KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEPRIBADIAN MANUSIA
B. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
C. CIRI-CIRI KEPRIBADIAN
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEPRIBADIAN
E. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
F. MATERI DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
G. ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
H. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
I. KEPRIBADIAN UMUM
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bahasa populer, istilah
“kepribadian” mempunyai arti, ciri-ciri watak seseorang individu
yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai
individu yang khusus. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita anggap
bahwa seorang tertentu mempunyai beberapa ciri watak yang
diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam
tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki
identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya.
Apabila seorang ahli antropologi, sosilogi, atau psikologi
berbicara mengenai “pola kelakukan manusia”, maka yang
dimaksudkan adalah kelakuan dalam arti yang sangat khusus, yaitu
kelakukan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri,
dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakukan manusia yang
tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akalnya dan jiwanya,
yaitu kelakuan manusia yang membabi-buta.
Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan
tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu,
adalah apa yang disebut “kepribadian” atau personality.
Konsep kepribadian rupa-rupanya telah menjadi konsep yang
demikian luasnya, sehingga konsep ini menjadi suatu konstruksi
yang tidak mungkin dirumuskan dalam satu definisi yang tajam
tetapi yang dapat mencakup keseluruhannya.
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEPRIBADIAN MANUSIA
Kepribadian adalah keseluruhan cara
seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu
lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
pola kelakuan untuk seluruh manusia hampir tidak ada yang
seragam. Hal ini disebabkan karena kelakuan manusia dipengaruhi
dan ditentukan oleh akal dan jiwanya. Selain itu setiap manusia
memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Yang dimaksud kepribadian
yaitu susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan
tingkah laku dari setiap individu manusia.
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri
yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang
pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang
supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang
yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak
punya kepribadian”.
B. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Pengertian kepribadian adalah ciri – ciri watak
seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya
suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang dimaksudkan
adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang
diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah
lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki
identitas khusus yang berada dari individu – individu.
( Koetjaraningrat, 1985:102).
Pengertian kepribadian menurut para ahli sebagai berikut :
1. Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan perilaku
dari seorang individu dengan system kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
2. Menurut M.A.W Bouwer kepribadian adalah corak tingkah
laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
3. Menurut Cuber kepribadian adalah gabungan keseluruhan
dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh
seseorang.
4. Menurut Theodore R. Newcombe kepribadian adalah
organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai
latar belakang terhadap perilaku.
5. Menurut Horton Kepribadian adalah keseluruhan sikap,
perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap
perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam
tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu.
Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku,
atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas
pribadinya.
6. Menurut Roucek dan Warren Kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang
mendasari perilaku seseorang.
C. CIRI-CIRI KEPRIBADIAN
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan
rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan
yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian
yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya,
akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang
dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem
psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian
kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964)
mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons
individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan
emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku
itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan
individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur
psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang,
hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan
berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku
individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat
beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal,
diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori
Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari
Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray,
teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari
Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson,
teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu,
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika
perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat
lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang
dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif
atau ambivalen.
Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional
terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk
menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka
atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri,
mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru
yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003)
mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat,
sebagai berikut :
Kepribadian yang sehat
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai
diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara
fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi
situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara
realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat
menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara
rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami
superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi
atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak
mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan
bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat
menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara
positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam
setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan
secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar,
dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati
terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau
masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya,
merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang
lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan
sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan
orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan
filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang
dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang
didukung oleh faktor-
faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak sehat
Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya
lebih muda atau terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
meskipun sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
Senang mengkritik/mencemooh orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan
faktor yang bersifat organis)
Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEPRIBADIAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan
keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis
seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran
darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan
sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang
sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan.
Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini
menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang
ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan
pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut
memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ;
yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan.
Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat
istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang
berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan
orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah
keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat
penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya.
Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh
yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap
perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan
menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini
disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama,
pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya,
intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus
menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana
bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka
pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan
meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-
masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di
mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang
sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian
antara lain:
Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang
dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam
kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras
dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping
menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-
anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan
bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian
seseorang.
Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau
suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya
kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu
masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.
Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di
atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa
erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang
memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi
dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang
itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan
orang lain.
Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju
dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan
hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian
manusia yang memiliki kebudayaan itu.
E. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Koentjaraningrat (1985:103-110) menjelaskan ada beberapa
unsur yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian sebagai
berikut :
Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang
tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan sebab
–akibat dan dapat untuk menerangkan gejala – gejala
tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang
manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam
lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal yang dialaminya
melalui penerimaan pancaindera-nya serta alat penerima atau
reseptor organismenya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan
warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan
mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin) dan
sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel tertentu di bagian-bagian
tertentu dari otaknya. Di sana berbagai proses fisik, fisiologi,
dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran
tekanan tadi, kemudian diolah menjadi suatu susunan yang
dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi
suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal
yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut
“persepsi”.
Perasaan
Perasaan adalah rasa, kesadaran batin sewaktu menghadapi
mempertimbangkan tentang sesuatu hal/pendapat. Selain
pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai
macam perasaan. Kalau orang pada suatu hari yang luar biasa
panasnya melihat papan gambar reklame minuman Green tea berwarna
yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan
seolah-olah terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas
Green tea yang dingin dan penggambaran itu dihubungkan oleh
akalnya dengan penggambaran lain yang timbul kembali sebagai
kenangan dalam kesadarannya, menjadi suatu apersepsi1 tentang
dirinya sendiri yang tengah menikmati segelas Green tea dingin,
manis, dan menyegarkan pada waktu hari sedang panas-panasnya yang
seakan-akan demikian realistiknya sehingga keluarlah air liurnya.
Apersepsi seorang individu yang menggambarkan diri sendiri sedang
menikmati segelas Green tea dingin tadi menimbulkan dalam
kesadarannya suatu perasaan yang positif, yaitu perasaan nikmat
dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air liur.
Sebaliknya, kita dapat juga menggambarkan adanya
seorang individu yang melihat sesuatu hal yang buruk atau
mendengar suara yang tidak menyenangkan, mencium bau busuk, dan
sebagainya. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam
kesadaran perasaan yang negatif, karena dalam kesadaran terkenang
lagi misalnya bagaimana kita menjadi muak karena sepotong ikan
yang sudah busuk yang kita alami di masa lampau. Apersepsi
tersebut mungkin dapat menyebabkan kita menjadi benar-benar
merasa muak apabila kita mencium lagi bau ikan busuk.
Dorongan Naluri
Dorongan naluri adalah dorongan hati yang dibawa sejak
lahir, yang tanpa disadari mendorong untuk berbuat
sesuatu. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga
mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena
pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam
organismenya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Kemauan
yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia itu, oleh
beberapa ahli psikologi disebut “dorongan” (drive).
Ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi yang
juga pada semua makhluk di dunia ini dan yang menyebabkan
semua jenis mampu mempertahankan hidupnya di dunia ini.
Dorongan seks.
Dorongan ini timbul pada setiap individu yang normal tanpa
terkena pengaruh pengetahuan, dan memang mendorong landasan
biologi yang mendorong makhluk manusia untuk membentuk
keturunan yang melanjutkan jenisnya. Selain untuk
mendapatkan keturunan, juga untuk mendapatkan status sosial.
Dorongan untuk usaha mencari makan/pekerjaan.
Dorongan ini tidak perlu dipelajari, sejak bayi pun manusia
sudah menunjukkan dorongan untuk mencari makanan , yaitu
dengan mencari susu ibunya tanpa dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang adanya hal- hal tersebut, dan ini
berkembang (mencari kerja) berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan serta faktor lingkungan di sekitar.
Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama
manusia.
Dorongan ini memang merupakan landasan biologi dari
kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial.
Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
Hal ini merupakan sumber dari adanya beraneka warna
kebudayaan diantaranya di antara makhluk manusia, sebab
adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang
memaksakan berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
Dorongan untuk berbakti.
Hal ini ada karena manusia sebagai makhluk secara kolektif,
sehingga ia dapat hidup bersama dengan manusia lain secara
serasi. Dalam berbagai hal dorongan ini sering
dieksetensikan dari sesama manusia kepada kekuatan yang
diangapannya berada di luar akalnya, maka timbul religi.
