MAKALAH AKHLAK TASAWUF “Akhlak Tasawuf Akhlaqi dan Akhlak Tasawuf Amali” Kelompok 4 : Armila Sofi S 1211702007 Diah Rosmiati 1211702015 Diki Cahyana 1211702018 Dita Eka Winanti 1211702019 Eka Wartika 1210703010 Irma Nurhayati 1211702040 Jafar Aziz Permana 1211702042 Biologi III A BIOLOGI SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH AKHLAK TASAWUF
“Akhlak Tasawuf Akhlaqi dan Akhlak Tasawuf Amali”
Kelompok 4 :
Armila Sofi S 1211702007
Diah Rosmiati 1211702015
Diki Cahyana 1211702018
Dita Eka Winanti 1211702019
Eka Wartika 1210703010
Irma Nurhayati 1211702040
Jafar Aziz Permana 1211702042
Biologi III A
BIOLOGI
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadarat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami bisa merampungkan makalah ini yang berjudul “”. Tak lupa kami ucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang mendukung sehingga makalah yang merupakan tugas kuliah,
selesai tepat pada waktunya dan dipersentasikan sebagai pertanggungjawaban kami dalam
membuat makalah ini.
Terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sampai kami bisa
menyelesaikan tugas yang diberikan. Makalah ini tidak akan rampung jika tidak ada kesolidan di
dalam kelompok.
Bandung, 28 November 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….
Bab I. Pendahuluan…………………………………………………………………………
Latar Belakang………………………………………………………………………………
Rumusan Masalah………………………………………………………………………….
Tujuan………………………………………………………………………………………
Bab II. ISI……………………………………………………………………………………
Bab III. Penutup……………………………………………………………………………....
Kesimpulan………………………………………………………………………………….
Referensi……………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan tasawuf, para ahli membagi tasawuf menjadi dua, yaitu
tasawuf yang mengarah pada perilaku dan tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku dan
tasawuf yang mengarah pada teori-teori yang rumit dan memerlukan pemahaman mendalam.
Tasawuf pertama sering disebut tasuwuf akhlaqi. Ada yang menyebutkan tasawuf yang sering
dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientas ke arah kedua disebut tasawuf
falsafi. Tasawuf banyak dikembangakan para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof di
samping sebagai sufi. Pembagian dua jenis tasawuf di atas didasarkan atas kecenderungan ajaran
yang dikembangkan, yakni kecenderungan pada perilaku atau moral keagamaan dan
kecenderungna pada pemikirin.
Kajian yang berkenaan dengan akhlak ini menjadikan tasawuf terlihat sebagai amalan
yang sangat sederhana dan mudah dipraktekkan oleh semua orang. Kesederhanaannya dilihat
dari kemudahan landasan-landasan atau alur befikirnya. Tasawuf pada alur yang sederhana ini
kelihatannya banyak ditampilkan oleh kaum salaf. Perhatian mereka lebih tertuju pada realitas
pengamalan Islam dalam praktek yang lebih menekankan perilaku manusia yang terpuji.
