TUGAS MAKALAH KIMIA AMAMI O L E H : KELOMPOK II HENDRI IGOR SAHULOKA ( 011.901.002 ) RASDY YUDHARMAWAN ( 011.901.006 ) SRI MEGAWATI ( 011.901.012 ) ANGELINA (011.901.016 ) ULFA MELISA (011.901.020 ) WULANTIARA DAHLAN ( 011.901.025 ) WIWIT WULANDARI ( 011.901.029 ) GRETSI NOVLIANA PASALI (011.901.033 ) MONIKA UDE ( 011.901.037 ) EDY HERDIANTO ( 011.901.042 ) FITRI SRI WAHYUNI ( 011.901.313 ) AMINARTI ( 010.901.355 ) FAKULTAS ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
FAKULTAS ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2012
KATA PENGANTA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS
MAKALAH KIMIA AMAMI
O L E H :
KELOMPOK II
HENDRI IGOR SAHULOKA ( 011.901.002 )
RASDY YUDHARMAWAN ( 011.901.006 )
SRI MEGAWATI ( 011.901.012 )
ANGELINA (011.901.016 )
ULFA MELISA (011.901.020 )
WULANTIARA DAHLAN ( 011.901.025 )
WIWIT WULANDARI ( 011.901.029 )
GRETSI NOVLIANA PASALI (011.901.033 )
MONIKA UDE ( 011.901.037 )
EDY HERDIANTO ( 011.901.042 )
FITRI SRI WAHYUNI ( 011.901.313 )
AMINARTI ( 010.901.355 )
FAKULTAS ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2 0 1 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana yang
telah direncanakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah
Kimia Amami.
Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang penulis dapatkan dari
beberapa sumber yang menjelaskan tentang Asiditis, dan disetiap lembaran jilid dari
makalah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai Asiditis.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pengguna makalah ini. Walaupun penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Dengan terbitnya makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak – pihak yang telah rela waktunya tersita dalam membantu penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan makalah ini. Atas perhatian, kritik dan saran penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi yang
harus diperhitungkan.
Asiditas atau keasaman adalah tingkat asam dalam suatu zat. Asiditas diukur pada
skala yang disebut skala pH. Pada skala ini, nilai pH 7 adalah netral, dan nilai pH
kurang dari 0 sampai 7 menunjukkan peningkatan keasaman.
Asiditas adalah kemampuan/kapasitas air untuk menetralkan ion OH -. Penyebab
Asiditas umumnya adalah asam – asam lemah, seperti H2PO4-, HPO4, CO2, HCO3,
Protein dan ion-ion logam bersifat asam seperti Fe3.
Penentuan asiditas lebih sulit dibanding alkalinitas. Hal ini di sebabkan oleh adanya
2 (dua) zat utama yang berperan yaitu CO2 dan H2S yang keduanya mudah menguap,
mudah hilang dari sampel yang di ukur.
Total asiditas di tentukan oleh satuan dengan basa sampai titik akhir Fenolptalin (pH
8,2). Maka untuk asam mineral bebas di tentukan oleh satuan basa lemah sampai titik
akhir indicator methil jingga pada pH 4,3.
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-
asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan
daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan
larutan volatile yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany).
Untuk asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam
mineral bebas” (free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral
bebas dalam konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam
lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan
volatile yang segera hilang dari sampel (Ainizha, 2009).
Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-. Air asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas biasanya
merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-
asam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany Syafila, 1994) :
CO2 + OH- → HCO3-
H2S + OH- → HS + H2O
Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti H2SO4 dan HCl di dalam air. Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhirphenolphtalein (pH 8,2). Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange (pH 4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa merupakan asam kuat (Mindriany Syafila, 1994).
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Anonymous A, 2010).
