Page 1
BAB 1
A. CASE
Halaman 1
Ny. Fifi P0A0, 8 minggu kehamilan datang ke klinik kebidanan dengan keluhan perdarahan
dari kemaluan. Keluhan tersebut Ny. Fifi rasakan sejak 2 jam yang lalu. Keluhan tidak
disertai nyeri perut bagian bawah, Ny. Fifi juga tidak ada massa yang keluar melalui lubang
kemaluannya.
Ny. Fifi mengaku masih sulit untuk makan, mual dan muntah (+)
Ny. Fifi mengaku juga sering mudah lelah dan lesu
Ny. Fifi mengaku saat kehamilannya ini dia terkadang masih merokok
1. Identifikasi masalah apa yang dihadapi ny. Fifi!
2. Buatlah hipotesis dari keluhan ny. Fifi!
3. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang dibutuhkan?
Page 2
Halaman 2
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik
TB : 160 cm, BB : 50 kg
Tanda vital dalam batas normal
Kepala : mata : konjungtiva tidak pucat
Dada : Jantung dan Paru : tidak ada kelainan
Abdomen :
- kontur normal, palpasi suprapubik : tidak ada nyeri
- massa abdomen : tidak teraba
- Uterus : tidak teraba
Pemeriksaan Obstetri
Inspeksi : perdarahan vagina ringan, Chadwick sign positif
Pemeriksaan Speculum : fluxus positif dari ostium uteri eksternum
Vaginal toucher :
1. Portio : lembek, cervical motion tenderness (nyeri goyang)
2. Ostium Uteri : tertutup
3. Ukuran uterus : agak membesar
Hegar sign positif
Piskacek sign positif
4. Area Adnexa : tidak teraba massa, tidak nyeri
5. Douglas pouch : bulging (-), nyeri (-)
Pemeriksaan USG : tampak kantung kehamilan, djj : 120-160
Pemeriksaan Lab
Hb : 11 gr% (11.7-15.5)
HCG : 1700 mIU/ml (1500-2000)
Progesterone : 20 ng/ml
1. Identifikasi masalah ny. Fifi!
2. Buatlah hipotesis!
3. Jelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan!
4. Penatalaksanaan apa yang anda sarankan pada ny. Fifi!
Page 3
Halaman 3
Ny. Fifi didiagnosa abortus iminens, ny. Fifi disarankan untuk berhenti merokok. Untuk
keluhan mual dan muntah, ny. Fifi disarankan mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil
namun sering dan diberi vitamin B kompleks
Ny. Fifi disarankan bed rest dan diberikan obat progesteron suppositoria 400 mg/hr
Selain itu ny. Fifi juga diberi suplemen asam folat 400mcg/hari
Akan tetapi ny. Fifi khawatir kalau perdarahan itu berulang lagi di bulan-bulan berikutnya.
Dokter menyarankan ny. Fifi untuk antenatal care teratur.
1. Jelaskan abortus!
2. Jelaskan farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, efek samping
terapi farmakologik yang diberikan pada ny. Fifi?
3. Apa kelainan perdarahan yang mungkin terjadi pada trimester berikutnya? Jelaskan!
4. Jelaskan tentang antenatal care!
B. LEARNING PROGRESS REPORT
Page 4
TERMINOLOGI
1. Chadwick sign
2. Fluxus
3. Hegar sign
4. Piskacek sign
5. Adneksa
6. Douglas Pouch
7. Bulging
PROBLEM
Ny. Fifi 24 tahun P0A0
KU : perdarahan dari kemaluan sejak 2 jam yang lalu
KT : sulit makan, mual dan muntah (+), mudah lelah, lesu
R.Sos : kadang masih merokok
HIPOTESIS
Hiperemesis gravidarum
Abortus
AUB (Abnormal Uterus Bleeding)
Kehamilan ektopik
Mola hidatidosa
Anemia
MEKANISME
Page 5
Ny. Fifi P0A08 minggu kehamilan
KUPerdarahan dari kemaluan sejak 2 hari yang lalu
KT-sulit makan-mual dan muntah-mudah lelah, lesu
R. SosKadang masih merokok
Hipotesis-hiperemesis gravidarum -kehamilan ektopik-abortus -mola hidatidosa-AUB -anemia
Pemeriksaan FisikTB : 160 cm, BB : 50 kgTV : dbnKepala : dbnDada : dbnAbdomen : dbn*Pemeriksaan Obstetri-Inspeksi : perdarahan vagina ringan, chadwick sign (+)-spekulum : fluxus (+) dari OUE-vaginal toucher :
1. Portio : lembek, cervical motion tenderness
2. Ostium uteri : tertutup3. Ukuran uterus : agak membesar
Hegar sign (+) Piskacek sign (+)
4. Area Adneksa : tidak teraba massa, tidak nyeri
5. Douglas Pouch : bulging (-), nyeri (-)
Pemeriksaan Penunjang-USG : tampak kantung kehamilan,djj : 120-160-Lab *Hb : 11gr*hCG : 1700mIU/ml*progesteron : 20ng/ml
DiagnosaAbortus Iminens
Tata Laksana
Farmako -Vitamin B kompleks-Progesteron suppositoria 400mg/hari-As. Folat suplement 400mg/hari
Page 6
MORE INFO
Anamnesa lanjutan
Pemeriksaan fisik
-pemeriksaan obstetri
Pemeriksaan penunjang
-pemeriksaan USG
I DON’T KNOW & LEARNING ISSUES
1. Perdarahan pada kehamilan
-Definisi
2. Perdarahan <20 minggu
-Definisi
-Klasifikasi
-Etiologi
-Patofisiologi
-Gejala klinis
-Diagnosa banding
-Tata laksana
3. Perdarahan >20 minggu (antepartum)
-Definisi
-Klasifikasi
-Gejala klinis
4. Organogenesis
5. Hubungan kandungan rokok ke perkembangan janin
6. Anemia dalam kehamilan
-Nilai Hb untuk wanita hamil
7. Antenatal care
Non Farmako-Stop rokok-Konsumsi makanan porsi kecil namun sering-Bed rest
Page 7
-non farmako
-7T dll
8. Farmako case
9. Interpret lab
BAB 2
Page 8
ABORTUS
Definisi
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500gr atau
< 20 minggu.
-abortus spontan : pengakhiran kehamilan tanpa tindakan
-abortus buatan : pengakhiran kehamilan dengan tindakan
-abortus terapeutik : pengakhiran kehamilan dengan tindakan atas indikasi medis
Etiologi
Biasanya kehamilan muda, abortus didahului oleh kematian mudigah.
1. Kehamilan pertumbuhan hasil konsepsi
Dapat menyebabkan kematian janin/cacat. Faktor yang mempengaruhi:
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan dalam rahim
c. Pengaruh lingkungan luar
2. Kelainan plasenta
Endoteritis dapat terjadi di dalam villi koviales dan menyebabkan oksigenisasi
terganggu yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin dapat juga
karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit ibu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin atau dapat menyebabkan
kematian mudigah.
