga bervariasi baik mengenai kualitas maupun kuantitasnya. Variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi ini akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Contoh ekosistem adalah: hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain

Keanekaragaman ekosistem terbentuk karena keanekaragaman gen dan keanekaragaman spesies

2.3 Interaksi HabitatHabitat makhluk hidup adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya dapat bermacam-macam, seperti perairan,daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem. Bagi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya, sebagai habitat selain lokasi atau tempat yang bersifat fisik juga berbaga jenishubungan (asosiasi) yang terjadi dalam habitat tersebut. Pada umumnya tumbuhan dan makhluk hiduplainnya mempunyai preferensi ekologi (persyaratan faktor ekologi yang dibutuhkan untuk hidupnyayang sesuai) tertentu. Misalnya tumbuhan mangrove mempunyai preferensi ekologi habitat rawa payau di tepi pantai yang berlumpur dengan salinitas bervariasi sesuai dengan frekuensi, kedalaman danlumpur, dan ketahanan jenis mangrove terhadap arus dan ombak (Anonim,). Berbagai jenis tumbuhan mempunyai habitat yang berbeda-beda, serupa atau sama sesuai dengan preferensi ekologinya. Berdasarkan kondisi habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu habitat mikro dan habitat makro. a. Habitat makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan tropika, dan sebagainya. b. habitat mikro merupakan habitat local dengan kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau,dan sebagainya.Relung atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiahakan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal,tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada. Dalam ekologi,seluruh peranan dan fungsi makhluk hidup dalam komunitasnya dinamakan relung atau niche ekologi. Jadi relung ekologi merupakan semua faktor atau unsur yang terdapat dalam habitatnya yang mencakupjenis-jenis organisme yang berperanan, lingkungan, dan tempat tinggal yang sesuai dan spesialisasi populasi organisme yang terdapat dalamkomunitas. Habitat juga didefinisikan sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada disuatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan organism specifik ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegatasi atau struktur vegetasi yang merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan habitat. Tipe habitat merupakan sebuah istilah yang hanya berkenaan dengan tipe asosiasi vegetasi dalam suatu kawasan atau potensi vegetasi yang mencapai suatu tingkat klimaks. Habitat lebih dar isekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan pinus). Istilah tipe habitat tidak bisa digunakan ketika mendiskusikan hubungan antara satwa liar dan habitatnya. Ketika kita ingin menunjukkan vegetasi yang digunakan oleh satwa liar, kita dapat mengatakan asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi didalamnya. Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan suatu kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat. 2.4 Ekosistem dan Pola MigrasiMigrasi populai atau individu dapat terjadi jika ekosistem yang ada sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Migrasi merupakan salah satu interaksi antara hidupan liar dengan ekosistemnya. Di sumatera, kalimantan, jawa dan bali ada kurang lebih 150 spesies burung yang bermigrasi, termasuk kira-kira 50 spesies burung trinil, gajah dan kedidi yang mendiami pantai pesisir. Beberapa jenis burung pemangsa saat musim dingin tiba ada yang bermigrasi dari Taiwan dan daratan Cina hingga ke sulawesi dan Kalimantan. Mereka menempuh jarak ribuan kilometer menuju habitat yang dapat mendukung untuk mencari makan dan berkembangbiak serta menghindari iklim yang tidak bersahabat. Migrasi merupakan suatu cara mempertahankan eksistensi individu maupun populasi sejenis. Di indonesia, salah satu mamalia yang diketahui mempunyai pola migrasi dalam jumlah rombongan hingga ratusan adalah babi hutan yang ada di sumatra dan kalimantan. Kebiasaan bermigrasi ini terkadang sangat menggangu jika habitat tempat tinggal mereka dialam tidak bisa lagi mendukung jumlah babi hutan. Oleh karena itu babi hutan sering dalam banyak mampu menyerang areal perkebunan dan bertindak sebagai hama bagi pertanian. Tekanan terhadap keperluan mencari makan untuk mempertahankan kehidupannya, kerap di jumpai pada spesies pemangsa, misalnya harimau atau macan yang kemudian berani memasuki perkampungan penduduk karena sulit mendapat mangsa. Kejadian di perparah lagi sebab habitat mereka menjadi terbatas karena terkepung oleh lahan yang telah tambah. 2.5 Keanekaragaman Hayati dan Konservasinya di Indonesia Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat, yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuam makhluk hidup yaitu tingkatan ekosisitem, tingkatan jenis dan tingkatan genetik. Keanekaragaman hayati menurut UU NO 5 Tahun 1994 adalah keanekaragaman di antara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keaneka ragaman dalam spesies, antara species dengan ekosisitem. Berdasarkan definisi di atas ada 3 elemen keaneka ragaman hayati yaitu, keaneka ragaman ekosisitem, keaneka ragaman jenis dan keaneka ragaman genetik. Indonesia terletak pada garis 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai.1. Persebaran Tumbuhan (Flora) di Indonesia Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia. Tumbuhan yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, Philipina sering disebut kelompok tumbuhan Malesiana. Beberapa jenis tumbuhan khas di Indonesia : Durian ( Durio zibethinus ), ada beberapa varietas : Durian Petruk (Jepara), durian Simas (Bogor), durian Sitokong (Ragunan-Jakarta). Salak ( Salacca edulis ), beberapa varietas : salak pondoh (sleman), salak bali, salak condet (jakarta). Bunga Bangkai ( Rafflesia arnoldi ) dari Bengkulu Pohon Jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia mahagoni), Kenari (Canarium caesius) banyak ditemukan di Jawa, keruing (Dipterocarpus sp), Matoa (Pometia pinnata) dari Papua. Meranti (Shorea sp), rotan (Calamus caesius) di kalimantan. Cendana (Santalumalbum), kayu putih (Eucalyptus alba)2. Persebaran Hewan (Fauna) di IndonesiaJenis-jenis hewan yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih kurang 200.000 serangga ( 17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000 jenis burung, serta 1.000 jenis reptilia dan amphibia. Penyebaran keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya hewan, sangat berkaitan erat dengan letak geografis Indonesia. Penyebaran hewan ini secara umum terbagi menjadi dua wilayah, yaitu kawasan timur (Benua Australia) dan kawasan barat (Benua Asia). Persebaran hewan-hewan di dunia dikelompokkan menjadi 6 (enam) daerah utama, yaitu : Menurut ekspedisinya ke Indonesia, Alfred R. Wallace (1856) menemukan perbedaan hewan di beberapa daerah di Indonesia. Jenis burung yang ada di Bali tidak dijumpai di Lombok, dan sebaliknya. Hewan yang terdapat di Sumatera, jawa, Bali, dan Kalimantan mirip dengah jenis hewan di daerah geografis Oriental (Asia), sehingga Wallace membuat garis pembatas yang dikenal dengan garis wallace yang memisahkan daerah oriental dengan daerah Australian (meliputi Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara). Dengan demikian, hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe daerah Orental, Australian, dan Peralihan

