diffa edisi 15 Maret 2012 S E T A R A D A L A M K E B E R A G A M A N dia Media Dunia Disabilitas Angkie Yudistira: Menembus Keterbatasan Lepra Masih Serius No. 15 Maret 2012 O Rp 21.500, Hak Suara Rumah Anak Tunaganda h.06 h.32 h.62 Penyandang Disabilitas FA diffa_15 Maret.indd 1 2/17/12 11:21 PM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
S E T A R A D A L A M K E B E R A G A M A Ndi!aMedia Dunia Disabilitas
Angkie Yudistira: Menembus Keterbatasan
Lepra Masih Serius
No. 15 -‐ Maret 2012 Rp 21.500,-‐
Hak Suara
Rumah AnakTunaganda
h.06 h.32 h.62
Penyandang Disabilitas
FA diffa_15 Maret.indd 1 2/17/12 11:21 PM
Hak Politik Penyandang
Disabilitas
FA diffa_15 Maret.indd 2 2/17/12 11:22 PM
mata hati
03diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Hak Politik Penyandang
Disabilitas Did
i Pu
rnom
o
di!aS E T A R A D A L A M K E B E R A G A M A N
Pemimpin Perusahaan/Pemimpin RedaksiFX Rudy Gunawan
General ManagerJonna Damanik
Redaktur EksekutifNestor Rico Tambunan
KonsultanYunanto Ali, HandoyoSinta Nuriah WahidMohamad Sobary, Jefri Fernando
RedakturIrwan Dwi KustantoAria IndrawatiMila K. KamilPurnama Ningsih
Satu hal penting yang harus dire-‐nungkan oleh semua pihak di belahan bumi mana pun adalah apa yang ditu-‐lis ibunda Amelia di akhir kisah yang disebarkannya, yaitu: We are in the
Unjuk Peran Penulis DisabilitasJudul buku : Unforgettable Moments: Kisah-kisah Tak Terlupak-
an Sepanjang Tahun 2011
Penulis : Tri Lego Indah FN & Syumity Lovers
Penerbit : AG Publishing, Yogyakarta
Cetakan : I, Januari 2012
Tebal : 374 halaman
BUKU ini merupakan kumpulan tulisan
pemenang audisi kepenulisan Share Your
Unforgettable Moment In This Years
(SYUMITY) 2011 yang dimotori Tri
Lego Indah FN, seorang mahasiswi
yang tinggal di Lampung, dan diselenggarakan me-
lalui jejaring sosial Facebook. Setiap tulisan dalam
buku ini berbentuk sepanjang 400
hingga 500 kata.
Dalam antologi ini terdapat tulisan dengan
beraneka macam tema karya 136 penulis di seluruh
Indonesia dan juga luar negeri. Kebanyakan mereka
berstatus siswa SMA dan mahasiswa. Sisanya kar-
yawan, ibu rumah tangga, dan buruh migran. Ke-136
tulisan dikelompokkan menjadi 8 bab, yaitu: The
Gokil Moment, Suara Hati, Hasil Perjuangan, Ketika
Harus Diuji, Kenangan Bersama Sahabat, Inspiring
Moment, Dreams Come True, dan Surprise 2011.
Gaya tulisan dalam buku ini sangat beragam sesuai dengan
gaya asli tiap-tiap penulis. Ada beberapa cerita yang istimewa
karena mungkin tak akan dialami kebanyakan orang, seperti
pengalaman mendapat royalti dari menerbitkan buku antologi
di Taiwan atau mendapat 15 undangan pernikahan dalam satu
hari. Ada juga kisah yang selain luar biasa, juga mengharu-biru,
seperti pengalaman tentang seorang berkepribadian ganda yang
alter-nya adalah tukang bikin onar, serta pengalaman pahit
terjebak dalam bencana tsunami di Jepang.
Secara umum, buku ini cukup menarik. Desain sampul ma-
nis. Pemilihan tipe huruf dan format tulisan juga rapi, meskipun
masih terdapat kesalahan ketik pada beberapa tulisan. Isi tulisan
cukup menarik. Selain menghibur, juga menambah wawasan
pembaca. Sayang ada beberapa tema yang berulang kali dicerita-
kan sehingga terasa membosankan, seperti pengalaman menulis
pertama kali.
Sedikit saran dalam hal penyusunan bab. Mungkin akan
lebih baik bab pembuka The Gokil Moment diletakkan agak ke
belakang. Sebab, kebanyakan tulisan dalam bab pembuka ini
tampaknya karya penulis pemula yang relatif belum bagus bertu-
tur. Sayang sekali bila pembaca sudah malas membaca pada bab
pertama. Padahal pada bab-bab berikutnya banyak cerita menarik.
Terlepas dari kekurangan yang ada, SYUMITY 2011 dan
penerbitan antologi ini memberikan satu kejutan yang menggem-
birakan sekaligus membanggakan dengan berpartisipasinya tiga
penulis penyandang disabilitas.
Pertama adalah Syukron Jayadi dengan karya “Aku dalam
Kemiskinan dan Kekurangan” yang ditulis dengan gaya buku
harian. Penerima beasiswa Bidik Misi ini hanya memiliki satu
penglihatan sejak lahir. Dia bercerita tentang kondisi matanya
yang satu itu memburuk tepat saat dia menjalani tes kesehatan
sebagai salah satu syarat dalam registrasi.
Perjuangannya akhirnya berhasil dan kini
dia tercatat sebagai salah satu mahasiswa
S1 di FKIP PGSD Universitas Mulawarman
Samarinda.
Kedua adalah Mukhanif Yasin Yusuf
yang menulis “Repihan Jejak” dengan gaya
seperti menulis cerpen. Mukhanif yang
tunarungu bercerita tentang pengalaman
pribadinya ketika saat naik bus.
Dengan detail, Mukhanif bercerita tentang
caranya berkomunikasi dengan orang lain,
yaitu dengan menggunakan tulisan. Cukup
informatif bagi mereka yang belum tahu
cara berhubungan dengan tunarungu.
Ketiga adalah Ramadhani Ray dengan karya “Menoreh Pena
Mengukir Sejarah”. Dhani yang lulusan Sastra Jepang Universitas
Padjajaran ini penyandang . Dalam karya yang ditulis
dengan gaya narasi, Dhani bercerita tentang awal mula dirinya
masuk dunia kepenulisan berikut pemuatan karyanya di beberapa
media.
Kehadiran ketiga penyandang disabilitas ini memberikan
warna yang berbeda, warna inklusi, yang tampak jelas dalam
karya-karya yang menceritakan perjuangan mereka agar bisa
eksis di tengah masyarakat.
deaf chaos
deaf
tulis
Mukhanif dalam karyanya (hal. 262). Masalah yang perlu menjadi
perhatian kita semua. Mila K. Kamil
FA diffa_15 Maret.indd 38 2/17/12 11:23 PM
Dari Apel, Museum,
hingga “Wiskul”
MALANG kota
terbesar kedua
di Jawa Timur
setelah Surabaya.
Letaknya 90
kilometer di sebelah selatan Surabaya.
Kota ini berhawa relatif sejuk karena
dikelilingi Gunung Arjuno, Semeru,
Kawi, dan Kelud. Kota ini juga jadi
tempat pemberangkatan bila ingin
melakukan perjalanan ke Gunung
Bromo.
