MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENYAKITPENYAKIT NON MENULAR
STROKE,DIABETES MELLITUS.KANKER USUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan
dan Penyakit
Disusun oleh :1. Rona Arundina R.250101111301712. Devintia Eka
R.250101111301723. Andari Nurul Huda250101111301734.
Yuannisa250101111301745. Maulana Said H.250101111301756. Dheny
Herdhiyati250101111301767. Gerson Socrates S.25010110141145
KELOMPOK 4KELAS C - 2011
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO2013Kata
PengantarPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul PENYAKIT NON MENULAR STROKE, DIABETES MELLITUS, KANKER USUS .
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Kesehatan Lingkungan dan Penyakit . Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka
segala kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, 14 November 201 Penyusun
Daftar IsiKata Pengantar iDaftar Isi iiBAB IA. Latar Belakang
1B. Rumusan Masalah 3C. Tujuan Umum 3D. Tujuan Khusus 3E. Manfaat
4BAB IIA. Stroke1. Definisi Stroke 52. Patofisiologi Stroke 53.
Gejala dan tanda Stroke 64. Klasifikasi Stroke 65. Pencegahan
Stroke 96. Faktor Resiko Stroke 117. Cara pengendalian 188.
Penyelidikan epidemiologi 20B. Diabetes Mellitus1. Definisi
Diabetes Mellitus 232. Upaya pencegahan Diabetes Mellitus 233.
Faktor pembatas Diabetes Mellitus 274. Faktor resiko Diabetes
Mellitus 305. Epidemiologi di Indonesia 30C. Kanker Usus1. Definisi
Kanker Usus 312. Patofisiologi Kanker Usus 323. Manajemen Kanker
Usus 374. Pencegahan Kanker Usus 38BAB IIIKesimpulan 39Daftar
pustaka 40
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangStroke merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang belakangan ini menjadi kekhawatiran
banyak orang. Stroke tergolong dalam cerebrovascular disease (CVD)
yang merupakan penyakit gawat darurat dan membutuhkan pertolongan
secepat mungkin. Stroke adalah suatu serangan pada otak akibat
gangguan pembuluh darah dalam mensuplai darah yang membawa oksigen
dan glukosa untuk metabolisme sel-sel otak agar dapat tetap
melakukan fungsinya. Data epidemiologis menunjukkan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit
jantung (WHO, 2008). Di tahun 2008, stroke dan penyakit
cerebrovasculer lainnya menyebabkan 6,2 juta orang di dunia
meninggal (WHO, 2008). Menurut National Stroke Asscociation-USA
(NSA), stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik (Soeharto, 2004). Stroke iskemik (penyumbatan) memiliki
presentase terbesar, yaitu 80%. Sedangkan insiden stroke di
negara-negara berkembang untuk stroke hemoragik sekitar 30% dan
iskemik 70% (Iskandar, 2004).Sampai saat ini belum ada pengobatan
yang efektif dan efisien untuk stroke karena sifatnya yang
multikausal (disebabkan banyak faktor). Upaya pencegahan merupakan
salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk mengurangi
angka kejadian stroke. Upaya pencegahan baru dapat dilakukan jika
diketahui faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan serangan
stroke. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap faktor resiko
penyebab stroke sangat diperlukan untuk merumuskan cara pencegahan
yang efektif.Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan
jumlah populasi meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas
meningkat dan kegiatan fisik kurang (Smeltzer & Bare, 2002).
Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara,
jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes
mellitus dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan diatasnya adalah
India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat
(17,7 juta jiwa) (Darmono, 2007). Pada tahun 2010 jumlah penderita
DM di Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta
penderita. Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi diabetes
mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta. Angka kesakitan
dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap
tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang
mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes RI,
2006). Berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas, prevalensi
diabetes mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2008 sebesar 0,16%, mengalami peningkatan bila dibandingkan
prevalensi tahun 2007 sebesar 0,09%. Prevalensi tertinggi adalah di
Kota Semarang sebesar 0,84%. Sedang prevalensi kasus diabetes
mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II,
mengalami peningkatan dari 0,83% pada tahun 2006, menjadi 0,96%
pada tahun 2007, dan 1,25% pada tahun 2008 (Dinkes Provinsi Jawa
Tengah, 2008). Hasil dari data laporan puskesmas Kota Semarang pada
tahun 2009 didapatkan jumlah kasus diabetes mellitus adalah
sebanyak 63.867 kasus, terdiri atas 25.191 tergantung insulin dan
38.676 kasus diabetes mellitus non insulin (Profil Kesehatan Kota
Semarang, 2009). Jumlah tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit
Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
serius. Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa jumlah
pasien rawat inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati
urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin adalah Diabetes
mellitus. Organisasi yang peduli terhadap permasalahan Diabetes,
Diabetic Federation mengestimasi bahwa jumlah penderita Diabetes
mellitus di Indonesia pada tahun 2008, terdapat 5,6 juta penderita
Diabetes untuk usia diatas 20 tahun, akan meningkat menjadi 8,2
juta pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya perubahan pola
hidup sehat pada penderita (Tandra, 2008).Usus besar adalah bagian
dari sistem pencernaan (digestive system) dimana materi yang
dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus
besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa
panjang yang berotot yang disebut usus besar. Tumor usus besar dan
rektum adalah pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari
usus besar. Tumor ramah dari usus besar disebut polip (polyps).
Tumor ganas dari usus besar disebut kanker. Polip ramah tidak
menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau menyebar ke
bagian-bagian lain tubuh. Polip ramah dapat diangkat dengan mudah
sewaktu colonoscopy dan tidak mengancam nyawa. Jika polip ramah
tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas
(bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker usus besar
dipercayai telah berkembang dari polip.Secara global, kanker usus
besar dan rektum menempati posisi ketiga dari kanker pada pria dan
menempati posisi keempat dari kanker pada wanita-wanita. Frekuensi
dari kanker koloretal bervariasi diseluruh dunia. Kanker ini umum
terjadi di dunia barat dan jarang terjadi di Asia dan Afrika. Di
negara dimana orang-orang telah mengadopsi diet barat, kejadian
dari kanker kolorektal akan meningkat.B. Rumusan Masalah1. Strokea.
Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah
penyakit jantung. Untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit
Stroke dapat dicegah dengan melakukan pencegahan dan perlu
diperhatikan karena jika sudah terserang penyakit Stroke sulit
untuk diobati.2. Diabetes Mellitusa. Jumlah penduduk dunia yang
sakit diabetes mellitus cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup,
prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang yang
menjadi faktor resiko dari terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang pasti untuk penyakit ini.
Maka dari itu perlu diperhatikan bagaimana tindakan pencegahan agar
tidak terserang penyakit Diabetes Mellitus.3. Kanker Ususa. Kanker
usus menyerang hampir sebagian populasi penduduk di benua eropa
karena tradisi diet barat yang menimbulkan kanker usus. Prevalensi
kanker usus dapat dikurangi dengan mengkonsumsi asupan makanan yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. C. Tujuan umumMenganalisa
penyebab, faktor pembatas, pencegahan, faktor resiko, epidemiologi,
gejala pada penyakit Stroke, Diabetes Mellitus, dan Kanker UsusD.
Tujuan khusus1. Strokea. Menganalisa patofisiologi Strokeb.
Menganalisa gejala dan tanda penyakit Strokec. Menganalisa
klasifikasi Stroked. Menganalisa pencegahan Strokee. Menganalisa
faktor resiko Strokef. Menganalisa cara pengendalian Stroke2.
