Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung 1 MAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 Latar Belakang dan Asal-Usul Om Swastyastu, Keinginan kami sebagai penggagas berdirinya Majelis Adat Pekraman di wilayah Lampung, agar cita-cita luhur tentang asal-usul untuk mendirikan Majelis Adat Pekraman di Provinsi Lampung ini dapat diwariskan kepada anak cucu kita sebagai penerus tradisi, adat-istiadat dan seni budaya Bali di masa mendatang. Sebagai penggagas dan perumus, terlebih dahulu kami ingin menyampaikan bahwa apa yang kami lakukan ini bukan karena kepentingan pribadi atau golongan dan bukan juga karena konspirasi politik serta hal-hal lain yang berkaitan dengan suksesi yang bersifat individu, tetapi dengan hati yang tulus ikhlas, hanya karena kami ingin meletakan pondasi yang kuat bagi Adat Pekraman, sehingga langkah-langkah yang kami lakukan berguna bagi komunitas suku Bali dalam melestarikan Adat Pekraman yang telah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan keberadaan umat Hindu asal Bali di Provinsi Lampung. Menurut pandangan kami sistem ini harus kita ikat menjadi satu kesatuan adat yang utuh dalam wadah Majelis Adat Pekraman sebagaimana ia tumbuh di daerah asalnya, yaitu di Bali. Nama Majelis Adat Pekraman adalah nama yang telah diputuskan sebagai wadah adat Bali di Provinsi Lampung. Ada perbedaan kata “adat” dan “desa” yang terdapat dalam Majelis Adat Pekraman (di Lampung) dan Majelis Desa Pekraman (di Bali), keduanya mengandung makna yang sama yaitu suatu wadah yang mengikat komunitas masyarakat adat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan majelis ini juga bertujuan agar nantinya Majelis Adat Pekraman ini terus berkembang menjadi organisasi yang bersifat Nasional dalam wadah Majelis Adat Pekraman Indonesia. Majelis ini harus tetap tumbuh dan berkembang sebagai salah satu masyarakat hukum adat yang ada di Indonesia, seperti yang diamanatkan dalam penjelasan pasal 18B UUD 1945, Permendagri dan Undang-Undang Nomor: 6 tahun 2014, yang intinya memberi pengakuan dan penghormatan kepada sistem masyarakat hukum adat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan memberi kedudukan yang sangat kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
56
Embed
MAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN …majelisadatpekraman-lampung.com/gambar/AWIG_AWIG_MAP_Lampung.pdfmengandung makna yang sama yaitu suatu wadah yang mengikat komunitas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
1
MAJELIS ADAT PEKRAMAN
PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2016
Latar Belakang dan Asal-Usul
Om Swastyastu,
Keinginan kami sebagai penggagas berdirinya Majelis Adat Pekraman di wilayah
Lampung, agar cita-cita luhur tentang asal-usul untuk mendirikan Majelis Adat Pekraman
di Provinsi Lampung ini dapat diwariskan kepada anak cucu kita sebagai penerus tradisi,
adat-istiadat dan seni budaya Bali di masa mendatang. Sebagai penggagas dan perumus,
terlebih dahulu kami ingin menyampaikan bahwa apa yang kami lakukan ini bukan karena
kepentingan pribadi atau golongan dan bukan juga karena konspirasi politik serta hal-hal
lain yang berkaitan dengan suksesi yang bersifat individu, tetapi dengan hati yang tulus
ikhlas, hanya karena kami ingin meletakan pondasi yang kuat bagi Adat Pekraman,
sehingga langkah-langkah yang kami lakukan berguna bagi komunitas suku Bali dalam
melestarikan Adat Pekraman yang telah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
keberadaan umat Hindu asal Bali di Provinsi Lampung.
Menurut pandangan kami sistem ini harus kita ikat menjadi satu kesatuan adat yang utuh
dalam wadah Majelis Adat Pekraman sebagaimana ia tumbuh di daerah asalnya, yaitu di
Bali. Nama Majelis Adat Pekraman adalah nama yang telah diputuskan sebagai wadah adat
Bali di Provinsi Lampung. Ada perbedaan kata “adat” dan “desa” yang terdapat dalam
Majelis Adat Pekraman (di Lampung) dan Majelis Desa Pekraman (di Bali), keduanya
mengandung makna yang sama yaitu suatu wadah yang mengikat komunitas masyarakat
adat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan majelis ini juga bertujuan agar
nantinya Majelis Adat Pekraman ini terus berkembang menjadi organisasi yang bersifat
Nasional dalam wadah Majelis Adat Pekraman Indonesia.
Majelis ini harus tetap tumbuh dan berkembang sebagai salah satu masyarakat hukum adat
yang ada di Indonesia, seperti yang diamanatkan dalam penjelasan pasal 18B UUD 1945,
Permendagri dan Undang-Undang Nomor: 6 tahun 2014, yang intinya memberi pengakuan
dan penghormatan kepada sistem masyarakat hukum adat yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat dan memberi kedudukan yang sangat kuat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
2
Nama Majelis Adat Pekraman dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kami kepada
asal-usul desa adat Bali yang diawali oleh umat Hindu yang ada di Provinsi Bali dan saat
ini umat Hindu asal Bali telah berkembang sebagai bagian dari masyarakat daerah lain
yang ada di seluruh wilayah Nusantara termasuk di Provinsi Lampung, tentu saja sistem
adat yang diwariskan leluhur turut terbawa sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan komunitas masyarakat adat Bali. Sedangkan bagi umat Hindu etnis Bali,
pemahaman tentang Majelis Adat Pekraman adalah istilah yang sudah sangat populer dan
sudah membumi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga secara sosiologis istilah Majelis
Adat Pekraman tidak akan menjadi permasalahan sosial yang di nilai berpotensi memecah-
belah kerukunan dan kehidupan masyarakat adat Bali di Indonesia.
Demikian juga secara yuridis formal Desa Adat sebagai mana dinyatakan dalam Undang-
Undang Nomor: 6 tahun 2014, telah memberi legitimasi bagi Majelis Adat Pekraman
Provinsi Lampung, karena Undang-Undang Nomor: 6 tahun 2014 secara tegas telah
menyatakan tentang kedudukan, tugas, fungsi dan wewenang desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, sebagaimana tertuang dalam pasal-pasal sebagai berikut:
Dalam pasal 1 point 1 menyebutkan: Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masalah pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasar kan prakarsa masyarakat, hal asal usula, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal 4 point a menyatakan: Pengaturan Desa bertujuan; memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya, sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan, dalam point b disebutkan; untuk memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem ketata negaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pasal 8 ayat (2) dinyatakan: Bahwa pembentukan Desa sebagaimana dinyatakan dalam pasal (1) ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat desa, asal-usul, adat-istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat desa, serta kemampuan dan potensi Desa. Dalam pasal 95 ayat (2) dan ayat (3) dinyatakan: Lembaga Adat Desa sebagaimana dimaksud pada a ayat (1) merupakan lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat-istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa. Dan dalam ayat
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
3
(3) dinyatakan Lembaga Adat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat-istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat-istiadat masyarakat Desa. Dalam pasal 39 ayat (1) dinyatakan: Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Dalam pasal 101 ayat (1) dinyatakan: Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dapat melakukan penataan Desa Adat. Dalam ayat (2) dinyatakan; penataan desa adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam poeraturan daerah. Dan peraturn daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai lampiran pada batas wilayah. Dalam pasal 103 point d dan e tentang wewenang Desa Adat dinyatakan: Point a menyatakan: penyelesaian sengketa hukum adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di desa adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak azasi manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah. Poin b menyatakan: penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan: Ayat (1) menyatakan: penugasan dari pemerintah dan/ atau pemerintah daerah kepada desa adat meliputi penyelenggaraan pemerintahan desa adat, pelaksanaan pembangunan desa adat, pembinaan kemasyarakatan desa adat dan pemberdayaan masyarakat desa adat. Kemudian ayat (2) menyatakan: penugasan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan biaya. Dalam pasal 111 ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan: Ayat (1) menyatakan: ketentuan khusus tentang desa adat sebagai dimaksud dalam pasal 96 sampai dengan pasal 110 hanya berlaku untuk desa adat. Kemudian ayat (2) menyatakan: ketentuan tentang desa berlaku juga untuk desa adat sepanjang tidak diatur dalam ketentuan khusus tentang desa adat.
Gagasan pembentukan Majelis Adat Pekraman di Lampung pada awalnya dicetuskan oleh
seorang Ahli Hukum bernama Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H. pada tanggal 12 September
2012, dihadapan sebelas tokoh adat terdiri dari para bendesa, ketua dan tokoh adat dari
tujuh kabupaten/kota, yaitu:
1. I Nengah Aryata, SE (Bandar Lampung)
2. I Made Pasti (Lampung Selatan)
3. Mangku Misi, S.Pd. (Lampung Tengah)
4. I Ketut Sukerta (Kota Metro)
5. I Gusti Putu Mudita (Tulang Bawang)
6. I Wayan Sudiksa, SIP (Way Kanan)
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
4
7. I Ketut Yorgel (Lampung Timur)
8. I Putu Suanda (Lampung Timur)
9. I Ketut Rajin (Lampung Timur)
10. I Nyoman Gunawan (Lampung Timur) dan
11. I Nengah Sarwa (Lampung Timur).
Dalam acara“temu tokoh adat”yang diadakan Kampus STAH Lampung, diuraikan tentang
perkembangan sistem adat Bali di Provinsi Lampung, yang menurutnya sangat mendesak
untuk dibentuk Majelis Adat Pekraman sebagai organisasi tradisional yang menjadi wadah
komunitas suku Bali dalam melestarikan tradisi, adat-istiadat dan seni budaya Bali yang
tumbuh dan berkembang di Provinsi Lampung. Pembentukan majelis ini merupakan upaya
konstruktif yang dilakukan oleh para tokoh dan pemerhati adat Bali, untuk melindungi
umat Hindu dari pelemahan tradisi, adat-istiadat dan seni budaya akibat pengaruh budaya
India yang masif dan issue Hindu global dan back to veda, membuat adat pekraman tak
berdaya membendung derasnya pengaruh budaya India yang dianggap oleh kelompok
tertentu di lingkungan umat Hindu sebagai ajaran agama yang modern dan praktis.
Pada hari Jumat tanggal 15 April 2016, issue Majelis Adat Pekraman diangkat kembali
dalam kegiatan pembinaan rohani bagi personil Polri di Polda Lampung, yang kemudian
sepakat agar ditindak lanjuti untuk mengadakan pertemuan dengan para prajuru dan tokoh
adat Kota Bandar Lampung. Hadir dalam acara tersebut adalah:
1. AKBP Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H.
2. AKBP I Made Rasma, S.Ik, M.Si.
3. AKBP I Made Kartika, S.H., M.H.
4. Kompol I Ketut Suma, S.H.
5. Kompol Ida Bagus Gede Adi Putra, S.Psi, M.Psi
6. I Gede Suharto, SE
7. Drs. I Dewa Kadek Artha
8. I Made Pasti
9. drh. AA.Oka Mantera
10. Iptu Pol I Nyoman Parta
11. Kompol I Gusti Wartana
12. I Nyoman Jiwa.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
5
Dalam rapat tersebut forum mengevaluasi berbagai issue dan perkembangan kegiatan
keagamaan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan berhasil menyusun kesepakatan
sebagai berikut:
1. Sepakat untuk membentuk wadah lembaga Desa Adat yang disebut dengan Majelis
Adat Pekraman Provinsi Lampung sampai dengan tingkat Desa.
2. Sepakat secara aklamasi menunjuk saudara Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H. sebagai
Ketua Tim Perumus yang bertugas untuk menyusun Awig-Awig Adat Pekraman
Provinsi Lampung, yang akan dibahas dalam Paruman Agung Para Bendesa Adat se-
Provinsi Lampung, dan kemudian akan ditetapkan sebagai pedoman organisasi Majelis
Adat Pekraman Provinsi Lampung.
Pertemuan tokoh adat yang dilaksanakan pada tanggal 15 April 2016 tersebut, adalah
momentum yang sangat berharga dalam mengembangkan dan melestarikan tradisi, adat-
istiadat dalam komunitas masyarakat Hindu untuk menjalankan ajaran Tri Hita Karana.