3. Hewan dan Tumbuhan endemik di IndonesiaHewan dan tumbuhan endemik Indonesia adalah hewan dan tumbuhan yang hanya ada di di Indonesia. Hewan yang endemik misalnya : harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali (sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong), monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di Sulawesi), komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya. Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), Rafflesia borneensis (Kalimantan), Rafflesia cilliata (Kalimantan Timur), Rafflesia horsfilldii (Jawa), Rafflesia patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), Rafflesia rochussenii (Jawa Barat), dan Rafflesia contleyi (Sumatra bagian timur). Bedali (Radermachera gigantean), Kepuh (Stereula foetida), Bungur (Lagerstroemia spesiosa), Nangka celeng (Arthocarpus heterophyllus), Mundu (Garcinia dulcis), Sawo kecik (Manilkara kauki), Winong (Tetrameles nudiflora), Kluwak (Pingium edule), Gandaria (Bouea macrophylla

2.6 Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Indonesia Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah 1. Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain.2. Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi 3. Mengembangkan sosial budaya umat manusia4. Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya.

Keanekaragaman Hayati sebagai Sumber Pangan di Indonesia Kebutuhan karbohidrat masyarakat Indonesia terutama tergantung pada beras. Sumber lain seperti jagung, ubi jalar, singkong, talas dan sagu sebagai makanan pokok di beberapa daerah mulai ditinggalkan. Ketergantungan pada beras ini menimbulkan krisis pangan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Selain tanaman pangan yang telah dibudidaya, sebenarnya Indonesia mempunyai 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 jenis tanaman penghasil sayuran, 70 jenis tanaman berumbi, 60 jenis tanaman penyegar dan 55 jenis tanaman rempah rempah. Perikanan merupakan sumber protein murah di Indonesia. Kita mempunyai zona ekonomi eksklusif yaitu 200 mil dari garis pantai yang dapat dipergunakan oleh nelayan untuk mencari nafkah. Budi daya udang , bandeng dan lele dumbo sangat potensial juga sebagai sumber pangan. Oncom , tempe, kecap, tape, laru (minuman khas daerah Timor), gatot, merupakan makanan suplemen yang disukai masyarakat Indonesia. Jasa mikro organisme seperti kapang, yeast dan bakteri sangat diperlukan untuk pembuatan makanan ini. Beberapa jenis tanaman seperti suji, secang, kunir, gula aren, merang padi, pandan banyak digunakan sebagai zat pewarna makanan.