Pada zaman kolonial Belanda,
kota Malang dikenal sebagai salah
satu kota terindah di Asia Teng-
gara. Hingga sekarang kota ini masih
mempertahankan sebagian bangunan
bergaya kolonial peninggalan zaman
Belanda. Antara lain bangunan Balai
Kota, Stasiun, Masjid Agung, Museum
Brawijaya, Toko Oen, dan Gereja Hati
Kudus Yesus di Jalan Kayu Tangan.
Jalan Ijen merupakan kawasan
elite dan jalan utama di Malang sejak
dahulu. Rumah-rumah di sini masih
bergaya kolonial, seperti atap genteng
yang tinggi meruncing berbentuk se-
gitiga, sudut rumah yang melengkung
dengan banyak jendela kayu lebar.
Konon, dahulu kawasan ini tempat
tinggal khusus warga Belanda dan
bangsa Eropa lainnya. Saat ini Peme-
rintah Daerah Kota Malang melarang
pembongkaran bangunan di ruas
jalan ini. Bagus
juga. Yang
suka melihat
bangunan kuno
Kota Malang terkenal dengan apelnya. Tapi sebenarnya kota sejuk ini kaya objek wisata menarik, dari wisata peninggalan masa lalu hingga wisata kuliner. Siak catatan Mila Kartina dari jalan-‐jalan ke Kota Apel.
jejak
jadi bisa menikmati peninggalan seja-
rah yang indah ini.
Sehari-hari orang Malang berbi-
cara dalam bahasa Jawa berdialek
Jawa Timuran yang cenderung lugas
dan tanpa basa-basi.
Meskipun blak-blakan, orang Malang
tidak galak. Malah, cara bicara mereka
terkesan cuek dan lucu. Ada lagi hal
yang unik dari masyarakat Malang
dalam hal berbahasa, yaitu basa wa
,
Jalan-Jalan ke Malang
FA diffa_15 Maret.indd 39 2/17/12 11:23 PM
40 diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Foto
: M
ila k
am
ilbahasa gaul Malang. Ciri khas-
nya, membolak-balik atau mengacak
huruf dalam satu kata. “Saya” menjadi
“ayas”, “kamu” menjadi “umak”, “arek
Malang” menjadi “kera ngalam”, “ngo-
pi” menjadi “ngipok”, dan sebagainya.
Agrowisata ApelSudah ke kebun apel? Itulah
pertanyaan yang selalu diajukan
bila seseorang baru saja pulang dari
berlibur di Malang. Saking seringnya
mendengar pertanyaan itu, saya jadi
penasaran. Seperti apa sih kebun apel
yang termasyhur itu?
Saya dan beberapa teman me-
nyempatkan diri ke perkebunan apel
Kusuma Agrowisata di kota Batu. Kota
Batu terletak di kaki Gunung Pander-
man, 15 kilometer sebelah barat kota
Malang, di jalur Malang - Kediri dan
Malang - Jombang. Perjalanan dari
Malang menuju Batu jalan semakin
menanjak dan suhu udara semakin
dingin. Memang Batu lebih dingin
daripada Malang karena letaknya
lebih tinggi. Pemerintah Belanda
dahulu menyebut Batu sebagai “Swiss
Kecil di Pulau Jawa”, karena hawanya
yang dingin dan pemandangannya
yang indah.
Perkebunan apel Kusuma Agro-
wisata dikelola sedemikian rupa
menjadi tempat tujuan wisata, lengkap
dengan pemandu, hotel, taman ber-
main, outbond, serta diperkaya koleksi
tanaman lain seperti jambu biji, stro-
beri, jeruk, paprika, kopi, bunga, dan
tanaman hias. Juga dilengkapi koleksi
hewan jinak seperti kancil, rusa, berb-
agai jenis kera, beberapa jenis unggas,
bahkan kelelawar.
Pengunjung harus membeli tiket
untuk berkeliling kawasan perkebun-
an ini. Ada beberapa harga paket, dari
Rp 39 ribu hingga Rp 50 ribu. Variasi
harga paket tergantung rute yang
ditempuh, bagian perkebunan yang
ingin dilihat, serta hidangan dan fasili-
tas tambahan yang bisa dinikmati.
Begitu membeli tiket, kami disam-
but seorang pemandu wisata yang
mempersilakan memetik buah tomat.
Setiap orang mendapat satu kan-
tong. Setelah itu kami mulai berjalan
berkeliling kebun apel dan jambu biji.
Pohon-pohon apel di perkebunan
rupa sehingga tidak terlalu tinggi dan
pengunjung bisa memetik buah apel
dengan mudah.
Untuk paket yang kami ambil,
setiap orang diperbolehkan memetik
dua apel dan tiga jambu biji. Jadilah
kami berjalan di antara kebun apel,
memilih-milih dan memetik buah
apel, sambil tak lupa berfoto-foto
tentunya. Kami juga mengunjungi
area kebun bunga dan tanaman hias
di sebuah rumah kaca besar yang biasa
disebut greenhouse. Segala macam
bunga dan tanaman hias, bibit, hinga
perlengkapan berkebun dijual di sini.
Melihat koleksi hewan pun tak ka-
lah asyiknya. Saya merelakan sekan-
tong tomat saya untuk makan siang
sepasang kancil jantan dan betina.
Di kandang burung kakatua, giliran
teman saya yang merelakan tomatnya.
Saya baru tahu cara makan kakatua
sangat unik. Setelah mengambil tomat
FA diffa_15 Maret.indd 40 2/17/12 11:23 PM
41diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Foto
: M
ila k
am
il
dengan paruhnya, memegang buah
itu dengan kaki kanan, lalu mengupas
tomat dengan paruh bengkoknya.
Kemudian memakan daging buah itu
sedikit demi sedikit. Hmm… seperti
cara makan manusia, ya?
Dari kandang kakatua kami bera-
lih ke kandang kelelawar, jenis hewan
mamalia yang dapat terbang. Tampak
beberapa ekor kelelawar bergelan-
tungan terbalik di dalam kandang.
Sayapnya yang lebar membuat tubuh
dan kepalanya jadi tampak mungil.
Seumur hidup, baru kali ini saya meli-
hat sayap kelelawar dari dekat. Sayap
berwarna hitam yang bila dibentang-
kan bisa mencapai panjang hampir
dua meter itu tampak lentur, licin, dan
tipis seakan-akan gampang sobek.
Setelah lelah keliling perkebunan,
pengunjung dipersilakan beristirahat
di restoran untuk menikmati kudapan
sesuai fasilitas paket yang dipilih. Di
restoran itu dijual berbagai penga-
nan berbahan aneka buah dan sayur
seperti sari apel, sari stroberi, cuka
apel, jenang apel, sari jambu, dan kopi
bubuk. Para pencinta apel bisa puas
berbelanja segala jenis penganan apel
di sini.
Museum Unik Di Malang ada beberapa museum
yang unik. Unik karena tidak seperti
museum biasa yang memajang benda-
benda bersejarah di
sebuah gedung. Museum yang kami
kunjungi ini juga berfungsi sebagai ho-
tel dan rumah makan. Museum unik
pertama yang kami kunjungi adalah
Hotel Tugu. Ya, hotel bintang lima
yang terletak di jantung kota tua ini
juga merupakan museum.