Diabetes Mellitusa. Menganalisa pencegahan Diabetes Mellitusb.
Menganalisa faktor pembatas Diabetes Mellitusc. Menganalisa faktor
resiko Diabetes Mellitusd. Menganalisa epidemiologi Diabetes
Mellitus di Indonesia3. Kanker Ususa. Menganalisa patofisiologi
Kanker Usus b. Menganalisa manajemen Kanker Ususc. Menganalisa
pencegahan Kanker UsusE. Manfaat Mahasiswa mampu memahami mengenai
penyakit Stroke, Diabetes Mellitus, dan Kanker Usus yang terdiri
dari faktor pembatas, pencegahan, penyebab, epidemiologi, faktor
resiko.
BAB IIISIA. STROKE1. Definisi strokeMenurut WHO, stroke adalah
gangguan fungsional otak sebagian atau menyeluruh yang timbul
secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (WHO, 1998 dalam
Junaidi, 2004). Stroke adalah suatu penyakit deficit neurologis
akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi
secara mendadak dan menimbulkan gejala atau tanda yang sesuai
dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007). Dari semua
definisi stroke diatas dapat diambil kesimpulan bahwa stroke adalah
suatu serangan mendadak yang terjadi di otak dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada sebagian atau secara keseluruhan dari
otak yang disebabkan oleh gangguan peredaran pada pembuluh darah
yang menyuplai darah ke otak, biasanya berlangsung lebih dari 24
jam. Jadi, batasan stroke adalah segala sesuatu hangguan pada otak
yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak, bukan karena
kecelakaan atau trauma di otak.
2. Patofisiologi StrokeOtak merupakan jaringan yang memiliki
tingkat metabolisme paling tinggi. Meskipun massa yang dimiliki
hanya sekitr 2% dari massa keseluruhan tubuh, jaringan otak
menggunakan hingga 20% dari total curah jantung (Wahjoepramono,
2005). Aliran darah yang membawa glukosa dan oksigen ke otak
penting bagi kehidupan dan metabolism sel-sel otak. Sel otak yang
tidak dialiri darah yang membawa oksigen dapat rusak bahkan mati.
Ada beberapa kelainan yang diduga merupakan penyebab stroke pada
dewasa muda. Akan tetapi aterosklerosis diduga sebagai penyebab
primer dari penyakit stroke. Aterosklerosis merupakan bentuk
pengerasan pembuluh darah arteri (Hull, 1993). Aterosklerosis
merupakan kumpulan perubahan patologis pada pembuluh darah arteri,
seperti hilangnya elastisitas dan menyempitnya lumen pembuluh darah
(Junaidi, 2004). Proses aterosklerosis ini lebih mudah terjadi pada
pembuluh darah arteri karena arteri lebih banyak memiliki sel otot
polos dibandingkan vena, dan sel otot polos lebih banyak membentuk
kumpulan plak aterosklerosis (Junaidi, 2004). Proses aterosklerosis
ini ditandai dengan penimbunan lemak yang terjadi secara lambat
pada dinding-dinding arteri yang disebut plak, sehingga dapat
memblokir atau menghalangi sama sekali aliran darah ke jaringan.
Serangan stroke dapat terjadi apabila proses penyempitan atau
aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah yang menuju
otak.Serangan stroke dapat terjadi secara fokal (sebagian) maupun
local (keseluruhan) pada otak. Gejala fokal dan tanda-tanda
gangguan fungsi otak pada stroke muncul sesuai dengan area dari
jaringan otak yang mengalami gangguan aliran darah. Pada sebagian
besar kasus stroke iskemik dapat diperoleh informasi yang jelas
mengenai lokasi lesi di bagian otak. Akan tetapi, pada stroke
hemoragik seringkali terjadi berbagai komplikasi perdarahan otak
yang menyebabkan gangguan fungsi otak juga terjadi di daerah selain
daerah yang terjadi perdarahan.
3. Gejala dan Tanda StrokeStroke biasanya terjadi secara
mendadak dan sangat cepat. Pada saat terjadi stroke, pasien akan
memperlihatkan gejala dan tanda-tanda. Gejala dan tanda-tanda yang
sering dijumpai pada penderita dengan stroke akut adalah (Junaidi,
2004) :a. Adanya serangan deficit neurologis/ kelumpuhan fokalb.
Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutanc. Mulut dan lidah mencong
jika diluruskand. Sukar bicara atau bicara tidak lancer dan tidak
jelase. Tidak memahami pembicaraan orang lainf. Kesulitan
mendengar, melihat, menelan, berjalan, menulisg. Kecerdasan menurun
dan sering mengalami vertigoh. Menjadi pelupa
4. Klasifikasi StrokeSecara garis besar berdasarkan kelainan
patologis yang terjadi, stroke dapat diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik (Wahjoepramono,
2005).
a. Stroke IskemikStroke iskemik disebabkan oleh adanya kejadian
yang menyebabkan aliran darah menjadi menurun atau bahkan terhenti
sama sekali pada area tertentu di otak, misalnya karena terjadi
emboli atau trombosis (Wahjoepramono, 2005). Hal ini dapat
menyebabkan terhambatnya aliran darah menuju otak yang
mengakibatkan sel saraf dan sel lainnya mengalami gangguan karena
terhentinya suplai oksigen dan glukosa yang dibawa oleh darah.
Penurunan atau terhentinya aliran darah ini dapat menyebabkan
neuron berhenti berfungsi yang bila berlangsung hingga melewati
batas toleransi sel, maka akan terjadi kematian sel.Mekanisme
terjadinya stroke iskemik secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu akibat trombosis dan akibat emboli. Trombosis merupakan
proses pembekuan darah pada jaringan. Jika trombosis ini terjadi di
pembuluh darah menuju otak, maka bekuan darah tadi dapat menyumbat
aliran darah yang akan mensuplai otak sehingga terjadi stroke
iskemik. Sedangkan emboli adalah segala benda asing yang terlepas
dan mengikuti aliran darah. Emboli dapat berupa trombus atau bekuan
darah yang terlepas, udara, dan lainnya. Emboli yang masuk ke dalam
pembuluh darah dan ikut aliran darah dapat berhenti di suatu tempat
sempit yang tidak bisa ia lewati (Junaidi, 2004). Hal ini yang
biasa disebut penyumbatan aliran darah dan menjadi penyebab
stroke.Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke iskemik
dikelompokkan menjadi 4, yaitu (Junaidi, 2004) :1) Transient
Ischemic Attack (TIA) : serangan stroke sementara yang berlangsung
kurang dari 24 jam.2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
: gejala neurologis yang akan menghilang antara > 24 jam sampai
dengan 21 hari.3) Progressing stroke atau Stroke in evolution :
kelainan neurologis yang berlangsung secara bertahap dari yang
ringan sampai yang berat.4) Completed stroke : kelainan neurologis
yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi.b. Stroke
HemoragikStroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan perdarahan
intrakanial non traumatic. Perdarahan intrakanial yang sering
terjadi adalah perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan
subarachnoid (PSA).1) Perdarahan Instraserebral (PIS)Perdarahan
intraserebral disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral
sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke
dalam jaringan otak (Iskandar, 2004). Pada kondisi ini akan terjadi
peningkatan tekanan intracranial atau intraserebral, sehingga
terjadi penekanan pada struktur otak atau pembuluh darah otak
secara menyeluruh yang mengakibatkan penurunan aliran darah otak
dan berujung pada kematian sel saraf sehingga timbul gejala klinis
deficit neurologis. PIS ini biasanya terjadi karena hipertensi yang
berlangsung lama, sehingga terjadi kerusakan dinding pembuluh
darah. Factor pencetus lain adalah stress fisik, emosi, peningkatan
tekanan darah mendadak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah.2) Perdarahan Subarakhnoid (PSA)Perdarahan subarakhnoid
adalah masuknya darah ke ruang subarachnoid baik dari tempat lain
(subarakhnoid sekunder) maupun dari ruang subarakhnoid sendiri
(subarakhnoid sekunder) (Junaidi, 2004). Umumnya PSA timbul
spontan, 10% disebabkan karena tekanan darah yang naik dan biasanya
terjadi saat sedang melakukan aktivitas. Gejala PSA adalah sebagai
berikut (CDK dalam www.kalbe.co.id, 2011) :a) Serangan mendadak
dengan nyeri kepala hebat didahului perasaan ringan atau ada
sesuatu yang meletus di dalam kepalab) Kaku kudukc) Kesadaran dan
fungsi motorik jarang terganggud) Cairan serebrospinal berwarna
merah yang menunjukkan perdarahan dengan jumlah erotrosit lebih
dari 1000/mm5. Pencegahan StrokeMenurut Konsensus Nasional
Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk
pencegahan penyakit stroke yaitu :a. Pencegahan PrimordialTujuan
pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko
stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan
primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan,
seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan
membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian
masyarakat. selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan
adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan
informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak,
media elektronik dan billboard.b. Pencegahan PrimerTujuan
pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan
gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain :1) Menghindari rokok,
stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan
golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.2) Mengurangi kolesterol
dan lemak dalam makanan.3) Mengendalikan hipertensi, DM, penyakit
jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit
jantung reumatik), dan penyakit vascular aterosklerotik lainnya.4)
Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak
sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan
junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak
dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolah
raga secara teratur.c. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder
ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada tahap ini
ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke
tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah :1)
Obat-obatan, yang digunakan : asetosal (asam asetil salisilat)
digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama
dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral
diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung
(fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi
koagulopati yang lain.2) Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg.
Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit kedua, diberikan bila
pasien tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal
(aspirin).3) Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke,
misalnya mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada
penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita
diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia
pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang
gerak.d. Pencegahan TersierTujuan pencegahan tersier adalah untuk
mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami
tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier
dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter,
perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli
okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.1)
Rehabilitasi FisikPada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan
terapi yang dapat membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun
terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah fisioterapi,
diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita
seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi
dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua
adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT),
diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang
air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan
untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman
dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.2)
Rehabilitasi MentalSebagian besar penderita stroke mengalami
masalah emosional yang dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya
reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi.
Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan penderita
kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab
itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan
konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.3)
Rehabilitasi SosialPada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan
untuk membantu penderita stroke menghadapi masalah sosial seperti,
mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan
aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan
informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan
sosial.6. Faktor Resiko Stroke a. Faktor resiko tidak terkendali
Yang termasuk dalam kelompok faktor ini adalah usia, jenis kelamin,
garis keturunan, dan ras atau etnik tertentu1) Usia Semakin
bertambah tua usia, semakin risikonya. Setelah berusia 55 tahun,
risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua
pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia
di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya
terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua
kelompok umur2) Jenis kelaminPria lebih berisiko terkena stroke
daripada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan bahwa justru lebih
banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25
lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria
terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga
lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena
stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga
kemungkinan meninggal lebih besar.3) Keturunan-sejarah stroke dalam
keluargaNampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik
yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah.
Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko
stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin
merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
faktor risiko stroke yang lainb. Faktor resiko terkendali Adapula
faktor-faktor risiko yang sebenarnya dapat disembuhkan dengan
bantuan obat-obatan atau perubahan hidup.1) HipertensiHipertensi
(tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang
menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi
memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat
dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90
persen pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena
stroke.Secara medis, tekanan darah di atas 14090 tergolong dalam
penyakit hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada keseluruhan
risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang
lanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih
besar terhadap risiko stroke. Pada orang yang tidak menderita
hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90, menyamai
risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi.Sejumlah
penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi dapat mengurangi
risiko stroke sebesar 38 persen dan pengurangan angka kematian
karena stroke sebesar 40 persen.2) Penyakit jantungSetelah
hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung,
terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit
jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri
atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih
cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan
aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi
pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian
dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang
berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab
utama kematian pada satu di antara empat kasus stroke.Penyakit
jantung lainnya adalah cacat pada bentuk katup jantung (mitral
valve stenosis atau mitral valve calcification). Juga cacat pada
bentuk otot jantung, misalnya PFO (patent foramen ovale) atau
lubang pada dinding jantung yang memisahkan kedua bilik atas.
Secara alami, gumpalan dalam darah biasanya disaring dalam
paru-paru, tetapi karena berlubang, dinding jantung dapat
meloloskan gumpalan darah itu sehingga tidak melalui paru-paru
tetapi langsung menuju pembuluh di otak sehingga menyebabkan
stroke.Cacat katup jantung lainnya adalah ASA (atrial septal
aneurysm) atau cacat bentuk kongenital (sejak lahir) pada jaringan
jantung, yakni penggelembungan dinding jantung ke arah salah satu
bilik jantung. PFO dan ASA seringkali terjadi bersamaan sehingga
memperbesar risiko stroke.Masih ada dua cacat bentuk jantung yang
nampaknya meningkatkan risiko stroke tanpa penyebab yang jelas.
Yang pertama adalah pembesaran atrial kiri-bilik jantung kiri yang
lebih besar dari ukuran normal-sehingga irama jantung menjadi
pincang. Lainnya adalah ventricular hypertrophy kiri, di mana
dinding kamar jantung kiri lebih tebal sehingga kurang elastis
memompa darah.Selanjutnya, faktor lain dapat terjadi pada
pelaksanaan operasi jantung yang berupaya memperbaiki cacat bentuk
jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak dapat terlepas
dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti
aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan
stroke.3) DiabetesPenderita diabetes memiliki risiko tiga kali
lipat terkena stroke dan mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60
tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun. Namun, ada faktor
penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar
40 persen penderita diabetes pada umumnya juga mengidap
hipertensi.4) Kadar kolesterol darahPenelitian menunjukkan bahwa
makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol seperti daging, telur, dan
produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan
berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh.
Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di
atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada
risiko terkena penyakit jantung dan stroke.Memperbaiki tingkat
kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga yang teratur
dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus
tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan
kolesterol.5) Merokok Merokok merupakan faktor risiko stroke yang
sebenarnya paling mudah diubah. Perokok berat menghadapi risiko
lebih besar dibandingkan perokok ringan. Merokok hampir
melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko
yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik
hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke,
yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia
tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko stroke menurun
dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam
periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa
merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih
banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis.Pada pasien
perokok, kerusakan yang diakibatkan stroke jauh lebih parah karena
dinding bagian dalam (endothelial) pada sistem pembuluh darah otak
(serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini menyebabkan
kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila
terjadi stroke tahap kedua.6) Alkohol berlebihanSecara umum,
peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan darah sehingga
memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun hemoragik.
Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi
daya penggumpalan platelet dalam darah, seoerti halnva asnirin.