Keanekaragaman Hayati sebagai Sumber Sandang dan Papan Kapas, rami, yute, kenaf, abaca, dan acave serta ulat sutera potensial sebagai bahan sandang. Tanaman ini tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Jawa dan Kalimantan dan Sulawesi. Di samping itu beberapa Suku di Kalimantan, Irian dan Sumatera menggenakan kulit kayu, bulu- bulu burung serta tulang-tulang binatang sebagai asesoris pakaian mereka. Sementara masyarakat pengrajin batik menggunakan tidak kurang dari 20 jenis tanaman untuk perawatan batik tulis termasuk buah lerak yang berfungsi sebagai sabun. Masyarakat suku Dani di Lembah Baliem Irian Jaya menggunakan 6 macam tumbuhan sebagai bahan sandang. Untuk membuat yokal (pakaian wanita yang sudah menikah) menggunakan jenis tumbuhan (Agrostophyllum majus) dan wen (Ficus drupacea). Untuk pakaian anak gadis dipergunakan jenis tumbuhan kem (Eleocharis dulcis). Untuk membuat koteka/holim yaitu jenis pakaian pria digunakan jenis tanaman sika (Legenaria siceraria). Sedangkan pakaian perang terbuat dari mul (Calamus sp). Rumah adat di Indonesia hampir semuanya memerlukan kayu sebagai bahan utama. Semula kayu jati, kayu nangka dan pokok kelapa (glugu) dipergunakan sebagai bahan bangunan. Dengan makin mahalnya harga kayu jati saat ini berbagai jenis kayu seperti meranti, keruing, ramin dan kayu kalimantan dipakai juga sebagai bahan bangunan.Penduduk Pulau Timor dan Pulau Alor menggunakan lontar (Borassus sundaicus) dan gewang (Corypha gebanga) sebagai atap dan didinding rumah. Beberapa jenis palem seperi Nypa fruticas, Oncosperma horridum, Oncossperma tigillarium dimanfaatkan oleh penduduk Sumatera, Kalimantan dan Jawa untuk bahan bangunan rumah. Masyarakat Dawan di Pulau Timor memilih jenis pohon timun (Timunius sp), matani (Pterocarpus indicus), sublele (Eugenia sp) sebagai bahan bangunan disamping pelepah lontar, gewang dan alang-alang (Imperata cyllndrica) untuk atap.

Sumber daya Hayati sebagai Sumber Obat dan Kosmetik Indonesia memiliki 940 jenis tanaman obat, tetapi hanya 120 jenis yang masuk dalam Materia medika Indonesia. Masyarakat pulau Lombok mengenal 19 jenis tumbuhan sebagai obat kontrasepsi. Jenis tersebut antara lain pule, sentul, laos, turi, temulawak. Alang-alang, pepaya, sukun, lagundi, nanas, jahe, jarak, merica, kopi, pisang, lantar, cemara, bangkel, dan duwet. Bahan ini dapat diramu menjadi 30 macam. Masyarakat jawa juga mengenal paling sedikit 77 jenis tanaman obat yang dapat diramu untuk pengobatan segala penyakit Masyarakat Sumbawa mengenal 7 jenis tanaman untuk ramuan minyak urat yaitu akar salban, akar sawak, akar kesumang, batang malang, kayu sengketan," ayu sekeal, kayu tulang. Masyarakat Rejang Lebong Bengkulu mengenal 71 jenis tanaman obat. Untuk obat penyakit malaria misalnya masyarakat daerah ini menggunakan 10 jenis tumbuhan. Dua di antaranya yaitu Brucea javanica dan Peronemacanescens merupakan tanaman langka. Cara pengambilan tumbuhan ini dengan mencabut seluruh bagian tumbuhan, mengancam kepunahan tanaman ini. Masyarakat Jawa Barat mengenal 47 jenis tanaman untuk menjaga kesehatan ternak terutama kambing dan domba. Di antara tanaman tersebut adalah bayam, jambe, temu lawak, dadap, kelor, lempuyang, katuk, dan lain-lain. Masyarakat Alor dan Pantar mempunyai 45 jenis ramuan obat untuk kesehatan ternak sebagai contoh kulit kayu nangka yang dicampur dengan air laut dapat dipakai untuk obat diare pada kambing. Di Jawa Timur dan Madura dikenal 57 macam jamu tradisional untuk ternak yang menggunakan 44 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang banyak digunakan adalah marga curcuma (temuan-temuan). Di daerah Bone Sulawesi Utara ada 99 jenis tumbuhan dari 41 suku yang diprgunakan sebagai tanaman obat. Suku Asteraceae, Verbenaceae, Malvaceae, Euphorbiaceae, dan Anacardiaceae merupakan suku yang paling banyak digunakan. Potensi keanekaragaman hayati sebagai kosmetik tradisional telah lama dikenal. Penggunaan bunga bungaan sepeti melati, mawar, cendana, kenanga, kemuning, dan lain-lain lazim dipergunakan oleh masyarakat terutama Jawa untuk wewangian. Kemuning yang mengandung zat samak dipergumakan oleh masyarakat Yogyakarta untuk membuat lulur (9 jenis tumbuhan) yang berhasiat menghaluskan kulit. Tanaman pacar digunakan untuk pemerah kuku, sedangkan ramuan daun mangkokan, pandan, melati dan minyak kelapa dipakai untuk pelemas rambut. Aspek Kultural Sumberdaya Hayati di Indonesia Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis dengan keanekaragaman agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya. Dalam upacara ritual keagamaan atau dalam upacara adat banyak sekali sumber daya hayati yang dipergunakan. Sebagai contoh, ummat Islam menggunakan sapi dan kambing jantan dewasa pada setiap hari raya korban, sedangkan umat nasrani memerlukan pohon cemara setiap natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai jenis sumber daya hayati untuk setiap upacara keagamaan yang dilakukan. Banyak jenis pohon di Indonesia yang dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal roh jahat seperti beringin, bambu kuning (di Jawa). Upacara kematian di Toraja menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang dianggap mempunya nilai magis untuk ramuan memandikan mayat misalnya limau, daun kelapa, pisang dan rempah-rempah lainnya. Disamping itu dipergunakan pula kerbau belang . Pada upacara ngaben di Bali dipergunakan 39 jenis tumbuhan. Dari 39 jenis tersebut banyak yang tergolong penghasil minyak atsiri dan bau harum seperti kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih dan cendana. Jenis lain yaitu dadap dan tebu hitam diperlukan untuk, kelapa gading diperlukan untuk menghanyutkan abu ke sungai. Pada masyarakat Minangkabau dikenal juga upacara adat. Jenis tanaman yang banyak dipergunakan dalam upacara adat ini adalah padi, kelapa, jeruk, kapur barus, pinang dan tebu. Budaya nyekar di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan upacara mengirim doa pada leluhur. Upacara ini juga menggunakan berbagai jenis tumbuhan bunga yaitu mawar, kenanga, kantil, dan selasih. Untuk pembuatan kembar mayang pada pesta perkawinan suku Jawa dipergunakan jenis tumbuhan yaitu janur muda dari kelapa, mayang (bunga pinang), beringin, kemuning, daun spa-spa (Flemingialineata), daun kara (phaseolus lunatus), daun maja, daun, alang slang, daun kluwih (Artocarpus cornmunis), daun salam, daun dadap, daun girang, dan daun andhong. Disamping itu dikenal juga pemotongan ayam jantan untuk ingkung yang biasanya ayam berbulu putih mulus atau ayam berbulu hitam mulus (ayam cemani). Aneka tanaman yang dipergunakan untuk upacara memandikan keris di Yogyakarta adalah jeruk nipis, pace, nanas, kelapa, cendana, mawar, melati, kenanga, dan kemenyan Selain melekat pada upacara adat, kekayaan sumber daya hayati Indonesia tampak pada hasil-hasil kerajinan daerah dan kawasan. Misalnya kerajinan mutiara, dan kerang-kerangan di Nusa Tenggara dan Ambon, kerajinan kenari di Bogor, daerah. Pada hari lingkungan hidup sedunia ke-18, Presiden RI menetapkan melati sebagai puspa bangsa, anggrek bulan sebagai puspa pesona dan bunga raflesia sebagai puspa langka. Tiga satwa langka yang ditetapkan sebagai satwa nasional adalah Komodo, ikan siluk merah dan elang jawa. Kerajinan batik dan tenun ikat, kerajinan tikar, patung, dan lain-lain. Kekayaan sunber daya hayati juga nampak pada penggunaan maskot flora dan fauna di senua propinsi di Indonesia sebagai identitas.