Harapan yang kami gantungkan ini, sejalan dengan tujuan Undang-Undang Nomor: 6
tahun 2014 dan pandangan Prof. Dr. Ida Bagus Gunadha, MSi. Guru Besar UNHI
Denpasar (2008), yang menyatakan “sistem dan struktur masyarakat Hindu suku Bali
dibangun di atas kerangka Tri Hita Karana dan beliau memberikan simpulan bahwa Desa
Pekraman merupakan satu kesatuan harmonis dari tiga gatra, yaitu; krama desa sebagai
gatra pawongan, yang membutuhkan ruang untuk melakukan aktivitas berupa kewajiban
hidup menjalankan dharma sebagai wujud gatra parhyangan, di wilayah desa Pekraman
sebagai wujud gatra palemahan”.
Mempedomani Undang-Undang Nomor: 6 tahun 2014 dan pandangan Prof. Dr. Ida Bagus
Gunadha, Msi. tersebut, maka ada satu pertanyaan yang perlu dipikirkan bersama; perlukah
dibentuk Majelis Adat Pekraman di Provinsi Lampung ? Pertanyaan ini telah memberi
motivasi kepada kita semua untuk segera menemukan jawabannya, ternyata pemerintah
telah merangkum jawaban yang kita kehendaki melalui UU Nomor: 6 tahun 2014, tentang
Desa. Pemahaman tentang asal-usul desa adat kami temukan dalam buku yang ditulis oleh
Prof. Dr. Ida Bagus Gunadha, M.Si. yang berjudul “Pemberdayaan Desa Pekraman”,
yang menyatakan bahwa:
Sebelum disebut “desa Pekraman”, sistem adat yang ada di Bali dahulu disebut “Desa Adat”. Awig-awig desa Pekraman dijiwai oleh agama Hindu yang merupakan penjabaran dari falsafah Tri Hita karana, yaitu (1) parhyangan sebagai kongkretisasi tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mengatur kegiatan manusia
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
6
dalam melakukan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam yang diwujudkan melalui kegiatan upacara keagamaan; (2) pawongan sebagai perwujudan dari hubungan manusia dengan sesamanya, yang diwujudkan dalam kegiatan sosial keagamaan; (3) palemahan atau wilayah berupa perwujudan hubungan manusia dengan alam yang menjadi tempat pemukiman dan sumber kehidupan masyarakat. Jadi, sistem dan struktur Desa Pekraman masyarakat Hindu suku Bali dibangun di atas kerangka Tri Hita Karana, yang terdiri atas tiga gatra; parhyangan, pawongan dan palemahan.
Tujuan yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor: 6 tahun 2014, tentang Desa dan
pandangan yang disampaikan Prof. Dr. Ida Bagus Gunadha, Msi. intinya sejalan dan
searah, bahwa pemerintah menghormati eksistensi masyarakat hukum adat yang ada di
Indonesia dan bertekad melakukan pembinaan, pengembangan dan pelestarian masyarakat
adat termasuk masyarakat adat Bali yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam konteks pemberdayaan Desa Pekraman tersebut di atas, Prof. Dr. Ida Bagus
Gunadha, Msi. memberi pengertian tentang pemberdayaan sebagai suatu aktivitas untuk
menggali dan mengembangkan segala potensi yang ada di Desa Pekraman sebagai satu
kekuatan dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan, yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah pemberdayaan setiap komponen adat dalam membangun
eksistensi desa Pekraman. Pemahaman ini sangat penting untuk melihat secara utuh
keunggulan desa Pekraman yang dapat diberdayakan, untuk melestarikan tradisi, adat-
istiadat dan seni budaya Bali di Indonesia. Catatan: Agama Hindu bagi orang Bali adalah
agama Hindu yang dilaksanakan dalam koridor kebudayaan Bali (Gunadha, 2008: 26).
Dasar Hukum eksistensi Majelis Adat Pekraman sebagai salah satu kesatuan masyarakat
hukum di Indonesia, tertuang dalam penjelasan umum angka 6 Undang-Undang Nomor: 5
tahun 1979, yang menyatakan:
Bahwa undang-undang ini tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang masih hidup dan berkembang di masyarakat sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan dan ketahanan nasional.
Tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1979 ini adalah keluarnya
Permendagri Nomor: 11 tahun 1984, yang memberi penekanan lebih substantif terhadap
arah dan sasaran pembinaan dan pengembangan adat-istiadat antara lain:
semua usaha atau kegiatan dalam rangka memelihara dan memajukan adat-istiadat yang menunjang kelangsungan pembangunan nasional serta tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
7
Bentuk komitmen pemerintah untuk mengakui eksistensi adat istiadat yang dinilai oleh
pemerintah sangat membantu dan menunjang suksesnya pelaksanaan pembangunan
nasional, dibuktikan dengan dikeluarkannya Permendagri No: 3 tahun 1997, tentang
pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan
masyarakat, dan lembaga adat di daerah. Selanjutnya pada tahun 2014 pemerintah
mengesahkan Undang-Undang Nomor: 6 tahun 2014, tentang Desa. Undang-undang ini
telah memberikan kepastian hukum terhadap eksistensi Desa Adat sebagai susunan
masyarakat hukum yang telah ada, tumbuh dan berkembang sebelum kemerdekaan
Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka pemberdayaan dan pelestarian serta
pengembangan adat pekraman memiliki landasan yuridis yang sangat kuat dan jelas, untuk
itu kami sebagai penggagas dan penyusun berdirinya Majelis Adat Pekraman di Wilayah
Lampung, dengan segenap kemampuan yang kami miliki, mengajak kepada seluruh
bendesa adat yang ada di wilayah Lampung untuk menyamakan visi, misi dan pandangan
untuk segera membangun kesatuan dan persatuan masyarakat hukum adat yang kita warisi
dari para leluhur, dengan membentuk Majelis Adat Pekraman yang dibangun secara
berjenjang mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan yang berbasis pada
sistem Adat Pekraman yang selama ini telah ada dan berkembang secara alami dalam
komunitas Hindu Bali yang ada di desa-desa se-Provinsi Lampung.
Semoga Ida Betara Kuturan sebagai pencipta pertama sistem adat ini yang dilengkapi
dengan kahyangan tiga dan Ida Betara Danghyang Dwijendra yang melengkapi dengan
Padmasana, memberi anugrah sinar suci-Nya kepada kita, sebagai pengikut-Nya, sehingga
ajakan kami ini dapat membangkitkan motivasi saudara-saudara untuk turut serta
memberdayakan dan melestarikan Majelis Adat Pekraman di luar Bali khususnya di
Wilayah Lampung yang kita cintai.