4. Kelainan traktus genitalis
5. Retroversion uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus. Abortus dalam trimester
kedua dapat disebabkan oleh kelemahan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan,
konisasi, amputasi, robekan serviks yg luas yg tidak dijahit.
Patologi
Page 9
Awalnya terjadi perdarahan dalam desidua basalis yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan
di mana hasil konsepsi dapat terlepas sebagian atau seluruhnya. Karena hasil konsepsi
tersebut terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi
dan mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi koriales belum menembus desidua. 8-14 minggu
sudah mulai menembus desidua di mana plasenta tidak dapat terlepas sempurna yang
menyebabkan perdarahan banyak. Kehamilan pada lebih dari 14 minggu ketuban pecah yang
dapat menyebabkan janin keluar diikuti plasenta keluar. Di mana apabila plasenta tidak
terlepas sempurna dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak dan sebaliknya.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk yaitu :
- kantong amnion kosong
- di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang bentuknya masih belum jelas (blighted
ovum)
- janin telah mati lama (missed abortion)
Diagnosis
Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang perdarahan
pervaginam setelah terlambat haid. Hipotesis dapat diperkuat pada pemeriksaan bimanual dan
tes kehamilan. Harus diperhatikan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, adanya
jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Jenis-jenis Abortus
1. Abortus Iminens
Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu, hasil konsepsi masih
di dalam uterus dan tidak ada dilatasi serviks.
Diagnosis
-ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri
eksternum
-mulas
-uterus membesar seperti hamil tua
-serviks belum membuka
-tes kehamilan positif
Page 10
-terjadi perdarahan yang sedikit seperti pada saat haid
Penanganan
-istirahat-baring
Bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik
-pemeriksaan ultrasonografik
Untuk mengetahui apakah bayi masih hidup atau tidak
-pemberian hormone progesteron
Prognosis
Kurang baik apabila perdarahan berlangsung lama, mules yang disertai pembukaan
serviks
2. Abortus Insipiens
Perdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi serviks uteri meningkat dan hasil
konsepsi masih dalam uterus
- gejala : mules yang sering dan kuat
- pengeluaran hasil konsepsi dapat dilakukan dengan : kuret vakum disusul dengan
kerokan
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak namun
bahaya perforasi lebih besar pada kerokan sehingga proses abortus harus dipercepat.
Dengan pemberian infuse oksitosin janin dapat keluar dan apabila plasenta masih
tertinggal pengeluaran plasenta dilakukan secara digital dan disusul kerokan. Namun
bahaya yang perforasi yang terakhir ini tidak begitu besar karena dinding uterus jadi
lebih tebal karena hasil konsepsi telah keluar.
3. Abortus Inkompletus
Pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus.
Diagnosis
Pada pemeriksaan vaginal ditemukan kanalis yang terbuka, jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri atau kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Bias terjadi perdarahan yang sangat banyak sehingga menyebabkan syok dan
perdarahan tidak akan terhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
Penanganan
Page 11
Apabila terjadi syok perdarahan segera beri infuse cairan NaCl atau cairan Ringer lalu
disusul transfusi. Lalu apabila syok mulai teratasi dilakukan kuretase dengan
menyuntikan ergometrin secara intra muscular gunanya untuk mempertahankan
kontraksi otot uterus.
4. Abortus Kompletus
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan. Pada penderita terjadi perdarahan yang
sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus mulai mengecil.
Diagnosis
Apabila hasil konsepsi saat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar
dengan lengkap.
Penanganan
Pada penderita ini disertai anemia sebaiknya disuntikan sulfas ferrosus atau transfuse.
5. Missed Abortion
Ditandai embrio/fetus wafat dalam kandungan sebelum minggu ke-20. Penderita (14-
20 minggu) merasa rahimnya mengecil, tanda-tanda kehamilan sekunder yaitu
payudara menghilang (mengecil).
Px. USG: ditemukan fetus mati, uterus & gestational sac mengecil.
Bila Mis.Abortion lebih dari 4 minggu memungkinkan terjadinya gangguan
penjedalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi
sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Penatalaksanaan: Bila gestasional <12 minggu, bisa langsung dilakukan dilatasi dan
kuretase jika seviks memungkinkan.
Bila gestasional >12 minggu / <20 minggu, dilakukan induksi (untuk mengeluarkan
janin) & diberi Invus (iv) cairan oksitosin( untuk profilaksis retensi cairan).
Info: ada tehnik pemberian prostagalandin untuk induksi serta berefek pd pembukaan
ostium serviks, dgn pemberian mesoprostol (sublingual).
6. Abortus Habitualis
Abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-turut.
Page 12
Etiologi:
1] Dihubungkan pada reaksi imunologik kegagalan reaksi terhadap antigen
lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX), bila reaksi dengan antigen ini rendah
atau tidak ada maka abortus terjadi.
(diobati dengan: transfusi leukosit & heparin)
2] Inkompetensia Serviks (Ketidakmampuan serviks uterus tidak dapat menahan
beban pada trimester pertama.
(perlakuan: pada gestasi 12-14minggu dengan tehnik “Shirodkar/Mc Donald”).
7. Abortus infeksius dan Septik
Abortus infeksius disertai infeksi pada alat genital. Abortus Septik ditandai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritonium. Hasil diagnosis
ditemukan: panas, lemah, takikardia, sekret yang bau dari vagina, uterus besar dan ada
nyeri tekan dan bila sampai sepsis dan syok (lelah, panas, menggigil)
Penatalaksanaan: Penisilin, Ampisilin, Gentamisin dan Metronidazol serta antibiotik
sesuai kultur.
Kuretase dilakukan setelah 6 jam diberikan antibiotika yang adekuat.
8. Kehamilan Anembrionik (Blight Ovum)
Mudigah tidak terbentuk, tapi ada gestasional sac. Hanya dengan USG dideteksinya.
Umumnya sekitar 12-16 minggu akan terjadi Abortus Spontan. Dengan USG, d =
2,5cm evaluasi 2 minggu kemudian. Bila gest.sac tdk berisi, d=25mm (dinyatakan
Kehamilan Anembrionik)
Penatalaksanaa: Dilatasi dan kuretase sacara selektif.
Page 13
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Definisi
Missed abortion
Page 14
Perdarahan pada kehamilan tua dengan batas teoretis kehamilan 22 minggu.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan
serviks biasanya tidak seberapa berbahaya.
Klasifikasi
a. Plasenta previa
b. Solusio plasenta
A. PLASENTA PREVIA
a. Definisi
Yaitu plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
b. Klasifikasi
- Plasenta previa totalis
Yaitu bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
- Plasenta previa parsialis
Bila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
- Plasenta previa marginlis
Bila pinggir plasenta berada teppat pada pinggir pembukaan
- Plasenta letak rendah
Yaitu plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum
sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm
di atas pinggir pembukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
Page 15
c. Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur >35 tahun kira-kira 10 kali
lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur <25 tahun.