Asiditas air adalah kapasitas air untuk menetralkan basa kuat pada suatu pH
tertentu. Dengan titrasi mempergunakan larutan-larutan baku NaOH, adanya asam-
asam mineral kuat, asam-asam mineral, garam-garam yang bisa dihidrolisa dan total
total asiditas bisa diperiksa. Tergantung dari sifat, contoh dan keintensifan analisa,
prosedur yang digunakan dan data yang dihasilkan bervariasi dari titrasi langsung yang
menggunakan indikator warna sampai ke pembentukan kurva titrasi potensiometrik.
Pemeriksaan rutin air yang tidak berwarna atau agak jernih dapat dilakukan dengan
titrasi langsung dengan asiditas fenolftalein atau asiditas jingga-metil. Bila airnya keruh
atau berwarna, maka penentuan asiditas bila dikalibrasi dengan pH meter. Untuk
asiditas jingga-metil pH titik akhir 3,7 dan untuk asiditas fenolflaten 8,3.
Penentuan titik akhir yang paling tepat dilakukan dengan membuat kurva titrasi,
dengan mengaplot pH yang dibaca terhadap volume titran yang ditambahkan. Titik
belok pada daerah curam penyatakan pH titik akhir. Hasil asiditas dinyatakan dalam mg
CaCO3/liter.
Contoh yang mengandung residual klor bebas atau ion-ion logam yang bisa
dihidrolisa, membutuhkan penanganan khusus atau perlakuan pendahuluan.
Pada percobaan penentuan alkalinitas dan asiditas dapat menggunakan air sampel
apapun, seperti air sungai, danau, rawa, dan lain-lain. Percobaan ini untuk menentukan
kadar alkalinitas dan asiditas air kran. Sebelum memulai percobaan dilakukan
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan.
Isikan 100 ml air pada labu A dan labu B, kemudian beri tiga tetes indicator MO
pada labu A dan tiga tetes indicator PP pada labu B. amati perubahan warna pada labu,
yaitu pada labu A berwarna kuning dan labu B tidak berwarna. Dengan demikian, maka
labu A dikatakan negative dan labu B positif, karena jika air mengandung ion-ion
pembentuk asam (CaCO3 dan CO2), maka, maka ketika ditetesi indicator MO akan
berwarna orange, dan ketika ditetesi indicator PP tidak berwarna.
Untuk mengetahui asiditas air, maka metode yang digunakan, yaitu metodde
titrasi, karena asiditas, maka menggunakan NaOH 0,1 N (basa kuat) sebagai titrannya.
Pada proses titrasi dilakukan dari yang tidak berwarna hingga tepat berubah menjadi
pink tipis. Catat volume sebelum titrasi dan catat pula volume akhir titrasi dan catat pula
volume akhir titrasi untuk mendapatkan volume titrasi. Percobaan ini dilakukan tiga kali
agar lebih akurat data yang di peroleh.
Setelah semua data yang di peroleh, lakukan perhitungan asiditasair dengan rumus
(V = volume titrasi, F = faktor koreksi, BE = berat ekuivalen), sehingga di dapat nilai
32,860 ppm sebagai CO2 pada asiditas PP. Namun, pada asiditas MO bernilai 0 ppm,
karena ketika labu A ditetesi indicator MO bernilai negative, maka tidak dilakukan titrasi,
sehingga bernilai 0 ppm. Dengan demikian, air tersebut mengandung 32,860 mg setiap
liternya sebagai CO2. (Diposkan oleh Environmental di 16:27)
Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode seperti ini biasanya dilakukan di
laboratorium. Beberapa jenis titrasi yaitu :
1. titrasi asam basa
2. titrasi redoks
3. titrasi pengendapan
Pada percobaan asiditas alkalinitas, jenis titrasi yang digunakan adalah titrasi asam
basa. (www.wikipedia.org/titrasi)
Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air. Pengawasan keabsahan
data dapat dilakukan ketentuan, yaitu:
1. asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5;
2. asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 – 8,3;
3. alkalinitas sebagai HCO3-, hanya ada dalam air pada pH 4,5 – 8,3;
4. alkalinitas sebagai CO32-, hanya ada dalam air pada pH >8,3;
5. alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari
10,5.