Om, Santih, Santih, Santih, Om
PENGGAGAS & PENDIRI MAJELIS ADAT PEKRAMAN
PROVINSI LAMPUNG
Ketua : AKBP Dr. I Ketut Seregig, SH, MH (Tokoh Adat)
Sekretaris : I Gede Suharto, SE (Tokoh Agama)
Anggota : AKBP I Made Rasma, S.Ik, MSi (Paguyuban ADB)
Anggota : AKBP I Made Kartika, SH, MH (Paguyuban ADB)
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
8
Anggota : Kompol IBG.Adi Putra, SPsi, MPsi (Paguyuban)
Anggota : Drs. I Dewa Kadek Artha (Bendesa Kota BL)
Anggota : I Ketut Sudama, ST, S.Ag.(Kelian Banjar Satria)
Anggota : Kompol I Ketut Suma, S.H.(Kelian Banjar Tengah)
Anggota : I Ketut Sutika, SH (Kelian Banjar Buana Santi)
Anggota : I Ketut Sudiana
Anggota : Kompol I Gusti Putu Wartana (Paguyuban ADB)
Anggota : drh. A.A Oka Mantera (Tokoh Adat B.Lampung)
Anggota : Iptu Pol I Nyoman Parta (Paguyuban ADB)
Anggota : I Nengah Aryata, SE (Tokoh Adat B.Lampung)
Anggota : I Made Pasti (Tokoh Adat Kab.Lampung Selatan)
Anggota : Mangku Misi, S.Pd. (Tokoh Agama Lamteng)
Anggota : I Ketut Sukerta (Tokoh Adat Kota Metro)
Anggota : I Gusti Putu Mudita (Tokoh Adat Tulang Bawang)
Anggota : I Wayan Sudiksa, SIP (Tokoh Adat Lampung Utara)
Anggota : I Ketut Yorgel (Tokoh Adat Lampung Timur)
Anggota : I Putu Suanda (Tokoh Adat Lampung Timur)
Anggota : I Ketut Rajin (Tokoh Adat Lampung Timur)
Anggota : I Nyoman Gunawan (Tokoh Adat Lampung Timur)
Anggota : I Nengah Sarwa (Tokoh Adat Lampung Timur)
Anggota : I Nyoman Jiwa (Tokoh Adat Lampung Timur)
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
9
AWIG-AWIG
MAJELIS ADAT PEKRAMAN
PROVINSI LAMPUNG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam awig-awig ini yang dimaksud dengan:
1. Lingkup Majelis Adat Pekraman adalah Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
untuk wilayah Provinsi, Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota untuk wilayah
Kabupaten/Kota, Majelis Adat Pekraman Kecamatan untuk wilayah Kecamatan,
sedangkan Desa Pekraman tidak disebutkan sebagai majelis, karena secara historis
nomen klatur Adat Pekraman tidak berubah.
2. Gubernur adalah Gubernur Lampung.
3. Bupati dan Walikota adalah Bupati dan Walikota yang ada di wilayah Lampung.
4. Camat adalah Camat yang ada di wilayah Kabupaten/ Kota di wilayah Lampung.
5. Bendesa Adat adalah Ketua Adat yang memimpin dalam wilayah desa dan atau yang
disebut nama lain, yang keanggotaannya terdiri dari Banjar Pekraman, menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
6. Kelihan Banjar adalah ketua adat yang memimpin satu kelompok umat Hindu dalam
satu dusun/lingkungan yang ada di wilayah desa, memiliki visi dan pandangan yang
sama untuk mencapai tujuan bersama yang menjadi bagian dari sistem pemerintahan
desa yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.
7. Palemahan adalah batas wilayah adat pekraman yang meliputi wilayah Provinsi
Lampung, wilayah Kabupaten/ Kota, wilayah Kecamatan dan wilayah Desa dan atau
yang disebut nama lain, yang menjadi wilayah Desa Pekraman sesuai dengan ruang
lingkup wilayah pemerintahan yang ditetapkan berdasarkan undang-undang dan
menjadi satu kesatuan struktural yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
8. Krama Desa adalah mereka yang terikat dalam ikatan banjar, menjadi anggota dari
desa adat yang mempunyai ikatan lahir batin berdasarkan agama Hindu, menyatukan
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
10
diri menjadi satu ikatan adat pekraman desa, yang berada dalam satu wilayah
pemerintahan desa tertentu dan atau yang disebut dengan nama lain, dengan azas
salunglung sabayantaka, paras-paros sarpanaya, asah-asih-asuh dan memiliki
tanggungjawab sesuai dengan awig-awig yang ditetapkan oleh adat pekraman desa dan
atau yang disebut dengan nama lain.
9. Krama Banjar adalah mereka yang mempunyai ikatan lahir batin berdasarkan agama
Hindu yang berada di satu wilayah tertentu dalam satu wilayah pemerintahan desa,
menyatukan diri menjadi ikatan Banjar Adat Pekraman dengan azas salunglung
sabayantaka, paras-paros sarpanaya, asah-asih-asuh, dan memiliki tanggungjawab
sesuai dengan awig-awig yang ditetapkan oleh Banjar Adat Pekraman.
10. Pengempon adalah umat Hindu yang berada di wilayah Adat Pekraman, mempunyai
ikatan lahir dan batin berdasarkan agama Hindu yang diikat dalam Banjar Pekraman
atau Adat Pekraman Desa, yang menyungsung Pura Kahyangan Tiga dan/atau pura
kahyangan yang ada di wilayah Adat Pekraman, yang bertanggung jawab untuk
memelihara dan merawat serta melaksanakan setiap kegiatan upacara di pura
kahyangan tersebut.
11. Paguyuban adalah mereka yang mempunyai ikatan lahir batin berdasarkan agama
Hindu yang berada disatu wilayah desa adat, yang menyatukan diri menjadi satu
kelompok paguyuban atas dasar suka-duka, memiliki tanggungjawab sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Paguyuban.
12. Penyungsung adalah mereka yang mempunyai ikatan lahir batin berdasarkan agama
Hindu dan menjalin ikatan dalam Banjar Pekraman atau Adat Pekraman Desa, yang
memiliki kewajiban untuk bersembahyang di Pura yang diempon dan berpartisifasi
dalam pemeliharaan dan pelaksanaan upacara keagamaan di pura tersebut.