Dengandemikian, konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat
melindungi tubuh dari bahaya stroke iskemik. Pada edisi 18
November, 2000 dari The New England Journal of Medicine, dilaporkan
bahwa Physicians Health Study memantau 22.000 pria yang selama
rata-rata 12 tahun mengkonsumsi alkohol satu kali sehari. Ternyata,
hasilnya menunjukkan adanya penurunan risiko stroke secara
menyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigham and Womens Hospital di
Boston beserta rekan-rekan juga menemukan bahwa manfaat ini masih
terlihat pada konsumsi seminggu satu minuman. Walaupun demikian,
disiplin menggunakan manfaat alkohol dalam konsumsi cukup sulit
dikendalikan dan efek samping alkohol justru lebih
berbahaya.Lagipula, penelitian lain menyimpulkan bahwa konsumsi
alkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet
sehingga mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah, yang
menjurus ke pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke
iskemik.7) Obat-obatan terlarangPenggunaan obat-obatan terlarang
seperti kokain dan senyawa olahannya dapat menyebabkan stroke, di
samping memicu faktor risiko yang lain seperti hipertensi, penyakit
jantung, dan penyakit pembuluh darah. Kokain juga meyebabkan
gangguan denyut jantung (arrythmias) atau denyut jantung jadi lebih
cepat. Masing-masing menyebabkan pembentukan gumpalan
darah.Marijuana mengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi
dengan faktor risiko lain, seperti hipertensi dan merokok, akan
menyebabkan tekanan darah naik turun dengan cepat. Keadaan ini pun
punya potensi merusak pembuluh darah.8) Cedera kepala dan
leherCedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat
menyebabkan pendarahan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan yang
sama seperti pada stroke hemoragik. Cedera pada leher, bila terkait
dengan robeknya tulang punggung atau pembuluh karotidakibat
peregangan atau pemutaran leher secara berlebihan atau adanya
tekanan pada pembuluh merupakan penyebab stroke yang cukup
berperan, terutama pada orang dewasa usia muda.9) InfeksiInfeksi
virus maupun bakteri dapat bergabung dengan faktor risiko lain dan
membentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami, sistem kekebalan
tubuh biasanya melakukan perlawananan terhadap infeksi dalam bentuk
meningkatkan peradangan dan sifat penangkalan infeksi pada darah.
Sayangnya, reaksi kekebalan ini juga meningkatkan faktor
penggumpalan dalam darah yang memicu risiko stroke
embolik-iskemik.10) Kondisi sosio-ekonomiKondisi sosial ekonomi ini
juga berperan dalam risiko stroke. Bentuknya berupa diet yang
buruk, kurangnya olahraga, merokok. Ini semua berkaitan dengan
status sosial ekonomi yang rendah.Kira-kira setiap peningkatan 100
mmol konsumsi garam akan meningkatkan tekanan darah hampir 10mmHg
sehingga meningkatkan risiko stroke kira-kira 34%11)
DietMeningkatnya konsumsi garam berhubungan peningkatan tekanan
darah sehingga berakibat hipertensi. Kira-kira setiap peningkatan
100 mmol konsumsi garam akan meningkatkan tekanan darah hampir
10mmHg sehingga meningkatkan risiko stroke kira-kira 34%. Studi
lain menyebutkan bahwa konsumsi tinggi vitamin C mampu menurunkan
risiko stroke, karena vitamin C memiiki efek antioksidan. Oleh
karena itu konsumsi buah dan sayur sangat baik karena banyak
memiliki kandungan antioksidan. Disamping itu, konsumsi folat juga
baik untuk menurunkan risiko stroke melalui mekanisme menurnkan
konsentrasi homosistein.12) Riwayat penyakit pada pembuluh
darahSecara umum stroke berkaitan baik secara langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan penyakit pembuluh darah akibat
terbentuknya plak-plak pada dinding pembuluh darah yang dapat
menyebabkan penyakit jantung iskemik dan penyakit pembuluh darah
tepi. Oleh karena itu tidak lagi menjadi hal yang mengejutkan jika
penyakit pembuluh darah dan jantung (kardiovaskuler) merupakan
faktor risiko untuk stroke. Adanya riwayat infark pada otot
jantung, angina, abnormal hasil EKG, gagal jantung, fibrilasi
atrial, dan penyakit pembuluh darah tepi meningkatkan risiko
stroke.13) Indeks masa tubuhIndeks masa tubuh merupakan faktor
risiko independen untuk stroke, baik pada perokok maupun bukan
perokok. Jaringan adiposa berkaitan dengan meningkatnya jumlah
sitokin-sitokin yang dapat meningkatkan inflamasi dapat menjadi
mekanisme obesitas meningkatkan risiko stroke. Kegemukan juga
berperan dalam kejadian hipertensi dan diabetes yang berisiko
tinggi untuk kejadian stroke.14) Latihan fisikKurangnya latihan
fisik atau berolahraga berkaitan dengan meningkatnya risiko terkena
stroke. Latihan fisik dapat berdampak menurunkan tekanan darah pada
oerang hipertensi, meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tubuh
tidak mudah terserang penyakit.7. Cara Pengendaliana. Hindari
stressSebuah penelitian dari Case Western Reserve University telah
diketahui bahwa pria yang selalu merasa cemas 3x lebih mungkin
untuk mengalami stroke iskemik dari pada pria yang lebih tenang.
Karena kecemasan bisa menyebabkan kelebihan produksi kronis
dopamine, suatu neuro transmitter yg mengatur kntrol dari sirkulasi
otak
b. Kurangi minum sodaSebuah penelitian dari Loma Linda
University telah diketahui bahwa seseorang yang minum dalam jumlah
besar cairan lain selain air, sebenarnya memiliki risiko 46%
terkena stroke. Dalam teorinya mengatakan bahwa mengkonsumsi
minuman bergula seperti soda akan memicu keluarnya air dari aliran
darah, & menyebabkan penebalan darah.c. Kurangi kadar
homosisteinMengkonsumsi beberapa jenis vitamin & mineral dapat
menurunkan kadar homosistein yang berhubungan dengan terjadinya
stroke. Asupan tambahan folat akan membantu mengurangi risiko
stroke, tetapi hanya untuk beberapa orang.d. Konsumsi teh putihTeh
Putih Mencegah pengerasan dan penyempitan pembuluh darah. Polifenol
pada teh putih menunjukan efek yang bagus pada zat pembeku darah
dan anti penggumpalan darah, terutama katekin yang dapat mencegah
sel darah merah menggumpal. Teh Putih Melancarkan aliran darah pada
pembuluh darah, meningkatkan ketahanan pembuluh darah, serta
mencegah terjadinya stroke . Teh Putih Menurunkan tekanan darah ,
Penelitian membuktikan teh putih dapat mengencerkan darah dan
memperbaiki fungsi arteri sehingga menurunkan tekanan darah. Teh
putih memang termasuk salah satu golongan teh yang sangat langka,
dan telah menjadi minuman raja raja negeri bangsawan cina dan
jepang. e. Jauhi asap rokokSebuah penelitian dari University of
Auckland diketahui bahwa orang yang sering menghirup asap rokok
memiliki resiko 82 % lebih mungkin menderita stroke dibanding
mereka yg tidak pernah menghirup.f. AerobikLatihan Aerobik secara
teratur dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar
kolesterol HDL, menurunkan kolesterol LDL, dan mengurangi pembekuan
darah kata seorang psikiater dari Cedars-Sinai Hospital di Los
Angeles Jerry Judd Pryde, MD.
