BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap
bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap
sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan
emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari
norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus
berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang
berat.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian
pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan
yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke
tingkat gangguan jiwa yang berat.
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis
terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas
adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan
dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas kelompok
meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat
kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan
selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi
”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu
setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6
minggu postpartum.
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang
tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk
menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam
1
hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada
siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita
depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka
sendiri.
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis
dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan
penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan
depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa
seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh
hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya
konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga).
Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan. Iskandar
(2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan terhadap
penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai
ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti
kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu
depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan
depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses
adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung depresi
postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa symtom yang tampak dapat disimpulkan
sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada.
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%
(Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70% dari
wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).
2
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai berbagai macam komplikasi
post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran
barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari
segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis
dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues,
atau karena kurangnya penanganan ibu post partum sangat rentan mengalami infeksi dan
perdarahan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian depresi post partum blues baby blues
2. Etiologi depresi post partum blues baby blues
3. Klasifikasi depresi post partum blues baby blues
4. Manifestasi klinis depresi post partum blues baby blues
5. Patofisiologi depresi post partum blues baby blues
6. Pemeriksaan penunjang depresi post partum blues baby blues
7. Penatalaksanaan depresi post partum blues baby blues
8. Pencegahan depresi post partum blues baby blues
9. Asuhan keperawatan klien dengan depresi post partum blues baby blues
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yakni :
A. Tujuan umum
Tujuan penulisan ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan
Keperawatan Klien dengan DEPRESI POST PARTUM BLUES sehingga mempermudah
dalam mengaplikasikan ke dunia keperawatan dan mempermudahkan jika mahasiswa menemui
kasus serupa pada saat kelapangan nantinya.
B. Tujuan khusus
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut :
1. Memahami Pengertian depresi post partum blues baby blues
2. Memahami Etiologi depresi post partum blues baby blues
3. Memahami Klasifikasi depresi post partum blues baby blues
3
4. Memahami Manifestasi klinis depresi post partum blues baby blues
5. Memahami Patofisiologi depresi post partum blues baby blues
6. Memahami Pemeriksaan penunjang depresi post partum blues baby blues
7. Memahami Penatalaksanaan depresi post partum blues baby blues
8. Memahami Pencegahan depresi post partum blues baby blues
9. Memahami Asuhan keperawatan klien dengan depresi post partum blues baby blues
D. METODE PENULISAN
Studi kasus yaitu dengan cara mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan masalah
yang di alami oleh klien yang terdapat di perpustakaan dan data juga di dapat dari internet.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut, BAB I Pendahuluan terdiri
dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan. BAB II Tinjauan Teori terdiri dari pengertian, epidiomiologi, etiologi, factor resiko,
klasifikasi, patofisiologi / pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan
medis . BAB III Asuhan Keperawatan, terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan dan Intervensi
keperawatan. BAB IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN POST PARTUM
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti
sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran bayi
pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya
komplikasi.
KLASIFIKASI
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.
Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
B. PENGERTIAN POST PARTUM BLUES
Baby Blues Syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang
wanita pasca melahirkan karena beranggapan bahwa kehadiran bayi akan
5
mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti
karier,kecantikan/penampilan dan aktifitas rutin yang dianggap penting dalam hidupnya.
Penderita baby blue syndrome kebanyakan adalah kalangan wanita karier,artis, model
dan wanita modern, tetapi syndrom ini tidak menutup kemungkinan menyerang pada
wanita muda (pernikahan dini) dan semua wanita pasca melahirkan.Perubahan sikap
yang negatif dengan kondisi emosional yang kurang terkontrolseperti sering marah,
cepat tersinggung, dan menjauh dari bayi yang baru dilahirkan,susah tidur dan tiba-tiba
sering menangis. Apabila ini tidak segera ditangani berdampak negatif terhadap
kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya terjadidalam 14 hari pertama setelah
melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hariketiga atau empat setelah persalinan.
Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu
pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi.
Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa
yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan
aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono
menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan,
perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri.
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau
sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari
perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya
akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah
pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tampak tidak terpecahkan.
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsung berbulan – bulan.
Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi
pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 – 2 minggu.
6
Lewellyn–Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis pada
masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan.
Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan
emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
diartikan sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan
memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14
hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta
dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan
endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Post partum blues merupakan depresi yang terjadi setelah melahirkan (post partum).
Ibu yang baru melahirkan biasanya diharapkan untuk merasa sangat gembira setelah
melahirkan. Tetapi karena perubahan hormonal yang besar waktu melahirkan dan
tantangan untuk merawat bayi, sekitar dua per tiga wanita merasa ssedih. Kira-kira 10
sampai 15 % menderita depresi klinis. Dan sekitar 1 dari 1000 menjadi depresi berat
sehingga perlu masuk rumah sakit demi keselamatannya dan keselamatan bayi mereka.
Post partum blues disebut juga depresi masa nifas, yaitu keadaaan depresi yang terjadi
karena pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi dan ibu kurang tidur
serta lelah karena mengurus bayi dan sebagainya. Depresi juga biasanya timbul jika ibu
dan keluarganya diilit konflik rumah tangga, anak yang lahir tidak diharapkan keadaan
atau trauma karena telah melahirkan anak cacat.
7
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh
sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditangani sebagaimana
seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat
membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-
kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan
dengan suami dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus
bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas,
pemurung dan mudah sakit.
Post partum blues disebut juga depresi pasca melahirkan. Menurut Ann Dunnewold, seorang
ahli jiwa di Dallas, 10-20 % perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi yang muncul dalam
beragam bentuk bisa berupa kesedihan mendalam, seringa menangis, insomnia atau tidur tidak
nyenyak, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, kurang berminat terhadap kegiatan
rutin sehari-hari. Bisa juga berupa perasaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan
tidur yang berlebih atau tidur tidak nyenyak imsomnia. Kondisi ini bisa berlangsung hingga tiga
sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan. Sayangnya, sangat banyak ibu tidak
menyadarinya, demikian juga dengan mereka yang ada di sekitanrnya, termasuk suaminya.
Kondisi yang lebih ringan, disebut baby blues, yang dialami oleh sekitar 80 % dari perempuan
yang baru melahirkan. Pada kondisi ini, perempuan tersebut mengalami tanda-tanda sebagaimana
pada depresi pasca melahirkan, hanya saja dalam intensitas yang lebih ringan dan dalam rentang
waktu yang lebih pendek, paling lama enam minggu. Ia masih bisa tidur nyenyak kalau dijauhkan dari
kewajiban mengurus bayinya. Berbeda dengan perempuan yang terkena depresi pasca melahirkan,
yang tetap saja tidak bias tidur apalagi bergembira sekalipun telah ada tenaga yang membantu
merawat bayinya.
C. EPIDEMIOLOGI
Baby blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensidi
literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yangdisebut sebagai “ milk
fever ” karena gejala disforia tersebut muncul bersamaandengan laktasi. Dewasa ini, baby blue
syndrome atau sering juga disebut maternityblues atau post-partum blues dimengerti sebagai
8
suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan,
dan ditandaidengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis ,mudah