BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar belakang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang
tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat
terjadi disekolah maupun dirumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira
sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa
(Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah
kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk
diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsesus
pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 305% atau sekitar
2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah
sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1%
sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu
untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku,
datang dengan keluhan yang bekaitan dengan ADHD (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006). Di bebeapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya
lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat,
jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di
Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup
fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15
diantaranya menderita hiperaktif. Untuk Indonesia sendiri belum
diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung
meningkat (Pikiran rakyat, 2009).Dewasa ini, anak ADHD semakin
banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia meningkat
menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD.
Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik
ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol
pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan,
dan lain-lain (Verajanti, 2008).1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar gangguan perilaku (ADHD) ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)
?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan
keperawatan gangguan perilaku (ADHD) pada anak dan remaja.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi gangguan perilaku
(ADHD)
b. Agar mahasiswa mampu menyebutkan etiologi dan manifestasi
klinis gangguan perilaku (ADHD)
c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan WOC dan penatalaksanaan
gangguan perilaku (ADHD)
d. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada gangguan
perilaku (ADHD)e. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa
keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)f. Agar mahasiswa mampu
merencenakan dan melaksanakan rencana keperawatan yang telah
disusun
g. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilaksanakan
1.4 Manfaat penulisan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi gangguan perilaku
(ADHD)
b. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis
gangguan perilaku (ADHD)
c. Mahasiswa mampu menjelaskan WOC dan penatalaksanaan gangguan
perilaku (ADHD)
d. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada gangguan perilaku
(ADHD)
e. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada gangguan
perilaku (ADHD)f. Mahasiswa mampu merencenakan dan melaksanakan
rencana keperawatan yang telah disusun
g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilaksanakan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar gangguan perilaku (ADHD)
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Tanda dan gejalaa.Perilaku tidak perhatian atau sukar
memusatkan perhatian
1) Mengabaikan hal-hal kecil
2) Membuat kesalahan dengan ceroboh
3) Sulit mempertahankan perhatian
4) Tidak terlihat mendengarkan
5) Tidak menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah
6) Sulit tidur
7) Menghindari tugas yang memerlukan pemikiran
8) Sering kehilangan sesuatu yang penting
9) Mudah terdistraksi oleh stimulus lain
10) Sering lupa dalam aktivitas sehari-harib.Perilaku hiperaktif
/impulsif1) Gelisah
2) Sering meninggalkan tempat duduk (mis, selama makan)
3) Berlari atau menaiki sesuatu secata berlebihan
4) Tidak dapat bermain dengan tenang
5) Selalu aktif, bergerak
6) Banyak bicara
7) Menjawab tanpa dipikirkan dulu
8) Sulit mengatur pekerjaannya
9) Tidak dapat menunggu giliran
10) Menganggu saudara kandung atau teman bermainAda beberapa
tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan ADHD
antara lain (Townsend,1998) :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
mengeliat-geliat.
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau
permainan atau keadaan di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak
dipikirkanterhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai
disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari
orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan
tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas bermain
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai
ke kegiatan lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan.
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk
tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik
tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya
berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
2.1.4 Web of caution
2.1.5 Penatalaksanaana. PerawatanPerawatan yang dapat dilakukan
orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain (Baihaqi
dan Sugiarmin,2006):1) Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom
ADHD di sekolah dan rumah.
2) Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak
yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak
serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri.
3) Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak
di kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan
perilaku pro sosial dan regulasi diri.
4) Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian
di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan
mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program
terapi.
5) Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga
dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati
dan permasalahan suami istri.
6) Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral.
7) Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak
dapat membahas permasalahan dan curahan hati probadinyaIntervensi
keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt
Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain (Videbeck,2008) :1)
Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
a) Hentikan perilaku yang tidak aman
b) Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima
c) Berikan pengawasan yang ketat
2) Meningkatkan performa peran dengan cara :
a) Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b) Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas
dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)
3) Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a) Dapatkan perhatian penuh anak
b) Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
c) Izinkan beristirahat
4) Mengatur rutinitas sehari-hari
a) Tetapkan jadual sehari-hari
b) Minimalkan perubahan
5) Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua
6) Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami
ADHDPengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang
digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain
tidak berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam jangka
panjang. Bagaimana nutrisi yang dianggap tepat untuk anak ADHD
(Verayanti ,2008):
a) Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% -
70% protein dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan malam
50% protein dan 50% karbohidrat. Karbohidrat yang dikonsumsi juga
yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga tidak mudah diubah
menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-kacangan, dll.
b) Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD
karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang
bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi, dll.
Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet,
juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c) Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung
gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan cokelat.
Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna. Gula menyebabkan
usus halus menjadi permeabel terhadap alergen. Tingginya kadar gula
dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar
insulin yang tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga
dapat memperparah keadaan anak ADHD.
d) Makan banyak sayuran dan buah
e) Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan
meningkatkan konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk
otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi hanya air yang
dianggap air.
f) Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti: kacang
almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot,
anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri,
nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari
wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang
berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi
alergi.
g) Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium,
tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan
flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat
tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara
berlebihan.
h) Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari
amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.
i) Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat
yang mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena
pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian
otak.b. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping
itu, pendekatan yang controversial antara lain melakukan diet
khusus dan penggunaan obatt-obatan serta vitamin tertentu
(Delphie,2006)
Obat stimulant yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara
lain (Videbeck,2008) :
1) Metilfenidant
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun atau keterlambatan
pertumbuhan, berikan setelah makan, dan efek obat lengkap dalam 2
hari.
2) Dekstroamfetamin (Dexedrine), amfetamin (adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosisi yang terbagi. Intervensi
keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2
hari.
3) Pemolin (cylert)Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian.
Intervensi keperawatan pantau peningkatan tes fungsi hati dan
supresi nafsu makan dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek
obat yang lengkap.Efek samping obat tersebut yang paling sering
terjadi adalah insomnia, kehilangan nafsu makan, dan penurunan
berat badan atau gagal menaikan berat badan. Kebanyakan obat yang
digunakan dalam menangani ADHD aman jika mengikuti perintah dokter.
Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek
samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan.
Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi
efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD
menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal. Hubungi
dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.Sebagian orang tua
merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan memgakibatkan si anak
menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia ketagihan obat
atau minuman beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat dibenarkan.
Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan
penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi ketagihan
obat-obatan dan minuman beralkohol (Permadi, 2007).2.2 Asuhan
keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien :
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, laki-laki cenderung
memiliki kemungkinan 4x lebih besardari perempuan untuk menderita
ADHD.
2. Keluhan Utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda-tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal
lelah
c. Perubahan suasana hati yang mendadak.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tanyakan pada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera
otak.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat Psiko, Sosio, dan Spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina
hubungan dengan teman sebayanya karena hiperaktivitas dan
impulsvitas.
7. Riwayat Tumbuh Kembang.
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alkohol,
atau obat-obatan selama kehamilan.
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan, lahir premature, berat badan lahir (BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung
diberikan imunisasi atau tidak.
8. Riwayat Imunisasi.
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi
lengkap.
Usia dalam batas normal.
10. Activity daily living (ADL) :
a. Nutrisi .
Anak nafsu makannya berkurang (anorexia).
b. Aktivitas.
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
c. Eliminasi.
Anak tidak mengalami gangguan dalam eliminasi.
d. Istirahat tidur.
Anak mengalami gangguan tidur.
e. Personal Hygine.
Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit
diatur.
2.2.2 Diagnosa
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al
(2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang
mengalami ADHD antara lain :
1. Risiko cidera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan
fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat,
serta penganiayaan dan pengabaian anak.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hungan antara
orang tua dan anak yang tidak memuaskan,
2.2.3 Perencanaan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al
(2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan di atas antara lain :1. Risiko cedera
berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive.Tujuan :
anak tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain
Kriteria Hasil :
K : anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptive diri sendiri.