g. Vaksin fluSeorang Peneliti dari Perancis menemukan bahwa
orang yg mendapatkan vaksin flu setiap tahun selama 5 tahun
memiliki resiko 42% lebih rendah mengalami serangan stroke
dibandingkan mereka yg tidak.h. Minum airMulailah hari anda dengan
meminum air putih di pagi hari, karena air putih dapat menjaga
peredaran darah anda tetap lancar. Air membantu mengencerkan darah
yang pada gilirannya memperkecil kemungkinan untuk membentuk bekuan
darah.8. Penyelidikan Epid 5W1Ha. WhoResiko mengalami stroke
meningkat seiring bertambahnya usia. Resiko semakin meningkat
setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak terkena serangan stroke
adalah usia 65 tahun ke atas. Dari 2065 pasien stroke akut yang
dirawat di 28 rumah sakit di indonesia, 35,8% berusia di atas 65
tahun dan 12,9% kurang dari 45 tahun. Pria lebih berisiko terkena
stroke daripada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan bahwa justru
lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke
pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada
pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup
juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang
terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua,
sehingga kemungkinan meninggal lebih besar.b. What Diagnosa awal
stroke adalah komponen kunci untuk suksesnya pengobatan. Pelajari
tentang berbagai cara stroke yang didiagnosis dan mengapa sangat
penting bahwa diagnosis dibuat dalam beberapa menit setelah stroke
terjadi.c. HowDiagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan
perjalan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis
teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus
stroke atau penyakit pembuluh untuk mengevaluasi kasus stroke atau
penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu
Computed Temography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI).Cara kerja CT scan adalah dengan menggunakan sinar-X. Sinar X
adalah yang pertama digunakan untuk melihat otak hidup. Walaupun
beberapa detail kelihatan, sifat dasar otak secara khusus
menjadikannya bukan subjek yang bagus untuk sinar-X. CT scan (
computer tomography) atau CAT scan mencakup pengambilan rentetan
gambar sinar-X dari berbagai sudut pandang, dan selanjutnya
mengkombinasikannya menjadi potret tiga dimensi di komputer. Gabar
itu bisa ditampilkan dan dimanipulasikan di layar komputer.Adapun
cara kerja MRI (magnetic resonance imaging) adalah Anda menciptakan
medan magnet kuat yang beredar di seluruh tubuh orang itu dari
kepala hingga ujung kaki. Ini menyebabkan perputaran atom-atom
hidrogen dalam tubuh orang itu menyejejerkan dengan bidang
tersebut. Selanjutnya, Anda mengirim sinyal radio pada frekuensi
khusus yang menyebabkan proton-proton hidrogen berputar ke arah
yang berbeda. Ketika anda mematikan sinyal radio, proton-protonitu
akan kembali sejajar dengan medan magnet, dan melepaskan energi
ekstra yang mmereka terima dari sinyal radio. Energi itu diterima
oleh kumparan yang sama yang menghasilkan energi itu, yang kini
berfungsi seperti antena tiga dimensi. Karena jaringan yang berbeda
memiliki jumlah hidrogen yang relatif berbeda di dalamnya, jaringan
itu memberi kepadatan sinyal energi yang berbeda, yang disusun
komputer dalam gambar tiga dimensi yang mendetail. Gambar ini
hampir sama detailnya dengan sebuah foto anatomis.CT scan diketahui
sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif
murah untuk kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang
sensitif dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus stroke
hiperakut.Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan
CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu
menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau tumor otak.
Kadang dilakukan angiografi, yaitu penentuan susunan pembuluh
darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.Selain
itu, dalam mendiagnosis stroke, dokter akan menanyakan
gejala-gejala yang dirasakan serta melakukan pemeriksaan fisik
untuk mendapatkan diagnosa stroke. Selain itu diperlukan
pemeriksaan tambahan seperti :1) Tes laboratorium darah untuk
mendeteksi adanya masalah lain yang menghambat proses pemulihan
seperti penyakit ginjal, penyakit hati, diabetes, infeksi atau
dehidrasi.2) EKG ( Elektrokardiogram) untuk mengetahui apakah
jantung masih bekerja dengan baik atau tidak3) Rontgen dadad.
WhenMenurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7
juta jiwa di seluruh dunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5
juta penderita pada tahun 2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun
2030.Berdasarkan Penelitian Misbach di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo tahun 2000-2003, menunjukkan bahwa jumlah penderita
stroke tahun 2000 sebanyak 641 orang, tahun 2001 sebanyak 722
orang, tahun 2002 sebanyak 706 orang dan tahun 2003 sebanyak 522
orang. Di RSU Banyumas, terjadi peningkatan penderita stroke yang
dirawat inap pada tahun 1997-2000. Pada tahun1997 terdapat
penderita stroke sebanyak 255 orang, tahun 1998 sebanyak 298 orang,
tahun 1999 sebanyak 393 orang dan tahun 2000 sebanyak 459 orang.e.
WhereDi Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang
mematikan setelah jantung dan kanker dan sekitar 28,5 % penderita
penyakit stroke meninggal dunia. Disamping itu, stroke juga
merupakan penyebab kecatatan. Sehingga keadaan tersebut menempatkan
stroke sebagai masalah kesehatan yang serius.Prevalensi (angka
kejadian) stroke di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar
(riskesdas) tahun 2007 adalah delapan per seribu penduduk atau 0,8
persen. Sebagai perbandingan, prevalensi stroke di Amerika Serikat
adalah 3,4 persen per 100 ribu penduduk, di Singapura 55 per 100
ribu penduduk dan di Thailand 11 per 100 ribu penduduk.Dari jumlah
total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2.5 persen atay 250
ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat.
Pada 2020 mendatang diperkirakan 7.6 juta orang akan meninggal
karena stroke.
B. Diabetes Mellitus1. Definisi Diabetes MellitusDiabetes
Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis
adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.Menurut American
Diabetes Association (ADA) 2003, DM merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.11
Sedangkan menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)
(2002) DM merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh
kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Apabila hormon
insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak mencukupi
untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka glukosa
tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam
darah akan meningkat sehingga timbullah DM.2. Upaya Pencegahan
Diabetes MellitusJumlah penderita DM tiap tahun semakin meningkat
(prevalensinya menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya
biaya pengobatan serta perawatan penderita DM, terutama
akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi,
usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat
sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya
pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap
kesehatan masyarakat.Usaha pencegahan pada penyakit DM terdiri dari
: Pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang
masih sehat agar tidak memilki faktor resiko untuk terjadinya DM,
pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang belum terkena
DM namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk
terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM, pencegahan sekunder
yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi
penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak
terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi.a.
Pencegahan PrimordialPencegahan primordial dilakukan dalam mencegah
munculnya faktor predisposisi/resiko terhadap penyakit DM. Sasaran
dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan
belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko
yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting peranannya
dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan
seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya
kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar
tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat
diabetagenik.b. Pencegahan PrimerSasaran dari pencegahan primer
adalah orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni
mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk mendapatkan
penyakit DM. pada pencegahan primer ini harus mengenal
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya
untuk mengeliminasi faktor faktor tersebut.1) PenyuluhanEdukasi DM
adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM.
Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan
kepada pasien DM adalah definisi penyakit DM, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM,
pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi
DM, serta pemeliharaan kaki.2) Latihan JasmaniLatihan jasmani yang
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang
peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2.
Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih
banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan
orang yang berolah raga.3) Perencanaan Pola Makan Perencanaan pola
makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM.
Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori,
terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah
kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu
pasien. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan
DM, meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang
sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang dianjurkan yaitu
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat, protein,
dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak = 20-25
%.Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan
diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani.c. Pencegahan
sekunderPencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa
gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit.Memberikan pengobatan
penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi dan pengelolaan
DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien
berobat.1) Diagnosis Dini Diabetes Mellitus Dalam menetapkan
diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan dengan pemeriksaan
kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah
pasien yang umum dilakukan adalah :a) Pemeriksaan kadar glukosa
darah setelah puasaKadar glukosa darah normal setelah puasa
berkisar antara 70-110 mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar
glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl
dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari
pembuluh vena. b) Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktuJika kadar
glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka harus dilakukan
test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa darah pada
pemeriksaan darah arteri ataupun vena lebih dari 200 mg/dl.c) Test
Toleransi Glukosa Oral (TTGO)Test ini merupakan test yang lebih
lanjut dalam pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut
dengan nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200
mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.2) Pengobatan SegeraIntervensi
fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani. Dalam pengobatan ada
2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral atau
disebut juga Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara
injeksi yaitu insulin. OHO dibagi menjadi 3 golongan yaitu : pemicu
sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid), penambah sensitivitas
terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penambah absobsi
glukosa (penghambat glukosidase alfa).d. Pencegahan
TersierPencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah
kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain
mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan
melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami
kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat
dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah
mempunyai penyakit makroangiopati.Penyuluhan juga sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit DM.
Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan mengenai : 1) Maksud,
tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes 2) Upaya
rehabilitasi yang dapat dilakukan 3) Kesabaran dan ketakwaan untuk
dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi
kronik.Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar
disiplin terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit
rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu seperti
konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin
lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler,
radiologi, rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan sebagainya.3.
Faktor Pembatasa. GenetikDM cenderung diturunkan atau diwariskan,
dan tidak ditularkan. Faktor genetis memberi peluang besar bagi
timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga penderita DM memiliki
kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota
keluarga yang tidak menderita DM. Apabila ada orangtua atau saudara
kandung yang menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki resiko
40 % menderita DM.DM Tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor
keturunan dibandingkan dengan DM Tipe 2. Sekitar 50 % pasien DM
Tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita DM, dan lebih dari
sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita DM. Pada
penderita DM Tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang mempunyai orangtua
menderita DM juga.Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan
1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tua anak tersebut
menderita DM pada usia < 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang
tua anak tersebut menderita DM pada usia 40 tahun. Namun bila kedua
orang tuanya penderita DM tipe 1, maka kemungkinan menderita DM
adalah 1:2.b. UsiaDM dapat terjadi pada semua kelompok umur,
terutama 40 tahun karena resiko terkena DM akan meningkat dengan
bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis
yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda
yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasanya terjadi
pada usia 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang
penderita DM berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia
di atas 85 tahun.Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta (2005) penderita DM Tipe 1 mengalami peningkatan jumlah
kasusnya pada umur < 40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang
paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48 %).32 Menurut hasil
penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239
orang (96%) pasien DM berusia 40 tahun dan 10 orang (4%) yang
berusia < 40 tahun.c. Jenis KelaminPerempuan memiliki resiko
lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus, berhubungan dengan
paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk
terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan desain
cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita
DM lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%).
Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah
sakit di Kota Bogor, proporsi pasien DM lebih tinggi pada perempuan
(61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%)d. Pola Makan dan
ObesitasPerkembangan pola makan yang salah arah saat ini
mempercepat peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Makin
banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di
rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara
lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai tren menu
harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang
kaya gula.Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk
diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan
dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM Tipe 2 adalah
orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori
lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan
disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin
sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk
dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30
kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena DM dari pada seseorang
dengan IMT normal (22 Kg/m2). Bila IMT 35 Kg/m2, kemungkinan
mengidap DM menjadi 90 kali lipat.e. Kurang Gerak BadanMelakukan
aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang
kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan
kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan
aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan
tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan
kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang
jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak
dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan
gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula
memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang
mencukupi, maka akan timbul gejala DM.
f. InfeksiVirus yang dapat memicu DM adalah rubella, mumps, dan
human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam
sel beta pankreas, virus ini menyebabkan kerusakan atau destruksi
sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi autoimunitas
yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta pankreas. Pada
kasus DM Tipe 1 yang sering dijumpai pada anak-anak, seringkali
didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang,
yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. DM akibat
bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.4. Faktor
ResikoFaktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik,
riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat
pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir
rendah < 2,5 kg. Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti
berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang
aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL 250
mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat. Faktor risiko lain yang
terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindrom ovarium
poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resitensi
insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa
terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit
kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung,
pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).5. Epidemiologi
di IndonesiaMenurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini
telah dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara
1,5 sampai dengan 2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar
6% (Utama, 2005). Walaupun demikian prevalensi DM di daerah rural
ternyata masih rendah. Di Tasikmalaya didapatkan prevalensi sebesar
1,1% sedangkan Kecamatan Sesean, suatu daerah terpencil di Tanah
Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8%. Disini jekas ada
perbedaan antara urban dengan rural, menunjukkan bahwa gaya hidup
mempengaruhi kejadian diabetes. Tetapi di Jawa Timur, perbedaan
rural-urban tidak begitu tampak. Di Surabaya pada penelitian
epidemiologis yang dikerjakan di Puskesmas perkotaan mencakup
penduduk diatas 20 tahun (1991), didapatkan prevalensi sebesar
1,43% sedangkan di daerah rural (1989) juga didapatkan prevalensi
yang hampir sama yaitu 1,47% (Depkes RI, 2007). Hasil penelitian
epidemiologis di Jakarta (urban) membuktikan adanya peningkatan
prevalensi penyakit DM tipe 2 dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi
5,7% pada tahun 1993. Di Makasar 1,5% (1981) menjadi 12,9% (1998).
Menurut Konsensus Pengelolaan DM tipe 2 Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) 1998 berdasarkan pola pertambahan penduduk
seperti saat itu diperkirakan pada tahun 2020, di Indonesia akan
terdapat 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi diabetes mellitus sebesar 4%, aka nada 7 juta
diabetes (Depkes RI, 2007). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
2001, menemukan prevalensi DM di kalangan penduduk 25-64 tahun,
7,5% di Jawa dan Bali. Surveilans faktor risiko di Depok (2001)
yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Litbangkes) Depkes dengan menggunakan kriteria diagnostic DM yang
benar, menemukan prevalensi DM tipe 2 pada usia 25-64 tahun sebesar
12,8% dan berubah menjadi 11,2% di tahun 2003 setelah dilakukan
intervensi terhadap perilaku (Depkes RI, 2007).
C. Kanker Usus Besar1. Definisi Kanker Usus BesarKanker usus
besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal
(colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan
dan organ-organ yang berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah
dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain tubuh (seperti hati
dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker
usus besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut
metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis telah terjadi
pada kanker kolorektal (colorectal cancer), tidak mungkin dilakukan
penyembuhan secara menyeluruh.
2. Patofisioogi Kanker Usus Besara. Penyebab & Faktor
RisikoTidak jelas apa yang menyebabkan kanker usus besar. Tetapi
dokter meyakini bahwa kanker usus besar terjadi ketika sel normal
di dalam usus besar berubah. Sel normal tumbuh dan membelah untuk
menjaga tubuh berfungsi secara normal. Tapi terkadang pertumbuhan
ini menjadi tidak normal sel terus membelah bahkan ketika tubuh
tidak membutuhkan sel baru.Usus besar merupakan bagian dari sistem
pencernaan yang berfungsi sebagai tempat menampung limbah makanan
yang masuk ke sistem pencernaan. Sementara bagian ujung dari usus
besar yang berada dekat anus disebutrektum.Kanker usus besar adalah
kanker yang menyerang usus besar yang letaknya berada di bagian
bawah sistem pencernaan. Kanker rectal adalah kanker yang terdapat
pada beberapa inchi di bagian akhir usus besar. Banyak kasus kanker
usus besar dimulai dengan ukuran kecil, benjolan sel jinak yang
disebutadenomatous polyps. Polip ini biasanya menyebabkan kanker
usus besar.