Dengan munculnya para sufi yang juga filosofi, orang mulai membedakannya dengan
tasawuf yang mula-mula berkembang, yakni tasawuf akhlaqi. Kemudian, tasawuf akhlaqi ini
diidentikkan dengan tasawuf sunni. Hanya saja, titik tekan penyebutan tasawuf sunni dilihat pada
upaya yang dilakukan oleh sufi-sufi yang memegari tasawufnya dengan Al-Quran dan As-
Sunnah. Dengan demikian terbagi menjadi dua, yaitu sunni yang lebih berorientasi pada
pengokohan akhlak, dan tasawuf falsafi, yakni aliran yang menonjolkan pemikiran-pemikiran
filosofis dengan ungkapan-ungkapan ganjilnya (syathahiyat) dalam ajaran-ajaran yang
dikembangkannya. Ungkapan-ungkapan syathahiyat itu bertolak dari keadaan yang fana menuju
pernyataan tentang terjadinya penyatuan ataupun hulul. Dalam pengertian ini, Tasawuf Amali
berkonotasikan tarekat. Tarekat dibedakan antara kemampuan sufi yang satu dari pada yang lain,
ada orang yang dianggap mampu dan tahu cara mendekatkan diri kepada Allah, dan ada orang
yang memerlukan bantuan orang lain yang dianggap memiliki otoritas dalam masalah itu. Dalam
perkembangan selanjutnya, amalan lahiriah dan latihan olah batiniah dalam usaha untuk
mendekatkan diri kepada Allah, yaitu dengan melakukan macam-macam amalan yang terbaik
serta cara-cara beramal yang paling sempurna. Menurut para sufi, ajaran agama itu mengandung
dua aspek, lahiriah dan bathiniyah. Tasawuf Akhlaqi pada mulanya tasawuf itu ditandai dengan
ciri-ciri psikologis dan moral, yaitu pembahasan analisis tentang jiwa manusia dalam upaya
menciptakan moral yang sempurna. Dalam pandangan sufi, ternyata manusia depedensia kepada
hawa nafsunya. Manusia dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi, bukan manusia
yang mengendalikan hawa nafsunya. Kenikmatan hidup di dunia menjadi tujuan,bukan lagi
sebagai jembatan emas menuju kebahagiaan sejati.efek dari pandangan hidup seperti ini emnuju
kearah pertentangan manusia dengan sesama manusia, sikap ethnosentrisme, egoisme,
persaingan tidak sehat, sehingga manusia lupa kepada eksistensialnya sebagai hamba Allah.
Karena ekspresi manusiawinya sebagian besar dihabiskan untuk persoalan-persoalan duniawi,
menyebabkan ingatan dan perhatiannya jauh dari Tuhan.
Menurut orang sufi,Untuk merehabilitir sikap mental yang tidak baik tidak akan berhasil
apabila terapinya hanya dari aspek lahiriah saja. Itulah sebabnya, pada tahap-tahap awal
memasuki kehidupan tasawuf, seorang kandidat diharuskan melakukan amalan dan latihan yang
cukup berat, tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu, untuk menekan hawa nafsu sampai
ke titik terendah dan bila memungkinkan mematikan hawa nafsu itu sama sekali.
B. Rumusan Masalah
1. Pembagian tasawuf ?
2. Tokoh-tokoh tasawuf dan pemikirannya ?
3. Tujuan Penulisan
a. Agar mengetahui apa itu tasawuf. Tasawuf akhlaqi dan tasawuf amali?
b. Mengetahui pembagian tasawuf.
4. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, kita sebagai manusia harus :
o Dapat menerapkan dan mempraktekan dari prinsip tasawuf sebagai dasar pola
hidup yang sederhana dan tidak tamak.
o Dapat melakukan hubungan yang baik dengan lingkungan, dan kepada tuhannya.
o Mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa.
C. Tujuan
o Dapat menerapkan dan mempraktekan dari prinsip tasawuf sebagai dasar pola
hidup yang sederhana dan tidak tamak.
o Dapat melakukan hubungan yang baik dengan lingkungan, dan kepada tuhannya.
o Dapat membedakan antar taswuf akhlaqi dan tasawuf amali.
BAB II
ISI
A. Pengertian Akhlak Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori perilaku, akhlaq atau
budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan,
taawuf seperti ini berupaya untuk menghindari akhlaq mazmunah dan mewujudkan akhlaq
mahmudah. Tasawuf seperti ini dikembangkan oleh ulama’ lama sufi.
Dalam pandangan para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang
tidak baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriyah. Oleh karena itu pada tahap-
tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seseorang diharuskan melakukan amalan dan latihan
kerohanian yang cukup berat tujuannya adalah mengusai hawa nafsu, menekan hawa nafsu,
sampai ke titik terendah dan -bila mungkin- mematikan hawa nafsu sama sekali oleh karena itu
dalam tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh seorang sufi.
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari
akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan
yang berlebihan kepada urusan duniawi.
Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri
dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah
mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama
baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar
adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan
adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada
Tuhan
Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli,
maka rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya adalah fase tajalli. Kata tajalli bermakna
terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan organ-organ tubuh –
yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan sudah terbiasa melakukan
perbuatan-perbuatan yang luhur- tidak berkurang, maka, maka rasa ketuhanan perlu
dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa
kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.
B. PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN TASAWUF ‘AMALI
Tasawuf amali adalah menghapus sifat-sifat yang tercela, melintasi semua hambatan itu,
dan menghadap total dengan seganap esensi diri hanya kepada Allah SWT. Di dalamnya terdapat
kaidah-kaidah suluk (perjalanan tarbiyah ruhiyah), macam-macam etika (adab) secara terperinci,
seperti hubungan antara murid dengan shaykh, ‘uzlah dengan khalwah, tidak banyak makan (al-
ju’), mengoptimalkan waktu malam, diam, memperbanyak dzikir, dan semua yang berkaitan
dengan kaidah-kaidah suluk dan adab.
Pada hakikatnya metode kaum sufi ini hanyalah sebuah lanjutan atau pengembangan dari
tasawuf nazari (tasawuf Sunni). Dinamakan tasawuf ‘amali adalah karena sisi amal di dalamnya
lebih dominan dari sisi nazari (teori), akan tetapi tidak berarti tasawuf ini kosong dari teori,
bahkan sisi ini lebih sempurna dan komprehensip dari sisi pertama. Istilah ‘amali di sini
menunjukkan bahwa tasawuf ini telah menjadi sebuah madrasat tariqah (tarbiyah ruhiyah
kolektif) yang terorganisir.
Tasawuf ini berawal dari sifat zuhud, kemudian tasawuf dan akhlak (Sunni), berakhir
kepada sistem tarbiyah kolektif (tariqat jama’i). Inilah akar perkembangan tariqah yaitu
semenjak abad keenam dan ketujuh hijriyah. Maka kita dapati tariqah ini adalah sebuah janji
antara Shaykh dan muridnya untuk bertaubat, istiqomah, masuk kepada jalan Allah dan
senantiasa mengingat-Nya (al-dhikr), serta beramal dengan etika dan dasar-dasar tariqah yang
harus diikuti oleh seorang murid di samping melaksanakan wirid-wirid (rutinitas ibadah), serta
al-hizb (gubahan do’a) Shaykh tariqah pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Tasawuf ini menjadi bentuk kolektif setelah sebelumnya berjalan secara individu-
individu yang terpisah dan tidak terorganisir. Akhirnya tasawuf ini mereka namakan: “kumpulan
individu-individu sufi yang berloyalitas kepada Shaykh tertentu, dan patuh terhadap sistem
tarbiyah ruhiyah, hidup secara kolektif di zawiyah, rubbat, dan khanaqah, mengadakan
perkumpulan rutin pada kesempatan-kesempatan tertentu, serta mengadakan majlis-majlis ilmu
dan dzikir secara teratur.
Kajian tasawuf ‘amali ini berkembang pada abad 3 dan 4 H. Pada masa ini terdapat dua
kecenderungan para tokoh. Pertama cenderung pada kajian tasawuf yang bersifat ‘amali yang
didasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Kedua cenderung pada kajian tasawuf falsafi dan
banyak berbaur dengan kajian filsafat metafisika.
Dalam lingkungan aliran pertama diantaranya muncul tiga orang penulis aliran tasawuf
terkenal yang buku-bukunya masih dapat ditemukan dewasa ini.(1) Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi,
seorang penulis kitab besar dan fundamentalis dalam tasawuf berjudul al-Luma’ (2) Abu Talib
al-Maki membuktikan keabsahan dari doktrin dan praktik sufi dalam karyanya Qut al-Qulub (3)
Abu Bakr al-Kalabazi penulis buku kecil Ta’aruf li Madhhab al-Tasawwuf. Ketiga penulis
tersebut telah memperkenalkan doktrin dan praktik tasawuf yang muncul pada abad 4 H dan
sebelumnya.