Menurut Monita, petugas hotel,
karena Hotel Tugu didesain sekaligus
sebagai museum, petugas juga bertu-
gas sebagai pemandu. Koleksi barang
antiknya sangat banyak. Barang-
barang antik tersebut merupakan
peninggalan masyarakat Jawa babah
peranakan, yaitu campuran antara
pendatang Cina dan pribumi, ratusan
tahun lalu. Termasuk di antaranya be-
berapa benda antik dari zaman Kubilai
Khan.
Di hotel ini terdapat banyak ruang
duduk dengan arsitektur Cina, Persia,
Mesir, Eropa, dan tentu saja Indonesia.
Nama ruangan menggambarkan sua-
sana zaman itu, seperti Endless Love
Avenue to the Sahara, yang merupak-
an sebuah lorong panjang yang dihiasi
ukiran dan lampu-lampu bergaya
Mesir. Ada juga Babah Room, resto
dengan perlengkapan makan khas
Cina zaman dulu. Wah, sayang
melewatkan ke- sempatan berfoto
dengan barang- barang antik ini.
Kafe dan resto di hotel ini
diberi nama yang tidak kalah
eksotis, seperti The Silk Road
Pavilion, Tirta Gangga,
The Persian Room,
The Kubilai Khan Chamber, The
Marco Polo, dan L’Amour Fou. Ada
pula ruang rapat yang diberi nama
the Sugar Baron Room dan Keraton
Ballroom. Semuanya penuh dengan
barang antik dari masa lalu, dari meja-
kursi makan, peralatan makan, hingga
pajangan dan lukisan dinding. Jadi,
tamu hotel bisa makan dan minum
di ruangan penuh barang antik ini.
Hmm…
Tempat terakhir yang kami kun-
jungi di hotel-museum ini adalah Roti
Tugu Bakery dan Sidewalk Café yang
mempunyai dua pintu. Satu menyam-
bung dengan bangunan hotel, satu
lagi menghadap ke jalan raya. Toko ini
menjual segala macam es krim, ,
kue dan roti khas zaman kolonial
Belanda, baguette dan croissant khas
Prancis, serta tentu saja cemilan khas
Malang.
Museum unik lain adalah Mu-
seum-Resto Inggil di belakang Balai
Kota Malang. Gedung rumah makan
bergaya Jawa dengan nuansa zaman
kolonial Belanda ini menyediakan
dua jenis tempat makan, yaitu lesehan
dan duduk di kursi. Menu yang dita-
warkan khas Jawa tradisional, seperti
tempe penyet, sambel pencit, nasi
jagung, pecel terong, rawon dengkul,
tahu petis, sayur asem, urap-pecel,
dan pepesan. Juga tersedia minum-
an tradisional seperti wedang jahe,
wedang ronde, dan es
beras kencur.
FA diffa_15 Maret.indd 41 2/17/12 11:23 PM
42 diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Foto
: M
ila K
am
ilYang juga menarik, para pelayan ber-
penampilan Njawani.
Banyak sekali benda antik koleksi
museum-resto ini, antara lain meja
kursi kuno dari kayu dan bambu.
Restoran ini juga memajang aneka
hiasan dan pajangan tradisional Jawa
seperti patung dan topeng wayang, be-
berapa foto kota Malang tempo dulu,
benda-benda antik seperti sepeda,
mesin tik, pesawat telepon, pesawat ra-
dio kuno, mata uang zaman Belanda,
prangko lama, bahkan alat pengeriting
rambut kuno yang tampak seperti alat
untuk menyiksa karena tali-talinya
yang panjang menjulur mengerikan.
Dinding restoran ini dihiasi
papan reklame tempat usaha dan
produk zaman dulu. Ada iklan mobil
Morris, yang populer di Indonesia seki-
tar tahun 1970-an, Shampoo Poeder
Lidaboeaja lengkap dengan ilustrasi
daun lidah buaya, biskuit Verkade
Djempol yang aslinya berasal dari
Belanda, sepatu Bata, dan Restaurant
Solo tempo dulu.
Seusai makan, kami mampir
ke toko suvenir di halaman depan
restoran. Di toko itu terdapat berbagai
macam cenderamata khas Malang
serta pernak-pernik zaman dulu,
sampai bingung memilih. Tiba-tiba
saya melihat di meja kasir ada stoples
berbentuk blek kaca kecil seperti yang
biasa dipakai menyimpan krupuk di
warung. Di dalam blek itu disimpan
permen cokelat koin yang dibungkus
kertas emas dan permen mint Winston.
Aha! Permen kesukaan saya waktu
kecil!
Aneka Wiskul Salah satu tempat wiskul alias
wisata kuliner di Malang adalah
Waroeng Bamboe di kawasan Batu.
Restoran berdinding bambu ini sangat
unik, dibangun di atas tiga area kolam
ikan yang besar, mempunyai banyak
untuk pengunjung
rombongan. Pengunjung bisa melihat
ikan koi, mas, dan nila yang berenang-
renang di bawah meja makan kaca.
Hmm… ada yang sebesar paha orang
dewasa. Ohya, sambil menunggu
makanan pesanan datang, kita bisa
memberi makan ikan-ikan ini. Dise-
diakan pakan ikan seharga seribu
rupiah per bungkus.
Hidangan laut dan sayuran tumis
yang kami pesan semuanya enak. Tapi
yang paling maknyus adalah
gurame bakar. Rasanya jadi
ingin tambah terus.
Tempat wisata kuliner
asyik lainnya adalah Bakpia
Telo. Toko bakpao dan bakpia
bernuansa ungu ini berupa
gedung yang cukup besar dan
berhalaman luas. Tempat ini
merupakan salah satu tujuan
wisata di Malang. Di halaman
parkir tampak beberapa bus
pariwisata rombongan anak
sekolah.
Segala macam penganan
khas telo ada di sini, dari
bakpia, mi, es krim, hot dog,
hamburger, kripik, dodol, kue
mangkok, sampai yang masih
berwujud bahan baku seperti tepung
telo. Ada rasa khas telo alias ubi jalar
di bakpao itu. Hmm… sedap dan
unik! Makanan serba telo di tempat
ini benar-benar inovatif dan… enak!
Tak lupa saya membeli segelas jus telo
dingin. Rasanya manis dan segar.
Kota Malang juga terkenal dengan
baksonya. Kami menyempatkan mam-
pir ke Bakso President dan Bakso Bakar
Pahlawan Trip. Di Bakso President,
dalam satu porsi, kita bisa menik-
mati aneka macam bakso: bakso biasa,
bakso urat, bakso telur, siomay, dan
bakso goreng. Konon warung bakso
ini digandrungi artis-artis Ibu Kota. Se-
buah pigura berisi tanda tangan artis-
artis yang pernah datang digantung di
dinding sebagai pajangan. Antara lain
Shahnaz Haque, Nugie, Ari Lasso, Julia
Perez, Inul Daratista, dan Tere.
Bakso Bakar Pahlawan Trip beda
lagi. Warung bakso di Jalan Pahlawan
Trip ini menawarkan sajian unik bakso
bakar. Menyantap bakso bakar dengan
kuah panas yang gurih, hmm… sung-
guh khas Malang. Rasanya ingin kem-
bali lagi ke Kota Apel yang sejuk ini.
