MACAM-MACAM GAYA BELAJAR MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik yang Dibina oleh Dr. Endang Suarsini,M.Ked. Oleh Kelompok 6 : 1. Yesi ( ) 2. Ahmad Habibul Wahid (100341400718) 3. Asti Sevita (100341404375) 4. Efi Kurniasari (100341400701) 5. Irma Dwi Jayanti (100341400712) 6. Meisa Nisrina (100341400706) The Learning University
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MACAM-MACAM GAYA BELAJAR
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
yang Dibina oleh Dr. Endang Suarsini,M.Ked.
Oleh Kelompok 6 :
1. Yesi ( )
2. Ahmad Habibul Wahid (100341400718)
3. Asti Sevita (100341404375)
4. Efi Kurniasari (100341400701)
5. Irma Dwi Jayanti (100341400712)
6. Meisa Nisrina (100341400706)
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena
itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia
yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara - negara
lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal
maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang
mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan
bangsa di berbagai bidang.
Setiap manusia sejak lahir pasti mengalami suatu perubahan.
Perubahan dapat terjadi akibat adanya proses belajar. Belajar merupakan
suatu proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Pada umumnya salah
satu tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Belajar terjadi
bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Belajar dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan,
ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses
pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan,
ketrampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka
kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari ketrampilan atau
pengetahuan di atasnya itu. Dalam proses pembelajaran terdapat macam –
macam gaya belajar. Macam – macam gaya belajar dapat digolongkan
menjadi Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual atau SAVI. Seorang
guru, sangat penting untuk mempelajari gaya – gaya belajar ini, untuk
memperlancar kegiatan belajar – mengajar. Oleh karena itu, perlu
mengangkat materi mengenai macam - macam gaya belajar dalam
makalah ini.
B. Rumusan Malasah
Berikut ini adalah rumusan masalah pada makalah ini:
1. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar
Somatis?
2. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar
Auditori?
3. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar Visual?
4. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar
Intelektual?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
5. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar
Somatis.
6. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar
Auditori.
7. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar
Visual.
8. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar
Intelektual.
BAB II
KAJIAN TEORI
Gaya belajar seorang anak didik dikaitkan dengan persepsi dan indranya.
Cara melihat, mendengarkan, memperhatikan, menyimak, melakukan dan
meniru gerakan tubuh selama belajar berpengaruh terhadap peningkatan
kompetensi. Indra anak didik yang terlatih dengan baik akan mempercepat daya
tangkap dan mengaktifkan memori jangka panjang. Gaya belajar menurut Dave
Meier dalam bukunya The Accelerated Learning dikenal dengan sebutan
pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI adalah salah satu pendekatan yang
mengintegrasikan unsur somatis, auditori, visual dan intelektual dalam
pembelajaran. Pendekatan SAVI ini dapat diterapkan dalam pembelajaran
faroidh (Anonim1, 2009)
Pendekatan SAVI
SAVI singkatan dari Somatis, Auditori, Visual dan Intektual. Teori
yang mendukung pendekatan SAVI adalah Accelerated Learning. Pendekatan
SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang
paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan
segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu
lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.
Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis,
kreatif dan hidup. Para pembelajar sukses, boleh jadi belajar dalam berbagai
cara yang berbeda tetapi satu hal yang sama-sama mereka miliki adalah
pendekatan aktif terhadap pembelajaran. Mereka tidak pernah duduk dengan
pasif mendengarkan atau membaca (Anonim1, 2009).
Menurut Meier (2002:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI
adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan Aktifitas
Intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada
pembelajaran (Anonim1, 2009)
Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatis, Auditori, Visual
dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
1) Somatis
Somatis berasal dari bahasa Yunani yaitu somatis yang berarti tubuh –
soma (seperti dalam psikosomatis). Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat
diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Jadi, belajar somatis berarti
belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Hal ini dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang
memanfaatkan dan melibatkan tubuh. Menurut Meier (2005:92) pembelajaran
somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera
peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan
pembelajaran berlangsung). De Porter dkk. (2000: 85) juga menyatakan
bahwa belajar somatis mengakses segala jenis gerak dan emosi, diciptakan
maupun diingat (Munir, 2007)
Pada dasarnya komponen somatis ini memberikan kebebasan anak didik
untuk bergerak saat menerima pelajaran, merangsang pikiran dan tubuh di dalam
kelas dalam menciptakan suasana belajar anak didik aktif secara fisik. anak
didik dapat menciptakan gambar atau menjalankan pelatihan belajar aktif,
misalnya dengan simulasi, permainan belajar dan yang lainnya (Meier,2005:95)
(Munir, 2007).
Menurut De Porter dkk. (2000: 85), anak didik yang belajar secara
somatis sering:
a. Banyak bergerak.
b. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi
secara fisik.
c. Mengingat sambil berjalan.
Adapun aktivitas yang sesuai dengan gaya belajar somatis dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
2. Membuat suatu kegiatan untuk membuktikan atau mengkostruksi rumus
3. Memperagakan suatu proses atau seperangkat konsep
4. Memperagakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin
tahu pada anak didik.
5. Menjalankan pelatihan belajar aktif (Anonim1, 2009).
“Somatic is learning by moving and doing”. Model belajar somatis,
biasanya anak lebih suka bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain,
dan praktik (doing) secara langsung. Strategi pembelajaran yang baik bagi anak
somatis adalah demonstrasi, role-playing, games, atau strategi-strategi
pembelajaran yang menekankan anak bekerja secara aktif dengan seluruh
tubuhnya. (Arifin: 2011)
Somatis di sini dinamakan dengan ’’Learning by moving doing’’ (Belajar
dengan belajar dan bergerak). Jadi cara belajar somatis adalah pola pembelajaran
yang menekankan pada aspek gerakan tubuh dalam belajar untuk merangsang
pikiran tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat orang bangkit dari
tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua
pembelajaran memerlukan aktifitas belajar fisik, tetapi dengan berganti-ganti
menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, akan membantu
pembelajaran pada setiap peserta didik. Jadi antara tubuh dan otak (pikiran)
adalah satu dan harus saling menggiring, karena tersebar diseluruh tubuh dan
terbukti tubuh tidak akan bergerak jika pikiran tidak beranjak (Arifin: 2011).
2) Auditori
Belajar Auditorial adalah sebuah gaya belajar seseorang yang lebih efektif
dengan cara mendengarkan informasi yang disampaikan secara lisan. Seperti
dalam pidato, ceramah maupun pembicaraan lain. Pelajar Auditorial sering
menggunakan kata-kata atau ujaran seperti “kedengarannya bagus” atau “ding
dong” ketika menemukan sebuah penyelesaian. Mereka (pelajar Auditorial) akan
lebih fokus pada apa yang ia dengar atau apa yang orang bicarakan (Anonim,
2008).
3) Visual
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu
agar mereka paham gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau
melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu
(informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap
warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara
langsung,kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran
secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
1. Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu :
2. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
3. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
4. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat
teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
5. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan
orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
6. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
7. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
8. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa
terganggu
4) Intelektual
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan
manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan,
makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut. Intelektual adalah bagian
diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan
manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf