Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakit kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian menyusul penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar gamma dan dengan perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi, proliferasi sel dan mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada tahun-tahun terakhir maju dengan pesat. Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas. Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi,
48

Makala h

Oct 24, 2015

Download

Documents

St. Hajar
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk

menyembuhkan penyakit kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian

menyusul penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar gamma dan

dengan perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi, proliferasi sel dan

mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada tahun-tahun terakhir

maju dengan pesat.

Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak

menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula

harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika

terus meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau

sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.

Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan

untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi,

transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan

pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Falck dkk, th.1979

melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa

perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan

lebih besar dari pada control subject.

Toksisitas yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan

handling sitostatika berupa toksisitas pada liver, neutropenia ringan, fetal

malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya kanker. Tahun 1983 Sotaniemi,

dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja

pada ward oncology. Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian

Page 2: Makala h

ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf

farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat

kanker.

Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat

kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :

    Produk harus terlindung dari kontaminasi microba dengan teknik aseptis

    Personal yang terlibat harus terlindung dari exposure bahan berbahaya

    Lingkungan harus terhindar dari paparan bahan berbahaya

             Terpaparnya obat sitostatika kedalam tubuh dapat melalui inhalasi,

absorpsi, atau ingestion.

B.     Rumusan Masalah

1. Defenisi dan tujuan handling Sitotoxic

2. Penanganan Sitotoxic

3. Sarana dan prasarana penanganan Sitotoxic

4. Standar kerja Handling sitotoxic

5. Penanganan kecelakaan kerja Handling sitotoxic

6. Prosedur penanganan Sitotoxic

7. Pengelolaan limbah Sitotoxic

8. Dosis kemoterapi

9. Cara pemberian obat Sitotoxic (R_CHOP)

Page 3: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI OBAT SITOTOKSIK

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara

fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak

berhasil. (Hanifa Wignjosastro, 1997).

Obat sitotoksik adalah agen terapi ditujukan untuk, tetapi tidak terbatas

pada, pengobatan kanker.Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel, terutama

melalui tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak yang terbukti karsinogen,

mutagen atau teratogen.

Obat sitotoksik semakin sering digunakan dalam berbagai pengaturan

kesehatan, laboratorium danklinik hewan untuk pengobatan kanker dan kondisi

medis lainnya seperti rheumatoidarthritis, multiple sclerosis dan kelainan auto-

imun

Obat sitotoksik mencakup obat yang menghambat atau mencegah fungsi

sel . Obat sitotoksik termasuk obat-obatan yang terutama digunakan untuk

mengobati kanker , sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi . Baru-baru ini ,

mereka menggunakan telah diperluas untuk pengobatan untuk kondisi kulit

tertentu (misalnya , psoriasis ) , dan kadang-kadang digunakan dalam

pengobatan rheumatoid arthritis arthritis dan remaja, serta kondisi otot steroid -

tahan .

Bentuk yang paling umum dari obat sitotoksik dikenal sebagai

antineoplastik , dan kadang-kadang istilah ini digunakan reversibel. Obat

sitotoksik memiliki efek mencegah pertumbuhan yang cepat dan pembagian

( mitosis ) sel kanker . Namun, obat sitotoksik juga mempengaruhi pertumbuhan

sel-sel lain membagi cepat dalam tubuh seperti folikel rambut dan lapisan dari

Page 4: Makala h

sistem pencernaan . Sebagai hasil dari pengobatan , banyak sel-sel normal yang

rusak bersama dengan sel-sel kanker .

Sangatlah penting untuk menjamin keamanan petugas yang

bersinggungan mulai dari yang menyiapkan (staf farmasi), perawat yang

memberikan obat, dan petugas yang menangani limbah sitostatika. Penanganan

sitostatika memerlukan petugas yang terlatih, fasilitas dan peralatan, serta

prosedur penanganan secara khusus. Selama sitostatika ditangani secara aman

dan benar, risiko bisa diminimalisasi.

Pajanan obat sitotoksik dan limbah yang terkait dapat terjadi di mana

kontrol tindakan gagal atau tidak di tempat . Paparan dapat terjadi melalui

kontak kulit , kulit penyerapan , menghirup aerosol dan partikel obat , konsumsi

dan luka benda tajam .

Paparan dapat terjadi ketika :

mempersiapkan obat

memberikan obat-obatan

mengangkut obat

penanganan limbah pasien

mengangkut dan membuang limbah

membersihkan tumpahan .