2.2. JENIS ASIDITAS
Pada umumnya terdapat beberapa jenis yang menyebabkan keasaman dalam air
adalah:
1. Karbon dioksida (CO2) ,
umumnya terdapat dalam air permukaan dimana CO2 diserap dar i udara j i ka
tekanan CO 2 da lam a i r > da lam udara. CO 2 juga terdapat dalam air
karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme.
Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar.
2. Asam mineral
u m u m n y a t e r d a p a t d a l a m a i r l i m b a h i n d u s t r i pengolahan
logam atau pembuatan senyawa kimia. Kadang-kadang juga terdapat
dalam air alam.
3. Asam humus
umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena adanya rumput-rumputan
atau tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam air tersebut melepaskan senyawa
asam dan warna
Jenis – Jenis Asiditas terbagi :
1. Asiditas Total (Asiditas Phenophtalein)
Asiditas total merupakan asiditas yang disebabkan adanya CO2 dan asam
mineral. Karbondioksida merupakan komponen normal dalam air alami. Sumber CO2
dalam air dapat berasal dari adsorbsi atmosfer, proses oksidasi biologi materi organik,
aktivitas fotosintesis, dan perkolasi air dalam tanah. Karbondioksida dapat masuk ke
permukaan air dengan cara adsorbsi dari atmosfer, tetapi hanya dapat terjadi jika
konsentrasi CO2 dalam air < kesetimbangan CO2 di atmosfer. Karbondioksida dapat
diproduksi dalam air melalui oksidasi biologi dari materi organik, terutama pada air
tercemar. Pada beberapa kasus, jika aktivitas fotosintesis dibatasi, konsentrasi CO2 di
dalam air dapat melebihi keseimbangan CO2 di atmosfer dan CO2 akan keluar dari air.
Air permukaan secara konstan mengadsorpsi atau melepas CO2 untuk menjaga
keseimbangan dengan atmosfer.
Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di danau dan reservoir biasanya
mengandung CO2 dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi ini dihasilkan dari
oksidasi materi organik oleh bakteri dimana materi organik ini mengalami kontak
dengan air dan pada kondisi ini CO2 tidak bebas untuk keluar ke atmosfer. CO2
merupakan produk akhir dari oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik. Oleh
karena itu konsentrasi CO2 tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut.
2. Asiditas Mineral (Asiditas Metil Orange)
Asiditas mineral merupakan asiditas yang disebabkan oleh asam mineral. Dapat
juga disebut asiditas metil orange karena untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan
indikator metil orange untuk mencapai pH 3,7. Asiditas mineral di dalam air dapat
berasal dari industri metalurgi, produksi materi organik sintetik, drainase buangan
tambang, dan hidrolisis garam-garam logam berat.
Asiditas mineral terdapat di limbah industri, terutama industri metalurgi dan
produksi materi organik sintetik. Beberapa air alami juga mengandung asiditas mineral.
Kebanyakan dari limbah industri mengandung asam organik. Kehadirannya di alam
dapat ditentukan dengan titrasi elektrometrik dan gas chromatografi.
2.3. KLASIFIKASI ASIDITAS
Ada 2 cara untuk menentukan asiditas, yaitu:
1. asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir
fenolftalein (pH 8,3)
2. asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai
titik akhir methyl orange (pH 4,5).
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbon dioksida (CO2) asam mineral.
Adanya asiditas dalam air ditunjukkan oleh pH air tersebut di bawah 8,5. Air
dengan pH < 4,5 hanya mengandung asam mineral (kuat).
Asiditas oleh CO2 dan asam mineral ini ditentukan dengan menggunakan
larutan baku asam. Asam mineral di titrasi sampai pH mencapai kira-kira 4,5.
Karena Methyl Orange (MO) / metil jingga biasanya digunakan sebagai
indicator untuk penentuan asiditas oleh asam mineral, maka biasa disebut
sebagai asiditas MO.