2.7 Kerusakan ekosistem merupakan kabar yang sangat buruk bagi semua mahluk hidup sebab mereka seperti mata rantai yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Misalnya saja berkurangnya pohon akan membuat sejumlah hewan kehilangan rumahnya, akan membuat kualitas udara semakin buruk, akan memicu terjadinya bencana alam semacam banjir dan juga longsor. Berbeda dengan musabab alamiah, faktor manusia ini bisa dihindari dengan pola prilaku yang lebih cermat dan bersahabat dengan alam tentunya.

2.8 Penyebab Kerusakan Hutan dan pemusnahan spesiesInteraksi yang dinamis namun harmonis antara mahluk hidup dan lingkungannya akan membentuk suatu tatanan ekosistem yang seimbang. Kondisi ini akan berujung pada keselarasan hidup semua organisme di bumi. Komponen abiotik dan juga biotik yang menjadi dua unsur penting dalam tatanan ekosistem saling terkait satu sama lainnya. Keterkaitan ini menjadikan interaksi di antara mereka tak bisa dipisahkan. Namun, keseimbangan tersebut akan bermuara pada kerusakan ekosistem dimana lingkungan bukan lagi tempat yang nyaman bagi organisme tersebut untuk tinggal dan hidup. Kerusakan ekosistem ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor penyebab: Faktor Alamiah Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang terjadi murni karena musabab alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya kebakaran hutan akibat cuaca, bajir, longsor, tsunami dan masih banyak lagi lainnya. Sederet peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan ekosistem misalnya saja saat Gunung Merapi di wilahyah Jawa Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar Merapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu hewan dan tumbuhan bahkan manusia bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan peristiwa semacam gempa dan banjir, akan berakibat pada terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuat kesatuan, maka jika dalam sebuah ekosistem terdapat 1 organisme yang mati maka akan berpengaruh pada keadaan organisme lainnya.