Imam terbesar tasawuf ‘amali, yang telah berhasil menyatukan antara teori dan amal
adalah Shaykh Abd al-Qodir al-Jilani (470 H/1077 M - 561 H/1166 M), dia adalah orang
pertama yang mendirikan madrasah ini dalam bentuk tariqah. Kemudian diikuti oleh Imam
Ahmad al-Rifa’i (w.578 H/1106 M), Imam Abu al-Hasan al-Shadhili, dan Imam Baha’ al-Din
Muhammad al-Naqshabandi (717-791 M), dan Imam lainya. Mereka adalah ulama-ulama dalam
ilmu-ilmu Islam, dan teladan yang baik dalam akhlak yang mulia, serta para murshid yang
membimbing untuk sampai kepada ma’rifah kepada Allah SWT dengan al-Qur’an dan al-
Sunnah.
Sehingga menurut penulis, tasawuf ‘amali ini identik dengan aliran tariqah sufiyyah yang
didalamnya ada berbagai unsur praktik ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan menekankan aspek amaliah. Artinya, dalam melaksanakan tasawuf tidak hanya sekedar
teori tetapi juga praktik, sehingga lebih bisa merasakan tujuan utama daripada tasawuf yaitu
dekatnya seorang makhluq kepada al-Khaliq.
C. Tokoh-tokoh Tasawuf dan Pemikirannya
Tasawuf Akhlaki merupakan tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak’
mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan menuasia yang dapat ma’rifah kepada Allah,
dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut
juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan oleh ulama salaf as-
salih.
Tasawuf Sunni (akhlaki) yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an
dan Sunnah, terikat, bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan keduanya, mengontrol
prilaku, lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca keduanya. Sebagaimana ungkapan
Abu Qosim Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini terikat dengan dasar-dasar Al-qur’an
dan Sunnah”, perkataannya lagi: “Barang siapa yang tidak hafal (memahami) Al-qur’an
dan tidak menulis (memahami) Hadits maka orang itu tidak bisa dijadikan qudwah dalam
perkara (tarbiyah tasawuf) ini, karena ilmu kita ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”.
Tasawuf ini diperankan oleh kaum sufi yang mu’tadil (moderat) dalam pendapat-
pendatnya, mereka mengikat antara tasawuf mereka dan Al-qur’an serta Sunnah dengan
bentuk yang jelas. Boleh dinilai bahwa mereka adalah orang-orang yang senantiasa
menimbang tasawuf mereka dengan neraca Syari’ah.
Tasawuf ini berawal dari zuhud, kemudian tasawuf dan berakhir pada akhlak.
Mereka adalah sebagian sufi abad kedua, atau pertengahan abad kedua, dan setelahnya
sampai abad keempat hijriyah. Dan personal seperti Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa,
al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti, al-Harowi, adalah merupakan tokoh-
tokoh sufi utama abad ini yang berjalan sesuai dengan tasawuf sunni. Kemudian pada
pertengahan abad kelima hijriyah imam Ghozali membentuknya ke dalam format atau
konsep yang sempurna, kemudian diikuti oleh pembesar syekh Toriqoh. Akhirnya menjadi
salah satu metode tarbiyah ruhiyah Ahli Sunnah wal jamaah. Dan tasawuf tersebut menjadi
sebuah ilmu yang menimpali kaidah-kaidah praktis.
Tasawuf ini juga dinamakan tasawuf nazhari (teori), demikian, karena tasawuf Islam
terbagi kepada nazhari dan amali (praktek). Dan hal ini tidak berarti bahwa tasawuf nazhori
ini kosong dari sisi praktis. Istilah teori ini hanya melambangkan bahwa tasawuf belum
menjadi bentuk thoreqoh (tarbiyah kolekltif) secara terorganisir seperti toreqoh yang terjadi
sekarang ini.
Junaid Al-Baghdadi
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Junaid bin Muhammad al-Kazzaz al-
nihawandi. Dia aadalah seorang putera pedagang barang pecah belah dan keponakan Surri
al-Saqti serta teman akrab dari Haris al-Muhasibi. Dia meninggal di Baghdad pada tahun
297/910 M. dia termasuk tokoh sufi yang luar biasa, yang teguh dalam menjalankan syari`at
agama, sangat mendalam jiwa kesufiannya. Dia adalah seorang yang sangat faqih, sering
memberi fatwa sesuia apa yang dianutnya, madzhab abu sauri: serta teman akrab imam
Syafi`i.
