PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman hayati tertinggi ketiga di dunia setelah Brasil dan
Kolombia. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan endemik ditemukan di
berbagai pulau di negeri ini baik di darat maupun di air (laut dan
air tawar). Tidak hanya keragaman jenis tumbuhan dan hewan, negara
ini juga kaya akan keragaman ekosistem, bentang alam, dan budaya.
Komodo di NTT, burung cendrawasih di Papua, jalak bali di Bali,
maleo di Sulawesi, badak di Ujung Kulon, harimau di Jawa dan
Sumatra adalah beberapa contoh satwa liar endemik yang menghuni
berbagai ekosistem di negeri ini. Selain itu, salah satu binatang
yang juga menjadi ikon adalah orangutan.
Menyebut orangutan mengarahkan ingatan orang pada Indonesia,
khususnya Sumatra dan Kalimantan yang menjadi wilayah penyebaran
satwa ini. Orangutan tidak ditemukan di wilayah mana pun di dunia
ini, kecuali di kedua pulau tersebut. Oleh karena itu, pemerintah
menetapkan dua taman nasional yang khusus berfungsi sebagai habitat
hewan ini, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatra bagian
utara dan Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah.
Kondisi alam yang makin memburuk serta kepunahan yang makin
mengancam mereka, menjadikan banyak orang merasa iba terhadap
kondisi mereka. Rasa yang sedemikian itu berbanding terbalik dengan
perilaku manusia yang baik secara sadar maupun tidak, telah ikut
serta menjadi penyebab kepunahan dari hewan langka ini. Dengan
adanya hal demikian ini, maka saya mengangkat topik orangutan dalam
makalah ini.
2. Tujuan
a. Menjabarkan klasifikasi orangutanb. Menjelaskan kehidupan
orangutan
c. Menerangkan hal-hal unik yang dimiliki oleh orangutan
d. Menjelaskan hal-hal yang menjadi penyebab punahnya
orangutane. Menguraikan penyakit yang diderita oleh orangutanf.
Menjabarkan cara pelestarian orangutan
3. Manfaat
a. Mengetahui klasifikasi orangutanb. Memahami kehidupan
orangutan
c. Mengerti hal-hal unik yang dimiliki oleh orangutan
d. Memahami hal-hal yang menjadi penyebab punahnya orangutane.
Mengerti penyakit yang diderita oleh orangutanf. Mengetahui cara
pelestarian orangutan
PEMBAHASANKlasifikasi
IlmiahKerajaan:AnimaliaFilum:ChordataKelas:MamaliaOrdo:Primata
Famili:HominidaeUpafamili:PonginaeGenus: PongoOrang utan
termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki
tulang belakang. Orang utan juga termasuk hewan mamalia dan
primata. Orang utan saat ini merupakan binatang langka, karena
manusia terus-menerus merusak habitat mereka dan seringkali pula
menjual bayi-bayi mereka secara ilegal untuk dijadikan hewan
peliharaan. Diperkirakan populasi orang utan di seluruh dunia
baru-baru ini hanya berjumlah 100.000 ekor. Saat ini telah
dikembangkan suaka margasatwa untuk melestarikan populasi mereka di
Indonesia dan Malaysia.Orangutan merupakan satu-satunya primata
terbesar di Asia. Ukuran tubuhnya (dewasa) mencapai 137 cm dengan
berat sekitar 85 kg. Ukuran tubuh orangutan betina lebih kecil
dibanding yang jantan. Sesuai dengan daerah penyebarannya, ada dua
jenis orangutan, yaitu Orangutan Sumatra (Pongo abelii) dan
Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus). Sepintas, kedua jenis satwa ini
terlihat tidak berbeda, tetapi jika diteliti lebih jauh, keduanya
memiliki perbedaan yang cukup jelas. Dari kenampakan luar,
orangutan borneo berwarna merah-coklat terang, sementara orangutan
sumatra berwarna merah-coklat gelap. Para peneliti binatang ini
menjelaskan bahwa selain perbedaan karakter morfologi, genetika
kedua binatang ini juga berbeda dengan jelas.
Dibandingkan dengan primata lain seperti berbagai jenis monyet
yang hidupnya berkelompok, orangutan merupakan binatang soliter
(hidup sendiri). Hanya induk dengan anaknya yang berumur kurang
dari tiga tahun yang tinggal bersama, sedangkan orangutan dewasa
lainnya tinggal sendiri-sendiri.Pada saat mencari makan, orangutan
menggunakan keempat lengannya untuk berjalan dan memanjat,
berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Pergerakan
memanjat pohon lebih sering dilakukan jika dibandingkan dengan
simpanse dan gorila (Bruce 2007). Pada umumnya hewan ini memakan
buah dan bunga tanaman, khususnya jenis Ficus sp. Selain buah,
binatang ini juga memakan telur burung, madu, dan
lain-lain.Orangutan juga dikenal sebagai makhluk payung, artinya
dengan melindungi orangutan di habitat alaminya secara tidak
langsung kita ikut menjaga keutuhan ekosistem hutan secara
keseluruhan. Melindungi orangutan juga berarti ikut melindungi
berbagai jenis tanaman dan binatang lain yang memberikan manfaat
lebih besar bagi makhluk hidup lain termasuk manusia. Fungsi hutan
sebagai sumber plasmanutfa, pengatur tata air, pembentuk iklim
mikro, dan penyangga kehidupan akan tetap terjaga jika hutan
terjaga dengan baik.Orangutan merupakan satu-satunya kera besar
dunia yang ada di Asia. Saat ini terdapat 2 (dua) jenis orangutan
yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Kalimantan
(Pongo pygmaeus). Secara genetik dan morfologis, Orangutan
Kalimantan terdiri dari 3 sub spesies, yaitu: Pongo pygmaeus
pygmaeus (dari Kalimantan Barat sampai dengan Gunung Palung), Pongo
pygmaeus wurnbii (Kalimantan Tengah) dan Pongo pygmaeus morio
(Kalimantan Timur). Orangutan merupakan primata yang memiliki
kekerabatan yang sangat dekat dengan manusia, dimana 97% DNA
orangutan mirip dengan manusia.Melihat sosoknya yang unik, menatap
tatapannya yang lugu, mungkin hal yang pertama hadir di benak
adalah betapa lucunya satwa ini. Jauh dari kesalah kaprahan tentang
dirinya, Orangutan adalah jangkar pengikat sebuah ekosistem hutan.