Faktor Manusia

Faktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem lainnya disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia. Manusia sebagai salah satu organisme atau mahluk hidup dalam sebuah ekosistem tentu memerlukan kehadiran organisme lainnya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka manusia melakukan sejumlah kegiatan yang justru berperan dalam kerusakan lingkungan di sekitarnya. Sebut saja penebangan pohon secara berlebihan, pembakaran hutan dalam rangka pembukaan lahan untuk bertani, penangkapan ikan dengan menggunakan racun, terapi kejut juga bom, penggunaan bahan-bahan kimia yang berlebihan dalam pertanian, kebiasaan membuang sampah yang tak bisa diurai sampai ribuan tahun, aktifitas tertentu yang menghasilkan limbah kimia yang berbahaya bagi lingkungan seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah industri dan masih banyak lagi lainnya. Salah satu hal yang marak saat ini disoroti adalah pemburuan liar yang dilakukan oleh manusia terhadap hewan. Dahulu, perburuan atau penangkapan dilakukan hanya untuk alasan konsumsi, maka dewasa ini perburuan juga dilakukan dengan tujuan relaksasi. Misalnya saja beruang diburu karena ingin diambil bulunya, harimau dibunuh karena bulunya bisa diambil sebagai bahan garmen, demikian pula dengan gajah yang ditembaki agar gadingnya bisa diambil. Jika pemburuan liar ini semakin menjadi-jadi, maka akan terjadi kelangkaan hewan dan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem.

2.9 Perburuan Di Indonesia Pertambahan populasi manusia yang sangat cepat mengakibatkan pengambilan sumber daya alam hayati oleh manusia dapat melebihi batas regenerasi dan reproduksi dari organisme tersebut. Kenyataan semacam itu menyebabkan kepunahan pada berbagai jenis makhluk hidup, sehingga menurunkan keanekaragaman hayati. Contohnya perburuan orangutan untuk membuat obat, gading gajah untuk dikoleksi, perburuan beruang dan ular atau buaya untuk pembuatan tas maupun jaket kulit. Gajah Sumatera (Elephas maximus) saat ini, terutama seluruh gajah Asia dan sub-spesiesnya, termasuk satwa terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam punah yang keluarkan oleh Lembaga Konservasi Dunia IUCN, termasuk Gajah Sumatera. Di Indonesia, Gajah Sumatera juga masuk dalam satwa dilindungi menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan diatur dalam peraturan pemerintah yiatu PP 7/1999 tentang Pengawetaan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Masuknya Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) dalam daftar tersebut disebabkan oleh aktivitas pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, serta pembunuhan akibat konflik dan perburuan. Perburuan biasanya hanya diambil gadingnya saja, sedangkan sisa tubuhnya dibiarkan membusuk di lokasi. Perburuan liar juga merupakan ancaman serius bagi keanekaragamanhayati. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa hutanmerupakan habitat yang nyaman bagi beberapa hewan dan tumbuhantertentu. Tetapi jika manusia melakukan perburuan liar, maka berbagaijenis hewan akan mati. Apabila kegiatan berburu tersebut berlangsungterus menerus maka hewan-hewan yag diburu tersebut akan semakinberkurang populasinya sehinga terancam punah. Sayangnya kegitanberburu ini justru seringkali dilakukan hanya sebagai hobi atau saranaolah raga, daripada untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Tidakheran bila kita sering melihat orang-orang yang memiliki tingkat penghasilanyang tinggi memiliki hobi yang membunuh ini. Mereka de nganbangga memamerkan hasil buruannya tanpa merasa bersalah telahmembunuh berbagai hewan yang tidak berdosa. Di ekosistem perairan, penangkapan ikan dengan alat-alat modernjuga merupakan ancaman bagi keanaekaragaman hayati. Para nelayanyang tidak sabar menggunakan kail atau jaring memilih menangkapikan dengan menyetrum atau menggunakan bahan kimia dan bahanpeledak. Memang ikan yang tertangkap lebih banyak, tetapi cara inimengganggu ekosistem karena ikan-ikan yang masih kecil juga akanikut mati. Perairan Indonesia adalah surga bagi hiu dan para pemburunya. Lebih dari sepuluh juta hiu dibunuh di perairan nusantara setiap tahun. Indonesia adalah pemasok utama dalam rantai bisnis yang bertanggung jawab atas kematian 73 juta hiu setiap tahun. Indonesia adalah satu dari sedikit tempat di dunia di mana turis dengan gampang