Al-Qusyairi An-Naisabury
Dialah Imam Al-Qusyary an-Naisabury, tokoh sufi yang hidup pada abad kelima
hijriah. Tepatnya pada masa pemerintahan Bani Saljuk. Nama lengkapnya adalah Abdul
Karim al-Qusyairy, nasabnya Abdul Karim ibn Hawazin ibn Abdul Malik ibn Thalhah ibn
Muhammad. Ia lahir di Astawa pada Bulan Rabiul Awal tahun 376 H atau 986 M.
Al-Qusyairy banyak menelaah karya-karya al-Baqillani, dari sini ia menguasai
doktrin Ahlusunnah wal Jama’ah yang dikembangkan Abu Hasan al-Asy’ary (w.935 M) dan
para pengikutnya. Karena itu tidak mengherankan, kalau Kitab Risalatul Qusyairiyah yang
merupakan karya monumentalnya dalam bidang Tasawuf -dan sering disebut sebagai salah
satu referensi utama Tasawuf yang bercorak Sunni-, Al-Qusyairy cenderung
mengembalikan Tasawuf ke dalam landasan Ahlusunnah Wal Jama’ah. Dia juga penentang
keras doktrin-doktri aliran Mu’tazilah, Karamiyah, Mujassamah dan Syi’ah. Karena
tindakannya itu, Al-Qusyairy pernah mendekam dalam penjara selama sebulan lebih, atas
perintah Taghrul Bek, karena hasutan seorang menteri yang beraliran Mu’tazilah yaitu Abu
Nasr Muhammad ibn Mansyur al-Kunduri
Ajaran-Ajaran Akhlak Tasawuf
1. Hasan AL-BashriAjaran akhlak Hasan Al-Bashri tentang hidup dan kehidupan sangat berarti
bagi umat Islam. Ia mengajarkan kehidupan yang tawadhu‟, zuhud, sabar, syukur, khauf,
raja‟, dan ajaran tentang tafakur bini’mah. Manusia yang memahami dunia sebagai ladang
beramal akan memiiki akhlak yang baik dan terpuji karena ia mengetahui dengan yakin
bahwa amalnya tidak akan sia-sia di mata AllahSWT.
2. Al-Muhasibi Pandangan sufisiknya mengajarkan aga manusia berakhlak dengan cara mawas
diri dari segala perbuatan dosa. Manusia berakhlak dimulai dengan taat kepada Allah SWT
dan menyucikan diri dengan memperbanyak zikir dan bertobat, sehingga manusia aka dengan
mudah mengenal AllahSWT dan Allah SWT pun akan menyukainya.
3. Al-QusyairiAjaran akhlak Al-Qusyairi adalah akhlak yang berdasarkan pada syariat yang
benar menurut Al-Quran dan As-Sunnah. Menurutnya akhlak mukia yang harus dilaksanakan
adalah akhlak yang
D. ISTILAH-ISTILAH DALAM TASAWUF ‘AMALI,
ada beberapa istilah yang perlu diketahui. Pertama adalah murid yang terdiri atas:
1. Mubtadi’ yaitu orang yang baru memulai memepalajari shari’ah.
2. Mutawasit}, yaitu seseorang yang sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
shariat Islam.
3. Muntahi, yaitu seseorang yang ilmu shari’ahnya telah matang. Dan telah menjalani tariqah
dan mendalami ilmu bathiniah sehingga jiwanya bersih dan tidak melakukan maksiat.
Lebih lanjut Imam al-Ghazali membagi tasawuf menjadi tiga tingkatan. Pertama murid
(talib) dan kedua, mutawasit (sair) serta yang ketiga, disebut sebagai muntaha (wasil). Murid
adalah orang yang memegang kendali waktunya, sedang mutawasit yang mengamalkan
perilakunya, serta muntaha, adalah orang yang telah memiliki keteguhan keyakinan. Jadi dalam
diri seorang murid, shari’ah mempunyai peranan yang penting dalam memasuki lapangan
tasawuf.