Mila K. Kamil
FA diffa_15 Maret.indd 42 2/17/12 11:23 PM
FA diffa_15 Maret.indd 43 2/17/12 11:23 PM
JULISA LESTARI
puisi
Angin yang berhembus lembut bagai lautan bernafas
* Sri Lestari, siswi penyandang disabilitas daksa, kelas 11 SLB N Salatiga, Jawa Tengah.
44 diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
FA diffa_15 Maret.indd 44 2/17/12 11:23 PM
ragam
45diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Foto
: Sig
it D
Pra
dan
a
GERAKAN Peduli Disabilitas dan Lepral Indonesia (GPDLI) pim-
pinan Ir. Nuah P. Tarigan, MA, Dr (Cand.) memperingati Hari Lepra
Dunia (World Leprosy Day), 30 Januari 2012 lalu. Peringatan itu
dilaksanakan bersamaan dengan deklarasi Program Teach For Indo-
nesia (TFI) di Kampus Anggrek BINUS University, Jl. Kebon Jeruk
Raya No. 27, Jakarta Barat.
TFI adalah program pengabdian komunitas pemuda yang berniat mengemba-
likan kembali ilmu yang mereka peroleh di kampus kepada masyarakat melalui
penerapan frame work Millenium Development Goals (MDGs).
Salah satu acara dalam Hari Lepra Dunia dan peluncuran TFI itu adalah
diskusi mengenai persoalan wanita dan penyandang disabilitas, dengan pembi-
mantan penyandang. Ibu yang datang bersama teman-temannya dari komplek
Sitanala, Tangerang, bercerita bagaimana mereka terdiskriminasi dalam kehidup-
an karena stigma lepra.
“Kusta atau lepra masih menjadi masalah serius di Indonesia, karena setiap
tahun ditemukan 17.000 kasus lepra baru. Nomor tiga terbesar di dunia sesudah
India dan Brazil,” kata Nuah Tarigan.
World Leprosy Day BINUS
SABTU, 11 Februari
2012, Persatuan
Orang Tua Penyan-
dang Cacat Anak
(Portupencanak)
mengadakan lokakarya dalam
rangka persiapan pelaksanaan
UU Hak Penyandang Dis-
abilitas (CRPD) di Hotel Kaisar,
Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Lokakarya dengan tema
“Meningkatkan Peran Orang
Tua/Keluarga Dalam Per-
wujudan Perlindungan dan
Pemenuhan Hak-hak Anak
Penyandang Disabilitas” itu
menampilkan pembicara
adalah Dra. Eva Rahmi Kasim,
MDS, Ibu RA Aryanto dari
Asih Budi, dan DR. dr. Ferial
Idris.
Lokakarya dihadiri ang-
gota dan pengurus Portupen-
canak dari Jakarta, Jawa
Tengah, Riau Kepulauan dan
Kalimantan Tidur. Juga pengu-
rus Forum Komunikasi Kelu-
arga Anak dengan Kecacatan
LokakaryaPortupencanak
FA diffa_15 Maret.indd 45 2/17/12 11:23 PM
konsultasi pendidikan
46 diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Mungkinkah Anak “Down Syndrome” Belajar di Sekolah Alam?
Bapak Asep Supena yang terhormat,
Saya Ruly, memiliki anak dengan down
syndrome. Rangga namanya, usianya 8
tahun. Selama ini Rangga menjalani terapi
di sebuah sekolah khusus.
Saya termasuk orang yang menyu-
kai sekolah alam. Menurut saya, di seko-
lah alam anak-anak dilatih untuk menjadi
pribadi kreatif. Saya berencana memasuk-
kan Rangga ke sebuah sekolah alam yang
jaraknya tak terlalu jauh dari tempat
tinggal kami. Namun, saya masih agak
ragu-ragu, mengingat Rangga anak dengan
down syndrome.
Apakah hal ini memungkinkan?
Apakah metode pendidikan sekolah
alam bisa membantu Rangga jadi lebih
baik?Meningkatkan taraf kecerdasan
Rangga, misalnya? Jika memungkinkan,
tahap apa yang harus saya tempuh? Mung-
kin saya harus melakukan pendekatan
terlebih dahulu dengan pihak sekolah?
Mohon nasihat Pak Asep.
Terima kasih sebelumnya.
Bu Ruly yang saya hormati,
Hal pertama yang harus dimiliki orang tua untuk dapat
mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
kesabaran dan keikhlasan, serta kemauan untuk terus
mengetahui dan memahami anak. Termasuk sifat-sifat dan
bagaimana pendidikannya. Saya pikir, Ibu Ruly telah me-
miliki hal tersebut dan semoga terus konsisten.
Down syndrome adalah kelainan genetis yang menjadi
salah satu penyebab hambatan kecerdasan paling popu-
ler. Sejumlah literatur menyebut 1 dari 800 hingga 1.000
anak terlahir dengan sindrom ini. Penyebabnya, karena ada
kelebihan kromosom (extra cromosome) pada pasangan
kromosom ke-21. Sehingga sindrom ini sering juga disebut
dengan istilah “trisomy 21”. Sayang para peneliti belum
menemukan secara pasti apa penyebab terjadinya ekstra
kromosom tersebut.
Siswa dengan down syndrome umumnya memiliki
hambatan kecerdasan sedang atau rendah. Mereka bagian
dari kelompok anak yang mengalami hambatan kecerdasan.
Seperti pernah saya kemukakan dalam tulisan sebelumnya,
anak dengan hambatan kecerdasan (
atau tunagrahita) adalah mereka yang memiliki skor IQ di
bawah 70 dan memiliki hambatan dalam perilaku adaptif
(beradaptasi dengan lingkungan). Kasus semacam ini terjadi
sebelum usia 16/18 tahun.
Hal lebih penting dalam menghadapi down syndrome
adalah bagaimana kita bisa memahami secara terperinci
karakteristik perilaku serta kebutuhan khusus mereka.
Misalnya, apa kesulitan atau ketidakmampuan mereka
dibanding anak-anak lain seusianya, apa yang masih dapat
dilakukan, apa kelebihan, dan bagaimana kecenderungan
emosi dan prilaku mereka.
Dengan memahami sifat-sifat atau karakteristik terse-
but, selanjutnya kita cermati apa yang menjadi kebutuhan
khusus mereka, termasuk kebutuhan khusus dalam keg-
iatan belajar atau pendidikan.
FA diffa_15 Maret.indd 46 2/17/12 11:23 PM
47diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Dr. Asep Supena, M.Psi
Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa,
Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta
Ibu
Ruly, seko-
lah yang
me-
miliki
pema-
haman
tentang
kondisi
down syndrome
dan secara khusus
menyiapkan
program
pendidikan untuk
mereka adalah sekolah luar biasa
(SLB), khususnya SLB untuk anak
dengan hambatan kecerdasan
(SLB/C).
Sebenarnya pendidikan
untuk anak dengan hambatan
kecerdasan, termasuk down
syndrome, dapat juga dilakukan
di sekolah-sekolah umum atau
re guler. Siswa down syndrome
yang mengikuti pendidikan di
sekolah umum dilayani ses-
uai dengan kemampuan dan
kebutuh an khusus mereka.