bisa melihat dua spesies pari manta, baik yang dari jenis laut maupun terumbu karang. Aturan baru ini melindungi kedua jenis pari tersebut.Membawa para turis melihat pari dan makhluk laut lainnya memberi mata pencaharian bagi banyak orang di lokasi-lokasi penyelaman terkenal di seluruh Indonesia.Populasi kunci hewan ini bisa ditemukan di dekat Bali, Flores dan Raja Ampat.Raja Ampat, di Papua, sebuah lokasi penyelaman terkenal, adalah satu dari sedikit tempat di dunia di mana kedua spesies pari hidup di tempat yang sama, dan pada waktu yang sama.Pari manta berkembang biak di Indonesia karena keberadaan terumbu karang dan arus deras selain juga berkat melimpahnya makhluk kecil yang menjadi makanan hewan tersebut.Pari dikenal sebagai makhluk yang mudah bergaul, lembut dan cerdas. Mereka punya otak terbesar jika dibanding rasio badan ikan manapun.Ikan ini tak begitu takut berhadapan dengan manusia, yang membuat mereka populer di kalangan turis, namun pada saat bersamaan juga membuat mereka rentan ditangkap. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pari manta menurun dengan drastis akibat permintaan rakus dari Cina khususnya atas insang makhluk ini untuk digunakan sebagai obat-obatan tradisional.2.10 Pengelolaan Keanekaragaman HayatiBeberapa metode dan alat yang tersedia dalam pengelolaan keanekaragaman hayati yang secara umum dapat dikelompokkan dalam konservasi insitu, konservasi eksitu, restorasi dan rehabilitasi, pengelolaan lansekap terpadu, serta formulasi kebijakan dan kelembagaan.a. Konservasi insitu, meliputi metode dan alat untuk melindungi spesies, variasi genetik dan habitat dalam ekosistem aslinya. Pendekatan insitu meliputi penetapan dan pengelolaan kawasan lindung seperti: cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, hutan lindung, sempadan sungai, kawasan plasma nutfah dan kawasan bergambut. Dalam implementasinya, pendekatan insitu juga termasuk pengelolaan satwa liar dan strategi perlindungan sumberdaya di luar kawasan lindung. Di bidang kehutanan dan pertanian, pendekatan insitu juga digunakan untuk melindungi keanekaragaman genetik tanaman di habitat aslinya serta penetapan spesies dilindungi tanpa menspesifikasikan habitatnya.b. Konservasi Eksitu, meliputi metode dan alat untuk melindungi spesies tanaman, satwa liar dan organisme mikro serta varietas genetik di luar habitat/ekosistem aslinya. Kegiatan yang umum dilakukan antara lain penangkaran, penyimpanan atau pengklonan karena alasan: (1) habitat mengalami kerusakan akibat konversi; (2) materi tersebut dapat digunakan untuk penelitian, percobaan, pengembangan produk baru atau pendidikan lingkungan. Dalam metode tersebut termasuk: pembangunan kebun raya, arboretum, koleksi mikologi, museum, bank biji, koleksi kultur jaringan dan kebun binatang. Mengingat bahwa organisme dikelola dalam lingkungan buatan, metode eksitu mengisolasi spesies dari proses-proses evolusi.c. Restorasi dan Rehabilitasi, meliputi metode, baik insitu maupun eksitu, untuk membangun kembali spesies, varietas genetik, komunitas, populasi, habitat dan proses-proses ekologis. Restorasi ekologis biasanya melibatkan upaya rekonstruksi ekosistem alami atau semi alami di daerah-daerah yang mengalami degradasi, termasuk reintroduksi spesies asli, sedangkan rehabilitasi melibatkan upaya untuk memperbaiki proses-proses ekosistem, misalnya Daerah Aliran Sungai (DAS), tetapi tidak diikuti dengan pemulihan ekosistem dan keberadaan spesies asli.d. Pengelolaan Lansekap Terpadu, meliputi alat dan strategi di bidang kehutanan, perikanan, pertanian, pengelolaan satwa liar dan pariwisata untuk menyatukan unsur perlindungan, pemanfaatan lestari serta kriteria pemerataan dalam tujuan dan praktek pengelolaan. Mengingat bahwa tataguna lahan tersebut mendominasi keseluruhan bentuk lansekap, baik di pedalaman maupun wilayah pesisir, reinvestasi untuk pengelolaan keanekaragaman hayati memiliki peluang besar untuk dapat diperoleh.e. Formulasi Kebijakan dan Kelembagaan, meliputi metode yang membatasi penggunaan sumberdaya lahan melalui zonasi, pemberian insentif dan pajak untuk menekan praktek penggunaan lahan yang secara potensial dapat merusak; pengaturan kepemilikan lahan yang mendukung pengurusannya secara lestari; serta menetapkan kebijakan pengaturan kepentingan swasta dan masyarakat yang menguntungkan bagi konservasi keanekaragaman hayati.