Hutan dengan kepadatan 1 hingga 5 orangutan dapat menyediakan
habitat bagi setidaknya 5 jenis burung rangkong, 50 jenis pohon
buah-buahan, 15 jenis liana dan berbagai jenis hewan lainnya.
Sebagai bagian dari hutan hujan pengikat ozon utama dan penyedia
oksigen dunia, hutan hujan tropis Indonesia menggantungkan
regenerasinya pada satwa penyebar biji seperti orangutan.Orangutan
dilindungi oleh undang-undang nasional dan hukum internasional.
Lebih dari 100 orangutan masih perlu diselamatkan dari desa-desa di
Kalimantan tiap tahunnya. Praktek penebangan hutan yang ilegal dan
eksploitatif, kebakaran hutan serta perdagangan Orangutan masih
terus mengancam keberadaan satwa berharga.Hanya kita, sesama
manusia, yang mengerti cara mencegah dan menanggulangi ini semua.
Hanya kita yang mengerti bagaimana menyelamatkan mata rantai kita
ke masa depan. Melestarikan Orangutan berarti melestarikan diri
kita semua.Dengan kesadaran akan semua itulah, Yayasan Penyelamatan
Orangutan Borneo (BOS) berinisiatif untuk terus melindungi
kelestarian Orangutan berikut habitatnya dengan fasilitas dan
program terencana. Aktivitas yang dijalankan Yayasan BOS tentunya
tak bisa lepas dari dukungan seluruh lapisan masyarakat Indonesia
dan dunia. Kita pun dapat turut serta menyelamatkan keberadaan
orangutan dan habitat tempat tinggalnya. Salah satunya dengan
menjadi Sobat Orangutan.Sobat Orangutan adalah wadah bagi
individu-individu yang ingin berkontribusi secara nyata dalam upaya
pelestarian Orangutan Kalimantan dan habitatnya yang dilakukan oleh
Yayasan BOS. Dukungan kita sangat berarti dalam upaya rehabilitasi
orangutan yang dilakukan oleh Yayasan BOS. Selamatkan Orangutan
dari kepunahan karena itu berarti menyelamatkan kita semua dari
kepunahan di masa datang.Selain dari BOS, WWF Indonesia juga
bertindak untuk menyelamatkan kepunahan orang utan. WWF Indonesia
mengajak kita semua untuk menjadi member. Jika kita menjadi member,
kita akan dikenakan biaya selama setahun, dimana dana itu untuk
membiayai penangkarang orang utan. Selama ini WWF Indonesia telah
melakukan banyak sikap untuk mencegah kepunahan orang utan. Kita
akan diberi sebuah kartu untuk tanda pengenal. Kita juga dapat bisa
melakukan pencegahan langsung ke hutan hutan bersama WWF
Indonesia.
Kehidupan OrangutanDeskripsiOrang utan atau orangutan, nama
lainnya adalah mawas adalah sejenis kera besar dengan lengan
panjang dan berbulu kemerahan, kadang coklat, yang hidup di hutan
hutan hujan Indonesia dan Malaysia. Neneknya moyangnya yang sudah
punah adalah Sivapithecus. Ia hidup 7 13 juta tahun yang lalu.
Sedangkan leluhurnya atau leluhur manusia dan kera adalah
Aegyptopithcus. Ia hidup 30 juta tahun yang lalu. Ia diketahui yang
paling tua. Ini menurut teori. Kera besar lainnya terdapat di
Afrika, yaitu simpanse (Pan troglodytes), gorila (Pan gorilla) dan
banobo (Pan paniscus). Orangutan termasuk ke dalam Ordo Primata,
Familia Pongidae, dan species Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan)
dan Pongo abelli (orangutan yang terdapat di pulau Sumatera). Oran
utan terbagi 2, yaitu orang utan Sumatera dan orang utan
Kalimantan.Istilah orang utan diambil dari bahasa Indonesia dan/
bahasa Melayu, yang berarti manusia atau orang hutan. Orang utan
memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang
panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, tidak mempunyai
ekor dan bulu bulunya berwarna jingga atau hitam kecoklatan. Pada
jantan dewasa, bisa dilihat gelambir pipi yang terdiri dari
jaringan ikat yang lemah di kedua sisi pipi dan wajahnya. Pada
betina, gelambir tidak ada. Tangan orang utan panjang dan kuat. Ia
memanjat pohon dengan pelan di pagi hari dan sore hari untuk
mencari makanan. Pada malam harinya, ia tidur di tempat tidur yang
terbuat dari dahan pohon.Orang utan hidup di dataran rendah dan
rawa-rawa hutan tropika di wilayah Kalimantan dan Sumatera.
Ciri-ciri mirip manusia dan termasuk yang mudah untuk dijinakkan.
Musim kawin satwa ini ditandai dengan perkelahian antar pejantan
dengan berat sampai 90 kg dan tinggi mencapai 1,5 m. Di hutan,
orang utan dapat hidup sampai usia 35 tahun. Jika hujan, orang utan
mengenakan daun lebar sebagai payung. Orang utan termasuk hewan
asiatis. Dan wajahnya memelas. Orang utan termasuk binatang
penyendiri. Mereka tidak hidup berkelompok. Kalaupun ada yang
bersama, hanyalah induk orang utan dan anaknya yang masih disusui.
Orang utan sebenarnya memang berarti orang hutan. Jika
diperhatikan, monyet besar ini mirip orang tua yang berambut. Orang
utan berukuran 1 1,5 m jantan, yaitu kira kira 2/3 kali ukuran
seekor gorila. Tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecoklatan.
Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.