13. Awig–awig adalah peraturan yang ditetapkan oleh Adat Pekraman dan/atau Banjar
Pekraman yang disahkan oleh Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung, sesuai
dengan struktur dan tanggungjawabnya secara kelembagaan, dan dipakai sebagai
pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana sesuai dengan desa, kala, patra–desa
mawacara– nagara mawatata dan dharma agama.
14. Prajuru adalah mereka yang ditunjuk sebagai pengurus Majelis Adat Pekraman
Provinsi Lampung, pengurus Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota, pengurus
Majelis Adat Pekraman Kecamatan, dan pengurus Adat Pekraman yang ada di desa dan
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
11
atau yang disebut dengan nama lain, pengurus Banjar Pekraman untuk wilayah
dusun/lingkungan yang ada di wilayah desa/kampung/ kelurahan.
15. Paruman adalah rapat permusyawaratan Adat Pekraman, Banjar Pekraman dan
Paguyuban adat yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam mengambil keputusan/
kebijakan, yang terdiri dari paruman agung, paruman majelis dan paruman adat.
16. Paruman Agung adalah pemegang keputusan tertinggi dalam sistem adat pekraman,
mulai dari tingkat desa sampai ke tingkat Nasional.
17. Pecalang adalah petugas keamanan tradisional yang dibentuk oleh Majelis Adat
Pekraman atau Paguyuban Adat yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban
wilayah Adat Pekraman atau melaksanakan pengamanan pada waktu kegiatan-kegiatan
upacara keagamaan.
18. Pengayoman adalah memberi perlindungan kepada krama desa Pekraman atau anggota
paguyuban.
19. Pemberdayaan adalah upaya aktif yang dilakukan Majelis Adat Pekraman Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa dalam ruang lingkup wilayah Lampung, dalam
rangka mengembangkan, membangun eksistensi adat agar berperan positif dalam
pembangunan daerah Lampung.
20. Pelestarian adalah upaya untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai adat dan budaya
Bali dan adat budaya Hindu antara lain Hindu Jawa, terutama dalam menjaga nilai
etika, moral dan peradaban masyarakat yang merupakan inti adat-istiadat sebagai
tradisi dalam sistem masyarakat hukum adat, agar keberadaannya tetap terjaga secara
berkesinambungan dan lestari.
Pasal 2
Dasar dan Tujuan
(1) Dasar Hukum Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung adalah:
a. Pancasila
b. UUD 1945
c. UU Nomor: 6 tahun 2014, tentang Desa
d. Hukum Adat Bali
(2) Tujuan didirikannya Majelis Adat Pekraman adalah:
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
12
a. Majelis Adat Pekraman adalah wadah organisasi Adat yang ada di wilayah
Lampung, wilayah Kabupaten/ Kota dan wilayah Kecamatan yang merupakan salah
satu dari 19 (sembilan belas) masyarakat hukum adat yang ada di Indonesia.
b. Memberikan pengayoman terhadap organisasi Adat Pekraman yang ada di wilayah
Lampung.
c. Melindungi eksistensi organisasi adat Pekraman yang ada di wilayah Lampung dari
ancaman kemerosotan nilai-nilai tradisi, adat-istiadat dan seni budaya Bali.
d. Memberdayakan dan melestarikan tradisi adat-istiadat dan hukum adat Bali serta
sistem Adat Pekraman sebagai warisan leluhur yang tidak ternilai, yang dilandasi
oleh azas; paras-paros sarpanaya, sagilik-saguluk, salunglung-sabayantaka dan
asah, asih, asuh.
e. Menjaga persatuan kesatuan krama adat, memelihara kedamaian dan ketentraman
dalam suatu wilayah Adat Pekraman dan lingkungan sekitarnya, guna memotivasi
kelancaran pembangunan di Desa, demi suksesnya pembangunan daerah Lampung.
f. Meningkatkan kesejahteraan bersama krama adat dengan cara mengembangkan
sistem koperasi yang selama ini dijadikan sebagai salah satu usaha Adat Pekraman
dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan.
g. Menggali peluang, kesempatan dalam setiap kegiatan usaha dalam meningkatkan
kesejahteraan dan sistem perekonomian keluarga krama adat.
h. Mengupayakan agar pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota
mengakui dan menghormati eksistensi Majelis Adat Pekraman di Lampung secara
yuridis formal dan tercatat pada lembaran peraturan daerah sebagai peraturan
daerah.
Pasal 3
Visi dan Misi
(1) Visi Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung adalah:
a. Membangun persatuan dan kesatuan antar dan intern masyarakat adat dalam
mewujudkan ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan dengan prinsip saling asah-
asih-asuh.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
13
b. Menjalin persaudaraan antar masyarakat adat yang ada dilingkungan desa adat
untuk bersama-sama membangun persatuan dan kesatuan bangsa keamanan
lingkungan, saling hormat-menghormati antar warga dan desa adat dan saling
membantu dengan mengamal kan prinsip gotong-royong untuk mensukseskan
penyelenggaraan pembangunan desa yang di program kan pemerintah.
(2) Membantu menyelesaikan sengketa adat yang terjadi di lingkungan internal
masyarakat adat dan/atau sengketa yang terjadi dengan komunitas masyarakat adat
lainnya yang ada di wilayah desa, dengan berpedoman kepada asas-asas musyawarah
dan mufakat untuk mewujudkan perdamaian dan ketentraman bagi pihak-pihak yang
bersengketa.
(3) Misi Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung adalah:
a. Menjalin komunikasi yang baik antar masyarakat adat yang satu dengan adat
lainnya di dalam satu komunitas adat Bali.
b. Menjalin komunikasi yang baik antar masyarakat adat yang satu dengan
masyarakat adat lainnya yang ada di lingkungan pemerintahan desa untuk hidup
damai dalam bingkai toleransi kehidupan sosial masyarakat adat.
c. Melaksanakan kegiatan adat secara terencana dengan melakukan kunjungan
persaudaraan, dalam rangka acara-acara tradisi adat yang diselenggarakan oleh
masyarakat adat.
d. Melaksanakan kegiatan adat melalui tradisi saling berkunjung di lingkungan
pengurus adat, baik pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa
Adat.