Ini meliputi metode mengajar,
kurikulum, media pembelajaran,
hingga cara atau metode evalua-
si. Ini yang dikenal dengan istilah
pendidikan inklusif.
Sekolah umum yang me-
nyelenggarakan pendidikan
inklusif harus mempunyai
tenaga guru yang memiliki
pemaham an
tentang pendidikan
inklusif dan
pendidikan
untuk anak
berkebutuhan
khusus. Selain
itu, perlu ada
minimal satu
orang guru yang
-
kasi pendidikan
atau keahlian
pada bidang
pendidikan khusus. Hal
ini penting supaya anak berke-
butuhan khusus mendapat
layanan pembelajaran yang
tepat.
Saya berpikir, sekolah alam
yang Ibu Ruly sebut termasuk dalam
wacana atau pembahasan tentang
sekolah inklusif. Jadi, berdasarkan
penjelasan di atas, pada dasarnya
Ibu dapat memasukkan Rangga ke
sekolah alam yang Ibu sebutkan.
Dengan catatan, sekolah tersebut telah
memenuhi sejumlah persyaratan
untuk dapat menyelenggarakan
pendidik an inklusif secara baik, se-
bagaimana dijelaskan di atas.
Untuk itu, sebelum memasukkan
Rangga ke sekolah alam, ada baiknya
Ibu terlebih dahulu berkomunikasi
dan berkonsultasi dengan pihak seko-
lah tentang keinginan menyekolah-
kan Rangga ke sekolah alam tersebut.
Dengan demikian segala sesuatunya
menjadi jelas dari awal.
Tentang apakah sekolah
alam dapat membuat anak down
syndrome menjadi lebih baik, itu
sangat bergantung pada isi kuri-
kulum dan metode pembelajaran
yang dilakukan. Pembelajaran
yang tepat untuk anak down syn
drome adalah pembelajaran yang
menyenangkan, materi bersifat
konkret, praktis, dan sederhana,
sesuai kemampuan anak. Bukan
materi yang bersifat akademik atau
teoretis. Dalam proses belajar, anak-
anak harus terlibat secara aktif,
atau yang dikenal dengan metode
partisipatif.
Semoga penjelasan ini dapat
membantu Ibu Ruly mengambil
keputusan terbaik untuk Rangga.
Did
i Pu
rnom
o
FA diffa_15 Maret.indd 47 2/17/12 11:23 PM
ruang hati
Keterlibatan KeluargaMengasuh ABK
48 diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Menerima Karyawan Penyandang Disabilitas
Ibu Frieda yang terhormat,
Saya Lusie, bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Perusahaan kami berencana mempekerjakan karyawan
yang menyandang disabilitas sebagai salah satu
bentuk program CSR kami. Rencana kami adalah
menerima seorang pengguna kruk atau kursi roda
di bagian keuangan dan akuntansi, serta seorang
tunarungu di bagian IT.
Saya mengharapkan nantinya karyawan
penyandang disabilitas yang bekerja di perusahaan
kami dapat menyatu dengan karyawan lain, begitu pula
sebaliknya. Namun saya membayangkan, pada tahap
awal mungkin akan ada suasana yang saling kikuk,
karena belum terbiasa. Terus terang, saya agak gugup
untuk memulai hal ini, terutama dengan calon
karyawan yang tunarungu. Saya membayangkan pasti
akan ada hambatan komunikasi.
Menurut Ibu Frieda, apakah kami membutuhkan
proses khusus untuk menerima karyawan penyandang
disabilitas? Apakah ada tahapan khusus yang harus
kami tempuh? Apakah mungkin akan terjadi hambatan
psikologis dalam relasi karyawan disabilitas dengan
karyawan lain? Bagaimana cara membangun relasi
dengan karyawan penyandang disabilitas ini nantinya?
Mohon nasihat Ibu Frieda.
Ibu Lusie yang baik,
Kesediaan lembaga, seperti per -
usahaan swasta tempat Anda bekerja,
menerima penyandang disabilitas
untuk bekerja memang dapat meng-
gambarkan komunitas yang sudah
inklusif dalam hal bekerja bersama
penyandang disabilitas. Ini tentu patut
diacungi jempol.
Saya juga mengerti dan setuju
dengan Anda, bahwa akan lebih
nyaman bagi kedua belah pihak bila
ada persiapan dan pemahaman awal
tentang siapa teman kerja baru serta
bagaimana kekhasan mereka.
Sebenarnya dapat kita pahami
bahwa setiap orang itu unik dan
memiliki karakteristik yang khas
serta berbeda satu dengan yang lain.
Demikian juga penyandang disabili-
tas. Bila seseorang dalam melakukan
mobilitas dan aktivitas keseharian
dengan menggunakan kedua kakinya,
bersepeda, naik motor, naik mobil
pribadi, kendaraan umum, penyan-
dang disabilitas mungkin dengan kursi
roda.
Demikian juga dalam berkomu-
nikasi. Ada banyak cara dan metode
yang dapat digunakan. Tidak hanya
komunikasi secara verbal atau lisan
yang ditangkap dengan indra penden-
garan. Komunikasi dapat juga dilaku-
kan melalui komunikasi nonverbal,
visual, dan tertulis. Hal-hal inilah
yang perlu dipahami sebelum bekerja
bersama orang lain yang memiliki
karakteristik yang agak berbeda dari
FA diffa_15 Maret.indd 48 2/17/12 11:23 PM
Keterlibatan KeluargaMengasuh ABK
49diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Menerima Karyawan Penyandang Disabilitas
Did
i Pu
rnom
o
apa yang sering kita temui sehari-hari.
Ada baiknya karyawan baru,
baik secara pribadi maupun bersama
pendamping bila memang ada (ke-
luarga, agen, pihak lain yang terkait
dengan proses seleksi dan penerimaan
karyawan), memperkenalkan diri,
terutama dengan bagian atau unit
langsung tempat ia bekerja.
Dalam sesi perkenalan ini, bisa ter-
harapan-harapan, kebutuhan-kebu-
tuhan ataupun teknik berkomunikasi
yang akan digunakan untuk dapat
membantu karyawan penyandang
disabilitas merasa nyaman melaku-
kan tugas-tugas mereka di kantor
Anda.
Ada kemungkinan diperlukan
fasilitas kantor seperti perlunya
akses untuk leluasa bergerak dengan
kursi roda, jalan bebas hambatan dari
lainnya. Juga bentuk toilet dan alter-
-
kinkan karyawan berkursi roda bisa
melakukannya tanpa bantuan.
Sebelum menjalankan tugas,
sebaiknya penyandang disabilitas me-
miliki deskripsi yang jelas baik tentang
tanggung jawab, hak dan kewajiban,
ruang lingkup, maupun fasilitas yang
bisa digunakan dalam memenuhi
target yang diberikan, juga menyele-
saikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Ada baiknya mereka memiliki
semacam buddy, sobat, pendamping,
tutor, teman sekerja atau supervi-
sor yang merupakan orang pertama,
terdekat, tempatnya bertanya atau
memberi informasi yang diperlukan
selama bekerja.