Orang utan jantan memilki pelipis yang gemuk. Mereka memilki indera
yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penciuman,
penglihatan, pengecapan, dan peraba. Telapak tangan mereka memiliki
4 jari jari tangan yang panjang dan ditambah 1 ibu jari. Telapak
kaki mereka juga memilki susunan jari jemari yang sangat mirip
dengan manusia. Orang utan adalah termasuk mamalia tingkat tinggi,
yaitu mamalia yang berplasenta. Mamalia berplasenta adalah kelompok
mamalia yang paling maju. Anaknya berada dalam tubuh si induk
selama masa kehamilan. Makanan diberikan memlalui plasenta dalam
rahim. Janin bertumbuh di dalam tubuh si induk di mana janin
tersebut dihubungkan dengan saluran penyaring dua arah yang disebut
plasenta. Plasenta selain membawa makan, juga membawa oksigen dari
darah induk untuk kelangsungan hidup janin, dan sekaligus membawa
kotoran janin. Setelah dilahirkan, bayi orang utan meyusu kepada
induknya. Cairan susu diproduksi oleh kelenjar susu betina.
Kelenjar susu ini hanya dimilki oleh golongan hewan mamalia. Bayi
orang utan dibesarkan dan tinggal bersama induknya sampai umur 5
tahun.Tengkorak monyet modern menunjukkan bahwa orang utan termasuk
famili mamalia yang berbeda dengan kera atau manusia.Ciri-ciri
Tubuh: Orangutan Sumatera (Pongo abelli) memiliki ciri fisik badan
yang lebih besar, berwarna gelap atau coklat kemerah-merahan,
rambut jarang dan pendek, dan pada bayi terlihat ada bercak-bercak
berwarna kemerahan atau kehijau-hijauan. Sedangkan orangutan
Kalimantan (Pongo pygmaeus) ciri fisik badannya terlihat lebih
kecil, berwarna terang atau oranye, dan tulang tangan lebih
panjang. Secara umum, orangutan jantan memiliki cheekpad pada kedua
pipinya dan ukuran tubuhnya dua kali lebih besar dari betina,
dengan berat tubuh di alam berkisar antara 50-90 kg.
PopulasiMenurut data yang dikeluarkan International Workshop on
Population Habitat Viability Analysis (PHVA)-2004, populasi
orangutan di Kalimantan ada 57.797. Sementara populasi orangutan di
Sumatera ada 7.501.Status Konservasi: International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN/2004) memasukkan
kategori Critical Endangered /kritis.
CITES Appendix 1.Di Indonesia dipayungi:1. Peraturan
Perlindungan Binatang Liar No.233/1931.2. UU No.5 tahun 1990.3.
SK.Menhut 10 Juni 1991, No.301/Kpts-II/1991.4. PP No.7,
1999.Menurut IUCN diperkirakan dalam satu atau tiga dekade ke depan
orangutan dikategorikan akan punah. Ini pasti terjadi jika tidak
ada upaya serius dalam mengatasi kepunahan tersebut.Lokasi dan
HabitatOrang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia
Tenggara, yaitu di pulau Borneo atau Kalimantan dan Sumatra di
wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Mereka biasa tinggal
di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan
dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan
dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai,
hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau
dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo orangutan dapat
ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl),
sedangkan kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan
pegunungan pada 1.000 m dpl.Orangutan Sumatera (Pongo abelii
lesson) merupakan salah satu hewan endemis yang hanya ada di
Sumatera. Orangutan di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau
itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di
Tapanuli Selatan. Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi
Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai 'Critically
Endangered' oleh IUCN. Di Sumatera, salah satu populasi orangutan
terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara.
Populasi orangutan liar di Sumatera diperkirakan sejumlah 7.300. Di
DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47
sampai 0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatera
(Pongo abelii lesson) kini diperkirakan 7.500 ekor. Padahal pada
era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor. Populasi mereka terdapat di
13 daerah terpisah secara geografis. Kondisi ini menyebabkan
kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. Saat ini hampir
semua orangutan sumatera hanya ditemukan di Provinsi Sumatera Utara
dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan
sebarannya. Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah
barat daya danau, yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang
Toru Barat. Populasi orangutan terbesar di Sumatera dijumpai di
Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052 individu),
serta Rawa Singkil (1.500 individu). Populasi lain yang
diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka panjang (viable)
terdapat di Batang Toru,Sumatera Utara, dengan ukuran sekitar 400
individu.Orangutan di Borneo atau Kalimantan yang dikategorikan
sebagai 'endangered' oleh IUCN terbagi dalam tiga subspesies:
Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu
Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas
sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan
mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito;
dan Pongo pygmaeus morio, diperkirakan secara total populasi
liarnya di alam hanya 45.000 hingga 69.000. Di Borneo, orangutan
dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran
rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei
Darussalam.Habitat orangutan adalah di hutan hujan tropik dataran
rendah, hutan berawa atau hutan perbukitan pada ketinggian 1500 m
dpl. Kini, mereka hanya bisa ditemukan di hutan tersisa di
Kalimantan maupun Sumatera (90%), sementara 10% -nya di hutan
tersisa Malaysia (Sabah dan Sarawak). Orangutan juga bersarang di
atas pohon-pohon tinggi dan lebih banyak menghabiskan kegiatan
kesehariannya juga dari atas pohon yang satu ke pohon lainnya.
MakananMeskipun orang utan termasuk hewan omnivora, sebagian
besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan kesukaan orang
utan adalah buah-buahan. Terutama buah ara. Makanan lainnya adalah
: Daun-daunan Biji-bijian Kulit kayu Tunas tanaman (yang lunak)
Bunga bungaanSelain itu mereka juga memakan serangga dan
hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil).Orang
utan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum.
Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang
di antara cabang pohon. Orangutan termasuk hewan pelahap
buah-buahan (frugivora ). Mereka juga memakan daun, bunga dan
kambium. Juga rayap dan semut guna mendapatkan protein. Sedangkan
untuk mendapatkan kandungan mineral, kadang mereka memakan tanah.