Dorongan akan keindahan (bentuk, warna, suara, atau gerak).
Dorongan dalam arti keindahan bentuk,warna,suara,dan gerak,
pada seorang bayi dorongan itu sering tampak pada gejala
tertariknya kepada bentuk – bentuk tertentu dari benda-
benda di sekitarnya, warna –warna cerah, suara yang nyaring,
dan berirama dan kepada gerak-gerak yang selaras. Sehingga
dorongan naluri ini merupakan landasan dari suatu unsur
terpenting dalam kebudayaan manuai yaitu kesenian.
F. MATERI DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan
terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian
dasar”, yaitu semua semua unsur kepribadian yang dimiliki
sebagian besar warga suatu masyarakat.
Kepribadian dasar ada karena semua individu warga masyarakat
mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama
pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai
kepribadian bangsa dapat dilakukan dengan mengumpulkan sample
dari warga masyarakat yang menjadi objek penelitian, yang
kemudian diteliti kepribadiannya dengan tes Psikologi.
Selain ciri watak umum, seorang Individu memilki ciri-ciri
wataknya sendiri, sementara adaindividu-individu dalam sample
yang tidak meliki unsur-unsur kepribadian umum. Pendekatan dalam
penelitian kepribadian suatu kebudaya juga dilaksanakan dengan
metode lain yang didasarkan pada ciri-ciri dan unsur watak
seorang individu dewasa.
Pembentukan watak dan jiwa individu banyak dipengaruhi oleh
pengalamannya di masa kanak-kanak serta pola pengasuhan orang
tua. Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli
Antropologi berpendirian bahwa dengan mempelajari adat-istiadat
pengasuhan anak yang khas akan dapat mengetahui adanya berbagai
unsur kepribadian pada sebagian besar warga yang merupakan akibat
dari pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak.
Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa
yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R.
Linton, dan M. Mead. Sehingga menjadi bagian khusus dalam
antropologi yang dinamakan personality and culture.
Seorang ahli etnopsikologi, A.F.C. Wallace, pernah membuat
suatu kerangka dimana terdaftar secara sistematikal seluruh
materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian
manusia. Kerangka itu menyebut tiga hal yang pada tahap pertama
merupakan isi kepribadian pokok, yaitu :
1. Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri, aneka warna
kebutuhan serta dorongan organik maupun psikologi sesama
manusia yang lain daripada diri sendiri. Sedangkan kebutuhan
tadi dapat dipenuhi atau tidak dipenuhi oleh individu yang
bersangkutan, sehingga memuaskan dan bernilai positif baginya,
atau tidak memuaskan dan bernilai negatif.
2. Aneka warna hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu
akan identitas diri sendiri atau identitas aku, baik aspek
fisik maupun psikologinya, dan segala hal yang bersangkutan
dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam kategori
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan
gejala alam, baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan
sekelilingnya.
3. Berbagai macam cara untuk memenuhi. Memperkuat, berhubungan,
mendapatkan, atau mempergunakan aneka warna kebutuhan dari hal
tersebut di atas, sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam
kesadaran individu bersangkutan. Pelaksanaan berbagai macam
cara dan jalan itu terwujud dalam aktivitas dari seorang
individu.
G. ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
Koentjraningrat (1985:115) menjelaskan bahwa Aneka warna
materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan,
kehendak, serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas
hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran
individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian
pada setiap manusia yang hidup dimuka bumi, dan menyebabkan bahwa
peribadian tiap individu itu unik berbeda dengan kepribadian
individu yang lain. Hal ini menyebabkan suatu tingkah laku yang
berpola yaitu kebiasaan maupun berbagai macam materi yang
menyebabkan timbulnya kepribadian , dan berbagai tingkah laku
berpola dari individu – individu tersebut.
H. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Perkembangan kepribadian menurut Jean Jacques Rousseau
berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir- 2 tahun)
Tahap ini didominasi oleh perasaan. Perasaan ini tidak tumbuh
dengan sendiri melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya
reaksi-reaksi bayi terhadap stimulus lingkungan.
Tahap perkembangan masa kanak-kanak (umur 2-12 tahun)
Pada tahap ini perkembangan kepribadian dimulai dengan makin
berkembangnya fungsi indra anak dalam mengadakan pengamatan.
