BAB II
BAB IIPEMBAHASAN2.1 PengertianBaby Blues Syndrome adalah tekanan
atau stress yang dialami oleh seorang wanitapasca melahirkan karena
beranggapan bahwa kehadiran bayi akan mengganggu atau merusak suatu
hal dalam hidupnya seperti karier, kecantikan/penampilan dan
aktifitas rutin yang dianggap penting dalam hidupnya.Penderita baby
blue syndrome kebanyakan adalah kalangan wanita karier,artis, model
dan wanita modern, tetapi syndrom ini tidak menutup kemungkinan
menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua wanita pasca
melahirkan.Perubahan sikap yang negatif dengan kondisi emosional
yang kurang terkontrolseperti sering marah, cepat tersinggung, dan
menjauh dari bayi yang baru dilahirkan,susah tidur dan tiba-tiba
sering menangis. Apabila ini tidak segera ditanganiberdampak
negatif terhadap kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya
terjadidalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung
lebih buruk sekitar hariketiga atau empat setelah
persalinan.Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut
maternity blues atau baby blues diartikan sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan
memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
2.2 EtiologiEtiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum
blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang
diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar
estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar
estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang
bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan
dalam perubahan mood dan kejadian depresi.2. Faktor demografi yaitu
umur3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.4. Latar
belakang psikososial keluarga atau ibu 5. Takut kehilangan bayinya
atau kecewa dengan bayinya.6. Lingkungan melahirkan yang dirasakan
kurang nyaman oleh si ibu.7. Kurangnya dukungan dan perhatian dari
keluarga maupun suami.8. Hubungan sex yang kurang menyenangkan
setelah melahirkan9. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua
dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara
kandung untuk dirawat.10. Takut tidak menarik lagi bagi suaminya11.
Kelelahan, kurang tidur12. Cemas terhadap kemampuan merawat
bayinya13. Kekecewaan emosional14. Rasa sakit pada masa nifas
awalMenurut LlewellynJones (2001), karakteristik wanita yang
berisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita yang
mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal
dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan
dukungan dari suami atau orangorang terdekatnya selama hamil dan
setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter
selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi,
wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.Menurut Kruckman
(Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi
pascasalin dipengaruhi oleh faktor :1. Biologis.Faktor biologis
dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon
seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon
tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.2. Karakteristik ibu,
yang meliputi :a. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya
bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan
pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode
yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia
perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut
untuk menjadi seorang ibu.b. Faktor pengalaman. Beberapa penelitian
diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood
(Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih
banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran
seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan
situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan
stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang
melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan
hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran
bayi pertama.c. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan
tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan
sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai
ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka (Kartono,
1992).d. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya
persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses
persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada
saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang
muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi
depresi pascasalin.e. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat
yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban
seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
2.3 Patofisiologi
2.4 PenatalaksanaanPenanganan gangguan mental pasca-salin pada
prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada
momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis
seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi.
Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mereka membutuhkan
pengobatan atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan
keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali
kegiatan rutin sehari-hari, atau menghilangkan beberapa kegiatan,
disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan
bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para
ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.Para ahli obstetri memegang
peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan
terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan
penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan.
Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan
informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan
persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam
masa-masa tersebut serta penanganannya.Post-partum blues juga dapat
dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang
dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas
dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam
hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum
blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual,
sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
2.5 Asuhan Keperawatan
A. PengkajianPengenalan gejala mood merupakan hal yang penting
untuk dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus
merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan
tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan
keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita
tersebut.Pengkajian pada pasien postpartum blues menurut Bobak
(2004) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang
tua baru. Pengkajiannya meliputi ;1. Identitas klienData diri klien
meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain.2. Dampak pengalaman melahirkanBanyak ibu
memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya
retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya
mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak
mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat
berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi
epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena
tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang
dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan
mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.3. Citra diri
ibuSuatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan
seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan
tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan
adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh
ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan
seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang
baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual
karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan
mengganggu penyembuhan jaringan perineum.4. Interaksi Orang tua
BayiSuatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi
evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua
terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku
maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku
maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak
orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai
akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau
kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan
perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya
kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang
tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk
menegakkan hubungan mereka.5. Perilaku Adaptif dan Perilaku
MaladaptifPerilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi
realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan
keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan
ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif
ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan
karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya,
saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi
yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan
ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat
kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang
tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat
merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi
bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak
merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti
memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang
menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon
terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar,
lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan
melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima
anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.6. Struktur dan fungsi
keluargaKomponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post
partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga.
Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan
keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit.Sedangkan Pengkajian Dasar data
klien menurut Marilynn E. Doenges (2001) adalah :a. Aktivitas /
istirahat Insomnia mungkin teramati.b. SirkulasiEpisode diaforetik
lebih sering terjadi pada malam hari.c. Integritas EgoPeka
rangsang, takut/menangis ("Post partum blues" sering terlihat
kira-kira 3 hari setelah kelahiran).d. EliminasiDiuresis diantara
hari ke-2 dan ke-5.e. Makanan/cairanKehilangan nafsu makan mungkin
dikeluhkan mungkin hari hari ke-3.f. Nyeri/ketidaknyamananNyeri
tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.g. SeksualitasUterus 1 cm diatas umbilikus pada 12
jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap
harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut
menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi
(misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas
(misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam
pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3;
mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulaiB. Diagnosa
KeperawatanMenurut NANDA 2009-2011:1. Ketidakefektifan koping
individu2. Ansietas3. Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua4.
Ketiakmampuan menjadi orang tua5. Defisiensi pengetahuan6. Risiko
cedera pada bayi7. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan8.
Risiko keterlambatan perkembanganDiagnosa keperawatan pada pasien
postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges (2001) Adalah :1. Nyeri
akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema /
pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.2. Kelelahan
berhubungan dengan ansietas ditandai dengan perubahan biologis dan
lahirnya seorang anak.3. Resiko terhadap perubahan peran menjadi
orang tua berhubungan dengan pengaruh komplikasi fisik dan
emosional.4. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu
berhubungan dengan ketidakefektifan koping individu5. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis (sangat
gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.6. Kurang pengetahuan mengenai
perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan kurang paparan
informasi, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber.7.
Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas
adaptif memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke
permukaan.
C. Perencanaan1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan
teruma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau distensi,
efek-efek hormonal.Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan dan
mengunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan.Intervensi
Keperawatan :1. Tentukan adanya, lokasi dan sifat
ketidaknyamanan.2. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.3.
Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama
setelah melahirkan.4. Berikan kompres panas lembab ( misalnya :
rendam duduk / bak mandi ).5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal
terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.6. Kolaborasi dalam
pemberian obat analgesic 30-60 menit sebelum menyusui.2. Resiko
gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan,
struktur / karakteristik fisik payudara ibu.Tujuan : Mengungkapkan
pemahaman tentang proses / situasi menyusui mendemonstrasikan
teknik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen menyusui
satu sama lain.Intervensi Keperawatan :1. Kaji pengetahuan dan
pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.2. Tentukan system
pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan /
keluarga.3. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai
fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara,
kebutuhan diet khusus, dan factor-faktor yang memudahkan atau
menganggu keberhasilan menyusui.4. Demonstrasikan dan tinjau ulang
teknik-teknik menyusui .5. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia
di masyarakat sesuai indikasi misalnya ; program kesehatan ibu dan
anak ( KIA ).3. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua
berhubungan dengan pengaruh kompliksi fisik dan emosional.Tujuan :
Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua,
mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, dan secara
aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan
tepat.Intervensi Keperawatan :1. Kaji kekuatan, kelemahan, usia ,
status perkawianan, ketersediaan sumber pendukung dan latar
belakang budaya.2. Perhatikan respon klien/pasangan terhadap
kelahiran dan peran menjadi orang tua.3. Evaluasi sifat dari
menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah dialami
klien/pengalaman selama kanak-kanak.4. Tinjau ulang catatan
intrapartum terhadap lamanya persalionan, adanya komplikasi dan
peran pasangan pada persalinan.5. Ecaluasi status fisik masa lalu