Kebiasaannya memakan buah yang telah masak ataupun mentah di hutan
rimba habitatnya serta kebiasaannya dalam menjelajah dari satu
pohon ke pohon lainnya, jelas sangat berperan dalam regenerasi
tumbuhan-tumbuhan hutan. Orangutan memakan daging dan biji-bijian
buah. Kadang biji-biji buah yang tidak dimakannya tersemburkan
begitu saja ke tanah. Bahkan biji-biji yang termakan terkadang
masih utuh dalam kotorannya, sehingga bisa tumbuh lagi sebagai
tumbuhan baru dalam meregenerasi pohon hutan yang telah tua dan
mati. Orangutan juga sering "makan sambil jalan" ketika menjelajah
dari dahan pohon satu ke pohon lainnya. Kadang biji buahnya
disemburkan begitu saja jauh dari pohon induknya. Sehingga
memperbesar sebaran bibit pohon tersebut tumbuh di mana saja di
sepanjang area jelajah yang dilaluinya. Selain itu dengan bergerak
menjelajah, orangutan biasanya akan melintasi bagian kanopi hutan,
dengan membengkokkan/mematahkan banyak ranting, akan membantu
tumbuhan yang berada dibawahnya mendapatkan sinar matahari yang
sangat dibutuhkan untuk proses fotosintetis.PredatorPredator
terbesar orang utan dewasa ini adalah manusia. Manusia (dalam
bentuk lembaga/ perusahaan tertentu) cenderung berniat untuk
membabat habis/ menggunduli habitat mereka (hutan hujan tropis).
Beberapa orang lain bahkan memperjual-belikan mereka sebagai
binatang peliharaan atau diselundupkan ke negara lain untuk
menghasilkan uang dalam jumlah besar. Hal seperti ini membuat
populasi orang utan terancam punah.Cara Melindungi DiriOrang utan
termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya
kepada orang atau makhluk lain yang tak
dikenalnya.PerkembangbiakanOrang utan betina biasanya melahirkan
pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar antara 8,5
hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang
dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orang utan
dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun.Cara bergerakOrang utan
dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada
cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating. Mereka
juga dapat berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali
ditemukan. Orang utan tidak dapat berenang.Fakta Menarik Orang utan
dapat memegang benda dengan tangan atau kakinya. Orang utan jantan
terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan
ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan)
mencapai 2,3 m. Orang utan jantan dapat membuat panggilan jarak
jauh yang dapat didengar dalam radius 1 km. Digunakan untuk
menandai/ mengawasi arealnya, memanggil sang betina, mencegah orang
utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung
tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya.
Setiap petang, mereka membuat sarang di atas pohon.Budaya dan
Perilaku
Orangutan hidup semi solitaire. Tidak membentuk kelompok seperti
jenis kera besar lainnya. Mereka bersosialisasi dengan individu
lainnya pada saat kawin yang berlangsung selama 2-3 minggu dan saat
mengasuh anaknya. Orangutan melahirkan hanya satu anak setiap
kelahiran, setelah 8-5 bulan mengandung. Orangutan bisa hidup
hingga berumur 50-60 tahunan lebih. Seperti halnya manusia, induk
orangutan selalu merawat, menjaga, dan memberi kasih sayang kepada
anaknya yang masih kecil, hingga dirasa dia bisa hidup secara
mandiri lepas sama sekali dari induknya.
Aktivitas hariannya lebih banyak dilakukan di atas pohon besar.
Mereka punya kebiasaan menjelajah hutan dari dahan pohon yang satu
ke pohon lainnya. Mereka menggunakan keempat anggota geraknya (dua
tangan dan kakinya). Setiap menjelang petang mereka membuat sarang
untuk tidur. Sarang biasanya dibangun pada percabangan pohon dengan
melipat ranting dan dedaunan. Jantan dewasa dapat mengeluarkan
suara (Long Call) yang cukup nyaring dan dapat didengar sejauh 3
km. Suara itu menantang orangutan jantan lain yang ada disekitarnya
dan juga sebagai tanda tentang daerah yang dikuasainya.
Orang utan berkomunikasi dengan mengeluarkan jeritan keras yang
bisa terdengar ke seluruh penjuru hutan. Jeritan ini berlangsung
antara satu hingga dua menit. Hewan hewan lain akan mengehentikan
kegiatannya Karena suara tersebut. Para ahli menduga, jeritan ini
adalah bentuk komunikasi orang utan untuk memanggil pasangannya.
Namun ada juga yang memperkirakan hal ini dilakukan untuk
menunjukkan wilayah kekuasaannya.Orang Utan Borneo atau
Kalimantan
Orangutan Kalimantan, Pongo pygmaeus, adalah spesies orangutan
asli pulau Kalimantan. Bersama dengan orangutan Sumatra yang lebih
kecil, orangutan Kalimantan masuk kedalam genus pongo yang dapat
ditemui di Asia. Orangutan Kalimantan memiliki lama waktu hidup
selama 35 sampai 40 tahun di alam liar, sedangkan di penangkaran
dapat mencapai usia 60 tahun.
Ciri-ciri fisik Orangutan Borneo:
1. Rambut di wajah Orangutan Borneo lebih sedikit dibandingkan
Orangutan Sumatera (Pongo abelii);2. Panjang tangan dapat mencapai
2 m dengan lengan dan tangannya yang kuat, tetapi kakinya relatif
pendek dan lemah,3. Merupakan mamalia pendaki pohon terbesar, aktif
bergerak dari satu pohon ke pohon lain, dan enggan menjejakkan kaki
sampai di tanah;4. Jantan dewasa memiliki ukuran yang besar,
kantong tenggorokan dan bantalan pipi di setiap sisi wajahnya.5.
Bergerak dengan tangan yang mengepal di tanah;6. Tinggi tubuh
dewasa antara 1,25 - 1,5 m;7. Berat dewasa 30 hingga 50 kg untuk
betina dan 50 - 90 kg untuk jantan;8. Warna bulu coklat
kemerahan.Status konservasi
Klasifikasi ilmiah Kerajaan : Animalia
Nama Binomial : Pongo Pygmaeus
Filum : Chordata Kelas : MammaliaOrdo : PrimatesFamily :
HominidaeUpafamili : PonginaeGenus : PongoSpesies : P.