Pasal 4
Lambang
Lambang Majelis Adat Pekraman dibuat diatas kain berwarna hitam berukuran 70 cm x
108 cm dengan rumbai-rumbai berwarna kuning emas, lambang berbentuk kembang
astadala (teratai daun delapan) berwarna putih, di dalamnya terdapat Ongkara berwarna
hitam yang dilingkari oleh rantai tidak terputus berwarna merah.
Pasal 5
Setempel
Setempel Majelis adat Pekraman berbentuk bulat adalah sebagai berikut:
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
14
menyesuaikan dengan lambang MAP
BAB II
PARHYANGAN, PAWONGAN DAN PALEMAHAN
Bagian Pertama
Parhyangan
Pasal 5
(1) Hubungan antara manusia sebagai krama adat dengan Tuhan, wajib dilaksanakan
secara harmonis disebut sebagai hubungan yang berkaitan dengan parhyangan.
(2) Pura kahyangan yang berstatus sebagai Kahyangan Tiga dan/atau Kahyangan Desa
serta Kahyangan Jagat yang disungsung oleh anggota Majelis Adat Pekraman, menjadi
tanggung jawab secara materiil dan immateriil dari krama Adat Pekraman dan anggota
Paguyuban, yang pelaksanaan nya diatur dalam awig-awig Adat Pekraman.
(3) Pura Kahyangan Jagat Kerthi Bhuana Bandar Lampung yang berstatus sebagai Pura
Kahyangan Jagat di Provinsi Lampung, wajib disungsung oleh seluruh krama Adat
Pekraman se-Provinsi Lampung, dalam pemeliharaannya dikoordinasikan oleh Majelis
Adat Pekraman Provinsi Lampung dengan Majelis Adat Pekraman Kota Bandar
Lampung.
(4) Pura Kahyangan yang berstatus sebagai Pura Kahyangan Jagat di Wilayah Kabupaten/
Kota wajib disungsung oleh seluruh krama adat yang ada di wilayah Kabupaten/Kota
dan dalam pemeliharaannya dikoordinasikan sepenuhnya oleh Majelis Adat Pekraman
Kabupaten/Kota dengan Parisada Kecamatan.
(5) Parhyangan adalah Pura yang dijadikan sebagai tempat suci oleh umat Hindu di
wilayah Adat Pekraman untuk memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa. Pemeliharaan
pura ini wajib dilaksanakan secara bersama oleh krama Adat Pekraman dan umat
Hindu lainnya yang ada di wilayah tersebut atas dasar toleransi dan kerukunan serta
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
15
saling hormat menghomati dalam rangka membangun persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk mewujudkan NKRI
Bagian Kedua
Pawongan
Pasal 6
(1) Hubungan intern krama disebut pawongan.
(2) Krama yang bertempat tinggal di wilayah Banjar lama dalam wilayah Adat Pekraman,
kemudian masuk menjadi krama banjar ditempat yang baru sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam awig-awig banjar, yang bersangkutan disebut sebagai warga banjar
baru.
(3) Krama Adat Pekraman yang telah mempunyai ikatan kahyangan tiga/kahyangan desa
dan tinggal di wilayah Adat Pekraman atau Banjar Pekraman lain, sebagaimana
dimaksud ayat (2), tetap memiliki ikatan parhyangan, pawongan dan palemahan di
tempat tinggalnya yang lama, sedangkan hak dan kewajiban krama Adat tersebut
dikoordinasikan oleh Prajuru Adat Pekraman kedua belah pihak.
(4) Krama Adat Pekraman sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat melepaskan dan
atau tetap menjadi anggota krama Adat Pekraman pada wilayah Adat Pekraman
ditempat yang lama, sedangkan hak dan kewajibannya diatur dalam awig-awig
berdasarkan koordinasi kedua Adat Pekraman dan kesanggupan dari krama Adat
Pekraman.
(5) Krama Adat Pekraman sebagaimana dimaksud ayat (3) dan ayat (4) pasal ini di dalam
wilayah Adat Pekraman yang baru disebut sebagai krama dura desa.
(6) Krama Adat Pekraman yang tinggal dalam satu wilayah desa bersama-sama dengan
umat lainnya, wajib menjaga hubungan kekerabatan dalam rukun tetangga (RT), rukun
warga (RW), saling hormat-menghormati dan menjaga kedamaian serta menjunjung
tinggi azas persatuan kesatuan yang dilandasi dengan ajaran tat tvam asi.
(7) Tata cara dan syarat-syarat untuk menjadi Krama dalam wilayah Adat Pekraman
diatur dalam awig-awig Adat Pekraman masing-masing.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
16
Bagian Ketiga
Palemahan
Pasal 7
(1) Hubungan krama dengan lingkungan dalam wilayah Adat Pekraman disebut dengan
Palemahan.
(2) Palemahan Adat Pekraman merupakan wilayah kesatuan masyarakat hukum adat yang
mempunyai batas-batas tertentu dalam ikatan kahyangan tiga atau kahyangan desa.
(3) Perubahan palemahan dalam wilayah Adat Pekraman dilakukan berdasarkan
kesepakatan para prajuru Adat Pekraman yang berbatasan, melalui keputusan paruman
Majelis Adat Pekraman Kecamatan dan perubahan tersebut dilaporkan kepada Majelis
Adat Pekraman Kabupaten/Kota secara berjenjang untuk dicatat dan dilaporkan
kepada pemerintah daerah.
BAB III
NAMA ORGANISASI, KEDUDUKAN, STRUKTUR,
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 8
Nama Organisasi dan Kedudukan
(1) Nama organisasi di wilayah Provinsi adalah Majelis Adat Pekraman Provinsi
Lampung, yang berkedudukan di Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi
Lampung.
(2) Nama organisasi di wilayah kabupaten/kota adalah Majelis Adat Pekraman kabupaten/
kota, berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.
(3) Nama organisasi di wilayah kecamatan adalah Majelis Adat Pekraman Kecamatan,
yang berkedudukan di wilayah Kecamatan.