Titrasi dengan menggunakan indicator PP sampai pH 8,3 untuk menentukan
asam mineral dan asam lemah (asiditas jumlah). Asiditas jumlah ini sering
disebut sebagai asiditas phenol pthalein.
Asiditas melibatkan dua komponenya yaitu:
1. asam kuat
Asam kuat, yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam
larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya) dan juga
merupakan elektrolit kuat.
Ketika asam dilarutkan dalam air, sebuah proton (ion hidrogen)
ditransferkan ke molekul air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan sebuah
ion negatif tergantung pada asam yang anda pakai.Pada kasus yang umum
Reaksi tersebut reversibel, tetapi pada beberapa kasus, asam sangat baik pada
saat memberikan ion hidrogen yang dapat kita fikirkan bahwa reaksi berjalan
satu arah. Asam 100% terionisasi.Sebagai contoh, ketika hidrogen klorida
dilarutkan dalam air untuk menghasilkan hidrogenklorida, sangat sedikit sekali
terjadi reaksi kebalikan yang dapat kita tulis:Pada tiap saat, sebenarnya 100%
hidrogen klorida akan bereaksi untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion
klorida. Hidrogen klorida digambarkan sebagai asam kuat.
2. asam lemah (spt: asam karbonat & Asam asetat) & konsentrasi ion hidrogen
Asam lemah, adalah asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam
larutannya (hanya terionisasi sebagian). asam lemah digolongkan dalam
elektrolit lemah, hal ini karena tidak semua zat yang bereaksi terurai menjadi
ion2nya namun hanya sebagian kecil saja. untuk menunjukkan besarnya zat
yang terurai menggunakan derajad dissosiasi.
Jika kalian perhatikan reaksi umum dalam asam lemah sama saja dengan reaksi
asam kuat, hanya saja reaksi dalam asam lemah berlangsung 2 arah,
arah pertama = reaksi dari kiri ke kanan, terjadi peruraian zat asam menjadi
ion2nya
arah kedua = reaksi dari kanan ke kiri, terjadi penggabungan ion2 menjadi zat
penyusunnya
kedua reaksi di atas terjadi terjadi bersamaan hingga konsentrasi zat
asam dan hasil peruraiannya tidak berubah2 lagi. yang sering dikenal dengan
titik setimbang / eqivalen. Saat terjadinya titik eqivalen inilah besarnya derajad
dissosiasi dapat dicari
2.4. REAKSI ASIDITAS
Reaksi-reaksi yang terjadi pada asiditas (Anonim C, 2009)
H+ + OH- → H2O
CO2+ OH- → HCO3-
HCO3- + OH- → H2O + CO2
Reaksi-reaksi yang terjadi :
Asiditas
H+ + OH- ® H2O
CO2 + OH- ® HCO3-
HCO3- + H+ ® H2O + CO2
Pereaksi yang terjadi adalah :
Larutan H2SO4 0,1 N
Encerkan 0,28 ml H2SO4 pekat ke dalam 1L air.
Larutan H2SO4 0,02 N
Pipet 200 ml H2SO4 0,1 N ke dalam 1L air.
Larutan standar Na2CO3
Timbang 5 mg Na2CO3 masukkan ke dalam 1L air.
Ada 2 cara untuk menentukan asiditas, yaitu:
1. asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir
fenolftalein
2. asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik
akhir metal orange. ( Syafila, Mindriany)
Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode seperti ini biasanya dilakukan di
laboratorium. Beberapa jenis titrasi yaitu :
1. titrasi asam basa
2. titrasi redoks
3. titrasi pengendapan
2.5. ALAT DAN BAHAN :
ALAT :
Labu Erlenmeyer 250 ml (4 buah)
Buret basa (1 buah)
Corong (1 buah)
Statif (1 buah)
Gelas beker 50 ml (1 buah)
Pipet tetes ( 2 buah)
Buret asam (1 buah)
Gelas ukur 100 ml (1 buah)
BAHAN :
Air kran
Aquadest
Indicator PP
Larutan standar NaOH 0,1 N
Indicator MO
Lrutan standar HCl 0,1 N
2.6. PEMERIKSAAN
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Bilas dan cuci alat yang terbuat dari kaca dengan aquadest hingga tiga kali.