PygmaeusOrang Utan Sumatra
Dibandingkan Orangutan Kalimantan, orangutan Sumatra lebih
menyukai pakan buah-buahan dan terutama juga serangga. Buah yang
disukai termasuk buah beringin dan nangka. Mereka juga makan telur
burung dan vertebrata kecil. Orangutan Sumatra lebih singkat dalam
makan di batang dalam suatu pohon.
Orangutan Sumatra liar di rawa Suaq Balimbing diamati
menggunakan alat. Seekor orangutan mematahkan cabang pohon yang
panjangnya sekitar satu kaki, menyingkirkan ranting-rantingnya dan
mengasah ujungnya. Lalu ia menggunakan batang itu untuk mencungkil
lubang pohon untuk mencari rayap. Mereka juga menggunakan batang
itu untuk memukul-mukul dinding sarang lebah. Selain itu, orangutan
juga menggunakan alat untuk makan buah. Saat buah pohon Neesia
matang, buah itu keras, kulit yang bergerigi melunak hingga ia
jatuh terbuka. Di dalamnya ada biji yang disukai orangutan, namun
mereka diselimuti rambut yang mirip serat kaca yang sakit bila
termakan.
Orangutan pemakan Neesia akan memilih batang lima inci,
mengulitinya dan kemudian menghilangkan bulu-bulu itu dengannya.
Bila buah itu sudah bersih, kera itu akan makan bijinya menggunakan
batang itu atau jemarinya. Meskipun rawa yang serupa ada di
Kalimantan, orangutan Kalimantan liar belum dilihat menggunakan
alat macam ini.NHNZ memfilemkan orangutan Sumatra untuk acaranya
Wild Asia: In the Realm of the Red Ape; acara itu mempertunjukkan
salah satu orangutan menggunakan peralatan sederhana, ranting,
untuk menjangkau makanan dari tempat yang sulit. Ada juga
serangkaian gambar seekor binatang menggunakan daun besar sebagai
payung saat terjadi hujan badai tropis.
Orangutan Sumatra juga lebih suka diam di pohon daripada
sepupunya dari Kalimantan; hal ini mungkin karena adanya pemangsa
seperti harimau Sumatra. Mereka bergerak dari pohon ke pohon
bergelantungan menggunakan lengannya.
Orangutan Sumatra lebih sosial daripada orangutan Kalimantan.
Orangutan-orangutan ini berkumpul untuk makan sejumlah besar buah
di pohon beringin. Akan tetapi, orangutan jantan dewasa umumnya
menghindari kontak dengan jantan dewasa lain. Jantan sub-dewasa
akan mencoba kawin dengan betina manapun, meskipun mungkin mereka
gagal menghamilinya karena betina dewasa dengan mudah menolaknya.
Orangutan betina dewasa lebih memilih kawin dengan jantan
dewasa.
Rerata jangka waktu kelahiran orangutan Sumatra lebih lama
daripada orangutan Kalimantan dan merupakan rerata jangka waktu
terlama diantara kera besar. Orangutan Sumatra melahirkan saat
mereka berumur sekitar 15 tahun. Bayi orangutan akan dekat dengan
induknya hingga tiga tahun. Bahkan setelah itu, anaknya masih akan
berhubungan dengan induknya. Kedua spesies orangutan mungkin hidup
beberapa dekade; perkiraan panjang umurnya dapat melebihi 50 tahun.
Rata-rata perkembangbiakan pertama P. abelii adalah sekitar 12,3
tahun tanpa ada tanda menopause.
Orangutan Sumatra endemik dari pulau Sumatra dan hidupnya
terbatas di bagian utara pulau itu. Di alam, orangutan Sumatra
bertahan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), ujung paling
utara Sumatra. Primata ini dulu tersebar lebih luas, saat mereka
ditemukan lebih ke Selatan tahun 1800-an seperti di Jambi dan
Padang. Ada populasi kecil di provinsi Sumatra Utara sepanjang
perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan danau Toba. Survei
di danau Toba hanya menemukan dua areal habitat, Bukit Lawang
(didefinisikan sebagai suaka margasatwa) dan Taman Nasional Gunung
Leuser. Tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies
ini dalam IUCN Red List dengan status kritis.
Survei baru-baru ini tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300
ekor orangutan Sumatra yang masih hidup di alam liar. Beberapa
diantaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung
Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok
Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla
Timur dan Sidiangkat. Program pembiakan telah dibuat di Taman
Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi dan Riau dan
menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru.
Di kurungan, ada lebih banyak kebun binatang dan taman satwa di
luar habitat alami yang tertarik pada orangutan secara umum.
Orangutan Sumatra tertua adalah Ah Meng yang lahir pada tahun 1960.
Nonja, yang dianggap yang tertua di kandang atau di alam saat
kematiannya, mati di Miami MetroZoo pada umur 55. Status konservasi
Kritis (IUCN) Klasifikasi ilmiah Kerajaan: AnimaliaFilum:
ChordataKelas: MammaliaOrdo: PrimatesFamili: HominidaeUpafamili:
PonginaeGenus: PongoSpesies: P. AbeliiNama binomial Pongo
abeliiTerancam PunahSemakin lama jumlah orang utan semakin menurun.
Hal ini disebabkan ulah manusia yang merusak hutan tempat tinggal
mereka dengan melakukan penebangan iar. Akibatnya mereka harus
menyingkir dan kehilangan sumber makanan. Ada juga yang sengaja
mencari anak anak orang utan untuk dijual ke luar negeri. Untuk
mendapatkan anak anak orang utan tersebut, para pemburu harus
membunuh induknya terlebih dahulu.