Pandanglah mereka, meskipun
menyandang disabilitas, dengan
kemampuan, kelebihan, dan kekuatan
yang mereka miliki, bukan dengan
keterbatasan atau kelemahan mer-
eka. Libatkan mereka dalam berbagai
aktivitas, tanpa diskriminasi, dan
menghormati keputusan mereka bila
memilih tidak ikut terlibat di dalam
suatu kegiatan yang tidak diwajib-
kan.
Semoga pengalaman awal ini,
bila berhasil dilakukan, bisa mem-
bantu mengikis stigma negatif
tentang penyandang disabilitas dan
memperkuat penghargaan terha-
dap sesama
Frieda Mangunsong
Guru Besar (Profesor) Fa kul tas Psikologi Universitas Indonesia yang se jak tahun 1980 mengajar dan sejak tahun 1984 mendalami bidang Psikologi Pendidikan.
insan yang menghendaki kesem-
patan yang sama dalam bekerja dan
memperoleh hak yang sama untuk
mengembangkan diri serta karier di
dunia kerja.
Satu lagi, mungkin ada
perusahaan atau lem-
baga lain yang sudah
mempekerjakan
penyandang disabili-
tas yang sama, yang
bisa menjadi tempat
bertanya atau bertukar
pengalaman.
FA diffa_15 Maret.indd 49 2/17/12 11:23 PM
MUSROJAB
Tak Serapuh KerupukHidup dengan
keterbatasan bukan
alasan untuk berhenti
berusaha. Dalam
ketunanetraan,
Musrojab mencoba
berbagai jalan hidup.
Akhirnya menemukan
usaha agen kerupuk.
Sederhana dan
menghidupi.
MUSROJAB
lahir di Ban-
jarnegara,
Jawa Tengah,
30 November
1983. Ia terlahir sebagai tunanetra.
Meski memiliki keterbatasan sejak
lahir, semangat Musrojab tak ber-
beda dari orang-orang non-disabi-
litas. Ia dibesarkan oleh keluarga
di Temanggung dan menyelesai-
kan pendidikan di sekolah luar
biasa (SLB) hingga SMA.
Setelah menyelesaikan SMA,
Musrojab mencari pekerjaan. Na-
-
nya sulit mendapatkan pekerjaan
yang layak. Upaya mencari kerja
tak membuahkan hasil.
Akhirnya Musrojab diajak
seorang teman sesama tunanetra
juga karena memang saya suka
Mas Musrojab.” Mereka pun meni-
kah pada tahun 2008.
Keinginan untuk menghidupi
keluarga membawa Musrojab
merantau sampai Jakarta. Di Ibu
Kota ia bekerja sebagai tukang pijat
di sebuah panti pijat tunanetra.
Penghasilan yang tak menentu
membuatnya berpikir mencari
pekerjaan lain. Ia kemudian beralih
menjadi pengamen.
Hidup di jalanan sebagai
pengamen tak kalah
berat. Musrojab bersama
teman-teman tunanetra
beberapa kali ditangkap
Satpol PP dan dimasuk-
kan ke
panti sosial
di Kedoya,
Jakarta
Barat.
belajar memijat di Temanggung. Di
sana Musrojab diajar oleh seorang
guru pijat. Memang, banyak tunanetra
seperti dirinya yang akhirnya me-
milih pekerjaan sebagai tukang pijat.
Satu keberuntungan, selama proses
itu Musrojab bergaul dengan banyak
orang non-disabilitas.
Berjuangan di JalananSuatu ketika, saat sedang berja-
lan Musrojab secara tidak sengaja
menabrak seorang perempuan yang
membawa barang-barang cukup
berat. Musrojab meminta maaf
dan membantu perempuan itu
membereskan barang-barangnya
yang jatuh berceceran. Peristiwa
itu merupakan awal pertemuan
Musrojab dengan Santi, yang
akhirnya menjadi istrinya.
Santi menuturkan, ia
berpacaran dengan Musro-
jab selama satu tahun. Ke-
tika Musrojab menyatakan
keinginan menikahinya,
Santi langsung menerima.
“Alasan saya meneri-
manya, ya
karena
ibadah.
Selain
itu
50 diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
bingkai bisnis
Foto
: A
thu
rtia
n
FA diffa_15 Maret.indd 50 2/17/12 11:23 PM
Bagaimanapun, tetap lebih nya-
man hidup di jalanan daripada di
panti. Musrojab bersama teman-
temannya memperjuangan hak
untuk bebas dan kembali ke jalan.
Namun, keadaan semakin
sulit setelah keluar Peraturan
Daerah 8/2007 tentang Penertiban
Pengemis dan Gelandangan. Perda
tersebut memaksa Musrojab menin-
ggalkan dunia jalanan.
Agen KerupukDalam situasi sulit tanpa peker-
jaan, seorang teman menyarankan
Musrojab berwirausaha. Usaha itu
adalah berjualan kerupuk Bangka.
Musrojab tertarik mencoba usaha
itu karena tidak membutuhkan
modal besar.
Dengan modal awal Rp 900.000
Musrojab membeli kerupuk dari
sebuah pabrik di Regency Bintaro,
Ciledug. Memulai usaha yang
belum pernah dijalani sebelumnya
tentu tak mudah. Musrojab harus
merintis usaha dari nol. Berbagai
kendala dihadapi. Apalagi usaha-
nya dijalani seorang diri. Salah satu
contoh, awalnya harus mengambil
sendiri kerupuk ke pabrik yang
cukup jauh dari tempat tinggalnya.
Kerupuk yang dibeli pun cukup
banyak. Tentu ia sangat kesulitan.
Belakangan baru ia tahu, kerupuk
dari pabrik bisa diantar dengan
biaya tambahan.
Setelah mulai
paham, Musrojab
merasa tidak kesuli-
tan. Setelah berjalan
tiga bulan, usaha
baru yang dirintisnya
mulai lancar. Teman-
teman seperjuangan-
nya di jalanan dulu
akhirnya bergabung
sebagai penjual kerupuk
keliling. Respons konsumen yang baik
juga membuat omzet kerupuk terus
meningkat. Kini Musrojab jadi distri-
butor kerupuk yang cukup berhasil.
Selain sebagai usaha mandiri,
usaha distribusi krupuk Musrojab juga
sekaligus menjadi sumber penghasilan
bagi teman-temannya penyandang
tunanetra. Musrojab mendistribusikan
kerupuk kepada teman-temannya
dengan harga Rp 3.500 per bungkus.
Kerupuk itu kemudian dijual dengan
cara keliling seharga Rp 5.000 per
bungkus. Dari tiap bungkus yang laku,
teman-teman Musrojab mendapat
Rp 1.500. Sangat menguntungkan
dan menolong. Lebih menolong lagi,
karena Musrojab memberikan ke-
mudahan dengan sistem konsinyasi.
Kerupuk laku baru dibayar. Hal ini
sangat menolong teman-temannya
yang tidak punya modal cukup.
Tidak Mudah Kini, dalam seminggu omzet
penjualan kerupuk Musrojab menca-
pai rata-rata 800 bungkus. Musrojab
mengedarkan kerupuk itu bersama
lima temannya penyandang tunane-
tra. Setiap hari mereka berjualan ke
berbagai tempat di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabo-
detabek). “Wilayah penjualan kerupuk
tidak terbatas, tergantung banyaknya
kerupuk yang kami bawa. Semakin
banyak yang dibawa, semakin jauh.