2.11 Konservasi Spesies dan Penanganan BiotaSangat mengherankan, para cendikiawan lebih tahu berapa banyak bintang di galaksi daripada jumlah spesies makhluk hidup di bumi. Hingga kini baru 1,7 juata spesies teridentifikasi, dari jumlah seluruh spesies yang diperkirakan 5-100 juta. Kelompok makhluk hidup yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah serangga dan mikroorganisme. Sekalipun demikian masih saja ada anggapan, bahwa hanya organisme besar seperti tanaman berbunga, mamalia dan vertebrata lain, yang mempengaruhi kehidupan manusia secara langsung. Padahal mikroorganisme, termasuk alga, bakteri, jamur, protozoa dan virus, vital perannya bagi kehidupan di bumi. Contohnya, tak akan ada terumbu karang jika tak ada alga. Terganggunya keseimbangan mikroorganisme tanah, dapat menyebabkan kualitas kehidupan di tanah merosot, hingga mengakibatkan perubahan besar pada ekosistem. Suatu wilayah yang memiliki banyak spesies satwa dan tumbuhan, keragaman spesiesnya lebi besar, dibandingkan wilayah yang hanya memiliki sedikit spesies yang menonjol. Pulau dengan 2 spesies burung dan 1 spesies kadal, lebih besar keragamannya daripada pulau dengan 3 spesies burung tanpa kadal. Indonesia sangat kaya spesies. Walau luasnya Cuma 1,3% luas daratan dunia, Indonesia memiliki sekitar 17% jumlah spesies di dunia. Paling tidak negara kita memiliki 11% spesies tumbuhan berbunga, 12% spesies mamalia, 15% spesies amphibi dan reptilia, 17% spesies burung, dan 37% spesies ikan dunia. Kekayaan dunia serangga kita terwakili oleh 666 spesies capung dan 122 spesies kupu-kupu. Spesies didefinisikan secara biologis dan morfologis. Secara biologis, spesies adalah Sekelompok individu yang berpotensi untuk ber-reproduksi diantara mereka, dan tidak mampu ber-reproduksi dengan kelompok lain. Sedangkan secara morfologis, spesies adalah Sekelompok individu yang mempunyai karakter morfologi, fisiologi atau biokimia berbeda dengan kelompok lain. Ancaman bagi spesies adalah kepunahan. Suatu spesies dikatakan punah ketika tidak ada satu pun individu dari spesies itu yang masih hidup di dunia. Terdapat berbagai tingkatan kepunahan, yaitu : Punah dalam skala global : jika beberapa individu hanya dijumpai di dalam kurungan atau pada situasi yang diatur oleh manusia, dikatakan telah punah di alam Punah dalam skala lokal (extirpated) : jika tidak ditemukan di tempat mereka dulu berada tetapi masih ditemukan di tempat lain di alam Punah secara ekologi : jika terdapat dalam jumlah yang sedemikian sedikit sehingga efeknya pada spesies lain di dalam komunitas dapat diabaikan Kepunahan yang terutang (extinction debt) : hilangnya spesies di masa depan akibat kegiatan manusia pada saat ini.2.12 Partisipasi Masyarakat dalam KonservasiMasyarakat tradisional pada umumnya sangat mengenal dengan baik lingkungan sekitarnya. Mereka berasal dari berbagai ekosistem yang ada di Indonesia, dan telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis. Mereka mengenal cara-cara memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, seperti pengelolaan sumberdaya alam masyarakat Gayo (Aceh) di Lokop, Talang Mamak pada masyarakat Riau, Sasi pada masyarakat Maluku, dan lain-lain.Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam bersifat langsung dan tak langsung. Bentuk partisipasi masyarakat secara langsung yaitu upaya pencadangan suatu kawasan agar terbebas dari aktivitas manusia, seperti larangan aktivitas penduduk di area yang dianggap keramat dan suci di Gunung Butak, dan di gunung tersebut terdapat mata air untuk pemenuhan kebutuhan warga. Partisipasi masyarakat secara tidak langsung yaitu upaya pengembangan peran dengan karakteristik dan tingkat daya dukung alam di tempat yang bersangkutan. Contoh pada partisipasi tersebut yaitu masyarakat Baduy di Jawa Barat yang memiliki teknik perladangan yang berpindah-pindah.