Sayang sekali, selama beberapa dekade terakhir populasi
orangutan mengalami penurunan yang sangat derastis. Jerry Guo
(2008) mencatat, populasi orangutan di Sumatra hanya sekitar 6. 500
ekor dan di Borneo hanya sekitar 20.000 ekor. Jumlah ini turun 50
persen dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya. Para ilmuwan
memperkirakan, orangutan akan punah dalam waktu satu atau dua
dekade yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laporan
lembaga UN (2007) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2022, habitat
(tempat hidup) orangutan mengalami kerusakan hingga mencapai 98
persen. Kerusakan habitat ini disebabkan oleh penebangan liar,
penambangan, dan pembukaan lahan hutan untuk pengembangan tanaman
perkebunan. Selain karena kerusakan habitat, perburuan dan
perdagangan liar orangutan juga mempercepat turunnya populasi
binatang ini.
Kepunahan orangutan sebagai makhluk payung akan mengganggu
keseimbangan ekosistem hutan secara keseluruhan. Kerusakan
ekosistem hutan mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan sebagai
penopang kehidupan, termasuk manusia. Kerusakan hutan tentunya
menimbulkan permasalahan lain seperti banjir dan tanah longsor,
kekurangan air bersih, usaha pertanian yang tidak berjalan karena
curah hujan tidak menentu, dan lain-lain. Oleh karena itu, menjaga
orangutan di habitatnya sangatlah penting, selain untuk mencegah
kepunahan binatang unik ini, juga sebagai upaya mempertahankan
ekosistem hutan demi hidup kita sekarang dan gererasi yang akan
datang.
Adapun ancaman yang dihadapi kehidupan orangutan antara lain
adalah sebagai berikut :
1. PerkebunananHampir empat kali dalam sebulan Tim Rescue pada
Proyek Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah
maupun Wanariset (Kalimantan Timur) harus menyelamatkan sejumlah
orangutan yang tersesat di perkebunan sawit yang baru di buka.
Perkebunan itu mendekati hutan habitat orangutan itu berada.Tim
Rescue, biasanya ditelepon oleh pihak perusahaan perkebunan atau
masyarakat. Karena mereka melihat orangutan yang tersesat di
perkebunan itu mulai memakan daun sawit atau ladang milik
masyarakat. Namun kondisi orangutan yang akan diselamatkan Tim
Rescue juga tidak semulus yang dibayangkan. Begitu mereka sudah
sampai tempat yang dimaksud, ada beberapa orangutan sudah terbunuh
terpotong-potong begitu saja. Ada juga yang mengalami patah tulang
kaki atau tangan. Biasanya ini terjadi pada orangutan yang masih
bayi. Bahkan beberapa di antaranya di kubur hidup-hidup karena
berusaha melawan ketika akan ditangkap oleh karyawan perkebunan
atau masyarakat sekitar yang menganggap orangutan sebagai hama yang
merusak perkebunan sawit.Beberapa orangutan, ada yang dibakar
hingga tewas ketika orangutan tersebut akan menyerang salah seorang
yang berkegiatan membuka lahan untuk perkebunan sawit yang baru
dibuka. Orang itu terpaksa diserang oleh orang utan yang marah
ketika melihat pohon yang dijadikan tempat sarang tinggalnya tengah
ditebang oleh orang itu. Memang sudah menjadi kebiasaan, ketika
akan mendirikan perkebunan kelapa sawit yang luas, mereka akan
memotong dan membakar lahan atau hutan (slash and burn). Sehingga
dampaknya langsung terasa pada komunitas orangutan yang ada.Hingga
kini Tim Rescue Nyaru Menteng, masih harus melakukan penyelamatan
orangutan. Terlebih sejak makin maraknya pembukaan lahan untuk
perkebunan sawit yang baru. Kadang perkebunan sawit itu di buka
mengelilingi hutan rimba tempat habitat orangutan itu berada.
Mencerminkan tata ruang wilayah yang kurang begitu baik.2.
KebakaranKebakaran hutan di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan
Timur, terutama yang terjadi pada tahun 1997-1998, telah
meluluhlantakkan semua keragamanhayati yang ada di dalam hutan
rimba. Tentu saja masalah ini juga membuat sejumlah orangutan liar
mati karena hangus terbakar atau mengalami luka bakar yang amat
parah. Akibat kebakaran itu sendiri, membuat sejumlah pohon buah
yang menjadi menu utama orangutan ikut terbakar, sehingga orangutan
kini mulai sulit mencari makanan.Kebakaran ini terjadi bukan karena
fenomena alami musim kemarau, tetapi lebih banyak dipicu oleh ulah
manusia sendiri. Kebakaran lebih banyak disebabkan cara potong dan
bakar pada lahan (hutan gambut). Hal ini menjadi meluas ketika
kekeringan luar biasa terjadi.Pemakaian cara potong dan bakar juga
menyebabkan lumut dan batu bara yang terdapat di bawah tanah
menyala secara spontan. Hal ini juga semakin memperluas kebakaran
hutan sehingga semakin buruk lagi.Orangutan menghabiskan sebagian
besar kegiatan hidupnya di atas pohon. Bahkan rumah atau sarangnya
dibuat di atas pohon tinggi dalam hutan rimba. Namun akibat
penebangan hutan baik legal maupun ilegal, telah membuat kehidupan
orangutan maupun makhluk hidup lainnya yang ada di dalam hutan kini
terancam punah. Karena hutan tempat hidup dan kehidupan mereka kini
semakin punah. Sementara orangutan sendiri yang betinanya saja
mempunyai rutinitas menjelajah hingga 5.000-10.000 km, namun karena
hutan telah menyusut, kini daya jelajah mereka maupun kesempatan
mendapatkan makanan juga semakin sulit.3. Pemburuan dan Perdagangan
LiarPemburuan dan perdagangan orangutan juga merupakan ancaman
paling nyata bagi orangutan di hutan rimba Kalimantan dan Sumatera.
Karena keberadaan hewan satu mempengaruhi keberadaan hewan lainnya.