Sedangkan pada grande multipara yang berumur >35 tahun kira-kira 4 kali lebih
sering dibandingkan dengan grande mutipara yang berumur <25 tahun (Kloosterman,
1973).
d. Gambaran klinik
- Tanda khas: tanpa rasa nyeri
- Umumnya perdarahan pada triwulan ketiga, atau setelah kehamilan 28 minggu
- Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
- Darah berwarna merah segar
- Bagian terbawah janin belum masuk ke dalam PAP
- Kelainan letak janin
e. Diagnosis
- Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilans etelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida.
- Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP.
- Pemeriksaan in spekulo
Page 16
Bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari OUE atau dari kelainan
serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari OUE, adanya plasenta previa
harus dicurigai
- Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotopi, dan USG.
- Penentuan letak plasenta secara langsung
Dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis, tetapi dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Oleh karena itu pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya
dilakukan bila penanganan pasif ditinggalkan dan ditempuh penanganan aktif.
Pemeriksaannya harus dilakukan dalam keadaan siap operasi.
f. Penanganan
- Prinsip dasar penanganan
Lakukan transfusi darah dan operasi
- Penanganan pasif
Tindakan seksio sesarea
g. Prognosis
Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal
berangsur-angsur dapat diperbaiki
B. SOLUSIO PLASENTA
a. Definisi
Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum jalan lahir.
Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga. Plasenta dapat terlepas seluruhnya (solusio
plasenta totalis), atau sebagian (solusio plasentta parsial), atau hanya sebagian kecil
pinggir plasenta (ruptura sinus marginalis).
b. Klasifikasi
- Solusio plasenta ringan
- Solusio plasenta sedang
- Solusio plasenta berat
Page 17
c. Etiologi
- Umur ibu yang tua
- Multiparitas
- Penyakit hipertensi menahun
- Pre-eklampsia
- Trauma
- Tali pusat yang pendek
- Tekanan pada vena kava inferior
- Defisiensi asam folik
d. Patologi
Otot uterus meregang
Terbentuk hematoma
Plasenta terlepas
Darah menyelundup di baah selaput ketuban
ekstravasasi di antara keluar dari vagina menembus selaput ketuban
serabut otot uterus
permukaan uterus berbecak masuk ke dalam kantong
ketuban
ungu atau biru
uterus Cauvelaire
e. Gambaran klinik
Solusio plasenta ringan
Page 18
- Ruptura sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak
- Warna darah kehitam-hitam dan sedikit sekali
- Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang
Solusio plasenta sedang
- Plasenta terlepas lebih dari ¼ nya tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya
- Sakit perut terus menerus disusul perdarahan per vaginam
- Perdarahannya sedikit
Solusio plasenta berat
- Plasenta telah terlepas dari 2/3 permukaannya
- Terjadi sangat tiba-tiba
- Biasanya ibu syok dan janin telah meninggal
- Uterus sangat tegang dan sangat nyeri
- Perdarahan per vaginam mungkin belum sempat terjadi
- Besar kemungkunan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
f. Diagnosis
Solusio plasenta berat
- Sakit perut terus menerus
- Nyeri tekan pada uterus
- Uterus tegang terus menerus
- Perdarahan per vaginam
- Syok
- Bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
- Air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan karena bercampur darah
Solusio plasenta sedang
- Sakit perut terus menerus
- Nyeri tekan pada uterus
- Uterus tegang terus menerus
Solusio plasenta ringan
- Uterus tegang terus menerus
Merupakan solusio plasenta yang paling sukar didiagnosis.
Page 19
USG sangat membantu diagnostik solusio plasenta.
g. Komplikasi
- Perdarahan
- Kelainan pembekuan darah
Biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemi terjadi kira-kira 10%.
Terjadinya hipofibrinogenemi karena dengan masuknya tromboplastn ke dalam
peredaran darah ibu akibat terjadinya pembekuan ddarah retroplasenter sehingga
terjadi pembekuan darah intravaskular di mana-mana yang akan menghabiskan faktor-
faktor pembekuan darah lainnya, terutama fibrinogen. (Page, 1951)
- Oliguria
Sangat mungkin berhubungan dengan hipovolemi dan penyempitan pembuluh darah
ginjal akibat perdarahan yang banyak.
- Gawat janin
h. Penanganan
Solusio plasenta sedang dan berat
- Transfusi darah
- Pemecahan ketuban
- Infus oksitosin
- Seksio sesarea (jika perlu)
Solusio plasenta ringan
- Perawatan konservatif di RS bila kehamilan <36 minggu, perdarahan berhenti,
perutnya tidak menjadi sakit, dan uterus tidak menjadi tegang
- Seksio sesarea (bila janin hidup) bila perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta bertambah jelas, atau pemeriksaan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas
- Pecahkan ketuban dan susul dengan pemberian infus oksitosin bila janin mati
i. Prognosis
Solusio plasenta berat
Hampir 100% janin mengalami kematian
Solusio plasenta ringan dan sedang
Page 20
Kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus dan
tuanya kehamilan. Perdarahan yang > 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin.
Pada kasus solusio plasenta tertentu, seksio sesarea dapat mengurangi angka kematian
janin. Pada setiap kasus perdarahan, persediaan darah secukupnya akan sangat
membantu memperbaiki prognosis ibu dan janinnya.
Perbedaan Plasenta Previa dan Solusio Plasenta
Plasenta Previa
Solusio Plasenta Ringan
Solusio Plasenta Sedang
Solusio Plasenta Berat
Perdarahan eksternal
Ringan sampaisangat berat
Minimal sampai ringan
Tidak ada sampai massif
Tidak ada sampai massif
Warna darah
Merah terang
Merah gelap
Merah gelap
Nyeri pinggang belakang
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada sampai sedang
Tidak ada
Tonus uterus
Normal Normal Hiperaktif, local, atau menyeluruh
Hiperaktif, menyeluruh
Defans protektif pada uterus
Tidak ada Hampir selalu tidak ada, atau terlokalisasi
Selalu, menyeluruh
Selalu, menyeluruh
Kondisi janin
Biasanya hidup, tetapi terancam
Biasanya hidup, jarang dalam bahaya
Sebagian besar hidup, tetapi dalam bahaya
Biasanya mati; atau dalam bahaya
Posisi janin Seringkali sungsang,
Frekuens Frekuensi Frekuensi
Page 21
oblik, transversa
i normal normal normal
Posisi bagian terendah janin
Tinggi Tinggi sampai di pintu atas panggul
Tinggi sampai di pintu atas panggul
Tinggi sampai di pintu atas panggul
Syok Jarang Tidak ada
Sering Sangat sering
Gangguan pembekuan darah
Sangat jarang
Sangat jarang
Kadang-kadang
Sering
Hubungan dengan hipertensi
Frekuensi normal
Frekuensi normal
Frekuensi meningkat
Meningkat
Page 22
KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi
• Suatu kehamilan yg pertumbuhan sel telur yg telah dibuahi tidak menempel pada
dinding endometrium cavum uteri.