Tempatnya juga tidak menentu.
Yang penting terjual,” jelas Musro-
jab.
Pekerjaan ini sesungguhnya
tidak mudah, mengingat mereka
tunanetra. Sering mereka terperosok
atau menabrak tiang listrik. Salah
satu tantangan berat adalah jika
turun hujan. Jalan yang tergenang
air membuat mereka sering terpele-
set hingga terjatuh dan kerupuk
hancur.
Kesulitan lain adalah melihat
nominal uang. Menurut Musrojab,
kelemahan ini sering dimanfaatkan
pembeli yang tidak jujur. Misalnya
membayar tidak sesuai dengan
harga semestinya. “Dulu pernah ada
pembeli memborong kerupuk saya,
dibayar seratus ribu rupiah. Ternya-
ta uangnya palsu.”
Legiman, salah seorang teman
penyandang tunanetra, menutur-
kan kesulitan-kesulitan itu. “Saya
pernah diisengi anak-anak. Mereka
bilang di sana ada jalan, ternyata
jalan buntu,” ujarnya.
Dengan pencapaian saat ini,
Musrojab berharap usahanya terus
berkembang. Namun, ia tak ber-
harap terlalu muluk, karena juga
melihat usaha ini sebagai usaha
menolong teman-teman penyan-
dang tunanetra. “Yang penting
semua kerupuk habis terjual, sama-
sama untung dan dapat membantu
teman-teman senasib,” katanya.
Untuk menambah penghasil-
an, Musrojab berusaha dengan
jalan lain. Di sekitar rumahnya
yang menjadi perkampungan
penyandang tunanetra, ia mem-
bantu teman-temannya yang ingin
memiliki barang-barang elektronik
dengan sistem pembayaran kredit.
Musrojab mulai kreatif mengem-
bangkan usaha. Hilma Awalina
51diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
FA diffa_15 Maret.indd 51 2/17/12 11:23 PM
cerpen
TerperangkapCHRYSANOVA DEWI
52 diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Did
i Pu
rnom
o
AKU berlari kencang.
Nafasku terengah-engah,
sementara peluh memban-
jiri tubuhku. Jantungku
berlomba dengan ketakut-
an yang amat sangat. Saking takutnya aku
sampai tidak berani menoleh ke belakang.
Berkali-kali jalanan yang tidak rata men-
jegal langkahku. Namun aku masih tetap
tidak mau menyerah, meski nafasku sudah
ngos-ngosan seperti motor tua.
Tiba-tiba jalanan mendadak membelok
menuju sebuah tanjakan tajam. Dengan
susah payah aku mendaki tanjakan itu
karena tidak ada jalan lain lagi. Setiba di
atas, ternyata jalannya buntu. Rasa takutku
kontan berubah menjadi kepanikan yang
luar biasa. “Aku terjebak!” jeritku dalam hati.
*
Tanjakan yang buntu itu ternyata ping-
gir tebing yang curam. Satu-satunya jalan
turun adalah jalan yang kulalui tadi. Jelas
tidak mungkin aku balik lagi. Detak jan-
tungku semakin cepat dan keringat dingin
membasahi pakaianku.
Dalam kepanikan itu kuberanikan untuk menoleh ke
belakang. Oh, tidak! Sosok yang mengejarku sudah semakin
dekat. Pada titik kritis kuambil keputusan nekat. Kututup
kedua mataku dan aku melompat. Kurasakan tubuhku
meluncur bebas ke bawah, ke dalam jurang yang bahkan
dasarnya pun tidak kelihatan.
Bruuuuk! Sraaak! Tubuhku terjatuh di atas sesuatu
yang dari suaranya terdengar seperti pohon atau semak
belukar. Terdengar ranting patah di sana-sini. Beberapa di
antaranya menggores kulit dan pakaianku. Aku mengem-
buskan nafas dengan sedikit lega. Setidaknya masih ada
pohon ini yang menyelamatkanku dari kemungkinan
terhempas ke tanah. Bila itu yang terjadi, pastilah tubuhku
sudah remuk.
Namun, bayangan pada yang mengejar di belakangku
menyebabkan aku langsung berusaha turun dari pohon.
Sambil meringis menahan pedih akibat goresan-goresan
ranting yang membuat tubuh dan pakaianku compang-
camping, aku turun secepat mungkin. Namun keterkejut-
an menungguku di bawah. Begitu menjejak tanah dan
mengedarkan pandangan ke sekeliling, mataku langsung
melebar. Jalan itu dan lingkungan di sekelilingnya serasa
kukenal.
Aku buru-buru berlari menghampiri sebuah bangunan
megah yang dikitari pagar besi tinggi. Sebuah papan dengan tu-
lisan besar-besar berdiri di antara pagar besi. Aku memandang-
nya dan langsung ternganga. Itu bangunan sekolah menengah
atas tempatku menuntut ilmu. Aku sempat tidak percaya
pada mataku. Namun berapa kali pun aku mengucek mata
pemandangan di hadapanku tetap tidak berubah. Aku senang
bercampur heran. Kok, aku bisa ada di sini? Padahal baru saja
aku berlari meninggalkan ketakutanku di tempat yang sama
sekali berbeda.
*
Untuk meyakinkan diriku kucoba melihat ke atas, ke
dinding batu cadas yang tadi kulompati dengan nekat. Namun
suasana yang berkabut membuat aku tidak bisa melihatnya.
Maka aku mengambil kesimpulan bahwa aku sudah bebas.
Aku sekarang sudah berada di lingkungan yang kukenal baik.
Entah apa yang kualami tadi, halusinasi, fatamorgana, atau
mimpi buruk, aku tak peduli. Aku lelah, benar-benar lelah.
Kulangkahkan kakiku sambil membayangkan betapa
nyamannya berbaring di tempat tidurku yang empuk setelah
berlari pontang-panting seperti tadi. Aku berjalan ke arah
rumahku. Kelegaan yang mengembang di hatiku membuatku
FA diffa_15 Maret.indd 52 2/17/12 11:23 PM
53diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
tidak sempat merasa heran dengan suasana yang sunyi. Ter-
lalu sunyi malah. sehingga bisa dikatakan sangat ganjil. Tidak
kulihat ada satu makhluk hidup pun selain rumput dan pe-
pohonan.
Kebingungan mulai menerpaku lagi ketika rumahku tak
kunjung kutemukan. Jalan yang kulalui ini terasa sangat pan-
jang. Kepanikan mulai mengguncang jantungku lagi. Di mana
aku? Bangunan tadi jelas sekolahku, tapi mengapa jalanan ini
begitu asing dan tidak kukenal? Aku jadi ketakutan. Tubuhku
gemetaran. Aku takut akan suasana asing ini.
Udara dingin mencekam jantungku, seolah-olah mengand-
ung sebuah aura misterius yang menghambat jalan nafasku.
Aku terengah-engah. Kakiku langsung mengambil langkah
seribu. Aku berlari tanpa tujuan. Yang kuinginkan hanyalah
keluar dari suasana yang asing ini dan kembali ke tempat yang
kukenal. Namun percuma saja. Lama-kelamaan aku benar-
benar tersesat. Aku berteriak dan menjambak rambutku dengan
frustrasi.