3. Takar air kran dengan gelas ukur sebanyak 100 ml. kemudian tuang pada labu
Erlenmeyer. Ulangi sekali lagi pada labu Erlenmeyer yang lain.
4. Tetesi air pada labu Erlenmeyer yang pertama dengan indicator MO sebanyak
tiga tetes, kemudian beri nama labu A. pada labu ke dua tetesi dengan indicator
PP sebanyak tiga tetes dan beri nama labu B.
5. Amati abu A, bila terjadi perubahan warna menjadi orange (positif) dilanjutkan
titrasi. Bila berwarna kuning tidak dilanjutkan titrasi.
6. Amati labu B, bila tidak terjadi perubahan warna (positif) dilanjutkan titrasi. Bila
berwarna pink tidak dilanjutkan titrasi.
7. Titrasi labu B (karena labu A negative) dengan titran NaOH 0,1 N. catat volume
awal, volume akhir, dan volume titrasi. Ketika berubah menjadi warna pink tipis,
ulangi titrasi sebanyak tiga kali.
8. Lakukan perhitungan sesuai dengan data yang diperoleh.
9. Cuci semua alat yang digunakan dan kembalikan pada tempat semula.
Pada percobaan di atas adalah percobaan yang sering digunakan dalam
laboratorium klinik, namun tidak menuntut kemungkinan adanya percobaan –
percobaan yang lain yang dapat dilakukan pula pada percobaan asiditas air
lainnya. Seperti pada pecobaan asiditas yang selanjutnya,
Pengambilan contoh :
Contoh dikumpulkan dalam gelas borosilikat 500 ml atau 1 liter atau botol
polyetilen. Istilah penuh dengan air dan tutup dengan kuat. Contoh yang
dikumpulkan harus dianalisa pada satu hari itu. Simpanlah contoh pada tempat
yang dingin, hindari pengocokan dan kontak langsung dengan udara.
Peralatan :
PH meter
magnetic stirrer
Peralatan titrasi
buret 50 ml, 25 ml, dan 10 ml
Hot plate
Bahan :
Air destilata bebas CO2 (didihkan sebelumnya)
Larutan KH-ftalat 0,05 N bebas CO2
Larutan NaOH 0,1 N baku
Cara Standarisasinya :
Pipet 40 ml larutan KH-ftalat dalam wadah untuk titrasi potensiometri.
Tempatkan larutan NaOH dalam buret 25 ml dan titrasi berlangsung sampai titik
belok di dekat pH 8,7. Catatlah volume titran.
Perhitungan normalitas : N = A X B
204,2 XC
A = gram KH-ftalat yang digunakan untuk pembuatan larutan 0,05 N
B = ml larutan KH-ftalat yang digunakan dalam titrasi
C = ml titran NaOH
Larutan NaOh 0,02 N baku. Cara standarisasinya sama dengan pada
standarisasi NaOH 0,1 N, hanya dengan volume titrat 15 ml. Larutan hydrogen
peroksida 30 %
Indikator fenolflatein
Indikator jingga-metil
Larutan Na-tiosulfat 0,1 N
Larutan H2SO4 0,02
Prosedur :
1. Pilihlah ukuran contoh dan normalitas titran
a. Contoh yang mempunyai asiditas dibawah 1000 mg CaCO3/liter,
gunakan 50 ml atau lebih dari contoh dan titrasi dengan NaOH
0,02 N.
b. Contoh yang mempunyai asiditas di atas 1000 mg CaCO3/liter,
gunakan 250 ml atau kurang dari contoh dan titrasi dengan NaOH
0,1 N.
c. Bila sifat dan konsentrasi contoh tidak diketahui, gunakan 100 ml
contoh. Secara kasar titrasi dengan titran NaOH 0,1 N, dengan
indikator fenolflatein catat volume perkiraan itu.
d. Sesuaikan volume contoh atau normalitas titran sehingga bila
menggunakan buret 50 ml, kurang lebih digunakan titran 20 ml
atau lebih untuk menetralkan asiditas.
e. Ulangi butir c dan d dengan menggunakan indikator jingga-metil
untuk asiditas jingga-metil.