Mereka yang paling mungkin terlibat dalam kegiatan ini meliputi:

o Perawat dan petugas medis

o Apoteker

o Staf laboratorium

o Pembersihan, pemeliharaan dan limbah staf pembuangan

o Penjaga

o Staf kesehatan hewan

o Petugas ambulans dan driver .

Page 5: Makala h

Penandaan obat sitotoksik

Semua bahan sitotoksik universal diidentifikasi oleh simbol ungu yang

menggambarkan sel di akhir telofase

Penyimpanan

Obat sitotoksik harus dikemas dalam label , disegel , wadah anti bocor

dengan kantong luar panas yang disegel secara tepat.

Obat sitotoksik harus disimpan dalam ruangan berdinding keras dan

wadah yang kuat , tertutup rapat dan diberi label dengan peringatan

sitotoksik.

Dinginkan obat seperlunya (jika akan digunakan).

Transportasi

Obat sitotoksik harus diangkut dalam wadah kedap disegel tahan

terhadap kerusakan

Wadah harus diberi label dengan label ungu peringatan sitotoksik dan

digunakan untuk tujuan-tujuan lain

Wadah harus dikembalikan ke apotek setelah digunakan

Untuk transportasi antar rumah sakit atau transportasi ke rumah pasien ,

nomor telepon kontak ( Onkologi Farmasi ) dan instruksi dalam hal

tumpahan harus dimasukkan .

Tujuan Handling Cytotoxid

Page 6: Makala h

Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat

kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :

Produk harus terlindung dari kontaminasi microba dengan teknik aseptis

Personal yang terlibat harus terlindung dari exposure bahan berbahaya

Lingkungan harus terhindar dari paparan bahan berbahaya

Terpaparnya obat sitostatika kedalam tubuh dapat melalui inhalasi, absorpsi,

atau ingestion.

Adapun tujuan Handling Cytotoxid yaitu :

Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap

sitostatika pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan pemberian kpd

pasien.

Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos

Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg dipakai yg

telah terkontaminasi dgn sitostatika

B. PENANGANAN OBAT SITOTOKSIK

Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik

yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat

menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu,

penggunaan obat sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin

keamanan, keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain

yang tidak menderita sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk

menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit

Penanganan sitostatika harus memperhatikan :

1. Tehnik aseptik

2. Pemberian dalam biological safety cabinet

Page 7: Makala h

3. Petugas yang bekerja harus terlindungi

4. Jaminan mutu produk

5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih

6. Adanya Protap

Preparasi sediaan steril

Syringe dan infus set harus menggunakan jenis luer lock, untuk

menghindari terjadinya tumpahan jika terbuka. Penutup jarum harus

selalu tertutup untuk menghindari tumpahan dan menjaga sterilitas.

Jarum yang digunakan untuk menghisap larutan dari vial melalui tutup

karet dipilih yang mempunyai lubang besar untuk menghindari adanya

tekanan yang terlalu tinggi. Biasanya dipilih needle 18.

Tutup karet vial harus diseka alcohol sebelum ditusuk jarum untuk

menghindari adanya kontaminan masuk kedalam vial

Dibuat tekanan negatif dalam vial untuk menghindari terjadinya percikan

dari lobang pada karet penutup.

Pada saat membuka ampul operator harus memastikan bahwa tidak ada

serbuk atau cairan yang menempel di leher ampul, dengan cara mengetuk

dinding ampul sampai semua materi dalam ampul ada dibagian bawah

leher ampul

Pada saat mematahkan ampul gunakan kasa atau kain pelindung dan

arahkan menjauhi operator.

Preparasi sediaan non steril

Sediaan steril melliputi capsul, puyer, atau krim yang tidak tersedia di

pasaran. Preparasi harus dilaksanakan didalam Cytotoxic Drug Safety

Cabinet. Operator harus menggunakan pakaian pelindung lengkap.

Untuk sediaan serbuk gunakan mortir dalam kantong plastik untuk

menghindari serbuk berterbangan.Laminair Air Flow dalam kondisi off.

Page 8: Makala h

Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya agar tidak memegang

sediaan dengan tangan langsung, gunakan sendok atau sarung tangan

untuk menghindari kontaminasi.

Semua alat yang digunakan (mortir,stampler, alat penghitung tablet )

harus segera dicuci dan dikeringkan dengan kasa disposible.