(4) Nama organisasi di wilayah Desa dan/atau disebut dengan nama lain, adalah Adat
Pekraman, yang berkedudukan di wilayah desa dan/atau disebut dengan nama lain
Pasal 9
Struktur Kepengurusan
Struktur Kepengurusan Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung terdiri dari:
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
17
a. Satu orang Ketua merangkap sebagai Ketua Majelis Hakim Perdamaian, yang
bertanggungjawab atas seluruh bidang kegiatan meliputi; bidang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
b. Satu orang Wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang Upacara Keagamaan (Panca Yadnya).
c. Satu orang Wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang organisasi, hukum dan sengketa adat.
d. Satu orang wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang sosial budaya dan pemberdayaan krama adat.
e. Satu orang Wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang Ekonomi, Keuangan, Usaha Koperasi dan usaha-usaha lainnya
f. Satu orang Sekretaris dan satu orang Wakil Sekretaris, merangkap Sekretaris Majelis
Hakim Perdamaian.
g. Satu orang Bendahara dan satu orang Wakil Bendahara.
Pasal 10
Struktur Kepengurusan Majelis Adat Pekraman Kabupaten/ Kota terdiri dari:
a. Satu orang Ketua merangkap sebagai Ketua Majelis Hakim Perdamaian, yang
bertanggungjawab atas seluruh bidang kegiatan meliputi; bidang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
b. Satu orang wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang Upacara Keagamaan (Panca Yadnya).
c. Satu orang wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang organisasi, Hukum dan sengketa adat.
d. Satu orang wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang sosial budaya dan pemberdayaan adat.
e. Satu orang Wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang Ekonomi, Keuangan, Usaha Koperasi dan usaha-usaha lainnya.
f. Satu orang Sekretaris dan satu orang Wakil Sekretaris, merangkap Sekretaris Majelis
Hakim Perdamaian.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
18
g. Satu orang Bendahara dan satu orang Wakil Bendahara.
Pasal 11
Setruktur Kepengurusan Majelis Adat Pekraman Kecamatan terdiri dari:
a. Satu orang Ketua merangkap sebagai Ketua Majelis Hakim Perdamaian, yang
bertanggungjawab atas seluruh bidang kegiatan meliputi; bidang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
b. Satu orang wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang Upacara Keagamaan (Panca Yadnya).
c. Satu orang wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang organisasi, hukum dan sengketa adat.
d. Satu orang wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang sosial budaya dan pemberdayaan adat.
e. Satu orang Wakil Ketua merangkap Anggota Majelis Hakim Perdamaian, yang
mengurusi Bidang Ekonomi, Keuangan, usaha Koperasi dan usaha-usaha lainnya.
f. Satu orang Sekretaris dan satu orang Wakil Sekretaris, merangkap Sekretaris Majelis
Hakim Perdamaian.
g. Satu orang Bendahara dan satu orang Wakil Bendahara.
Pasal 12
Struktur Kepengurusan Adat Pekraman yang ada di Desa terdiri dari:
a. Satu orang Ketua merangkap sebagai Ketua Majelis Hakim Perdamaian, yang
bertanggung jawab atas seluruh bidang kegiatan meliputi; bidang keagamaan (Panca
Yadnya), bidang organisasi, hukum, sengketa adat, bidang ekonomi, keuangan, usaha
koperasi dan usaha-usaha lainnya.
b. Dua orang wakil Ketua merangkap anggota Majelis Hakim Perdamaian.
c. Satu orang Sekretaris dan satu orang Wakil Sekretaris merangkap Sekretaris Majelis
Hakim Perdamaian.
d. Satu orang Bendahara dan satu orang Wakil Bendahara.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
19
Pasal 13
Tugas dan Tanggungjawab Pengurus Majelis
Tugas dan tanggungjawab Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung adalah:
a. Menyusun, menetapkan dan mengesahkan awig-awig yang akan dijadikan sebagai
pedoman kerja bagi prajuru Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung.
b. Mengesahkan awig-awig Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Adat Pekraman.
c. Mengatur penyelenggaraan upacara keagamaan yang berkaitan dengan upacara dewa
yadnya dan bhuta yadnya dalam lingkup Provinsi Lampung, sesuai dengan sastra
agama dan tradisi dan adat-istiadat.
d. Mewakili dan bertindak atas nama majelis melakukan tindakan hukum di dalam
peradilan atas persetujuan Paruman Prajuru Majelis Adat Pekraman Provinsi
Lampung.
e. Menyelenggarakan sidang perdamaian dalam upaya majelis menyelesaikan sengketa
adat yang tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Hakim Perdamaian pada tingkat
kabupaten/kota.
f. Memberi penghargaan, gelar adat bagi orang-orang yang di nilai berjasa dalam
menegakan dharma dan telah berbuat kebajikan untuk kemajuan perkembangan adat-
istiadat dan agama Hindu, yang ditetapkan/diputuskan dalam paruman agung Majelis
Adat Pekraman Provinsi Lampung dan ditindak lanjuti dengan surat keputusan yang
ditandatangani oleh Ketua Majelis.
g. Mengurus, mengatur dan mengawasi pengelolaan harta kekayaan adat, usaha koperasi
dan segala jenis usaha yang dijalankan oleh Majelis Adat Pekraman Provinsi
Lampung.
h. Menyusun juklak/juknis, HTCK, Job Discription Majelis Adat Pekraman Provinsi
Lampung.
i. Melaksanakan pembinaan organisasi, tradisi, adat-istiadat, hukum adat, dan seni
budaya Bali baik secara langsung atau secara berjenjang sesuai dengan wilayah dan
tanggung jawab nya masing-masing.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
20
j. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan, meliputi; pelatihan pemangku, serati banten,
sangging, undagi, koperasi dan organisasi adat, organisasi kepemudaan (Karang
Taruna).
k. Memberikan pembinaan terhadap majelis tingkat kabupaten/kota dan kecamatan
terkait dengan tatacara penyelesaian sengketa adat yang berpedoman pada hukum adat
Bali, yurisprudensi yang dilandasi oleh azas-azas; desa mawacara dan nagara
mawatata serta mengusahakan agar penyelesaian berjalan damai, penuh kesadaran
yang dilandasi ajaran dharma.
l. Menyalurkan aspirasi krama adat terutama dalam kaitannya dengan pengembangan
tradisi, adat-istiadat dan seni budaya serta turut serta berperan aktif dalam
mensukseskan program-pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang ada di
Provinsi Lampung terutama dalam hal pelaksanaan sistem demokrasi yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
m. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya, Majelis Adat Pekraman Provinsi
Lampung dipimpin oleh seorang Ketua yang diberi nama adat Jro Bendesa Agung.
n. Ketua Majelis Adat Pekraman Provinsi atau Jro Bendesa Agung dalam melaksanakan
tugasnya dibantu 4 orang wakil, 2 orang sekretaris dan 2 orang bendahara, yang
diangkat berdasarkan ketentuan dan tatacara yang diatur dalam awig-awig Majelis
Adat Pekraman Provinsi Lampung.
o. Ketua Majelis Adat Pekraman Provinsi atau Jro Bendesa Agung wajib menyampaikan
laporan hasil pelaksanaan tugas nya dihadapan paruman agung para bendesa adat se
Provinsi Lampung minimal satu tahun sekali.
p. Dalam akhir masa jabatannya Ketua Majelis Adat Pekraman Provinsi atau Jro
Bendesa Agung membuat laporan pertanggungjawaban Pengurus Majelis untuk masa
bhakti sebagaimana diatur dalam masa jabatan pengurus.