• Insidens: di indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
Kehamilan ektopik berdasarkan lokasi terjadinya
• Kehamilan tuba, >95% yg terdiri atas:
pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fibriae (17%), pars interstisialis (2%)
• Kehamilan ektopik lain, <5% antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau
abdominal
• Kehamilan intraligamenter
• Kehamilan heterotopik
• Kehamilan ektopik bilateral
Page 23
Patofisiologi
• Sel telur yg sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat
sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai cavum uteri, dan akibatnya
akan tumbuh di luar rongga rahim.
• Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dgn besarnya bua
keamilan, akan terjadi ruptura dan menjadi kehamilan ektopik yg terganggu
Etiologi
• Faktor tuba
– Adanya peradangan, tumor, kelainan endometriosis
• Faktor abnormalitas dari zigot
– Apabila terlalu cepat atau tumbuh dgn ukuran besar, maka zigot akan tersendat
dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di
saluran tuba
• Faktor ovarium
– bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap ole tuba yg kontralateral,
membutuhkan proses khusus atau waktu yg lebih panjang
• Faktor hormonal
– Pada akseptor, pil KB yg y mengandung progesteron dapat mengakibatkan
gerakan tuba melambat.
• Faktor lain
– Pemakaian IUD, umur penderita yg sudah menua, faktor perokok
Patologi
• Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
– Pd implantasi scr kolumner, ovum yg di buahi cepat mati karena vaskularisasi
kuranG dan dengan mudah terjadi resorbsi total
– penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat
• Abortus ke dalam lumen tuba
– Perdarahan yg terjadi karena pembukaan pembuluh2 darah oleh vili koriales
pada dinding tuba di tempat implatasi dapat melepaskan mudigah dari dinding
tersebut bersama2 dgn robeknya pseudokapsularis
Page 24
– perdarahan >> tuba membesar dan kebiru2an (hematosalping)
darah mengalir ke rongga perut darah berkumpul di kavum douglasi
hematokel retrouterina
• Ruptur dinding tuba
– Ruptur tuba Sering terjadi bila ovum berimplatasi pada ismus dan biasanya pd
kehamilan muda
– Ruptur pars interstisialis tjd pd kehamilan yg lbh lanjut
– Dpt terjadi scr spontan maupun trauma ringan spt koitus dan pemeriksaan
vaginal
– Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan muskularis dan
peritonium pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke
rongga peritonium
– Gangguan yang terjadi secara mendadak, umumnya lebih gawat, terdapat
anemia, shock, suhu badan menurun, nadi cepat, tekanan darah menurun, nyeri
perut pada saat palpasi, kavum douglas menonjol ke vagina karena terdapat
darah didalamnya, dan nyeri yg terdapat pada serviks uteri
GEJALA
• Amenorhea
• Nyeri perut
• Perdarahan pervaginam
• Pembesaran uterus dan lembek
DIAGNOSA
• Anamnesa
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan genikologi
• Pemeriksaan lab
• Pemeriksaan lainnya
1. Dilatasi dan kerokan
2. Kuldosentesis
3. USG
Page 25
♣ Anamnesa
• Siklus haid yang terlambat HPHT
• Gejala hamil muda
• Nyeri perut bagian bawah
• Nyeri bahu
• Perdarahan pervaginam
♣ Pemeriksaan umum
• Pasien tampak kesakitan
• Ditemukan tanda-tanda syok
• Pada jenis tidak mendadak, perut bagian bawah hanya sedikit mengembung &
nyeri tekan
♣ Pemeriksaan ginekologi
• Tanda-tanda hamil muda
• Pergeseran serviks nyeri
• Uterus teraba sedikit membesar
• Teraba tumor disamping uterus dengan batas tidak jelas
• Kavum douglasi menonjol & nyeri raba hematokel retrouterina
• Suhu kadang naik (sulit dibedakan dengan infeksi pelvis)
♣ Pemeriksaan laboratorium
• Hb dan jumlah SDM
• Leukosit leukositosis
membedakan KET dengan infeksi pelvis
• Tes kehamilan berguna untuk diagnosis, tapi tidak berarti menyingkirkan
diagnosis KET
♣ Pemeriksaan lainnya
• Dilatasi dan kerokan
• Kuldosentesis untuk mengetahui apakah dalam kavum douglasi ada darah
atau tidak
• USG
Page 26
Pengelolaan kehamilan ektopik
Pasien dirujuk ke rumah sakit, dan dilakukan :
- Laparotomi.
- Salpingektomi / salpingostomi
- Kemoterapi dgn metotreksat 1 mg/kgBB IV dan
faktor sitovorum 0,1 mg/kgBB IM. Berselang- seling setiap hari selama 8 hari
Prognosis
Kematian karena KET terganggu cenderung turun dgn diagnosis dini dan persediaan darah
yang cukup
Kehamilan ektopik dapat berupa:
• Kehamilan pars interstisialis
• Kehamilan ektopik ganda
• Kehamilan ovarial
• Kehamilan servikal
• Kehamilan ektopik kronik (Hematokel)
Kehamilan pars interstisialis tuba
• Terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstitialis tuba
• Ruptur biasanya pada bulan ke 3 atau 4 karena lapisan myometrium lebih tebal.
• Dapat menyababkan kematian karena terjadi perdarahan yang sangat hebat
• Tindakan operasi yg dilakukan adalah laparotomi untuk membersikan isi cavum
abdomen dari darah dan sisa jar. Konsepsi serta menutup sumber perdarahan
Kehamilan ektopik ganda
• Kehamilan ektopik yg berlangsung bersamaan dgn kehamilan intrauterin
• Frekuensinya berkisar 1 antara 15000-40000 persalinan
• Pd laparotomi ditemukan selain kelainan ektopik, uterus yg membesar sesuai dgn
tuanya keamilan dan 2 korpora lutea
Page 27
Kehamilan Ovarium
• Jarang terjadi, terjadi apabila sprematozoon memasuki folikel de graaf yang baru saja
pecah, dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal dalam folikel
• Biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dgn akibat pendarahan pd perut
Syarat untuk mendiagnosa kehamilan ovarium murni
– Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas, dan terpisah dari ovarium
– Kantung janin harus terletak dalam ovarium
– Ovarium yang mengandung kantung janin harus berhubungan dengan uterus
lewat ligamentum ovarii proprium
– Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantung janin
Kehamilan Serviks
• Bila ovum berimplatasi dalam kanalis servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa
nyeri pd kehamilan muda
• Jika kemudian berlangsung trs, serviks membesar dgn ostium uteri eksternum terbuka
sebagian
• Kehamilan ini jarang melampaui 12 minggu
Kriteria klinik kehamilan servikal menurut paalman n mcelin:
• Ostium uteri internum tertutup
• Ostium uteri eksternum terbuka sebagian
• Seluru asil kontrasepsi terletak dalam endoserviks
• Pendaraan uterus setela fase amenorea tanpa disertai rasa nyeri
• Serviks lunak, membesar, dpt lbh besar dr fundus uteri
Kehamilan ektopik kronik (Hematokel)
• Pd keadaan ini anatomi sd kabur, sg biasanya tdk dpt ditentukan apkh khmilan
abdominal, khmln tubo-ovarial, atau khmln intraligamen yg janinnya tlh mati disertai
dgn adanya penggumpalan darah yg semula berasal dr perdaraan ruptur kantong
gestesi yg kemudian berhenti dan mengumpal dlm bntk kantong jendalan darah
Page 28
• Penderita tdk merasa sakit, tp pd pemeriksaan USG didapatkan massa yg berisi
jendalan2 darah.
