POST PARTUMA. Definisi Puerperium / nifas adalah masa sesudah
persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Post partum adalah proses
lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam. . (Abdul Bari Saifuddin,2002 )Seksio sesaria adalah
suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram.Operasi
caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi
sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan. Seksio sesarria
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahaim (Marjoen, 2001).Jadi dapat disimpulkan
bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran
bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
seperti semula tanpa adanya komplikasi. Selama masa pemulihan
tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik
secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat
fisiologis, namun jika tidakdilakukan pendampingan melalui asuhan
kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akanterjadi keadaan
patologisB. Anatomi Fisiologi1. Alat Reproduksi Bagian DalamAlat
reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung
telur), tuba fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina
(saluran kelamin).a. Ovarium Ovarium berjumlah sepasang yang
terdapat di rongga perut, yaitu tepatnya di sebelah kiri dan kanan
daerah pinggang. Fungsi ovarium ini untuk menghasilkan sel telur
atau ovum dan hormon-hormon kelamin wanita, seperti progesteron dan
. Ovarium dilindungi oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung
folikel-folikel. Setiap folikel berisi sebuah sel telur yang
diselubungi satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Folikel
merupakan suatu struktur yang berbentuk bulatan-bulatan dan
terdapat di sekeliling oosit, berguna sebagai penyedia makanan dan
pelindung bagi sel telur yang sedang mengalami pematangan.b. Tuba
Fallopi Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah
sepasang. Tuba fallopi ini merupakan suatu saluran yang
menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Tuba fallopi terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan bagian tuba fallopi
yang terletak dekat uterus atau rahim, ampula, yaitu daerah yang
berbentuk lengkungan yang terletak di atas ovarium, dan
infudibulum, yaitu daerah pangkal tuba fallopi yang berbentuk
corong (fimbria). Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong
disebut pula infudibulum. Infudibulum mengandung tonjolan-tonjolan
seperti kaki cumi-cumi yang berjumbai-jumbai disebut fimbriae.
Fimbriae ini berperan untuk menangkap ovum. Ovum yang telah
ditangkap fimbriae, kemudian diangkat oleh tuba fallopi. Dengan
adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang bersilia,
ovum kemudian diangkat menuju rahim. Dengan demikian, tuba fallopi
memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk menyalurkan ovum menuju
uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok bagi proses pembuahan
dan perkembangan telur sebelum fertilisasi terjadi.c. Uterus Uterus
lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu ruang
yang disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah pear dan
berotot cukup tebal. Pada wanita-wanita yang belum pernah
melahirkan, ukuran panjang rahimnya adalah 7 cm dengan lebar antara
4 cm sampai 5 cm. Pada rahim bagian bawah bentuknya mengecil dan
dinamakan serviks uterus, sedangkan bagian yang lebih besar disebut
badan rahim atau corpus uterus. Rahim pada manusia dan mamalia
tersusun atas tiga lapisan, yaitu perimetrium, meiometrium, dan
endometrium. Pada lapisan endometrium dihasilkan banyak lendir,
serta terdapat banyak pembuluh darah. Lapisan endometrium ini
mengalami proses penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya
apabila tidak terdapat zigot yang terimplantasi (tertanam). Uterus
ini merupakan tempat untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.Di
samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian, yaitu fundus,
bagian paling atas yang berdekatan dengan saluran telur, ismus
bagian tengah rahim, dan serviks yang sering kali disebut sebagai
leher rahim adalah bagian paling bawah dan tersempit, yang
memanjang sampai vagina.d. Vagina Merupakan bagian dalam kelamin
wanita yang berbentuk seperti tabung dilapisi dengan otot yang
arahnya membujur ke arah bagian belakang dan atas. Bagian dinding
vagina lebih tipis dibandingkan dengan dinding rahim dan terdapat
banyak lipatan-lipatan. Lipatan-lipatan tersebut berguna untuk
mempermudah jalannya proses kelahiran bayi. Di samping itu, pada
vagina juga terdapat lendir yang dikeluarkan oleh dinding vagina
dan sepasang kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar bartholi.
Vagina ini merupakan organ persetubuhan (kopulasi) pada wanita.2.