Tidak ada orang yang dapat kutanyai. Tidak ada satu mak-
hluk hidup pun yang tampak di depan mataku selain rumput
dan tumbuhan lain. Sementara itu udara makin gelap, pertanda
petang telah berganti malam. Dengan putus asa aku melang-
kah ke satu-satunya bangunan yang kukenal, yaitu bangunan
SMA.
Di petang hari seperti ini pasti tidak ada orang di sekolah.
Karena itu jantungku seakan berhenti berdetak ketika sebuah
suara menyapa. “Chrys, ngapain diam di situ? Ayo, masuk sini.
Gabung sama kita aja, yuk.”
Kukumpulkan keberanianku untuk menoleh. Begitu me-
lihat sosok gadis yang menyapaku, mataku langsung berubah
cerah. Gadis itu Alicia, sahabatku. Aku langsung mengikutinya.
“Kamu lagi apa di sini, Lis? Kok, kamu belum pulang?”
Alicia yang pendiam tetap saja melangkah seperti tidak
mendengar ocehanku. Setelah melewati sebuah lorong, kami
tiba di bagian dalam kompleks sekolah. Di sana banyak orang
berkumpul. Aku mengamati mereka di bawah temaramnya
sinar senja dan kontan aku berteriak kegirangan. Gambaran
sosok-sosok yang kukenal ada di sana.
“Hei… Nadia, Karin, Andre… lagi ngapain kalian semua di
sini?”
Aku berlari menghampiri mereka. Namun mereka tidak
bergerak. Mereka diam saja seperti tidak mengenaliku. Aku
berpaling pada Alicia yang berdiri di membelakangiku. Ia juga
Jenis olahraga paling dasar, seperti juga masyarakat
pada umumnya, adalah senam aerobik. Berlatih senam
dengan gerakan-gerakan sederhana, seperti menggerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan, menundukkan dan menenga-
dahkan kepala. Menggerakkan tangan dari depan ke samp-
ing lalu ke atas. Merentangkan tangan ke kiri dan ke kanan,
lalu membungkuk dan menyentuh ujung kaki kiri dengan
tangan kanan dan menyentuh ujung kaki kanan dengan
tangan kiri. Dan seterusnya.
Ada pula senam berlari di tempat sambil bertepuk
tangan. Seperti juga kalangan masyarakat pada umumnya,
saat bersenam, diiringi musik dengan irama yang berseman-
gat. Pemanasan dilakukan sebelum melakukan gerakan-
gerakan senam. Setelah selesai, diakhiri dengan gerakan
pendinginan. Antara lain menarik nafas dalam dan meng-
hembuskan perlahan.
dilakukan. Dengan demikian membuat tubuh lebih sehat
dan sekaligus melakukan terapi organ motorik. Waktu yang
dibutuhkan untuk berolahraga senam ini cukup 45 menit.
Bermain BocceSalah satu olahraga khusus untuk penyandang tuna-
grahita adalah bocce. Bocce merupakan olahraga rekreasi,
dimainkan dua regu, tiap regu terdiri atas tiga hingga empat
orang. Olahraga ini dapat dikombinasikan dengan permain-
an-permainan menarik.
Dalam permainan bocce ada tiga jenis bola, beruku-
ran kecil, sedang, hingga besar dengan warna-warna yang
menarik. Bola kecil diletakkan di sebuah area atau lapangan
berumput sebagai sasaran. Di lapangan tersebut ada batas
untuk pelempar bola. Dua tim atau regu yang saling berha-
dapan berlomba melemparkan bola yang berukuran besar
agar mengenai atau mendekati sasaran. Jika pelempar dapat
melemparkan bola besar mendekati atau mengenai sasaran,
timnya akan mendapat poin.
Saat melempar bola berukuran besar, posisi pelempar
harus agak sedikit menunduk hingga sekitar 45 derajat,
dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang.
Saat melempar bola, pelempar bergerak satu langkah ke
depan. Posisi dan gerakan ini seperti melempar bola dalam
permainan bowling. Pelempar tidak diperbolehkan melem-
57diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
Foto
: D
ok A
sih
Bu
di
FA diffa_15 Maret.indd 57 2/17/12 11:23 PM
par bola dengan posisi badan tegak. Jika itu
dilakukan, dianggap kesalahan dan akan
memberikan poin untuk regu lawan.
Dalam memainkan bocce ada kombina-
si antara permainan dan gerak-gerak tubuh
yang bermanfaat untuk merangsang syaraf
dan gerakan motorik tubuh. Permainan ini
bisa melatih motorik tangan dan kaki, men-
gasah konsentrasi, latihan bersosialisasi, dan
kerja sama tim. Posisi tubuh dan gerakan
saat melempar bola juga berfungsi melatih
kelenturan otot punggung, tangan, dan kaki.
Setiap anggota kelompok mendapat-
kan kesempatan melempar bola. Agar bola
mengenai atau mendekati sasaran,
pelempar harus melakukannya
dengan konsentrasi penuh. Latihan
konsentrasi ini sangat berguna bagi
anak-anak penyandang tunagra-
hita. Untuk memenangi permainan,
setiap kelompok didorong “memiliki
strategi”. Mereka diminta berdiskusi,
membicarakan langkah apa yang
akan dilakukan untuk memenangi
pertandingan.
Metode BerbedaKarena faktor hambatan kecer-
dasan, diperlukan metode yang berbeda
untuk mengajarkan olahraga kepada
tunagrahita. Instruksi harus dilakukan
secara bertahap, dengan memberikan
contoh. Sering mereka harus dibantu
untuk melakukan gerakan-gerakan yang
diinstruksikan. Saat membantu pun
harus dilakukan dengan berhati-hati,
agar tidak terjadi cedera otot atau cedera
lainnya.
Sering kali, untuk mengajarkan satu
gerakan, harus dilakukan secara beru-
lang-ulang, hingga siswa memahami
benar. Jika telah memahami, barulah
berganti ke gerakan lain. Ada kemung-
kinan siswa ngambek dan tidak mau
melakukan kegiatan olahraga. Jika itu
terjadi, tentu tidak boleh dipaksa. Yang
dilakukan adalah memotivasi dan men-
dorong agar siswa yang sedang ngambek
ini mau bergabung bersama teman-
teman lain, dan berolahraga bersama.
Athurtian
Foto
: A
thu
rtia
n
FA diffa_15 Maret.indd 58 2/17/12 11:23 PM
Mencetak Disabilitas Terampil Mencetak
Sejak tahun 2004 Ready Print mempekerja-‐kan karyawan penyandang disabilitas, bah-‐kan hingga jabatan manajer. Perusahaan per cetakan ini terus berkembang. Sikap inklusi bisnis yang pantas dipuji.
59diffa edisi 15 -‐ Maret 2012
inklusif
USAHA percetakan Ready Print tergolong perusahaan
yang berkembang pesat dan kini memiliki beberapa
cabang di Jakarta dan Bali. Keberhasilan itu antara
lain berkat kinerja karyawan penyandang disabilitas.
Memang, sejak tujuh tahun lalu Ready Print mempe-
kerjakan karyawan penyandang disabilitas.
“Yang penting mau berusaha, gigih, kreatif, dan (punya) sikap yang