C. SARANA DAN PRASARANA

1. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC).

Laminar Air Flow Cabinet adalah alat yang memenuhi kriteria ruangan

bersih kelas 100. LAFC memiliki sistem penyaringan ganda yang

memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai

penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen dari udara, menjaga aliran

udara tetap konstan dan laminar (teratur), serta mencegah masuknya

kontaminan ke dalam LAFC.

Terdapat dua tipe LAFC:

LAFC Horizontal

LAFC dengan aliran udara horizontal (aliran udara menuju ke arah

depan), sehingga melindungi obat dari kontaminasi tetapi tidak

melindungi petugas dari paparan obat. Alat ini cocok digunakan

untuk pencampuran obat steril non sitostatika.

LAFC Vertikal

LAFC dengan aliran udara vertikal (aliran udara menuju ke bawah)

sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih aman bagi

petugas. LAFC vertikal disebut juga dengan Biological Safety

Cabinet (BSC). BSC juga memiliki banyak tipe dan yang digunakan

untuk pencampuran sitostatika adalah BSC kelas II yang dirancang

untuk memberikan perlindungan terhadap petugas, produk, dan

lingkungan. Pada tipe ini terjadi resirkulasi udara di mana hanya 30%

Page 9: Makala h

udara yang dikeluarkan dan 70% udara dimasukkan kembali ke area

kerja.

Biological Safety cabinet (BSC)

Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk

melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip

kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari

tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC.

Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada

peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini

harus dikalibrasi setiap 6 bulan.

2. Ruangan

Persyaratan Ruang Aseptik

Ruang tidak ada sudut atau siku

Dinding terbuat dari epoksi

Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter

Aliran udara diketahui dan terkontrol

Tekanan ruangan diatur

Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius

dan kelembaban 35-50%)

Tata letak ruangan

Page 10: Makala h

Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan

dan peralatan khusus untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan

menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya. Penanganan

sitostatika memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Letak ruangan

diusahakan tidak untuk lalu lintas orang.

Ruangan ini terdiri dari:

o Ruang persiapan

Digunakan untuk kegiatan administrasi (perhitungan dosis dan

volume cairan, pembuatan etiket, pelabelan) dan penyiapan bahan

obat serta alat kesehatan yang dibutuhkan.

o Ruang cuci tangan dan ganti

Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan dan

mengenakan APD.

o Ruang antara

Petugas masuk ke clean room melalui ruang antara atau ruang

penyangga udara. Ruangan ini diatur dengan tepat sehingga hanya

satu pintu pada satu sisi saja yang dapat dibuka pada saat yang

bersamaan.

o Ruang bersih (clean room)

LAFC harus diletakkan di sebuah clean room (ruang bersih). Clean

room merupakan ruangan khusus yang dibuat dengan pengendalian

terhadap ukuran dan jumlah partikel. Ruangan ini dirancang untuk

mencegah partikel masuk dan tertahan dalam ruangan, pengendalian

juga dilakukan terhadap suhu, kelembaban, dan tekanan udara.

Jumlah partikel terkontrol

Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000

partikel per meter kubik udara, jumlah mikroorganisme tidak

lebih dari 100 per meter kubik udara.

Page 11: Makala h

Konstruksi khusus

Dinding, langit-langit dan lantai tidak bersudut, tidak retak, dan

dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan dan kedap air

untuk mengurangi penyebaran atau penumpukan partikel.

Sebaiknya tidak ada bagian ruangan yang tersembunyi dan sukar

dibersihkan.

Suhu dan kelembaban terkontrol

Suhu berkisar 18-28ºC dan kelembaban 35-50% untuk menjaga

agar petugas tetap nyaman dalam ruangan dengan pakaian

kerjanya dan tidak berkeringat secara berlebihan. Di dalam

ruangan tersedia termometer serta barometer untuk mengukur

suhu dan kelembaban ruangan dan dicatat setiap hari.

Barang dalam ruangan diusahakan seminimal mungkin dan

mudah dibersihkan.

Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter untuk

menyaring udara yang keluar dan masuk ruangan. HEPA filter

merupakan penyaring dengan efisiensi yang sangat tinggi (99,97-

99,99%).

Tekanan udara di dalam ruangan lebih positif daripada tekanan

udara di ruang sekitarnya.