2.13 Peran LSM dalam KonservasiDinamika pembangunan, sosial politik, ekonomi yang terjadi telah membawa perubahan terhadap pola implimentasi kebijakan dan perilaku masyarakat dalam berbagai hal, termasuk dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kecenderungan untuk melakukan upaya eksploitatif terhadap sumber-sumber ekonomi, terutama sumberdaya alam yang selalu di beri tema demi kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, di sana sini telah memberikan gambaran yang mengkhawatirkan. Bencana alam yang kerap kali terjadi, seperti banjir, longsor, kerusakan lahan, pencemaran sebagai akibat dari perilaku itu telah membawa keprihatinan dan Kekhawatiran yang akan timbul, pertama, terjadi kemiskinan yang semakin mendalam, tidak saja karena kekayaan sumber daya alamnya terkuras habis. Lebih dari itu, karena kemerosotan sumberdaya alam mengakibatkan mereka tidak mampu untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Tingkat pendidikan tetap rendah, karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar biaya pendidikan yang lebih baik. Kedua, timbul berbagai penyakit yang terkait langsung dengan mutu kehidupan yang semakin menurun di satu pihak dan dampak dari berbagai pencemaran lingkungan hidup di pihak lain. Ketiga, kehancuran sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati membawa pengaruh langsung bagi kehancuran budaya masyarakat di sekitarnya yang sangat tergantung hidupnya dari keberadaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati tersebut. Akibatnya, cara berfikir dan cara hidup mereka dengan segala kekayaan budayanya juga terancam, bersama terancamnya eksistensi mereka oleh punahnya keanekaragaman hayati itu. Masyarakat merupakan komponen penting dalam segala aspek terutama dalam peran pengelolaan lingkungan hidup. Masyarakat merupakan subjek utama yang menentukan keberlangsungan sumber daya alam lingkungan mereka. Dengan demikian dalam kebijakan yang didibuat pemerintah harus mengarah ke pembangunan masyarakat dan beroreatasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan keberlangsungan sumber daya alam sekaligus menopang kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan kebijakan pembangunan yang menyimpang yang tidak memperhitungkan aspek-aspek Lingkungan harus dikeritisi oleh masyarakat. Salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya persoalan lingkungan yang terkait dengan sumber daya alam dan masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk membangun kesadaran kolektif dan kritis agar mau dan mampu melakukan gerakan pengelolaan lingkungan secara mandiri dengan peran serta aktif, sehingga memiliki posisi tawar masyarakat yang baik dalam pembangunan lingkungan yang berkelanjutan dan melakukan pembelaan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan Sehat.2.14 Pendanaan dalam Konservasipendanaan konservasi Tanah Papua per tahun tersebut itu muncul sebagai hasil penghitungan berdasarkan data tahun 2006. Dasar perhitungan yang dilakukan tersebut di atas hanya dilakukan atas kawasan konservasi saja, belum dilengkapi dengan perhitungan biaya konservasi bagi wilayah-wilayah di luar kawasan konservasi. Kini 2011,dengan segala perkembangan yang terjadi selama lima tahun belakangan ini, hampir pasti defisit dana pembiayaan konservasi untuk Tanah Papua akan jauh lebih besar.Kelangsungan upaya pelestarian sangat ditentukan oleh keberlanjutan aspek pendanaan. Keberlanjutan pendanaan untuk konservasi berarti kemampuan menjamin sumber daya finansial berjangka panjang yang stabil dan memadai. Juga kecakapan mengalokasikan sumber daya finansial itu secara tepat waktu dan tepat sasaran untuk menutupi keseluruhan biaya kegiatan-kegiatan konservasi. Penghitungan defisit kebutuhan pendanaan di atas menjadi dasar awal bagi gambaran skala dan volume upaya pengembangan strategi pendanaan berkelanjutan bagi konservasi di Tanah Papua.BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanSejarah biogeografi d Indonesia terjadinya persebaran organisme sangat dipengaruhi oleh Iklim, karena iklim adalah faktor utama yang menentukan tipe tanah dan tipe tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut. begitu pula dengan tumbuhan yang hidup di suatu daerah akan mempengaruhi jenis fauna dan mikroorganismeyang dapat hidup di sekitarnya. Biologi konservasi tentunya tidak bisa lepas keanekaragaman hayati, karena keduanya merupakan yang saling berkaitankeanekaragaman hayati di bagi menjadi 3 tingkat yaitu Keanekaragaman jenis, Keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem. Berdasarkan kondisi habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu habitat mikro dan habitat makro. Migrasi merupakan suatu cara mempertahankan eksistensi individu maupun populasi sejenis.Beberapa jenis burung pemangsa saat musim dingin tiba ada yang bermigrasi dari Taiwan dan daratan Cina hingga ke sulawesi dan Kalimantan. Mereka menempuh jarak ribuan kilometer menuju habitat yang dapat mendukung untuk mencari makan dan berkembangbiak serta menghindari iklim yang tidak bersahabat. Beberapa metode dan alat yang tersedia dalam pengelolaan keanekaragaman hayati yang secara umum dapat dikelompokkan dalam konservasi insitu, konservasi eksitu, restorasi dan rehabilitasi, pengelolaan lansekap terpadu, serta formulasi kebijakan dan kelembagaan. Faktor-faktor yang mendorong semakin meningkatnya kepunahan antara lain : Kerusakan hutan tropis, Kehilangan berbagai spesies, Kerusakan habitat, fragmentasi habitat, Kerusakan ekosistem, Polusi, Perubahan iklim global, Perburuan, eksploitasi berlebihan, Spesies asing/pengganggu, dan Penyakit. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/ Organisasi Non Pemerintah(ORNOP), merupakan komponen penting dalam mendorong pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran kritis masyarakat dalam berkontribusi terhadap Pelestarian lingkungan Hidup. Kelangsungan upaya pelestarian sangat ditentukan oleh keberlanjutan aspek pendanaan. Keberlanjutan pendanaan untuk konservasi berarti kemampuan menjamin sumber daya finansial berjangka panjang yang stabil dan memadai. Juga kecakapan mengalokasikan sumber daya finansial itu secara tepat waktu dan tepat sasaran untuk menutupi keseluruhan biaya kegiatan-kegiatan konservasi.Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan berbagai macam variasi yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuam makhluk hidup yaitu tingkatan ekosisitem, tingkatan jenis dan tingkatan genetik. Berdasarkan definisi di atas ada 3 elemen keanekaragaman hayati yaitu, keaneka ragaman ekosisitem, keaneka ragaman jenis dan keaneka ragaman genetik. Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain. Perburuan sumber daya alam hayati yang melebihi batas regenerasi dan reproduksi dari organisme menyebabkan kepunahan pada berbagai jenis makhluk hidup, sehingga menurunkan keanekaragaman hayati. Perburuan di Indonesia contohnya adalah perburuan orangutan untuk membuat obat, gading gajah untuk dikoleksi, perburuan beruang dan ular atau buaya untuk pembuatan tas maupun jaket kulit.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Allen, G. R. 1991. Field Guide to the Freshwater Fishes of New Guinea. Madang. Alder J. N. A. Sloan, & H. Uktolseya. 1994. Advances in Marine Protected Area Management in Indonesia: 1988 - 1993. Ocean and Coastal Management 25:63-75.Dody, N. 2004. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia. IPB Press, Bogor. Indrawan, M., R. B. Primack and J. Supriatna. 2007. Biologi Konservasi, edisi revisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Iskandar, D. T. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini. PALMedia Citra. Bandung.Leveque, C. & Mounolou. 2003. Biodiversity. John Wiley, New York. Nandika, Dody. 2004. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia.IPB Press. Bogor.

32