Tahap perkembangan pada masa preadolesen (umur 12- 15 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada
anak sangat dominan. Anak mulai kritis dalam menanggapi ide orang
lain. anak juga mulai belajar menentukan tujuan serta keinginan
yang dapat membahagiakannya.
Tahap perkembangan masa adolesen (umur 15- 20 tahun)
Pada masa ini kualitas hidup manusia diwarnai oleh dorongan
seksualitas yang kuat, di samping itu mulai mengembangkan
pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan tingkah
laku yang bernilai moral.
Tahap pematangan diri (setelah umur 20 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Mulai
dapat membedakan tujuan hidup pribadi, yakni pemuasan keinginan
pribadi, pemuasan keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan
masyarakat. Pada masa ini terjadi pula transisi peran social,
seperti dalam menindaklanjuti hubungan lawan jenis, pekerjaan,
dan peranan dalam keluarga, masyarakat maupun Negara. Realisasi
setiap keinginan
I. KEPRIBADIAN UMUM
Koentjaraningrat (1985:117) mengutip pendapat Ralp Linton
menyatakan bahwa yang mengembangkan suatu penelitian tentang
kepribadian umum. Ia mencari hubungan dengan para ahli psikologi
untuk mempertajam pengertian tentang konsep – konsep psikologi
yang menyangkut kepribadian umum tersebut. Kepribadian dasar itu
ada karena semua individu dari warga masyarakat mengalami
pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama masa tumbuhnya.
Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi
oleh pengalaman ketika ia sebagai anak – anak yang diasuh orang –
orang dalam lingkungan nya seperti : bapak –ibunya, saudara-
saudaranya dan orang –orang yang ada dalam sekitarnya. Watak juga
ditentukan oleh cara – cara ia sewaktu masih kecil: diajari
makan,kebersihan,disiplin,bermain dan bergaul dengan anak – anak
lainnya. Oleh sebab itu setiap kebudayaan /masyarakat mempunyai
cara pengasuhan anak menunjukkan keseragaman pola –pola adat dan
norma –norma tertentu.
Penelitian pertama mengenal etos kebudayaan dan kepribadian
bangsa yang dimulai oleh antropolog: R. Benedit, Ralph Linton dan
Margaret Mead yang dikembangkan dalam penelitian kepribadian dan
kebudayaan.
Koertjaraningrat (1985;111-130) membedakan antara kepribadian
barat dan kepribadian timur, yaitu :
Kepribadian barat
Yaitu konsep tentang pandangan hidup yang lebih mementingkan
material,pikiran logis/rasional, hubungan sosial berorientasi
pada azas menguntungkan dan bersifat individual.
Kepribadian timur
Yaitu konsep tentang pandangan hidup yang lebih mementingkan
kerohanian, keramahan, solidaritas sosial, kerukunan hidup
bersama, spritual dan berpikir logis.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian
(personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang
mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola -pola
pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya
sejalan dengan kebiasaan umum.
Dari penjabaran para ahli bisa diambil kesimpulan bahwa,
kepribadian manusia itu teberbentuk dari proses pembelajaran
ataupun yang memang ada sejak lahir atau berupa naluri dan
dorongan yang bersifat alami.
Kadang-kadang pembentuk pribadi seseorang ada juga yang
berdasarkan pengalaman dimasa kanak-kanak, yang mana adanya pola
pengasuhan oleh orang tua serta naluri alami yang memang
memberikan respon ketika mengalami dan mempelajari sesuatu.
Sebagaimana unsur-unsur pengetahuan yang terdapat dalam
pembentukan kepribadian manusia, yang terhimpun menjadi satu,
juga tidak berasal dari naluri saja, tetapi juga pembelajaran.
Karena dalam alam bawah sadar manusia berbagi pengetahuan larut
dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali
tercampur aduk tidak teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Honigman, J.J.1954, Culture and Personality. New York, Harper & Bothers
Whiting, J.W.M., I.L Child.1953, Child Trining and Personality. A Cross-
Cultural Study. New Haven , Yale University press
Prof. Dr. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. 2002. Jakarta:
PT R
Wikipedia.2014.”Kepribadian”.”
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian”.17 Juni 2014.