Terdapat pass box yang menghubungkan ruang persiapan dengan

clean room. Pass box

merupakan tempat untuk

keluar masuknya alat dan obat

dari clean room sebelum dan

sesudah pencampuran.

Page 12: Makala h

Idealnya, pass box dilengkapi dengan vakum dan lampu UV

untuk meminimalisasi kontaminasi.

Tersedia alat komunikasi (interkom) dan sebaiknya dirancang

agar mudah dibersihkan.

3. Peralatan

Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan

steril meliputi :

Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan

steril meliputi :

a. Baju Pelindung

Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar

Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang

tidak melepaskan debu dan serat.

Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan

Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada

tangan dan kaki

b. Sarung tangan

Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal

sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup

panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari

Page 13: Makala h

latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan

sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.

c. Tutup Kepala

Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada

partikel kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan.

d. Masker & Kaca mata

Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca

mata dan masker.

Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk

mengurangi kontaminan.

Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari

kemungkinan adanya percikan obat kanker.

e. Sepatu

Terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam

Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam

D. STANDAR KERJA HANDLING CYTOTOXID

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :

1. Tehnik khusus penanganan sitostatika

2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)

3. Pelatihan petugas

4. Penandaan, pengemasan, transpotasi

5. Penanganan tumpahan obat sitostatika

6. Penanganan limbah       

Fasilitas Fisik

Page 14: Makala h

Australian standard 2639 mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs

Safety Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean

Room dilengkapi dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang

digunakan bisa Type ISOLATOR atau Biological Safety Cabinet dengan aliran

Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC lebih negatif dibanding didalam Clean

Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif dibandingkan diluar.

Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat pendukung preparasi

obat dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan kontaminasi udara

kedalam clean room. Komunikasi petugas didalam clean room dengan petugas

diluar dilakukan dengan intercom.

Perawatan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room :

Cytogard dibersihkan setiap hari dengan desinfectant atau detergent .

Desinfeksi clean room dilakukan 1 kali seminggu.

Uji mikrobiologi dilakukan secara periodik untuk memeriksa apakah

HEPA Filter bekerja dengan baik sehingga dapat menjaga sterilitas

sediaan

Pengukuran jumlah partikel didalam Cytogard maupun dalam clean room

dilakukan secara periodic.

Personal

o Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus

mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan

penanganan obat sitostatika.

o Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak

dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika.

o Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam

rekonstitusi obat sitostatika

o Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus

diistirahatkan dari tugas ini.

Page 15: Makala h

Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika

seminggu sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri

dari :

a. Complete blood count

b. Liver Function Test

c. Renal Function Test

Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodic setiap 6

bulan, jika terdapat kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam. Semua

hasil harus didokumentasikan

Penyiapan

Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan

pencampuran obat suntik. Penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses

penyiapan jarum suntik.

1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan

prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu

pemberian)

2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima ( nama obat, jumlah, nomor

batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.

3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau

tidak lengkap.

4. Menghitung kesesuaian dosis.

5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.

6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.

7. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang

perawatan dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal

pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.

8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis,

ruang perawatan, jumlah paket

Page 16: Makala h

9. Melengkapi dokomen pencampuran.

Pencampuran

Proses pencampuran sediaan sitotoksik sebagai berikut :

1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP

2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP

3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.

4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP

5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.

6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.

7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.

8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari passbox.

9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas

meja BSC.

10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.

11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi

sediaan sitostatika

12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat

yang harus terlindung cahaya.

13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan

khusus.

14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam

wadah untuk pengiriman.

15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi

melalui pass box.

16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap

E. PENANGANAN KECELAKAAN KERJA

Adapun mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah :

Inhalasi → Terhirup pada saat rekostitusi

Page 17: Makala h

Absorpsi → Masuk dalam kulit jika tertumpah

Ingesti → Kemungkinan masuk jika tertelan

Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:

1. Kontak dengan kulit:

Tanggalkan sarung tangan

Bilas kulit dengan air hangat

Cuci dengan sabun, bilas dengan air hanga

Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan

larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat

Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %

Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus

Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)

Laporkan ke supervisor

Lengkapi format kecelakaan.

2. Kontak dengan mata

Minta pertolongan

Tanggalkan sarung tangan

Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama5

menit

Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan  larutan

NaCl 0,9%

Aliri mata dengan larutan pencuci mata

Tanggalkan seluruh pakaian pelindung

Catat jenis obat yang tumpah

Laporkan ke supervisor

Lengkapi format kecelakaan kerja.