• Pd umumnya terjadi setela ruptur tuba atau abortus tuba dan selanjutnya janin dpt
tumbuh terus krn mdpt cukup zat makanan dan oksigen dr plasenta yg dpt meluaskan
insersinya pd jar sekitarnya
• Bila janin tetap tumbuh membesar dpt bertahan hidup sbg kehamilan abdominal
• Dianjurkan apabial diagnosis keamilan obdominal sd tegak, harus dilakukan
laparotomi untk pengambilan/pengentian khmln trsbt.
MOLA HIDATIDOSA
Page 29
Definisi
Kehamilan yang berkembang tidak wajar, dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh
vili korialis mengalami perubahan.
Gejala dan Tanda
o Pada permulaan : mual, muntah, pusing.
o Pembesaran uterus lebih dari umur kehamilan.
o Gejala utama : perdarahan (pada bulan 1-7 , ± 12-14 minggu) Anemia
o Pre-eklamsia
o Tirotoksikosis
o Emboli trofoblas paru-paru
o Kista lutein
o Makroskopik : gelembung2 putih, tembus pandang , berisi cairan jernih, ukuran
bervariasi dari beberapa milimeter hingga 1-2 cm.
o Gambaran histopatologik : edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili /
degenerasi hidropik dan proliferasi sel2 trofoblas.
Page 30
Etiologi
o Terjadi degenerasi hidropik dari jaringan trofoblas pada usia kehamilan muda
o abnormalitas dari plasenta ditandai oleh pembengkakan struktur villi yang membentuk
gelembung mola yang terlihat seperti gelembung buah anggur
Kemungkinan diakibatkan oleh kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi.
Faktor Resiko
1. Usia saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Faktor gizi: defisiensi protein, asam folat, histidin, dan beta karoten.
3. Etnis: Kaukasus < Mongoloid.
4. Riwayat Obstetri: pernah mola hidatidosa, gemelli (kembar).
5. Genetik: inbalance translocation.
Klasifikasi
Terbagi 2 :
o Mola Hidatidosa Sempurna
o Mola Hidatidosa Parsial
o Mola Hidatidosa Sempurna
Diagnosis :
Tidak memiliki janin
Terdiri dari vili hidropik difus
Tidak terdapat pembuluh darah pada vili
Hiperplasia trofoblastik tersebar
Temuan sonografik :
Secara klasik memilik tampilan “badai salju” yang disebabkan oleh pembengkakan hidrofik difus tanpa janin.
Manifestasi klinis :
Perdarahan per vaginam (85%).
Page 31
Anemia, Hiperemesis gravidarum, atau pre-eklamsia (10%).
Peningkatan kadar ß-hCG secara signifikan (tanda khas).
Mola Hidatidosa Parsial
Diagnosis :
Berisi janin nonviabel dengan malformasi yang bervariasi.
Hiperplasia trofoblastik minimal.
Temuan sonografik :
Visualisasi janin dengan rongga kistik fokal pada plasenta
Peningkatan diameter transversal kantung kehamilan.
Manifestasi klinis :
Biasa ditemukan sebagai aborsi yang tak disadari pada trisemester awal.
Peningkatan kadar ß-hCG yang tidak signifikan.
Page 32
Pengelolaan Mola Hidatidosa
Perbaikan keadaan umum
Manifestasi Mola Hidatiformis
Page 33
ex : pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok / anemia serta mengurangi penyulit.
2. Pengeluaran jaringan mola
ada 2 cara :
Vakum kuretase : tanpa bius, diberi pula uterotonika untuk memperbaiki kontraksi. Selanjutnya dilakukan kuretase.
Histerektomi :
alasan : usia tua dan paritas tinggi (faktor predisposisi terjadinya keganasan)
3. Pemeriksaan tindak lanjut
dgn tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi, lama pengawasan ± 1 tahun. Pasien dianjurkan tidak hamil dulu.
4. Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung, ataupun tirotoksikosis.
Sebagian pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada
beberapa yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
ORGANOGENESIS
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 31 definisi dari organogenesis adalah asal
dan perkembangan organ. Ada 3 lapisan germinativum yang akan membentuk jaringan dan
sistem organ yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Sebelum membahas hal tersebut
mari kita bahas perkembangan janin setelah terjadinya pembuahan. Saat kedua pronukleus
( ibu dan ayah) menyatu dan bercampur melakukan replikasi DNA yang kemudian akan
mengalami pembelahan mitotik yang menghasilkan stadium dua sel.
Setelah mencapai stadium dua sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan
mitotik sehingga jumlah selnya bertambah. Sel-sel ini akan semakin kecil pada setiap kali
pembelahan yang disebut sebagai blastomer. Setelah tiga kali pembelahan, blastomer akan
mengalami pemadatan untuk menjadi gulungan sel yang terkemas rapat dengan lapisan
bagian dalam dan bagian luar. Blastomer yang telah padat ini kemudian membelah untuk
menghasilkan morula. Sewaktu morula masuk ke uterus mulailah terbentuk suatu rongga dan
terbentuklah blastokista.
Page 34
Massa sel dalam (inner cell mass), yang terbentuk pada saat pemadatan dan akan berkembang
menjadi mudigah sejati, terletak di salah satu kutub blastokista. Sedangkan massa sel luar,
yang mengelilingi massa sel dalam dan rongga blastokista, akan membentuk trofoblas.
Pada awal minggu ke dua, blastokista sudah tertanam sebagian di dalam
endometrium. Kemudian trofoblas akan berdiferensiasi menjadi sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas. Akan terbentuk lakuna di sinsitiotrofoblas, lalu sinusoid-sinusoid ibu akan
terkikis ooleh sinsitiotrofoblas. Darah ibu akan masuk ke jaringan lakuna dan pada akhir
minggu kedua sirkulasi uteroplasenta primitif telah dimulai. Sementara itu sitotrofoblas
membentuk kolom-kolom sel yang menembus ke dalam dan dikelilingi oleh sinsitium.
Kolom ini adalah villus primer.
Massa sel dalam berdiferensiasi menjadi epiblas dan hipoblas yang bersama-sama
membentuk diskus bilaminar. Sel-sel epiblas menghasilkan amnioblas yang melapisi rongaa
amnion disebelah superior dari lapisan epiblas. Sel-sel endoderm berhubungan dengan
membran eksoselom dan bersama-sama mengelilingi yolk sac primitif. Pada akhir minggu
kedua, mesoderm ekstraembrional telah memenuhi ruang antar trofoblas dan amnion dan
membran eksoselom di bagian dalam. Saat terbentuk vakuola terbentuklah selom
ekstraembrional atau rongga korion. Mesoderm ekstraembrional yang melapisi sitotrofoblas
dan amnion adalah mesoderm somatopleura ekstraembrional, sedangkan lapisan yang
mengelilingi yolk sac adalah mesoderm splanknopleura ekstraembrional.