A : anak mau mendiskusikan perasaan-perasaan yang
sebenarnya.
A : anak memperlihatkan tingkah laku yang hati-hati.
P : anak mampu duduk dengan tenang bisa untuk menunggu
giliran.
Intervensi :
1. Amati perilaku anak sering. lakukan hal ini melalui aktivitas
sehari-hari dan intervensi untuk menghindari timbulnya rasa waspada
dan kecurigaan
R/ anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran
memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang
membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain.
2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan
bunuh diri.
R/ pernyataan-pernyataan verbal seperti saya akan bunuh
diri.atau tak lama ibu saya tidak perlu bagi menyusahkan diri
karena saya atau perilaku-perilaku non verbal seperti
membagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan
berubah. Kebayakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah
menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau non verbal.
3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang
menyatakan persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan
menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah
tersebut timbul.
R/ diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan
seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajad perasaan lega
pada anak, suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka
dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan
anak.suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut
diperhatikan telah disampaikan.
4. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak.
R/ keselamatan fisik anak adalah priorias dari keperawatan.
5. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat
kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.
R/ hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa
aman.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan
fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat,
serta penganiayaan dan pengabaian anak.Tujuan : anak mengembangkan
dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan
dapat diterima social.
Criteria Hasil :
K : anak mengatasi kelebihan yang dimilikinya.
A : anak mampu menundukan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa
terpaksa untuk memanipulasi orang lain.
P : anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat
diterima secara social.
P : anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping
alternative yang dapat diterima secara social sesuai dengan gaya
hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons
terhadap rasa frustasi.
Intervensi :
1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realities
R/ penting bagi anak untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah
mungkin. Sukses meningkatkan harga diri.
2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
R/ komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai
makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri.
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya satu ke satu basis dan
pada aktivitas-aktivitas kelompok
R/ hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa
dia berharga bagi waktu anda.
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari
dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik
yang lihatnya sebagai negative.
R/ identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping individu yang
efektif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme sikap defensive. Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping
yang lebih adaptif.
R/ penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh
anak.
6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi
rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas
terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pengakuan tentang
kerja keras yang berhasil dan pengalaman positif bagi usaha-usaha
yang dilakukan.
R/ pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga berhubungan antara
orang tua dan anak yang tidak memuaskan.Tujuan : anak mampu
mengurangi ansietas nya.
Criteria Hasil :
K : anak mengetahui penyebab dari cemas.
A : anak mampu dalam memberi respons terhadap stress.
P : anak mampu menunjukkan perilaku yang baik.
P : anak tampak tenang dan tidak gelisah
Intervensi :
1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur,
konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukan rasa hormat
yang positif dan tulus.
R/ Kejujuran, ketersedian dan penerimaan meningkatkan
kepercayaan pada hubungan anak dengan staf dan perawat.
2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan
tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau jogging,
bola voli, latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga,
permainan-permainan kelompok.)
R/ tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan
manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik.
3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang
sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan tersebut
padanya.
R/ anak-anak cemas sering menolak hubungan antara
masalah-masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan
mekanisme-mekanisme pertahankan projektif dan pemindahan yang
dilebih-lebihkan.
4. Perawat harus mempertahankan suasana tenang.
R/ ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain
5. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan
ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan
fisiologi.
R/ keamanan anak adalah prioritas keperawatan.
6. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak.
Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap
penggunaanya.
R/ sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan kecurigaan
pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan sentuhan
sebagai suatu agresi.2.2.4 Pelaksanaan
2.2.5 Evaluasi
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKABaihaqi, MIF, Sugiarmin, M.2006.Memahami Anak
ADHD.cetakan I.Bandung: PT. Refika AditamaDelphie,B.2006.
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan
Inklusi.cetakan I.Bandung : PT Refika Aditama
Doengoes,M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F.2007. Rencana Asuhan
Keperawatam Psikiatri (Terjemahan) Edisi 3.Jakarta :EGC
Videbeck, S.L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Terjemahan)
Cetakan I. Jakarta:EGC
2