Ketika kehidupan orangutan makin terdesak, dan dikepung oleh
tanaman konversi monokultur yang luas, kadang orangutan jadi sangat
mudah terlihat di sana. Orangutan sangat mudah ditangkap ketika
mereka ada di atas tanah (bukan pohon). Karena gerakannya lebih
lambat daripada mereka masih ada di pohon.Bagi manusia yang tidak
bertanggungjawab akan mengambil kesempatan itu untuk menangkapi
orangutan yang tujuannya untuk dijual. Tentu saja yang mereka buru
dan menjadi incaran adalah anak orangutan yang masih bayi atau
masih balita. Para pemburu ini setidaknya harus membunuh tiga
orangutan dewasa termasuk induknya sebelum mendapatkan bayi
orangutan.Orangutan yang mati ini bisa dikuliti dan diambil
tengkoraknya untuk dijadikan suvenir dan dijual. Sementara bayi
orangutan akan diambil dan dijual. Peminatnya memang cukup banyak
dari luar negeri. Karena tampang bayi orangutan yang imut dan lucu.
Bagi pemeliharanya justru tidak pernah menyadari dengan memelihara
orangutan dia dipastikan akan terjangkiti berbagai virus yang
memang selalu ada pada kera besar. Belum lagi bayi orangutan itu
pasti akan berkembang dan tidak akan lucu lagi. Bahkan bisa
membahayakan bagi pemeliharanya.Di beberapa tempat tertentu di
Kalimantan, masih ada manusia yang gemar memakan daging orangutan.
Bahkan ada beberapa kali pengalaman tim rescue Yayasan BOS di
Kalimantan, ketika menyelamatkan orangutan dari ketersesatan di
kebun sawit, penduduk setempat kadang suka meminta orangutan yang
di bawa. Ketika ditanya alasannya, adalah untuk dimakan. Tentu saja
ini tidak diperkenankan sama sekali. Tim Rescue akhirnya memberikan
penjelasan bahwa betapa berbahaya jika memelihara orangutan bagi
kesehatan manusia apalagi jika harus di makan. Namun masih ada saja
yang tidak peduli.Berikut tabel dari data citralandsat terkait
dengan penyusutan hutan terutama di hutan gambut area Mawas,
Kalteng, yang disebabkan oleh kebakaran hutan, logging, banjir dan
juga konversi perkebunan.
Di dekat area ini terdapat sekitar 1500:Cummulative Changes
Mawas Area 2003 - 10 Until 2005 12CHANGES burnt (ha) logged (ha)
flooded (ha) Agriculture (ha) TotalQUARTER 2003/10 - 2003/12 5.167
41.994 786.783 74.967 908.911QUARTER 2004/01 - 2004/03 42.945
21.675 377.38 49.035 491.035QUARTER 2004/04 - 2004/06 912.301
31.209 162.005 75.952 1181.467QUARTER 2004/07 - 2004/09 298.638
30.129 198.619 48.746 576.132QUARTER 2004/10 - 2004/12 7.285 43.603
902.037 84.327 1037.252QUARTER 2005/05 - 2005/07 4.9220 33.0780
1307.586 84.425 1430.011QUARTER 2005/09 - 2005/12 10.353 8.591
1378.587 97.892 1495.423Sumber Sar-Vision-BOSAda beberapa alasan
penting mengapa orangutan sebaiknya tetap tinggal di habitatnya dan
tidak ditangkapi untuk dijadikan binatang peliharaan. Salah satu
alasan tersebut adalah resiko penularan retrovirus primata kepada
manusia. Retrovirus adalah salah satu golongan virus yang terdiri
dari satu benang tunggal RNA (bukannya DNA). Setelah menginfeksi
sel, virus tersebut akan membentuk replika DNA dari RNAnya dengan
menggunakan enzim reverse transcriptase.Ada tiga golongan
retrovirus yang ditemukan pada primata yaitu oncornaviruses,
lentiviruses, dan spumaviruses. Meskipun jumlahnya sangat sedikit,
ketiga golongan virus tersebut beresiko menular pada manusia baik
melalui gigitan, urin maupun feses.1. OncornavirusAda empat jenis
ornocavirus yang terdapat pada non human primata (NHP) yaitu Simian
T-lymphotropic virus (STLV), Gibbon ape leukemia virus (GaLV),
Simian sarcoma virus, dan Simian retrovirus Type D (SRV).
a. Simian T-lymphotropic virus (STLV) sangat mirip dengan Human
T-cell leukemia virus (HTLV) yang banyak sekali terdapat di Asia,
Afrika maupun Amerika. Meskipun kasus kejadiannya tidak banyak,
HTLV dapat menyebabkan leukemia pada sel T dewasa atau lymphoma
pada manusia yang terinfeksi. Selain itu, strain virus HTLV I juga
berkaitan dengan tropical spastic paraparesis yaitu suatu gangguan
syaraf yang langka. Hal yang amat mengkhawatirkan, saat ini telah
diketahui bahwa HTLV ternyata berasal dari STLV purba yang menular
antar spesies yang berbeda. Bahkan sebuah survey yang dilakukan
oleh Verschoor et al. (1998) terhadap 143 orangutan di Kalimantan
Tengah menunjukkan adanya dua ekor orang utan yang terinfeksi oleh
virus HTLV I. Dengan demikian, peluang virus golongan ini untuk
menginfeksi manusia semakin besar.b. Gibbon ape leukemia virus
(GaLV) juga dapat mengakibatkan leukemia meskipun hewan yang
dijangkiti masih tampak sehat. Virus ini dapat berpindah antar
spesies. Simian sarcoma virus, yang kemungkinan merupakan mutan
dari GaLV diketahui menginfeksi monyet wooly yang serumah dengan
gibbon.c. Simian retrovirus Type D (SRV) terdiri dari beberapa
jenis virus. Virus ini biasanya menyerang monyet dan menyebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh. Namun demikian, monyet yang
terserang virus ini tetap terlihat sehat. Antibodi terhadap
retrovirus tipe D telah dilaporkan pada 2 dari 247 orang yang
sehari-hari berhubungan dengan primata non manusia.
2. Lentivirus
Salah satu golongan lentivirus yang amat berbahaya adalah Simian
immunodeficiency virus
(SIV). Virus ini berkerabat erat dengan HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Virus HIV 1 berasal dari strain SIV
simpanze , sedangkan virus HIV 2 berasal dari SIV sooty mangabeys .
