37 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoeisis yang ditandai oleh penurunan produksi eritroid, mieloid, dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya keganasan sistem hematopoeitik ataupun kanker metastase yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua, atau ketiga sistem hemopoeisis. Aplasia yang hanya mengenai sistem eritropoitik disebut anemia hipoplastik (eritroblastopenia), yang hanya mengenai sistem granulopoitik disebut agranulositosis sedangkan yang hanya mengenai sistem megakariosit disebut Purpura Trombositopenik Amegakariositik (PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik. Menurut The International Agranulocytosis and Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia aplastik bila didapatkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin < 10 g/dl atau hematokrit < 30; hitung trombosit < 50.000/mm 3 ; hitung leukosit < 3.500/mm 3 atau granulosit < 1.5x10 9 /l. Anemia aplastik relatif jarang ditemukan namun berpotensi mengancam jiwa. Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia dan aplasia sumsum tulang. Pansitopenia adalah keadaan defisiensi pada semua elemen sel darah (eritrosit, leukosit dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoeisis yang ditandai oleh penurunan
produksi eritroid, mieloid, dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya
pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya keganasan sistem hematopoeitik
ataupun kanker metastase yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya pada
satu, dua, atau ketiga sistem hemopoeisis. Aplasia yang hanya mengenai sistem eritropoitik
disebut anemia hipoplastik (eritroblastopenia), yang hanya mengenai sistem granulopoitik
disebut agranulositosis sedangkan yang hanya mengenai sistem megakariosit disebut Purpura
Trombositopenik Amegakariositik (PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut panmieloptisis
atau lazimnya disebut anemia aplastik. Menurut The International Agranulocytosis and
Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia aplastik bila didapatkan hasil pemeriksaan
kadar hemoglobin < 10 g/dl atau hematokrit < 30; hitung trombosit < 50.000/mm3; hitung
leukosit < 3.500/mm3 atau granulosit < 1.5x109/l.
Anemia aplastik relatif jarang ditemukan namun berpotensi mengancam jiwa.
Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia dan aplasia sumsum tulang. Pansitopenia adalah
keadaan defisiensi pada semua elemen sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit). Terjadinya
pansitopenia dikarenakan oleh menurunnya produksi sumsum tulang atau dikarenakan
meningkatnya destruksi perifer.
Kejadian anemia aplastik pertama kali dilaporkan tahun 1888 oleh Ehrlich pada
seorang perempuan muda yang meninggal tidak lama setelah menderita penyakit dengan
gejala anemia berat, perdarahan dan hiperpireksia. Pemeriksaan postmortem terhadap pasien
tersebut menunjukkan sumsum tulang yang hiposeluler (tidak aktif). Pada tahun 1904,
Chauffard pertama kali menggunakan nama anemia aplastik. Puluhan tahun berikutnya
definisi anemia aplastik masih belum berubah dan akhirnya tahun 1934 timbul kesepakatan
pendapat bahwa tanda khas penyakit ini adalah pansitopenia sesuai konsep Ehrlich. Pada
tahun 1959, Wintrobe membatasi pemakaian nama anemia aplastik pada kasus pansitopenia,
37
hipoplasia berat atau aplasia sumsum tulang, tanpa adanya suatu penyakit primer yang
menginfiltrasi, mengganti, atau menekan jaringan hemopoietik sumsum tulang.
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan referat berjudul Anemia Aplastik ini bertujuan untuk menjelaskan definisi,
patogenesis, gejala klinis, penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan
prognosis mengenai Anemia Aplastik. Diharapkan dalam penulisan referat ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi dokter muda, khususnya penulis.
37
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hematopoiesis
2.1.1 Definisi Hematopoiesis
Hematopoiesis adalah pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Hematopoiesis
merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan sel darah dari sel
induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi
secara serentak.
Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses
pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk
memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
2.1.2 Tempat terjadinya hematopoiesis
A. Selama perkembangan embrio
Hematopoiesis pertama kali berlangsung dalam kantong kuning telur (yolk sac) dan
berlanjut dihati, limpa, nodus limfe, dan seluruh sumsum tulang janin yang sedang
berkembang.
B. Setelah lahir dan masa kank-kanak
Setelah lahir dan masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam sumsum semua
tulang .
C. Pada orang dewasa
Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk pada sumsum tulang merah (Red Bone
Marrow) yang ditemukan dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang
ilia girdel pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang masuk ke sirkulasi utama dari sumsum
tulang melalui vena rangka.
37
2.1.3 Proses Hematopoiesis
Red bone marrow (RBM) merupakan jaringan ikat yang sangat tervaskularisasi yang
terletak pada rongga-rongga mikroskopik diantara traberkula jaringan tulang spons. RBM
terutama terdapat pada tulang aksial, pektoral, dan pelvis, dan pada epifisa proksimal dari
humerus dan femur. Sekitar 0,005-0,1% sel-sel RBM merupakan derivasi dari mesenkim,
yang dinamakan pluripotent stem cells atau hemositoblast. Sel-sel ini memiliki kapasitas untuk
berkembang menjadi banyak tipe sel lain. Pada bayi yang baru lahir, seluruh bone marrow
merupakan RBM yang aktif dalam produksi sel darah. Seiring dengan pertumbuhan individu,
rata-rata produksi sel darah berkurang; RBM pada rongga medular tulang panjang menjadi
tidak aktif dan digantikan oleh yellow bone marrow (YBM) yang merupakan sel-sel lemak.
Pada kondisi-kondisi tertentu, seperti saat terjadi pendarahan, YBM dapat berubah menjadi
RBM dengan ekstensi RBM kearah YBM, dan repopulasi YBM oleh pluripotent stem cells.