Pada minggu ketiga proses yang paling khas terjadi adalah gastrulasi yang diawali
oleh munculnya primitive streak (garis primitif), dengan ujung sefaliknya, nodus primitif. Di
daerah nodus dan garis ini, sel-sel epiblas bergerak ke arah dalam (invaginasi) untuk
membentuk lapisan sel baru yaitu endoderm dan mesoderm. Sel-sel yang tidak bermigrasi
membentuk ektoderm.
Page 36
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Didefinisikan sebagai suatu kadar ht, konsentrasi Hb, atau hitung kadar eritrosit
dibawah batas normal. Pada kehamilan kebutuhan akan O2 meningkat, sehingga memmicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah, dan sel darah
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin akibat hemodilusi.
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik oada kehamilan.
Volume plasma yang terekspansi ini menurunkan hematokrit, konsentrasi hb, dan hitung
eritrosit. Anemia fisiologik bertujuan untuk menurunkan viskositas darah maternal sehingga
meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran O2 serta nutrisi ke janin. Volume
plasma 40% lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
Penurunan Ht, Hb, dan hitung eritrosit biasanya terlihat pada minggu ke 7-8 kehamilan dan
terus menurun sampai minggu ke 16 sampai ke 22.
Pada trimester pertama, konsentrasi Hb menurun, kecuali pada wanita yang memang
sudah mempunyai tingkat Hb nya rendah (‹11,5 g/dl). Pada trimester 2, Hb kembali menurun
samoai tingkat yang paling rendah. Pada trimester ke 3, terjadi peningkatan kembali Hb
kecuali pada wanita yang memang sydah mempunyai tingkat Hb yang tinggi (› 14,6 g/dl).
Page 37
Penyebab anemia tersering :
1) Defisiensi zat besi
Paling sering ditemukan baik di negara maju maupun negara berkembang. Resikonya
meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat.
Ditandai dengan penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, Hb dan Ht
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi, akibat pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritropoiesis, terjadi perdarahan pada waktu persalinan, laktasi yang
jumlah keseluruhannya 900 mg.
Penatalaksaan :
1) WHO : menganjurkan untuk memberi 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologik selama kehamilan.
2) Literatur lain : di berikan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau
lebih pada kehamilan.
2) Defisiensi asam folat
Pada kehamilan kebutuhannya meningkat 5-10 kali lebih banyak karena transfer folat
dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Penigkatan
lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multipel, diet yang buruk, infeksi, anemia
hemolitik. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi dalam kehamilan memiliki
efek yang menghambat absorpsi folat.
Anemia megaloblastik : kelainan yang disebabkan oleh karena adanya gangguan
sintesis DNA dan ditandai dengan adanya sel yang megaloblastik.
Penatalaksaan :
Pemberian folat secara oral sebanyak 1-5 mg perhari. Ibu hamil baiknya mendapat
sedikitnya 400 µg folat/hari.
3) Anemia aplastik
Hubungannya pada kehamilan belum di ketahui dengan jelas. Namun pada
beberapa kasus yang terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada
Page 38
sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setelah terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan mampu memperbaiki sumsum tulang, tapi penyakit dapat
memburuk bahkan jadi fatal setelah persalinan.
4) Anemia penyakit sel sabit
Kehamilan perempuan penderita anemia sel sabit disertai dengan peningkatan
insiden pielonefritis, pulmonal, pneumonia, perdarahan antepartum, dan kematian
janin. Berat bayi yang di bawah rata-rata dan kematian janin tinggi.
Hubungan Kandungan Rokok ke Perkembangan Janin
Kandungan rokok dan asapnya sangat berbahaya bila dihirup oleh perokok aktif maupun
perokok pasif. Beberapa zat yang terkandung pada rokok :
Kandungan Rokok – Nikotin
Nikotin adalah senyawa kimia organik yang menyebabkan perokok merasa rileks dan
membuat kecanduan. Nikotin berasal dari tembakau merupakan racun syaraf yang potensial
dan biasanya digunakan untuk keperluan bahan baku insektisida. Nikotin membawa zat
karsinogen. Karsinogen adalah zat merugikan yang dapat memicu penyakit kanker karena zat
ini dapat menghambat kekebalan tubuh untuk melawan penyakit kanker. Konsumsi nikotin
yang rutin secara terus-menerus juga akan menyebabkan karsinogen mengendap pada paru-
paru dan melubanginya.
Kandungan Rokok – Tar
Tar adalah zat mematikan yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau pada rokok. Tar
merupakan campuran 4000 zat kimia yang sebagian bersifat karsinogenik dan sifatnya dapat
melekat ke paru-paru. Tar akan meninggalkan noda pada gigi sehingga berubah warna
Page 39
menjadi kecoklatan. Tar adalah zat mematikan yang dapat mengakibatkan timbulnya
berbagai masalah gigi dan gusi serta kanker mulut. Tar menyebabkan rusaknya paru-paru dan
menimbulkan penyakit bronkitis serta dapat membuat organ paru-paru membusuk secara
bertahap. Racun yang terdapat pada tar juga dapat memicu pertumbuhan tumor.
Kandungan Rokok – Sianida – Hidrogen Sianida
Sianida pada rokok berbentuk gas hidrogen sianida. Hidrogen sianida biasanya digunakan
untuk bahan pembuatan plastik dan pestisida. Sianida merupakan racun yang mematikan.
Racun ini akan menghambat tubuh menyerap oksigen untuk mempertahankan hidup. Sianida
akan diserap tubuh dan mematikan sel karena kehabisan oksigen. Pada dosis tertentu
hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 15 menit saja.
Kandungan Rokok – Benzene
Zat kimia benzene disebut juga sebagai senyawa bensol. Senyawa bensol bersifat tidak
berwarna, mudah terbakar dan berbau manis.
Kandungan Rokok – Cadmium
Cadmium / kadmium adalah logam berat yang berbahaya bagi pembuluh darah dan sifatnya
sangat beracun. Kadmium merusak organ ginjal dan hati dalam jangka waktu yang lama.
Kandungan Rokok – Metanol
Metanol dikenal dengan nama metil alkohol atau spiritus. Metanol merupakan alkohol yang
paling sederhana. Sifatnya adalah cairan yang ringan, mudah menguap, mudah terbakar, tidak
berwarna, berbau khas dan beracun. Metanol biasanya digunakan sebagai bahan additif etanol
bagi industri, bahan bakar dan bahan pendingin anti beku. Pada zaman orang Mesir kuno,
metanol digunakan untuk campuran pengawetan mayat menjadi mumi.
Kandungan Rokok – Amonia
Page 40
Amonia adalah senyawa kimia berupa gas dan berbau tajam yang khas. Amonia merupakan
zat kimia yang dapat merusak kesehatan karena amonia adalah gas beracun jika terhirup
tubuh. Jika terkena paparan amonia dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan penyakit
paru-paru dan sampai pada kematian.