3. Tertusuk jarum

Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk

menghisap obat yang mungkin terinjeksi

Page 18: Makala h

Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang

Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat

dalam jaringan yang tertusuk

Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat

Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat

Tanggalkan semua APD

Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi

Laporkan ke supervisor

Lengkapi format kecelakaan kerja

Segera konsultasikan ke dokter.

Penanganan Tumpahan

Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas

tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan

menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri dari:

Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril

Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.

Beri tanda peringatan di sekitar area.

Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat

seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.

Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong

tersebut.

Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong

tersebut.

Cuci seluruh area dengan larutan detergent.

Bilas dengan aquadest.

Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.

Tanggalkan glove  luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong

pertama.

Page 19: Makala h

Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.

Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam,

tempatkan dalam kantong kedua.

Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung

khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator.

Cuci tangan.

Membersihkan tumpahan di dalam BSC

Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah

untuk tumpahan serbuk.

Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan

baru.

Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas 

kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.

Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas

dengan   aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah

pada buangan

Ulangi pencucian 3 x.

Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.

Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.

Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah

buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.

Cuci tangan.

F. PROSEDUR PENANGAN SITOTOKSIK

Prosedur Tetap Mencuci Tangan yaitu :

1. Basahi tangan dengan air bersih

2. Ambil sabun antiseptik

Page 20: Makala h

3. Gosok kedua telapak tangan bagian atas dan bawah serta diantara jarijari

dan kuku selama 20 detik

4. Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10 detik

5. Tutup kran dengan beralaskan lap bersih atau bila memungkinkan dengan

siku

6. Keringkan tangan dengan lap bersih atau pengering listrik.

Prosedur Tetap Berganti Pakaian

1. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian

dimana pakaian biasa diganti dengan pakaian pelindung khusus untuk

mengurangi pencemaran jasad renik dan partikel.

2. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa setelah

dicuci dan disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan

debu.

3. Ruangan Ganti Pakaian Pertama

Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama.

Arloji dan perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan

kepada petugas yang ditunjuk.

Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat

yang telah disediakan.

4. Ruangan Ganti Pakaian Kedua

a. Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan

dengan larutan desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki

hendaklah dicuci dengan sabun dan air dan kemudian dibasuh

dengan larutan desinfektan.

Page 21: Makala h

b. Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik

otomatis. Sepasang pakaian steril diambil dari bungkusan dan

dipakai dengan cara berikut.

c. Penutup kepala hendaklah menutupiseluruh rambut dan diselipkan

ke dalam leher baju terusan. Penutup mulut hendaklah juga

menutupi janggut. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh

kaki dan ujung kaki.

d. Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki.

Penutup kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung

lengan baju hendaklah diselipkan ke dalamsarung tangan. Kaca mata

pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.

e. Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau larutan

desinfektan.

f. Membuka pintu untuk memasukiruang penyangga udara dan ruang

steril hendaklah dengan menggunakan siku tangan dan

mendorongnya.

g. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas

melepaskan sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang

ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian sebelum keluar dengan

urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.

Prosedur Tetap Penggunaan Pass Box

Untuk passbox yang dilengkapi dengan UV 1. Hubungkan passbox dengan sumber listrik yang sesuai (jika passboxnya

automatik).

2. Nyalakan passbox dengan menekan tombol ON pada switch, lampu

indikator akan menyala.

3. Jika lampu hijau menyala, pintu passbox dalam keadaan tidak terkunci,

dan siap dibuka.

4. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox.

Page 22: Makala h

5. Tutup kembali pintu passbox.

6. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril

7. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati.

Untuk passbox yang manual 1. Bersihkan passbox sesuai denganprosedur tetap pembersihan passbox.

2. Buka pintu passbox (pastikan pintu passbox yang berada dalam ruang

steril dalam keadaan tertutup)

3. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox

4. Tutup kembali pintu passbox

5. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril (pastikan pintu passbox

yang satu tetap tertutup)

6. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati

Prosedur Tetap Penggunaan Laminar Air Flow (Laf)