2. Titrasi perubahan warna
a. Aturlah suhu contoh (bila disimpan dalam refrigerator) sesuai
dengan suhu kamar. Contoh jangan sekali-kali dikocok atau
ditekuk. Pipetlah contoh air dengan volume yang cocok (lihat butir
1) ke dalam Erlemeyer 250 ml.
b. Bila diperkirakan terdapat klor bebas, tetesakan 1 tetes larutan
Na-tiosulfat 0,1 N.
c. Tambahkan 2 tetes larutan indikator, dan bila volume contoh
kurang dari 100 ml, encerkan contoh tersebut sampai 100 ml
dengan air suling. Titrasi dengan larutan NaOH dengan
konsentrasi yang cocok (lihat butir 1).
Catatan : perubahan warna fenolftalein dari tidak berwarna ke
warna pink permanen pertama. Perubahan warna jingga-metil dari
merah ke kuning permanen pertama.
d. Catatlah volume dan normalitas dari titran NaOH yang digunakan
dan nyatakan apakah dalam pengukuran asiditas jingga-metil atau
asiditas fenolftalein.
e. Perhitungan asiditas
Asiditas mg CaCO₃/liter = N xC x50 x 1000ml contoh
di mana :
N = normalitas NaOH hasil perhitungan yang
digunakan
C = ml NaOH yang digunakan
50 = bobot Ekwivalen CaCO₃
Pengambilan contoh II:
a) Bahan :
1. Sampel air 100 ml ( V1 = 50 ml, V2 = 50 ml )
2. Indikator PP
3. Larutan standar NaOH 0,1 N
b) Alat :
1. Pipet
2. Gelas ukur 100 ml
3. 2 Gelas Erlenmeyer 50 ml
4. Buret + Statis 100 ml
c) Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ambil 100 ml air sampel dengan gelas ukur lalu masukan kedalam labu
elemeyer.
3. Kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP 0,1% , bila tidak terjadi
perubahan warna (positif) dilanjutkan titrasi. Bila berwarna pink tidak
dilanjutkan titrasi.
4. Kemudian menitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna sampai menjadi merah muda atau pink tipis.
ulangi titrasi sebanyak tiga kali.
5. Kemudian mencatat jumlah NaOH yang digunakan untuk titrasi. catat
volume awal, volume akhir, dan volume titrasi
6. Lakukan perhitungan sesuai dengan data yang diperoleh
7. Perhitungan :
Aciditas
=1000CA×V1+V22×t(4,4)×1
Ket. CA= jumlah sampel
V1 = titrasi I
V2 = titrasi II
2.7. INTERPRETASI HASIL
1. pH sampel air setelah diteteskan indicator PP, yaitu 7,60
2. pH sampel air setelah dititrasi dengan NaOH 0,1 N adalah 8,02
3. Penentuan Aciditas :
Diketahui : CA = 100 ml
V1 = 0,1 ml
V2 = 0,1 ml
Penyelesaian :
Aciditas = 1000CA×V1+V22×t4,4×1
= 1000100×0,1+0,12×4,4×1
= 10 × 0,1 × 4,4 × 1
= 4,4 mg CO2
DATA PERCOBAAN
ASIDITASØ Percobaan I Standarisasi NaOH f = 0,79 NaOH digunakan (P ml) P ml I : 4,8 ml II : 4,9 ml III : 2,9 ml +12,6 ml Rata-rata : 12,6 ml = 4,2 ml 3ME CaCO3 = Mr CaCO3 = 100 ē valensi 2= 50 Asiditas jumlah :
AJ = x P ml x N NaOH x f NaOH x ME CaCO3
= x 4,2 x 0,1 x 0,79 x 50= 165,9 mg/1 sebagai CaCO3