Jika radang atau luka hanya terjadi pada lapisan permukaan usus
besar, disebut colitis. Jika di dubur disebut proctitis. Dan jika
terjadi pada usus besar dan dubur, disebut colitis ulserative.
Radang biasanya dimulai dari dubur dan menyebar ke usus besar, tapi
tidak meluas sampai usus halus. Akibat yang dirasakan adalah
diare.Radang usus menyebabkan sel-sel yang melapisi dinding usus
mengelupas, terjadilah luka terbuka pada dinding usus (tukak) yang
kemudian mengeluarkan lendir atau nanah. Ketika peradangan menembus
dinding usus, disebut menderita penyakit Crohn. Penyakit ini selain
menyerang usus besar juga menyerang usus halus atau bagian lain
dari saluran pencernaan. Resikonya, terkena kanker usus besar (32%)
karena penyakit ini menyebabkan sel-sel selaput lendir usus besar
menjadi embrio kanker (displasia).
Gambar 2. Perbandingan atau perbedaan bentuk usus besar ketika
terjadi peradangan dan usus besar dalam keadaan normal
b. Proses Terjadinya Radang Usus BesarDimulai ketika terjadi
sumbatan di muara saluran usus, misalnya karena tinja atau feses
yang terperangkap dan mengeras. Hal ini menimbulkan suatu kondisi
usus dpat pecah dan dapat menginfeksi rongga perut bagian dalam dan
organnya.Radang usus besar sering terjadi karena sembelit
(konstipasi), gelisah atau keguguran. Namun, penyebab utama
terjadinya colitis adalah kurangnya zat-zat organik di dalam tubuh
yang dapat membantu lancarnya fungsi usus besar. Makanan dimasak
yang terdiri atas atom-atom mati tidak dapat membangun sel-sel dan
jaringan tubuh. Gejala dari timbulnya radang usus besar, yakni:1)
Keluarnya lendir bahkan berdarah dari anus seperti terjadi pada
penderita maag (lambung), polip usus atau wasir.2) Perut terasa
sakit dan nyeri ketika buang air besar.3) Terkadang tubuh cepat
merasa lelah dan sesak napas usai melakukan aktivitas yang disertai
rasa pusing yang berat.4) Terjadi perdarahan pada rektum, akibat
adanya tekanan pada lambung atau usus.5) Mudah merasa lapar
kembali, meski telah makan.6) Wajah terlihat pucat.7) Malnutrisi,
tubuh mudah terasa lemah, kurus.8) Terjadi pembesaran hati dan
peleburan saluran limpa dan kram di perut.
c. PenyebabKanker usus terjadi berawal dari peradangan usus yang
berlangsung lama, seperti radang usus besar sering terjadi karena
sembelit (konstipasi), gelisah, atau keguguran. Namun, penyebab
utama terjadinya colitis adalah kurangnya zat-zat organik di dalam
tubuh yang dapat membantu lancarnya fungsi usus besar. Makanan yang
terlalu lama dimasak sehingga berkurangnya zat gizi dalam tiap
sayuran yang dimasak yang terdiri atas senyawa-senyawa penting yang
telah mati sehingga tidak dapat membangun sel-sel dan jaringan
tubuh.Penyebab sembelit (usus tersumbat) biasanya karena kekurangan
serat dalam makanan. Apabila seseorang hanya makan roti, nasi
putih, mentega, telur, daging, dll yang sejenis, seratnya akan
berkurang. Hal ini membuat pembuangan terhambat. Namun, jika
seseorang banyak makan buah dan sayuran segar, pembuangan akan
lancar karena terdapat selulosa di dalamnya. Selain itu sembelit
juga bisa terjadi jika usus besar mengalami keracunan. Hal ini
meyebabkan kurangnya koordinasi antara fungsi otot-otot dan urat
saraf dari usus besar dengan perut. Pemicunya adalah terlalu sering
mengkonsumsi makanan yang sudah diproses atau yang tidak bererat
sehingga pergerakan perut atau pembuangan menjadi tidak normal.
Seringnya mengkonsumsi makanan yang ekstra pedas, asam, mie instan
dan makanan siap saji akan semakin memberatkan kerja usus sehingga
usus akan mengalami peningkatan zat yang dapat mengakibatkan usus
meradang dan terluka. Di samping itu, penyakit radang usus besar
dapat terjadi akibat adanya efek samping penyakit yang sebelumnya
ada seperti terjadinya pembesaran jaringan limfoid, penyakit
cacing, adanya benda asing yang terdapat dalam usus dsb. Jika
peradangan pada usus besar lama tidak diobati akan semakin
memperparah keadaan dan beraibat fatal pada munculnya gejala kanker
usus besar.d. Pertumbuhan sel pra kanker di usus besarKanker usus
besar paling sering dimulai berupa gumpalan polip di dalam saluran
usus besar. Polip dapat berbentuk seperti jamur. Polip juga dapat
tidak menonjol atau tersembunyi di dinding usus besar. Polip jenis
ini lebih sulit untuk di deteksi. Pengangkatan kedua jenis polip
tadi sebelum mereka menjadi kanker dapat mencegah terjadinya kanker
usus besar.e. Mutasi gen bawaan yang meningkatkan risiko kanker
ususMutasi gen bawaan yang meningkatkan risiko kanker usus dapat
diturunkan dalam keluarga, tetapi ini hanya merupakan sebagian
kecil penyebab kanker usus besar. Beberapa sindrom kanker usus
antara lain:Familial adenomatous polyposis (FAP). FAP adalah
penyakit langka penyebab ribuan polip di saluran usus besar dan
rectum. Orang yang memiliki FAP dan tidak terawat memperbesar
risiko kanker usus besar sebelum usia 40.Hereditary nonpolyposis
colorectal cancer (HNPCC) HNPCC yang juga disebut Lynch syndrome
meningkatkan risiko kanker usus besar dan kanker lain.Orang dengan
HNPCC cenderung terkena kanker usus besar sebelum usia 50
tahun.