1. Hubungkan LAF dengan sumber listrik yang sesuai (220 volt)

2. Nyalakan blower dan lampu UV minimal 15 menit sebelum digunakan

3. Matikan lampu UV

4. Buka pintu penutup LAF dan letakkan secara horisontal di atas meja

5. Bersihkan permukaan LAF dengan Iso Propol Alkohol (IPA) atau

alkohol 70 % menggunakan lap yang tidak berserat:

a. Dinding : dari atas kebawah dengan gerakan satu arah

b. Lantai : dari belakang kedepan dengan gerakan satu arah

Catatan: jangan menyemprotkan alkohol langsung ke arah HEPA filter

6. Seka semua bahan dan alat yang akan dimasukkan ke dalam LAF

dengan alkohol 70 %

7. Letakkan bahan dan alat di dalam LAF sesuai tata letak

8. Biarkan 5 menit untuk menghilangkan turbulensi udara .

Prosedur Tetap Melepaskanalat Pelindung Diri

Page 23: Makala h

Melepaskan pakaian pelindung: 1. Melepaskan sarung tangan luar

a. Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset. b. Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah

telapak tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh sarung tangan dalam ataupun kulit.

c. Ulangi prosedur dengan tangan lainnya. d. Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di

bagian dalam sarung tangan. e. Pegang sarung tangan yang diangkatdari dalam sampai seluruhnya

terangkat. f. Buang sarung tangan tersebut kedalam kantong tertutup.

2. Melepaskan baju pelindung a. Buka ikatan baju pelindung. b. Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di

dalam. c. Tempatkan dalam kantong tertutup.

3. Melepaskan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup. 4. Melepaskan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak

boleh menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup. 5. Tempatkan kantong tersebut dalam kointainer buangan sisa. 6. Cuci tangan.

Prosedur Tetap Distribusi

1. Ambil wadah yang telah berisi obat hasil rekonstitusi dari pass box.

2. Periksa kembali isi dan mencocokan formulir permintaan yang telah

dibuat dengan prinsip 5 BENAR dan kondisi obat-obatan yang

diterima (nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa setelah obat

direkonstitusi).

3. Beri label luar pada wadah.

4. Kirim obat-obat tersebut ke ruang perawatan dengan menggunakan

troli tertutup dan tidak boleh melewati jalur yang banyak kontaminan

(seperti: lift barang, dll) untuk mengurangi kontaminasi.

5. Lakukan serah terima dengan pasien atau petugas perawat

Page 24: Makala h

Prosedur Tetap Penanganan Limbah Sitostatika

1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Tempatkan limbah pada kontainer buangan tertutup. Untuk benda-

benda tajam seperti syringe, vial, ampul, tempatkan di dalam kontainer

yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam

kantong berwarna dan berlogo cytotoxic.

3. Beri label peringatan pada bagian luar kantong.

4. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.

5. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.

6. Cuci tangan.

7. PENGELOLAAN LIMBAH SITOTOKSIK

Limbah sitotoksik termasuk setiap obat sitotoksik sisa yang tetap setelah

pengobatan pasien dan material atau peralatan yang berpotensi terkontaminasi

oleh sitotoksik seperti:

obat-obatan sitotoksik tidak digunakan

benda tajam dan jarum suntik

infus set dan wadah intravena

ampul dan vial

alat pelindung diri ( sekali pakai )

dressing dan perban

Linen dan pakaian kotor dengan limbah pasien , atau yang berpotensi

terkontaminasi dengan metabolit obat

paparan limbah sitotoksik dapat terjadi melalui penanganan muntahan ,

kotoran darah dan cairan yang dikeringkan dari rongga tubuh ; pispot

penanganan , urinal, mengosongkan kateter urin , kantong kolostomi /

urosotomy dan mangkuk muntahan

Page 25: Makala h

pembersihan tumpahan

Bahan / benda tajam yang terkontaminasi dibuang diberi label sitotoksik,

wadah anti bocor. Linen non - sekali pakai harus ditempatkan dalam wadah anti

bocor berlabel sitotoksik untuk melindungi personil laundry dari residu obat

sitotoksik dan untuk mencegah kontaminasi lainnya dari bahan yang dicuci.

Limbah pasien seperti urin , feses , muntahan , dan isi kantong kolostomi

dan urostomy dapat dibuang dalam sistem pembuangan limbah normal. Wadah

dari limbah pasien yaitu: piring ginjal , panci atau urinal harus dikosongkan

segera dan ditempatkan dalam panci flusher / pencuci piring / macerato untuk

sanitasi seperti biasa

Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika

(seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa

hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah –

langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

a.    Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).

b.   Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda

tajam seperti spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak

tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong

berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika

c.    Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.

d.   Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.

e.    Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.