Kandungan Rokok – Formaldehida
Formaldehida merupakan cairan kimia yang sangat beracun. Formaldehida menyebabkan
tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, kanker hidung dan tenggorokan. Jika
terpapar cairan ini dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kematian.
Formaldehida biasanya dipakai untuk membasmi bakteri atau disinfektan. Formaldehida
sebagai disinfektan dikenal dengan nama formalin yang dimanfaatkan untuk membersihkan
lantai, gudang dan kapal. Berikut ini adalah kegunaan dari formaldehida atau formalin :
Pengawet mayat dan bangkai binatang.
Pembasmi lalat dan serangga.
Bahan untuk membuat pupuk urea.
Bahan pengeras gelatin dan kertas.
Bahan untuk membuat zat pewarna, cermin, kaca.
Pencegah korosi sumur minyak.
Bahan pembuatan berbagai jenis parfum.
Bahan untuk pengawet kosmetik dan pengeras kuku.
Kandungan Rokok – Arsenik
Arsenik adalah zat kimia berbahaya dan sangat beracun yang dimanfaatkan untuk bahan
racun tikus. Pada zaman dulu arsenik sering digunakan para penguasa kerajaan untuk
membunuh lawan-lawannya karena arsenik memiliki daya bunuh yang luar biasa dan sulit
dideteksi.
Kandungan Rokok – Karbon monoksida
Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang berbahaya karena tidak dapat terdeteksi. Gas
ini tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa sehingga menyulitkan orang mewaspadai
gas ini. Zat kimia beracun ini biasanya dikeluarkan oleh asap buangan mobil. Jika tubuh
Page 41
menghirup gas CO maka akan langsung diserap oleh hemoglobin (sel darah merah).
Celakanya gas CO lebih mudah diserap oleh hemoglobin daripada oksigen. Tubuh yang
menyerap gas CO akan berakibat pusing karena kekurangan oksigen, muntah-muntah, sesak
nafas, pingsan bahkan dapat menyebabkan kematian.
ROKOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM REPRODUKSI
Rokok menimbulkan banyak kerusakan pada jaringan tubuh, 50-60% merupakan efek yang
merusak kesehatan, sedang sisanya menyebabkan kematian. Karenannya masalah terhadap
sistem reproduksi pria dan wanita mendapat sorotan tersendiri. Dimana dari sebuah studi di
Inggris menunjukan bahwa wanita yang merokok cenderung sulit mendapatkan keturunan,
demikian pula pada pria dan wanita perokok yang telah atau sedang melakukan terapi untuk
mendapatkan keturunan.
Pria akan mengalami dua kali resiko infertil serta terjadinya kerusakan pada DNA sel
spermanya. Diketahui juga bahwa rokok juga dapat menyebabkan motilitas sperma buruk
karena racun nikotin berpengaruh terhadap spermatogenesis.
Wanita perokok beresiko tinggi terkena penyakit jantung bila mengunakan pil kontrasepsi
35% perempuan berusia 20 sampai 44 tahun yang merokok sambil mengambil pil
kontrasepsi, mengalami 4 sampai 10 kali risiko masalah kardiovaskular. Menggabungkan
kontrasepsi dengan rokok bisa menimbulkan bahaya kesehatan serius, terutama pada wanita
berusia diatas 35 tahun. Darah mengental dan risiko trombosis, stroke dan gangguan vaskuler
otak (stroke) dapat muncul akibat tembakau. Juga menyebabkan menopause dini, kanker
rahim, kehamilan ektopik (nikotin menyebabkan pergerakan vili pada tuba uteri melambat),
ketuban pecah dini, komplikasi pada plasenta, bayi lahir prematur dengan berat lahir rendah
dan kematian janin. Merokok mengurangi sekresi estrogen yang diduga bertanggung jawab
atas gangguan menstruasi termasuk timbulnya rasa nyeri. Merokok juga bisa menyebabkan
perubahan nada suara dan peningkatan bulu tubuh. Menopause terjadi 1 sampai 2 tahun lebih
awal di kalangan perokok. Tembakau juga bisa memperbesar resiko perkembangan lesi
prakanker leher rahim.
Merokok dapat menurunkan kesuburan wanita hingga 50%. Tembakau bisa menyebabkan
lendir leher rahim mengental, mencegah perkembangan sperma, serta menurunkan level
estrogen yang dapat mengurangi kualitas dinding rahim dan membatasi aliran darah yang
diperlukan untuk implantasi telur. Merokok meningkatkan risiko keguguran hingga 3 kali
Page 42
lipat. Efek lain, pertumbuhan janin juga dapat terganggu akibat kurangnya pasokan oksigen.
Bayi yang dilahirkan juga cenderung berbobot rendah (kurang dari 200 gram saat lahir).
Wanita perokok juga akan menghasilkan ASI 25% lebih sedikit dibandingkan wanita non-
perokok.
Pada bayi-bayi yang ibunya perokok memiliki resiko tinggi mengalami SIDS (kematian
mendadak), infeksi telinga, gangguan pernapasan, mendapat serangan asma, serta
serangan asma yang lebih berat bila sebelumnya sudah ada riwayat asma.
ANTENATAL CARE
Latar Belakang
Salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan
AKB adalah negara membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer (MPS) di
Indonesia 2001-2010 yang menyebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan
kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, maka visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan
di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat”. Pengawasan
antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan antenatal yang
diberikan oleh tenaga ahli profesional yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dokter
bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman dalam kebidanan, bidan, public health
care, home help, pemanfaatan jenis pelayanan ANC diharapkan dapat menghasilkan atau
memperbaiki status kesehatan ibu hamil. Dalam hal ini pemanfaatan pelayanan ANC yang
tepat akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin yang akan di lahirkannya sehingga
menuju ke keluarga yang sehat dan sejahtera.
Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan
pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh
Page 43
pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan
antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidakmampuan dalam hal biaya,
lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang
secara berkala. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil cakupan ibu hamil ada beberapa
faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Di samping faktor ibu hamil sendiri (karakteristik)
untuk memeriksakan kehamilanya maka, faktor biaya, petugas pelayanan kesehatan, sarana
dan fasilitas kesehatan yang tersedia merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan cakupan ibu hamil.
Antenatal Care
1) Pengertian
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu
hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau
yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh
tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya
hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
2) Tujuan Antenatal Care
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
janin.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
Page 44
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut
Depkes RI yang terdiri dari :
1) Kunjungan Pertama
a) Catat identitas ibu hamil
b) Catat kehamilan riwayat sekarang
c) Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain
d) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
e) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
f) Pemeriksaan obstetric
g) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
h) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
i) Penyuluhan/konseling
2) Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan
a) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)
Page 45
b) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28)
c) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan
sesudah minggu ke 36).
3) Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
a) (Timbang) berat badan
b) Ukur (Tekanan) darah
c) Ukur (Tinggi) fundus uteri
d) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f) Tes terhadap penyakit menular sexual
g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu
kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu
dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
Mengupayakan kehamilan yang sehat
Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
Persiapan persalinan yang bersih dan aman
Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi.