Istilah kedua yang perlu diketahui dalam tasawuf ‘amali adalah Shaykh. Shaykh disebut
juga dengan murshid. Dilihat dari jenis amalan dan ilmu yang dipelajari, dalam tasawuf
‘amaliada empat tingkatan kelompok ilmu yang harus dipelajari, yaitu:
Pertama, Shariah yaitu amalan lahir yang terkumpul pada rukun Islam yang lima. Shariat
ini bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah.
Kedua, Tariqah yaitu tata cara yang telah digariskan dalam agama dan dilakukan hanya
karena penghambaan diri kepada Allah SWT.
Ketiga, Haqiqah yaitu diartikan sebagai aspek batiniah. Haqiqah merupakan rahasia yang
paling dalam dalam dari segala amal, inti dari shariah, dan akhir dari perjalanan yang
ditempuh seorang sufi.
Keempat, ma’rifah yaitu pengalaman, pemahaman dan penghayatan yang mendalam
tentang Tuhan melalui hati sanubari yang sedemikian luas dan lengkap, sehingga jiwa
seorang sufi merasa menyatu dengan Tuhan.
Dalam tasawuf ‘amali dikenal beberapa istilah yang menunjukkan derajat seseorang sufi
melalui bimbingan seorang Shaykh yaitu:
1. al-Manazil, yaitu tempat-tempat perhatian yang dilalui oleh mubtadi’.
2. al-Mashahid, yaitu hal yang terlihat ditengah perjalanan yang sedang ditempuh oleh mutawasit
maupun muntahi.
3. al-Maqamah, yaitu derajat yang diperoleh oleh seorang sufi setelah mampu berjuang melawan
hawa nafsu.
4. al-Ahwal, yaitu derajat atau situasi kejiwaan seseorang yang diperoleh dari Allah SWT, bukan
dari hasil usahanya. Yang dapat digolongkan dalam al-ahwal adalah al-muraqabah, al-qawf, al-
raja’, al-shawq, al-uns.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam makalah ini, antara
lain:
Ada beberapa perbedaan mengenai definisi atau pengertian dari tasawuf. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan pengalaman para sufi dalam proses mendekatkan diri
kepada Allah SWT melalui berbagai amaliah yang dilakukannya.
Secara historis, tasawuf dalam arti amaliah sudah muncul pada awal kelahiran agama
Islam, yaitu sejak Nabi Muhammad SAW yang sering berkhalwah ke gua Hira untuk
menghindarkan diri dari hawa nafsu keduniawian, juga dalam rangka mencari jalan
untuk membersihkan hati dan menyucikan jiwa.
Pada awalnya muncul dua golongan tasawuf, yaitu tasawuf sunni dan tasawuf falsafi.
Pada perkembanganya ada tiga golongan tasawuf, yatitu tasawuf ‘akhlaqi, tasawuf
‘amali dan tasawuf falsafi. Penggolongan ini berdasarkan apa yang menjadi fokus
utama dalam tasawuf tersebut.
tasawuf akhlaqi adalah ajaran tasawuf yang inti pengajarannya mengarah pada
penyucian segala sifat yang Allah tidak ridho, sehingga melahirkan komunitas
manusia mulia di hadapan Allah dan makhluk-Nya.
Tasawuf ‘amali merupakan tasawuf yang mengedepankan mujahadah, dengan
menghapus sifat-sifat yang tercela, melintasi semua hambatan itu, dan menghadap
total dengan seganap esensi diri hanya kepada Allah SWT.
Tasawuf ‘amali merupakan perkembangan dari tasawuf sunni yang sudah muncul pada
abad pertama dan kedua Hijriyah.
Referensi
Mukhtar Hadi, M.Si. 2009. Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf.
Yogyakarta: Aura Media.
Simuh. 1997. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Suriono. 2011. Tasawuf amali. http://referensiagama.blogspot.com. Diakses pada tanggal