dan saat ini dan kejadian komplikasi prenatal, intranatal dan
pascapartal.6. Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf
perawatan sesuai dengan indikasi.7. Pantau dan dokiumentasikan
interaksi klien/pasangan dengan bayi.8. Anjurkan pasangan untuk
mengunjungi dan mengendong bayi dan berpartisipasi terhadap
aktifitas perawatan bayi sesuai izin.9. Kolaborasi dalam merujuk
untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah
menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien/pasanngan
dan bayi tidak terjadi.4. Resiko perubahan emosional yang tidak
stabil pada ibu berhubungan dengan ketidakefektifan koping
individuTujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional,
mengidentifikasi kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi,
mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.Intervensi
Keperawatan :1. Kaji respon emosional klien selama prenatal dan
periode inpartum dan persepsi klien tentang penampilannya selama
persalinan.2. Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang
persepsi pengalaman kelahiran.3. Kaji terhadap gejala depresi yang
fana ( perasaan sedih pascapartum ), pada hari ke-2 sampai ke-3
pasca partum ( misalnya, ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi
yang buruk, dan depresi ringan atau berat ).4. Evaluasi kemampuan
koping masa lalu klien, latar belakang budaya, system pendukung,
dan rencana untuk bantuan domestic pada saat pulang.5. Berikan
dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien
mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru
lahir.6. Anjurkan pengungkapan raa bersalah, kegagalan pribadi,
atau keragu-raguan tentang kemampuan menjadi orang tua.7.
Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan
menjadi orang tua, pelayanan social, kelompok komunitas, atau
pelayanan perawat berkunjung.5. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan respon hormonal dan psikologis ( sangat gembira, ansietas
dan kegirangan ), nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.Tujuan : Menidentifikasi penilaian untuk
mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap
anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejaterah dan
istirahat.Intervensi Keperawatan :1. Kaji tingkat kelelahan dan
kebutuhan untuk istirahat.2. Kaji faktor-faktor, bila ada yang
mempengaruhi istirahat.3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk
tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.4. Berikan informasi
tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.5. Kaji
lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.6. Kurang pengetahuan
mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan
kurang pemanjanan/mengingat, kesalahan interprestasi, tidak
mengenal sumber-sumber.Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan
pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan individu, ahasil yang
diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu menjelaskan
alas an-alasan untuk tindakan.Intervensi Keperawatan :1. Pastikan
persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan,
dan tingkat kelelahan klien.2. Kaji persiapan klien dan motivasi
untuk belajar.3. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk
perawatan perineal dan hygiene, perubahan fisiologis.4. Diskusikan
kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi.7. Potensial
terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecakupan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas
adaptif.Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan
tugas-tugas yang mengarah pada kerjasama dari anggota keluarga
baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan
terbentuknya kemajuan dan adaptasi.Intervensi Keperawatan :1. Kaji
hubungan anggota keluarga satu sama lain.2. Anjurkan partisipasi
seimbang dari orang tua pada perawatan bayi.3. Berikan bimbingan
antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode
pasca partum.4. Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang
dianjurkan untuk anak-anak (sibling ) tntang bayi baru.5.
Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok orang tua
pasca partum dikomunitas.2. TUJUAN, KRITERIA STNDAR, INTERVENSI,
RASIONALRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA KLIEN:Nn. INO. REG:1904TGGL
NODXDIAGNOSAKEPERAWATANTUJUANKRITERIA STANDARTINTERVENSITT
14 Mei 2014
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma
mekanis edema / pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek
hormonal.
Definisi: pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti (International Assosiasion of
the Study of Pain) awitan yang tiba tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang 6 bulan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang hingga menghilangKriteria Dapat menentukan lokasi nyeri
Mengeringnya bekas episiotomi Nyeri hilang akibat episiotomi
menghilang1. tentukan adanya, lokasi dan sifat ketidaknyamanan.2.
Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi.3. Berikan kompres es
pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah
melahirkan.4. Berikan kompres panas lembab ( misalnya : rendam
duduk / bak mandi ).5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal
terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.6. Kolaborasi dalam
pemberian obat analgesic 30-60 menit sebelum menyusui.
2. Kelelahan berhubungan dengan ansietas ditandai dengan
perubahan biologis dan lahirnya seorang anak
Definisi:Rasa letih yang luar biasa dan terus - menerus serta
penurunan kapasitas kerja fisik serta mental pada tingkat yang
biasanya.Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam,
pasien merasa ansietasnya berkurang bahkan hilangKriteria :
Ansietas berkurang Dapat merasa nyaman dengan adanya anggota
keluarga baru1. Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup.2.
Kurangi ketidak nyamanan fisik yang dapat mengganggu fungsi
kognitif .3. Bantu pasien untuk mengurangi ansietas4. batasi jumlah
pengunjung bila perlu
3. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan
dengan pengaruh kompliksi fisik dan emosional.
Definisi: pola fungsi keluarga yang mencukupi untuk mendukung
kesejahteraan anggota keluarga dan dapat di tingkatkan.Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien
dapat mengungkapkan masalah yang dialaminya K Kriteria :
10. Kaji kekuatan, kelemahan, usia , status perkawianan,
ketersediaan sumber pendukung dan latar belakang budaya.11.
Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran
menjadi orang tua.12. Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara
emosi dan fisik yang pernah dialami klien/pengalaman selama
kanak-kanak.13. Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya
persalionan, adanya komplikasi dan peran pasangan pada
persalinan.14. Ecaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan
kejadian komplikasi prenatal, intranatal dan pascapartal.15.
Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai
dengan indikasi.16. Pantau dan dokiumentasikan interaksi
klien/pasangan dengan bayi.17. Anjurkan pasangan untuk mengunjungi
dan mengendong bayi dan berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan
bayi sesuai izin.18. Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila
keluarga beresiko tinggi terhadap masalah menjadi orang tua atau
bila ikatan positif diantara klien/pasanngan dan bayi tidak
terjadi.f.
4.Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu
berhubungan dengan ketidakefektifan koping individu
Definisi: pola upaya kognitif dan perilaku untuk mengelola
tuntutan yang memadai untuk kesejahteraan yang dapat
ditingkatkanTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam pasien dapat menyadari situasi kesehatan, dapat melakukan
tugas keperawatan diri, memperlihatkan penghargaan diri yang
positif dan dapat membuat keputusan tentang kesehatanKriteria Hasil
: Mengetahui respon yang terjadi selama kehamilan Pasien dapat
mendiskusikan tentang pengalaman selama kehamilan Dapat mengetahui
gejala depresi Dapat melakukan koping1. Kaji respon emosional klien
selama prenatal dan periode inpartum dan persepsi klien tentang
penampilannya selama persalinan.2. Anjurkan diskusi oleh klien /
pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran.3. Kaji terhadap
gejala depresi yang fana ( perasaan sedih pascapartum ), pada hari
ke-2 sampai ke-3 pasca partum ( misalnya, ansietas, menangis,
kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan depresi ringan atau berat
).4. Evaluasi kemampuan kopingmasa lalu klien, latar belakang
budaya, system pendukung, dan rencana untuk bantuan domestic pada
saat pulang.5. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi
untuk membantu klien mempelajari peran baru dan strategi untuk
koping terhadap bayi baru lahir.6. Anjurkan pengungkapan raa
bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-raguan tentang kemampuan
menjadi orang tua.7. Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada
kelompok pendukungan menjadi orang tua, pelayanan social, kelompok
komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil
akhir yang ditetapkan yaitu meliputi ; kesejahteraan fisik ibu dan
bayi akan dipertahankan.Ibu dan keluarga akan mengembangkan koping
yang efektif. Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan
dan perkembangan yang sehat.Perawat dapat yakin bahwa perawatan
berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat
dipertahankan, ibu dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya
secara efektif, dan setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.20