4) Pemberian Vitamin Zat Besi
Page 46
Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 M (zat besi 60 Mg) dan Asam
Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. Zat besi
paling baik di konsumsi di antara waktu makan bersama jus jeruk (vitamin C)
5) Jadwal Imunisasi TT
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 lama perlindungan 3 tahun, keefektifan 80%
TT3 6 bulan setelah TT2 lama perlindungan 5 tahun, keefektifan 95%
TT4 1 tahun setelah TT3 lama perlindungan 10 tahun, keefektifan 99%
TT5 1 tahun setelah TT4 lama perlindungan 25 tahun/seumur hidup,
keefektifan 99%
6) Jadwal Kunjungan Ulang
a) Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk :
- Penapisan dan pengobatan anemia.
- Perencanaan persalinan.
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b) Kunjungan II (24 – 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu)
dilakukan:
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre eklamesia, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
Page 47
c) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir) :
- Sama seperti perkunjungan II dan III.
- Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
- Mengenali tanda-tanda persalinan.
.
FARMAKO CASE
Vitamin B Komplex
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang dikonsumsi
untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu vitamin B kompleks juga
tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka asupan secara reguler sangat
dianjurkan agar tidak kekurangan vitamin B kompleks.
Delapan unsur utama pembentuk vitamin B kompleks adalah:
Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi,
kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat.
Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah
migren serta katarak.
Page 48
Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien,
membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada
persendian.
Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan metabolisme,
mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal,
terutama dalam proses pembentukan hormon.
Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan
gejala hipertensi, asma serta PMS.
Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat,
pembentukan kuku serta rambut.
Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan anemia
dan pembentukan hemoglobin.
Cobalamine (vitamin B12), membantu merawat system syaraf dan pembentukan sel
darah merah.
Unsur lain yang juga terdapat dalam vitamin B kompleks adalah choline, inositol dan asam
para-aminobenzoic.
Berdasarkan penelitian, vitamin B kompleks sangat bermanfaat dalam membantu
mengatasi gejala kelelahan dan kegelisahan (stres). Kelelahan dapat menjadi gejala dari
banyak penyakit dan vitamin B kompleks dapat membantu meringankan kelelahan/kecapaian.
Kecukupan vitamin B-kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan, anemia,
gangguan penglihatan, kerusakan syaraf serta gangguan jantung.
Pil Kombinasi
Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat
progesteron yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi
(pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal
Page 49
lendir mukosa serviks (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil
kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen
dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi
obat tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, pil kombinasi dapat digunakan untuk menangani
dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Pil kombinasi tidak
direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan.
Estrogen yang terdapat di dalam pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui, dapat
mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam ASI. Karena itu
untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak
mempengaruhi pembentukan air susu.
Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan
sebelum memulai pil kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di
tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin ketika ingat, dan
pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka
bungkus pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti
kondom, untuk mencegah kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah
persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan dengan syarat Ibu tidak sedang menyusui.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu
sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu
lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan
antibiotik) dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang
(fenitoin dan fenobarbital) dapat meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil
KB.
Beberapa kondisi dimana kontrasepsi pil kombinasi tidak boleh diigunakan adalah pada
wanita dengan kondisi :
Kehamilan
Menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan
Page 50
Usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
Faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi)
Tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 100 mmHg
Riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru
Operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur
Kelainan serebrovaskular
Migrain dengan atau tanpa gejala neurologi fokal (dengan aura), stroke
Riwayat kanker payudara
Sirosis dan kanker hati
a. Efektivitas
kehamilan terjadi pada 0,1–5/100 wanita
b. Keuntungan
sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker endometrium, menurunkan
ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi, dan
mengurangi nyeri haid
c. Kerugian
tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak melindungi dari Infeksi Menular
Seksual (IMS), harus diminum setiap hari, membutuhkan resep dokter
d. Efek samping
mual, nyeri tekan pada payudara, pertambahan berat badan, sakit kepala, perdarahan
tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan
tekanan darah (dapat kembali normal bila pil kombinasi dihentikan), bekuan darah
pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko
penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35 tahun)
e. Cara pemakaian
Pil diminum setiap hari secara teratur, pil pertama diminum pada hari kelima siklus
haid, dianjurkan agar meminum pil pada waktu yang sama, contoh : pagi hari (setelah
bangun tidur). Bila satu pil lupa diminum, telan segera setelah ingat. Jika lupa 2 pil
berturut-turut, minum 2 pil segera ketika ingat dan 2 pil lagi pada waktu biasanya
pada hari berikut, dan gunakan alat kontrasepsi lain (contoh : kondom).
Page 51
Ada dua cara meminum pil kombinasi, yaitu memakai sistem 28 atau sistem 21-22.
Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan
7 tablet plasebo). Pada hari pertama haid, pil yang inaktif mulai diminum.
Sedangkan sistem 21-22, diminum mulai hari ke-5 haid tiap hari 1 pil terus-menerus,
kemudian dihentikan jika isi bungkus habis. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid
(sekuensial). Beberapa hari setelah minum pil dihentikan, biasanya terjadi withdrawal
bleeding dan pil dalam bungkus kedua dimulai hari ke-5 dari permulaan perdarahan.
Apabila tidak terjadi withdrawal bleeding, maka pil dalam bungkus kedua mulai
diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis.
f. Pengembalian kesuburan
ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini
bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka tidak ada perbedaan
kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi pil dan yang tidak memakai
MAKALAH Perdarahan Pada Kehamilan
TUTORIAL C3
IBU MEISKA BAHAR
Page 52
TOMMY MUHARAM 1110211170
BRIGITTA INTAN PRIWITA S 1110211171
DESY RASMIYANI SOFIAN 1110211137
MEITIKA 1110211105
ROZANDRA DEWANTY A.K.P 1110211044
FAUZAN RUSTANDI 1110211125
GARNIS NIRWANASARI 1110211098
QISTHINA NOVITA QUDDUS 1110211162
PANDIT ADWITIYA 1010211165
AHMAD BULDANI 1110211201
TRUNI TUSTHI MAITRI 1110211002
AYUHAPSARI NARESWARI 1110211053
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah case ”Perdarahan Pada Kehamilan”.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa
FK UPN “Veteran” Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini. Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa makalah
ini tidak luput dari kesalahan teknik maupun tulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran kepada semua pihak.
Jakarta, Juni 2012
Page 53
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
Ketua Tutorial Ketua Case
Truni Tusthi Maitri Ahmad Buldani
(1110211002) (1110211201)
Sekertaris 1 Sekertaris 2
Page 54
Desy Rasmiyani Sofian Rozandra Dewanthy A.K.P
(1110211137) (1110211044)
Mengetahui,
Tutor C3
Ibu Meiskha Bahar
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Gary. 2006. William Obstetric, edisi 21. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi/Rustam
Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed 2. Jakarta: EGC
Sarwono, 2000. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://www.google.co.id/image