Stem cells pada RBM memperbanyak diri sendiri, berproliferasi, dan berdiferensiasi
menjadi sel yang selanjutnya akan berkembang menjadi sel darah, makrofag, sel retikular, sel
mast, dan adiposit. Sebagian stem cells juga membentuk osteoblast, chondroblast, dan sel-sel
otot. Sel retikular memproduksi serabut retikular, yang membentuk stroma untuk menunjang
sel-sel RBM. Saat sel darah selesai diproduksi di RBM, sel tersebut masuk ke sirkulasi darah
melalui sinusoid (sinus), kapiler-kapiler yang membesar dan mengelilingi sel-sel dan serabut
RBM. Terkecuali limfosit, sel-sel darah tidak membelah setelah meninggalkan RBM.
Untuk membentuk sel darah, pluripotent stem cells di RBM memproduksi 2 jenis stem
cells lanjutan, yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa jenis sel. Sel-
sel ini dinamakan myeloid stem cells dan lymphoid stem cells. Sel myeloid memulai
perkembangannya di RBM, dan selanjutnya akan menghasilkan sel-sel darah merah, platelet,
monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil. Sel lymphoid mulai berkembang di RBM dan
mengakhiri perkembangannya di jaringan-jaringan limpatik; sel-sel ini akan membentuk
limfosit.
Saat berlangsung hematopoiesis, beberapa sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel
progenitor. Sel myelod yang lain dan sel-sel lymphoid berkembang langsung menjadi sel
prekursor. Sel-sel progenitor tidak lagi memiliki kemampuan untuk memperbanyak dirinya
sendiri, dan sebagai gantinya membentuk elemen darah yang lebih spesifik.
37
Pada tahap selanjutnya, sel-sel ini dinamakan sel prekursor, dikenal juga dengan
sebutan blast. Melalui beberapa tahap pembelahan, sel-sel ini berkembang menjadi sel darah
yang sebenarnya. Sebagai contoh, monoblast berkembang menjadi monosit, myeloblast
eosinofilik berkembang menjadi eosinofil, dan seterusnya. Sel prekursor dapat dikenali dan
dibedakan gambaran mikroskopisnya.
Gambar Hematopoiesis
37
37
Gambar Hematopoiesi
2.2 Definisi Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu sindroma kegagalan sumsum tulang yang ditandai
dengan pansitopenia perifer dan hipoplasia sumsum tulang. Pada anemia aplastik terjadi
penurunan produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga menyebabkan retikulositopenia,
anemia, granulositopenia, monositopenia dan trombositopenia. Istilah anemia aplastik sering
juga digunakan untuk menjelaskan anemia refrakter atau bahkan pansitopenia oleh sebab
apapun. Sinonim lain yang sering digunakan antara lain hipositemia progressif, anemia
aregeneratif, aleukia hemoragika, panmyeloptisis, anemia hipoplastik dan anemia paralitik
toksik.
2.3 Epidemiologi Anemia Aplastik
Anemia aplastik jarang ditemukan. Insidensi bervariasi di seluruh dunia, berkisar
antara 2 sampai 6 kasus persejuta penduduk pertahun. Analisis retrospektif di Amerika Serikat
memperkirakan insiden anemia aplastik berkisar antara 2 sampai 5 kasus persejuta penduduk
pertahun. The Internasional Aplastic Anemia and Agranulocytosis Study dan French Study
memperkirakan ada 2 kasus persejuta orang pertahun. Frekuensi tertinggi anemia aplastik
terjadi pada orang berusia 15 sampai 25 tahun; peringkat kedua terjadi pada usia 65 sampai 69
tahun. Anemia aplastik lebih sering terjadi di Timur Jauh, dimana insiden kira-kira 7 kasus
persejuta penduduk di Cina, 4 kasus persejuta penduduk di Thailand dan 5 kasus persejuta
penduduk di Malaysia. Penjelasan kenapa insiden di Asia Timur lebih besar daripada di negara
Barat belum jelas. Peningkatan insiden ini diperkirakan berhubungan dengan faktor
lingkungan seperti peningkatan paparan dengan bahan kimia toksik, dibandingkan dengan
faktor genetik. Hal ini terbukti dengan tidak ditemukan peningkatan insiden pada orang Asia
yang tinggal di Amerika.
37
2.4 Klasifikasi Anemia Aplastik
Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Klasifikasi menurut kausa :
1. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira 50% kasus.
2. Sekunder : bila kausanya diketahui.
3. Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan, misalnya anemia
Fanconi
B. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis.
Tabel . Klasifikasi anemia aplastik berdasarkan tingkat keparahan.
Anemia aplastik berat
Anemia aplastik sangat berat
Anemia aplastik tidak berat
- Seluraritas sumsum tulang < 25% atau 25-50%
dengan < 30% sel hematopoietik residu, dan
- Dua dari tiga kriteria berikut :
netrofil < 0,5x109/l
trombosit < 20x109 /l
retikulosit < 20x109 /l
Sama seperti anemia aplastik berat kecuali
netrofil <0,2x109/l
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia
aplastik berat atau sangat berat; dengan sumsum
tulang yang hiposelular dan memenuhi dua dari
tiga kriteria berikut :
- netrofil < 1,5x109/l
- trombosit < 100x109/l
37
- hemoglobin <10 g/dl
2.5 Etiologi Anemia Aplastik
Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia. Akan tetapi,
kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak diketahui.
Anemia aplastik dapat juga terkait dengan infeksi virus dan dengan penyakit lain.
Tabel. Klasifikasi Etiologi Anemia aplastik.
Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)