Ø Percobaan IIStandarisasi NaOH
F = 25 ml NaOH= = 1,08 ml NaOH digunakan (P ml)
P ml I : 2,6 ml II : 3,5 ml III : 6,8 ml +12,9 ml Rata-rata : 12,9 ml = 4,3 ml 3ME CaCO3 = 50 Asiditas jumlah
AJ = x P ml x N NaOH x f NaOH x ME CaCO3
= x 4,3 x 0,1 x 50 x 1,08 = 232,2 mg/l sebagai CaCO3
Ø Percobaan III Standarisasi NaOH ME CaCO3 = f = = 0,79 = 50
P ml I : 3,8 ml II : 3,5 ml III : 2,0 ml +9,3 ml Rata-rata : 9,3 ml = 3,1 ml 3Asiditas jumlah
AJ = x P ml x N NaOH x f NaOH x ME CaCO3
= x 3,1 ml x 0,1 N x 0,79 x 50 = 122,45 mg/l sebagai CaCO3
PERHITUNGAN
Asiditas Rata-rata AJ rata-rata = AJ I + AJ II + AJ III 3= 165,9 + 232,2 + 122,45 3= = 173,5 mg/l sebagai CaCO3
Data Praktikum
Asiditas PP
Hasil titrasi HCl
No Volume awal Volume akhir Volume titrasi
1 0 ml 1,3 ml 1,3 ml
2 1,3 ml 1,8 ml 0,5 ml
3 1,8 ml 3 ml 1,2 ml
Rata-rata 1 ml
Asiditas MO
Asiditas PP
PEMBAHASAN
Asiditas
Pada percobaan penentuan alkalinitas dan asiditas dapat menggunakan air
sampel apapun, seperti air sungai, danau, rawa, dan lain-lain. Percobaan ini untuk
menentukan kadar alkalinitas dan asiditas air kran. Sebelum memulai percobaan
dilakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan.
Isikan 100 ml air pada labu A dan labu B, kemudian beri tiga tetes indicator MO
pada labu A dan tiga tetes indicator PP pada labu B. amati perubahan warna pada labu,
yaitu pada labu A berwarna kuning dan labu B tidak berwarna. Dengan demikian, maka
labu A dikatakan negative dan labu B positif, karena jika air mengandung ion-ion
pembentuk asam (CaCO3 dan CO2), maka, maka ketika ditetesi indicator MO akan
berwarna orange, dan ketika ditetesi indicator PP tidak berwarna.
Untuk mengetahui asiditas air, maka metode yang digunakan, yaitu metodde
titrasi, karena asiditas, maka menggunakan NaOH 0,1 N (basa kuat) sebagai titrannya.
Pada proses titrasi dilakukan dari yang tidak berwarna hingga tepat berubah menjadi
pink tipis. Catat volume sebelum titrasi dan catat pula volume akhir titrasi dan catat pula
volume akhir titrasi untuk mendapatkan volume titrasi. Percobaan ini dilakukan tiga kali
agar lebih akurat data yang di peroleh.
Setelah semua data yang di peroleh, lakukan perhitungan asiditasair dengan
rumus (V = volume titrasi, F = faktor koreksi, BE = berat ekuivalen), sehingga di dapat
nilai 32,860 ppm sebagai CO2 pada asiditas PP. Namun, pada asiditas MO bernilai 0
ppm, karena ketika labu A ditetesi indicator MO bernilai negative, maka tidak dilakukan
titrasi, sehingga bernilai 0 ppm. Dengan demikian, air tersebut mengandung 32,860 mg
setiap liternya sebagai CO2.
Kesimpulan
1. Penyebab asiditas air kran karena CO2, sebanyak 32,860 mg/l