Pasal 14
Tugas tanggungjawab Majelis Adat Pekraman Kabupaten/ Kota adalah:
a. Memberikan persetujuan atas awig-awig yang diusulkan secara berjenjang oleh Desa
Pekraman yang ada di wilayah kabupaten/kota.
b. Mengatur penyelenggaraan upacara keagamaan antar Kecamatan sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam awig-awig Majelis Adat Pekraman Kabupaten/kota.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
21
c. Mewakili dan bertindak atas nama Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota untuk
melakukan tindakan hukum di dalam peradilan atas persetujuan Jro Bendesa Agung
secara lisan atau tertulis dalam Paruman Bendesa Adat se Kabupaten/ Kota.
d. Mengurus, mengatur dan mengawasi pengelolaan harta kekayaan (asset) dan segala
jenis usaha yang dilakukan oleh Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota.
e. Melaksanakan Juklak dan Juknis, HTCK, Job Discription Madat Pekraman
Kabupaten/Kota yang telah disahkan oleh Jro Bendesa Agung.
f. Melaksanakan pembinaan organisasi adat meliputi bidang; adat-istiadat, hukum adat,
ekonomi dan koperasi yang ada di wilayah Madat Pekraman Kabupaten/Kota.
g. Menyelesaikan sengketa adat yang tidak selesai pada tingkat kecamatan, berdasarkan
hukum adat Bali dan yurisprudensi yang dilandasi oleh azas-azas; desa mawa cara
nagara mawa tata dan mengusahakan penyelesaian tersebut berjalan damai, penuh
kesadaran yang dilandasi ajaran dharma.
h. Membina Majelis Adat Pekraman ditingkat Kecamatan dalam memelihara,
mengembangkan dan melestarikan tradisi, adat-istiadat, dan seni budaya Bali yang
menjadi warisan leluhur didasarkan azas paras paros sarpanaya, sagilik-saguluk,
salunglung-sabayantaka,asah-asih-asuh.
i. Menjaga persatuan dan kesatuan krama Adat Pekraman dalam rangka memelihara
kedamaian krama di wilayah Kabupaten/Kota, guna memperlancar pembangunan yang
ada di wilayah Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota.
j. Menyalurkan aspirasi krama desa pekraman, terutama dalam hal memajukan adat-
istiadat dan seni budaya Bali, dan turut berperan aktif dalam mensukseskan program
pemerintah pusat maupun daerah yang dilaksanakan di wilayah Majelis Adat
Pekraman Kabupaten/Kota.
k. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya Majelis Adat Pekraman Kabupaten/
Kota dipimpin oleh seorang Ketua yang diberi nama jabatan adat Jro Bendesa Madya.
l. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai Ketua Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota,
Jro Bendesa Madya dibantu oleh 4 orang wakil, 2 orang sekretaris dan 2 orang
bendahara yang diangkat berdasarkan ketentuan yang diatur dalam awig-awig.
Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung
22
m. Ketua Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota atau Jro Bendesa Madya wajib
menyampaikan laporan kegiatan nya dihadapan paruman majelis Pengurus Majelis
Adat Pekraman Kabupaten/Kota dalam waktu satu tahun sekali.
n. Dalam akhir masa jabatan Ketua Majelis Adat Pekraman Kabupaten/Kota, Jro
Bendesa Madya wajib membuat laporan pertanggungjawaban untuk masa bhakti
sebagai mana diatur dalam masa jabatan pengurus.
Pasal 15
Tugas dan tanggungjawab Majelis Pekraman Kecamatan adalah:
a. Memberikan persetujuan awig-awig yang diusulkan secara berjenjang oleh Desa
Pekraman yang ada di wilayah majelis kecamatan.
b. Mengatur penyelenggaraan upacara keagamaan sesuai dengan tradisi, adat-istiadat dan
awig-awig yang berlaku di wilayah Majelis Adat Pekraman Kecamatan.
c. Mewakili Majelis Adat Pekraman Kecamatan atas persetujuan dan saran dari Bendesa
Madya untuk melakukan tindakan hukum di dalam peradilan atas nama Majelis Adat
Pekraman Kecamatan.
d. Mengurus, mengatur dan mengelola harta kekayaan yang dimiliki oleh Majelis Adat
Pekraman Kecamatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam awig-awig dan
ketentuan khusus yang dibuat untuk kegiatan tersebut.
o. Melaksanakan Juklak/Juknis, HTCK dan Job discription Majelis Adat Pekraman
Kecamatan yang telah disahkan oleh Majelis Adat Pekraman Provinsi Lampung.
e. Menyampaikan petunjuk-petunjuk majelis atasan kepada majelis dibawahnya secara
berjenjang atau langsung bila diperlukan, meliputi: bidang organisasi, adat-istiadat,
sosial budaya, ekonomi, keuangan, koperasi dan hukum adat.
f. Menyelesaikan sengketa adat yang terjadi di lingkungan Majelis Adat Pekraman
Kecamatan, yang berpedoman pada hukum adat Bali dan yurisprudensi yang dilandasi
oleh azas-azas desa adat, desa mawacara, nagara mawa tata dan mengusahakan agar
penyelesaian tersebut berjalan damai, penuh kesadaran yang dilandasi ajaran dharma.
g. Memelihara, mengembangkan melestarikan adat-istiadat, hukum adat dan sistem Desa
Pekraman yang menjadi warisan leluhur yang tidak ternilai berdasarkan pada azas;