Alat Reproduksi Bagian Luar Alat reproduksi bagian luar pada wanita
disebut vulva, terdiri atas labia mayora, mons pubis, labia minora,
organ klitoris, orificium uretra, dan himen (selaput dara). Labia
mayora adalah bibir bagian luar dari vagina yang tebal dan
berlapiskan lemak, sedangkan mons pubis merupakan bagian tempat
bertemunya dua bibir vagina dengan bagian atas yang terlihat
membukit. Labia minora atau bibir kecil, yaitu sepasang lipatan
kulit pada vagina yang halus dan tipis serta tidak mengandung
lapisan lemak. Organ klitoris, merupakan bagian vagina yang
berbentuk tonjolan kecil yang sering kali disebut klentit. Adapun
orificium uretra adalah muara saluran kencing yang letaknya tepat
di bawah organ klitoris. Di bagian bawah saluran kencing yang
mengelilingi tempat masuk ke vagina, terdapat himen yang dikenal
dengan nama selaput darah C. Periode fisiologis dan psikologis 1.
Perubahan Fisika. Uterus Secara berangsur angsur menjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah
plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi
sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari
ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi
ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada
tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.b.
Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi
lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1
jari. c. Endometrium Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di
tempat implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium
setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin .d.
Lochea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea
rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium.1) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi
darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari desidua, verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium.2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna
merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan3)
Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.4) Lochea Alba : cairan putih setelah
2 minggu.5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan
seperti nanah berbau busuk.6) Lochea stasis : lochea tidak lancar
keluarnya.e. Sistem Endokrin Terjadi penurunan kadar HPL (Human
Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol serta plasenta enzyme
insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium.
Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar.
Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu post partum.
Penurunana ini berkaitan dengan pembengkakan dan diuresis cairan
ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama hamil. Pada wanita
yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
post partum hari ke- 17.f. Pembuluh Darah Rahim Dalam kehamilan,
uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan
pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.g.
Dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan dinding perut
longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya akan pulih kembali
dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari
otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di
garis tengah terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan. h.
Bekas Implantasi Placenta Placental bed mengecil karena kontraksi
dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2
minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya
pulih.2. Perubahan Psikologis Adaptasi psikologis post partum
menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut :
a. Periode Taking In1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan2)
Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang
lain, mengharapkan segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang
lain. 4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan
tubuhnya5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang6) Diperlukan lingkungan yang
kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan
keadaan tubuhnya seperti sediakala. 7) Nafsu makan bertambah
sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan
menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.b. Periode Taking
Hold1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan2) Pada fase ini ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi3) Ibu
menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena
itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat4)
Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya5) Pada periode ini ibu
berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang
air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi
seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri
dan bayinyac. Periode Letting Go1) Berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. 2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke
rumah3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya4) Keinginan untuk
merawat bayi meningkat5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih
yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues.D.
Etiologi 1. Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:a. Atonia
Uterib. Retensi Plasentac. Sisa Plasenta dan selaput ketuban1)
Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).2) Tidak ada
kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).d. Trauma jalan lahir1)
Epiostomi yang lebar2) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks
dan rahim.3) Rupture uteri.e. Penyakit darahKelainan pembekuan
darah misalnya afibrinogenemia / hipofibrinogenemia. Tanda yang
sering dijumpai yaitu :1) Perdarahan yang banyak2) Solusio
Plasenta3) Kematian janin yang lama dalam kandungan4) Pre eklampsia
dan eklampsia5) Infeksi, hepatitis dan syok septic.f. Hematomag.
Inversi Uterus2. Penyebab umum sasieo sesaria a. Etiologi yang
berasal dari ibu Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak,
primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo
pelvik (disproporsi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa
terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan
perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya
). b. Etiologi yang berasal dari janin Fetal distress / gawat
janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forseps ekstraksi.
E. Manifestasi klinis Gejala Klinis umum yang terjadi adalah
kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi
lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.Gejala Klinis berdasarkan penyebab:1.
Atonia Uteri Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan
lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan
postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan
darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin,
gelisah, mual dan lain-lain)
2. Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada: perdarahan
segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi
uteru baik, plasenta baik.. Gejala yang kadang-kadang timbul:
pucat, lemah, menggigil3. Retensio plasenta Gejala yang selalu ada:
plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi
uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus
akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjutan4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) Gejala yang
selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang5. Inversio Uterus Gejala yang selalu ada: uterus
tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika
plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau
berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan
pucat.