Ada sejumlah besar monyet Afrika baik yang liar maupun tangkapan
yang terinfeksi oleh SIV. Jenis strainnya berbeda-beda, sesuai
dengan jenis spesiesnya. Sebagian besar hewan yang terinfeksi oleh
virus ini, tetap terlihat sehat.
Primata Asia bukanlah induk semang alami dari SIV. Dengan
demikian, apabila terkena SIV, primata Asia (termasuk orangutan)
akan sangat mudah mengalami penurunan kekebalan tubuh.
Saat ini ada 0.06% (2 dari 3123) manusia yang biasa bekerja
dengan primata yang terinfeksi oleh virus ini. Satu diantara kedua
orang tersebut selanjutnya menunjukkan hasil uji serologi yang
negatif, namun yang lainnya tetap positif. Namun demikian mereka
berdua tidak menunjukkan gejala penyakit.
3. SpumavirusesSpuma virus yang terdapat pada primata adalah
Simian foamy virus (SFV). Virus ini banyak ditemukan pada primata
dunia baru maupun lama. Ada 3,7% atau 11 dari 296 orang yang biasa
berhubungan dengan primata telah terinfeksi oleh virus ini.
Virus Cara Penularan Simian T-lymphotropic virus (STLV) hubungan
seksual dan air susu induk Gibbon ape leukemia virus (GaLV) urin,
feses dan kemungkinan hubungan seksual Simian sarcoma virus Simian
retrovirus Type D (SRV) hubungan seksual, gigitan, dari induk ke
anak Simian immunodeficiency virus (SIV) hubungan seksual, gigitan
Simian foamy virus (SFV) gigitan yang dalam.
Hingga saat AAZV mengeluarkan panduan untuk penanganan primata
yang bukan manusia (15 Februari 2004), belum ada laporan resmi
tentang terjadinya penyakit pada manusia akibat tertular
virus-virus ini. Namun demikian, karena virus adalah material
genetik yang dapat bermutasi dengan mudah, sebaiknya kita tetap
berhati-hati.Pelestarian pada OrangutanMelakukan pelestarian
terhadap orang utan sangatlah penting. Karena jumlah orang utan di
Indonesia semakin lama semakin sedikit dan lama kelamaan akan
punah. Mengingat orang utan adalah primata permata nusantara. Kita
sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan peduli terhadap
kelestarian orang utan sudah patut sewajarnya melestarikan
kehidupan orang utan. Tidak hanya kita, namun pemerintah sebagai
aparatur Negara yang harusnya memberika contoh kepada masyarakat
luas, harus bertindak sebagaimana mestinya. Pelestarian pada orang
utan dapat dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut :1.
Menetapkan Daerah Perlindungan AlamPemerintah di bawah Menteri
Kehutanan mempunyai badan yang menangani daerah daerah perlindungan
alam, yaitu PJPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Di
Indonesia terdapat sekitar 350 daerah perlindungan alam yang
tersebar di berbagai provinsi. Daerah perlindungan alam tersebut
digolongkan berdasarkan ukuran, keunikan ekosistem, dan fungsinya.
Contoh daerah perlindungan alam di Indonesia, yaitu cagar alam,
taman hutan raya dan hutan wisata, serta taman nasional. Untuk
khusus orang utan, yaitu Taman Nasional Tanjung Puting di
Kalimantan dan Bukit lawang di Sumatra.2. Memelihara Kelestarian
HutanHutan adalah habitat orang utan. Oleh sebab itu manusia harus
berupaya memelihara dan melestarikan lingkungan hidup beserta
keanekaragaman hayatinya. Upaya upayanya :a. Reboisasi, yaitu
menanam kembali hutan hutan yang telah gundul. Karena pohon pohon
tersebut digunakan orang utan untuk tempat tinggal.b. Melakukan
tebang pilih, yaitu jika kita memerlukan kayu, pohon yang akan
ditebang harus memenuhi syarat umur dan ukuran. Janganlah semua
pohon kita tebang. Bila itu terjadi, orang utan akan tidak punya
tempat tinggal lagi, dan mereka akan punah begitu saja.c.
Menghindari kebakaran hutan. Ini bisa sengaja atau tidak sengaja
dilakukan. Jika sengaja, masyarakt membakar hutan agar daerah yang
terbakar akan dijadikan perkebunan atau pemukiman. Apabila tidak
sengaja, hutan akan terbakar dengan sendirinya, karena disebabkan
musim kemarau yang begitu panas dan kering.3. Merehabilitasi Orang
UtanOrang utan yang dipelihara oleh perorangan akan disita oleh
Negara, kemudian akan dikembalikan ke habitatnya semula. Sebelum
dikembalikan ke habitatnya, orang utan terlebih dahulu di
rehabilitasi. Tujuan dari rehabilitasi tersebut adalah agar orang
utan dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan hutan sebagai habitat
aslinya. Pusat rehabilitasi orang utan terdapat di Samboja dan
Tanjung putting yang berada di wilayah Kalimantan. Selain di
Kalimantan, terdapt pula rehabilitasi orang utan di Sumatra, yaitu
di Bukit Lawang.4. Penangkaran Orang UtanOrang utan dapat
ditangkarkan di kebun binatang atau tempat penangkaran yang
ditunjuk. Jika populasinya sudah banyak, sebagian dikembalikan ke
habitat aslinya. Pembiakan di luar habitat aslinya ini disebut
pembiakan secara ex situ. Penangkaran dapat pula bertujuan untuk
membudidayakan orang utan yang sudah langka.
PENUTUPKesimpulan
Orangutan adalah satwa khas Indonesia yang hidup di daratan
Sumatra dan Kalimantan, yang kini kondisinya akan punah. Orang utan
ini adalah satwa yang penting dalam unsur hutan atau biotanya.
Dengan demikian, maka kita sewajarnya melakukan upaya upaya untuk
melestarikannya. Jangan kita berbalik untuk menangkapnya, merusak
habitatnya, dan lain sebagainya.