e. Faktor Resiko
Etiologi dari kanker rektum sendiri belum diketahui, namun
beberapa faktor resiko telah ditemukan dapat menyebabkan terjadinya
kanker rektum. Beberapa faktor resiko yang berperan antara lain:1)
Faktor genetik seperti familial adenomatous polyposis (FAP) dan
hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC).2) Inflamatory
bowel disease seperti penyakit crohn dan kolitis ulseratif. Gambar
7. Kolitis Ulseratif3) Riwayat keluarga yang menderita kanker
kolorektal.4) Riwayat menderita polip, kanker ovarium,
endometriosis, dan kankerpayudara.5) Umur di atas 40 tahun.Risiko
dari kanker kolorektal meningkat bersamaan dengan usia,
terutamapada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih, dan hanya
3% dari kanker kolorektal muncul pada orang dengan usia dibawah 40
tahun. 55% kanker terdapat pada usia 65 tahun6) Diet tinggi lemak
rendah serat.Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori,
daging dan diet rendah serat berkemungkinan besar untuk menderita
kanker kolorektal pada kebanyakanpenelitian, meskipun terdapat juga
penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara serat dan
kanker kolorektal.7) Gaya HidupPria dan wanita yang merokok kurang
dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk memiliki
adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan
merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah
kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar3. Managemen
kanker kolorektalPrinsip penanganan korektal kanker adalah
pembedahan, khemoterapi dan radioterapi. Radioterapi hanya
dilakukan pada pasien dengan kanker rektum.Standard managemen
pasien dengan metastasis adalah khemoterapi sistemik. Adjuvan
khemoterapi post operasi yaitu pemberian 5 florourasil dikombinasi
dengan levamisole atau leucovorin. Kombinasi ini telah terbukti
mengurangi resiko 5-year survival and recurence risc sebesar 30% (
Dragovich, 2011).4. Cara PencegahanKanker usus besar dapat dicegah
dengan mengubah kebiasaan mengkonsumsi lemak berlebihan ke amakanan
yang mengandung serat tinggi. Sumber utama lemak seperti daging,
telur, produk susu, saus salad, dan minyak yang digunakan dalam
masakan harus dikurangi. Sebagai penyeimbangnya, buah-buahan,
sayuran, dan roti gandum utuh dan sereal yang mengandung serat
harus dikonsumsi. Perlu diketahui bahwa serat yang tinggi di dalam
makanan menyebabkan pembentukan kotoran besar yang dapat
menyingkirkan karsinogen.
BAB IIIKESIMPULANA. Stroke 1. Serangan stroke dapat terjadi
secara fokal (sebagian) maupun local (keseluruhan) pada otak.2.
Stroke terbagi menjadi 2 yaitu Stroke iskemik dan Stroke
hemoragik3. Faktor resiko Stroke ada yang tidak terkendali yaitu
sulit untuk dilakukan pengobatan karna sudah bawaan, dan yang
terkendali yaitu masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatanB.
Diabetes Mellitus1. Faktor pembatas Diabetes Mellitus yaitu :
genetik, usia, jenis kelamin, pola makan, kurang gerak badan, dan
infeksi2. Faktor resiko Diabetes Mellitus ada 2 yaitu yang tidak
dapat diubah dan yang mungkin/dapat diperbaikiC. Kanker Usus1.
Karsinoma rektal umumnya didahului oleh kondisi pramaligna seperti
adenomatous, villous polyp, familial adenomatous polyposis dan
kolitis ulseratif.2. Kanker usus besar disebabkan ketika sel normal
di dalam usu besar berubah dan terus membelah.3. Skrening awal yang
dapat dilakukan yaitu: pemeriksaan darah samar di feses,
sigmodoskopi, kombinasi darah samar feses dan sigmoidoskopi,
kolonoskopi, dobel kontras barium enema
DAFTAR PUSTAKAAdib, Muhammad. 2009. Cara Mudah Memahami dan
Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke. Yogyakarta : Dian
Loka.Henderson, Leila. 2002. Stroke: Panduan perawatan, alih bahasa
Indriani dari judul aslinya Stroke: Survival guide. Jakarta :
Arcan.Nastiti, Dian. 2012. Skripsi : Gambaran Faktor Resiko
Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit
Krakatau Medika Tahun 2011. Depok : FKM UI.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289574-S-Dian%20Nastiti.pdf
diakses tangggal 2 November 2013 pukul 21.16 WIBS.A. Sinaga. 2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/4/Chapter%20II.pdf
diakses tanggal 2 November 2013 pukul 21.13 WIBAmaliaturrahmah.
Tugas Kepaniteraan Klinik Laboratorium/SMF Kedokteran Bedah FK
UNMUL 2011.
(http://www.scribd.com/doc/82774630/4/Epidemiologi-kanker-rektum.)Casciato
DA, (ed). 2004.Manual ofClinical Oncology 5th ed. Lippincott Willi
ams & Wilkins: USA.p 2013.Data WHO 2008 : Epidemiologi Kanker
di dunia
(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2276070-data-2008-epidemiologi-kanker-di/#ixzz2kHo6dm2D)Depkes.
2006.DeteksiDini Kanker Usus Besar, (Online),
(http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htm)Depkes.
2006. Gaya hidup penyebab kolorektol, (Online),
(http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=20
58&Itemid=2)Dragovich T, Harris JE 2011, Colon adencarsinoma,
medscape.com.Elizabeth., Cirincione, 2005. Rectal Cancer.
(www.emedicine.com)
(http://www.totalkesehatananda.com/colon1.html)Samiadji, S.
1995.Akurasi Keluhan BerakDarah dan Penurunan BeratBadan
dalamDiagnosis Karsinoma Rekti. Tesis. Semarang: FK
UNDIPSyamsuhidajat R, Jong Wim D,(eds). 2004buku ajarIlmu Bedah 2nd
ed.EGC: jakarta.WHO. 2006. The Impact ofCancer, (Online),
(http://www.who.int /ncd_
surveillance/infobase/web/InfoBasePolicyMaker/reports/ReporterFullView.aspx?id=5).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21553/4/Chapter%20II.pdf
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125925-S-5447-Gambaran%20epidemiologi-Pendahuluan.pdf
diakses pada 9 November 2013
Pertanyaan 1. Lia achmad Cara menghindari kadar
homosistein?Homosistein adalah asam amino yang mengandung sulfur,
yang terdapat dalam plasma darah. Homosistein terbentuk secara
alami dalam tubuh. Meskipun homosistein selalu ada dalam tubuh, zat
ini dapat menyebabkan masalah kesehatan jika kadarnya terlalu
banyak dalam tubuh. Homosistein dianggap berhubungan langsung
dengan masalah kesehatan jantung. Jika seseorang memiliki kadar
homosistein tinggi, ia memiliki resiko lebih tinggi terhadap
penyakitpenyakit jantung koroner, stroke,aterosklerosis, dan
berbagaipenyakit kardiovaskularlainnya. Homosistein dipecah dalam
tubuh melalui proses metabolik. Proses metabolik untuk memecah
homosistein membutuhkan adanya asam folat dan vitamin B6 dan
vitamin B12. Kadar homosistein dalam darah dipengaruhi oleh adanya
zat-zat gizi ini. Untuk mengurangi kadar homosistein dalam tubuh,
maka homosistein harus terpecah.2. Bu beta Mengapa usia muda saat
ini sudah banyak yang terkena penyakit stroke? Apakah ada perbedaan
gejala antara stroke hemoragik dan stroke iskemik?Usia muda saat
ini dapat terkena stroke disebabkan oleh pola hidup yang kurang
sehat, dan konsumsi makanan yang serba instan yang dapat memicu
terjadinya penyakit stroke. Gejala stroke hemoragik dan stroke
iskemik kurang lebih sama tidak ada perbedaan yang signifikan.3.
Riska Faktor risiko stroke itu ada IMT, apa hubungannya?IMT
berhubungan dengan berat badan seseorang, jika IMT seseorang
melebihi normal maka bisa dikatakan obesitas. Obesitas mampu memicu
timbulnya kejadian stroke.Obesitas/ kegemukan memiliki tekanan
darah, kadar glukosa darah dan serum lipid yang lebih tinggi, bila
dibandingkan dengan pasien tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada
pria dan usia 65-94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok yang
lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui
peningkatan tekanan darah, gangguan toleransi glukosa dan
lain-lain.Pola obesitas juga memegang peranan penting, dimana
obesitas sentral dan penimbunan lemak pada daerah abdominal, sangat
berkaitan dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke
dalam keluarga penting pada peningkatan resiko stroke, namun
pembuktian dengan studi epidemiologi masih kurang.54