F. Patofisiologi Dalam masa post partum atau masa nifas,
alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping
involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mama. Otot-otot uterus berkontraksi segera post
partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot
uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira
setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari
sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala. Adanya beberapa kelainan / hambatan
pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir
secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia,
distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi
yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai
proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan
menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko
infeksi.G. Pemeriksaan medis Sebelum terjadi persalinan sebenarnya
beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya
atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :1. Lightening
atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu
kentara.2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.3.
Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.4. Perasaan sakit perut
dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut false labor pains.5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar
dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah (bloody shoe).H.
Komplikasi Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:1. Atonia
Uteri2. Retensi Plasenta3. Sisa Plasenta dan selaput ketubana.
Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)b. Tidak ada
kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)4. Trauma jalan lahira.
Episiotomi yang lebarb. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks
dan rahimc. Rupture uteri5. Penyakit darahKelainan pembekuan darah
misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian1. Identitas klien dan
penanggung2. Keluhan utama klien saat ini3. Riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara4. Riwayat
penyakit keluarga5. Keadaan klien meliputi :a. SirkulasiHipertensi
dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mLb. Integritas
egoDapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.c. Makanan dan cairanAbdomen lunak
dengan tidak ada distensi (diet ditentukan)d. NeurosensoriKerusakan
gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.e.
Nyeri / ketidaknyamananMungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber
karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek
anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.f. PernapasanBunyi paru
- paru vesikuler dan terdengar jelas.g. KeamananBalutan abdomen
dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.h. SeksualitasFundus
kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.B.
Diagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan bekas luka post op sc 2.
gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung
kemih3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek
anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik4.
Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri pembedahan
C. Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan bekas lukaTujuan:Nyeri
hilang, berkurang Kriteria hasil Klien mengungkapkan nyeri
berkurang, klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri
2. Observasi TTV
3. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
4. Anjurkan penggunaaan teknik relaksasi. 5. Kolaborasi
pemberian analgetik1. Untuk mengetahui skala nyeri dan memberikan
tindakan selanjutnya2. Dapat mengidentifikasi ketidaknyamanan3.
memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan
mengurangi nyeri secara bertahap.4. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
5. Obat analgetik di berikan untuk menghilangkan rasa nyer
2. Gangguan eliminasi urineTujuan dan Kreteria Evaluasi: Setelah
diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi
(BAK),ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2
liter/hari.IntervensiRasional
1. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
2. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.3. Berikan teknik
merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.4.
Kolaborasi pemasangan kateter.
1. mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan
tepat2. melatih otot-otot perkemihan
3. agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan
sehingga tidak ada retensi4. mengurangi distensi kandung kemih.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisikTujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri, dengan kriteria hasil :a.
Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinyab. Kebutuhan ADL
terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan pada ibu tentang bagaimana cara
melakukan perawatan diri
2. Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan (misalnya : perawatan
mulut, mandi dan vulva hygiene)
3. Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kondisi tubuh
dengan mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu1. Bimbingan dan
demonstrasi yang benar dapat memberi contoh bagi ibu untuk dapat
melakukannya dengan baik bila telah pulang dari rumah sakit2.
Bantuan tindakan dapat membantu ibu dalam memenuhi perawatan
dirinya yang tidak mampu dilakukan secara mandiri 3. Untuk
mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya
komplikasi
4. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, karakteristik payudara.Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan
proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.Intervensi
Rasional
1. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
2. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
3. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui 1. membantu
dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan
intervensi yang tepat.
2. posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang
dapat merusak dan mengganggu.3. agar kelembapan pada payudara tetap
dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKADoenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan
Maternal Edisi 3. Jakarta : EGCMansjoer, Arief. 1999. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta :
Mediahttp://dwitasari37.blogspot.com/search?q=post+partumwww.tugaskesehatan.com/2012/05/anatomi-dan-fisiologi-organ-reproduksi.htmlSarwono,
Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT
GramediIstyandari, 2003. Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op
Secsio Cesarea. Diakses pada www.ilmukeperawatan.com tanggal 20
februari 2014
1