Page 26: Makala h

f.    Cuci tangan.

H. DOSIS KEMOTERPI

Kemoterapi (bahasa Inggris: chemotherapy) adalah penggunaan

zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini

hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk

merawat kanker. Tujuan kemoterapi pada penyembuhan kanker adalah

menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel onkogen (kanker) pada

tubuh pasien.

Prinsip kerja obat-obatan kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau

seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau

berkembang dengan cepat, yang diharapkan adalah sel onkogen yang

bereplikasi. Obat kemoterapi hampir tidak menimbulkan dampak pada sel yang

sedang dalam masa beristirahat (tidak melakukan pembelahan), namun

terkadang sel-sel rambut dan sel-sel yang sedang aktif membelah lainnya dapat

terkena dampak obat ini apabila siklus mitosisnya berada dalam target obat-

obatan kemoterapi yang sedang digunakan.

Dosis obat kemoterapi

Dosis obat adalah individual

Diberikan dengan Maximum Tolerated Dose (MTD) tapi harus tolerable

bagi pasien

Tentukan risk group (kondisi umum, umur, status, kemampuan, faal organ

vital)

Lihat dosis rata-rata

Page 27: Makala h

Tentukan dosis awal

Syarat pemberian obat Kemoterapi

Sebelum pengobatan dimulai beberapa kondisi pasien harus dipenuhi

yaitu :

Keadaan umum harus cukup baik

Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan

terjadi

Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar kreatinin < 1,5 mg % ) dan

faal hati baik

Diagnosis hispatologik diketahui

Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi

Hemoglobin > 10 gr %

Leucosit > 5000 / ml

Trombosit > 100.000 / ml

Prosedur cara pemberian kemoterapi

Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara

pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.

Pakai proteksi : APD

Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik

Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah

tusukan infus

Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan,

zofran, kitril secara intra vena)

Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %

Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump)

sesuai program

Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%

Page 28: Makala h

Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan

diikat serta diberi etiket.

Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila

disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi

etiket, kirim ke incinerator / bakaran.

Catat semua prosedur

Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan

awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :

1. PO :PerOral

2. SC :SubCutan

3. IM :IntraMuscular

4. IV :IntraVena

5. IT :IntraThecal

6. IP : Intra Peritoneal / Pleural

Obat sitotstika yang umum digunakan :

Alkylating agents: Antibiotic:

Thiotepa Daunorubicin liposomal

Busulfan Actinomycin

Cyclophosphamide Bleomycin

Carmustine Mithramycin

Chlorambucil

Antimetabolites: Miscellaneous:

Fluorouracil (5-FU) Cisplatin

6-mercaptopurine L-asparaginase

Page 29: Makala h

6-thioguanine Dacarbazine

Methotrexate EtoposidePhosphate

VincaAlkaloids:

Vincristine

Vinblastine

Beberapa kombinasi obat yang terkenal :

MOPP= mustin, oncovin, prokarbazin dan prednisolon pada limfoma

non-Hodgkin yang bermetastasis

VMCP= vinkristin, melfelan, cisplastin dan prednisolon pada myeloma

FAM= fluourasil, adriamisin dan mitomisin pada kanker lambung

CAF= cyclofosfamid, adriamisin dan fluourasil pada kanker mamma

yang sudah menyebar

VAD= vinkristin, adriamisin, dan deksametason pada multiple myeloma

Obat yang sering diberikan bersama Sitostatika :

NaCl 0,9%

Dextrose 0,9%

KaEN 1 B

Ondansentron

Nasea

Lasix

KCl

MgSO4

Metoclopramide

NaHCO3

Dexamethasone

Page 30: Makala h

Dipenhydramin HCl inj

Ranitidin

Cara menghitung dosis Sitostatika :

Luas permukaan tubuh = Tinggi Badan X Berat Badan x Dosis Lazim

60

Contoh : TB = 160 cm, BB = 60 Kg

Mis : Dosis Doxorubicin = 500 mg/ m2 per hari

Jadi,

1,60 x 60  x 500mg60 

= 800 mg/hari

Atau menurut tabel luas permukaan tubuh yang sudah ada pada literatur x Dosis

lazim

I. R-CHOP

R - CHOP adalah singkatan yang mewakili umum digunakan kombinasi

rejimen kemoterapi dalam pengobatan kanker, khususnya limfoma non-Hodgkin.

Pada tahun 2006 , FDA menyetujui R - CHOP sebagai pengobatan lini pertama

untuk pasien dengan difus besar sel B, positif CD20, limfoma non - Hodgkin

(DLBCL) . Sejak saat itu , R - CHOP telah digunakan dalam pengobatan yang

efektif dari berbagai subtipe NHL sel B, termasuk limfoma folikel , limfoma sel

mantel , limfoma Burkitt , limfoma sel B besar mediastinal primer, limfoma sel

B kulit primer, dan limfoma primer sistem saraf pusat

R - CHOP terdiri dari obat berikut :

• Rituximab - antibodi monoklonal (diberikan dalam kantong infus melalui

IV)

• Cyclophosphamide – obat kemoterapi (diberikan dalam kantong infus

melalui IV)

Page 31: Makala h

• Doxorubicin – obat kemoterapi, yang memiliki nama kimia

Hydroxydaunomycin (diberikan sebagai suntikan ke dalam tabung infus

IVpush)

• Vincristine - obat kemoterapi, yang awalnya dikenal sebagai Oncovin ®

(diberikan sebagai infus singkat IVpush)

• Prednisolone – steroid (diberikan oral)

Rituximab milik kelompok obat disebut antibodi monoklonal. ini adalah

digunakan untuk mencoba untuk menghancurkan beberapa jenis sel-sel kanker

sementara menyebabkan sedikit membahayakan sel normal. Mereka dirancang

untuk R-CHOP kemoterapi.

Efek Samping RCHOP

Peningkatan risiko mendapatkan infeksi dari penurunan sel darah putih -

lebih sulit untuk melawan infeksi dan Anda bisa menjadi lebih cepat sakit

Kelelahan dan sesak napas karena penurunan dalam sel darah merah

( anemia )

Memar lebih mudah karena penurunan trombosit

Beberapa efek samping dapat mengancam kehidupan , terutama infeksi-

infeksi . Hubungi dokter atau perawat jika Anda memiliki efek ini .

Dokter Anda akan memeriksa jumlah darah Anda secara teratur untuk

melihat seberapa baik sumsum tulang Anda bekerja .

Kelelahan ( fatigue) selama dan setelah pengobatan

Rambut rontok atau menipis

Masalah saraf menyebabkan kram perut, sembelit , mati rasa atau

kesemutan jari tangan dan kaki , nyeri rahang atau penglihatan ganda

Perempuan mungkin berhenti mengalami haid ( amenorea ) - ini mungkin

hanya bersifat sementara

Hilangnya kesuburan - kita tidak tahu persis bagaimana obat ini

mempengaruhi kesuburan sehingga melakukan berbicara dengan dokter

Page 32: Makala h

Anda sebelum memulai pengobatan jika Anda berencana untuk memiliki

bayi di masa depan

Urin Anda mungkin menjadi merah muda atau merah untuk satu atau dua

hari setelah pengobatan dengan doxorubicin tapi ini tidak akan

merugikan Anda

Mulut luka dan bisul mulut

Perubahan kulit - kulit Anda mungkin gelap dan Anda mungkin memiliki

ruam yang gatal atau menjadi sensitif terhadap sinar matahari . Gunakan

krim matahari faktor tinggi dan menutupi ketika Anda pergi keluar

Gangguan pencernaan , sakit perut atau ketidaknyamanan

Perubahan kadar gula darah

Kesulitan dalam tidur dan suasana hati - meminum steroid pada pagi hari

dapat mengurangi ini

Pilek ( rhinitis ) selama infus rituximab , yang biasanya ringan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara

fraksional (fraksi tertentu mati)

Obat sitotoksik adalah agen ditujukan untuk terapi, tetapi tidak terbatas

pada , pengobatan kanker . Obat-obat ini adalah dikenal sangat beracun

Page 33: Makala h

untuk sel , terutama melalui tindakan reproduksi sel. Obat sitotoksik

terutama dihilangkan dari pasien dengan ekskresi ginjal dan hati.

Tujuan handling cytotoxic adalah :

Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap

sitostatika pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan pemberian kpd

pasien.

Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos

Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg dipakai yg

telah terkontaminasi dgn sitostatika

Penanganan cytotoxic

Penanganan sitostatika harus memperhatikan :

1. Teknik aseptik

2. Pemberian dalam biological safety cabinet

3. Petugas yang bekerja harus terlindungi

4. Jaminan mutu produk

5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih

6. Adanya Protap