Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita. Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai dengan terjadinya pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil. Proses menstruasi umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50 tahun-an. Setiap wanita memiliki rentang waktu yang berbeda- beda. Siklus mentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali. Namun ada juga wanita yang mengalami siklus yang belum teratur atau di luar jangka waktu di atas. Menstruasi terjadi selama 3 sampai dengan 7 hari. Jika anda mengalami proses menstruasi di luar ketentuan umum, konsultasikanlah dengan dokter kandungan untuk mengetahui penyebabnya dan pastikan bahwa tidak terdapat kelainan atau penyakit yang berkaitan. Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah yang di keluarkan 25 sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses menstruasi, secara umum wanita sering mengalami pening-pening, kram perut, lemas dan pegal pada area paha dan pinggang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar penyakit dari disminore? 1
27

LP Disminore

Mar 11, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LP Disminore

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada

setiap wanita. Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim

(endometrium) yang disertai dengan terjadinya pendarahan. Proses

menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil. Proses menstruasi

umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50

tahun-an. Setiap wanita memiliki rentang waktu yang berbeda-

beda. Siklus mentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali.

Namun ada juga wanita yang mengalami siklus yang belum

teratur atau di luar jangka waktu di atas. Menstruasi terjadi

selama 3 sampai dengan 7 hari. Jika anda mengalami proses

menstruasi di luar ketentuan umum, konsultasikanlah dengan

dokter kandungan untuk mengetahui penyebabnya dan pastikan bahwa

tidak terdapat kelainan atau penyakit yang berkaitan.

Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah

yang di keluarkan 25 sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses

menstruasi, secara umum wanita sering mengalami pening-pening,

kram perut, lemas dan pegal pada area paha dan pinggang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar penyakit dari disminore?

1

Page 2: LP Disminore

2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawaatan pada pasien

disminore?

C. Tujuan

Tujuan Umum : Untuk memenihi tuga dari sistem reproduksi II

yang telah diberikan

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakir disminore

2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan bagi pasien

disminore

BAB II

Pembahasan

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Penyakit

Dismenore adalah perasaan nyeri pada waktu haid dapat

berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi

gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua

bentuk yaitu dismenorre primer dan dismenorre sekunder.

Dismenore (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul

menjelang dan selama mentruasi ditandai dengan gejala kram

pada abdomen bagian bawah (Djuanda, Adhi.dkk, 2008).

2

Page 3: LP Disminore

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebebkan

karena adanya kejang otot uterus . (Price, 2002)

2. Epidemiologi

Angka kejadian nyeri pada wanita di Indonesia mencapai

angka 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita tipe

sekunder, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan

tindakan apapun, dan ini akan menurunkan kualitas hidup

masing-masing individu (Proverawati & Misaroh, 2009). Nyeri

menstruasi menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari dan

harus absen dari sekolah 1 – 7 hari setiap bulannya pada 15

% responden berusia 15 – 17 %. Remaja yang mengalami nyeri

menstruasi berat mendapat nilai yang rendah ( 6, 5 %),

menurunnya konsentrasi (87,1%), dan absen dari sekolah

(80,6%).

(Tangchai, 2004)

3. Etiologi

Etiologi dapat diklasifikasikan menurut macam dari disminore

itu sendiri.

a. Disminore Primer : Jumlah prostaglandin F2α yang berlebih

pada darah menstruasi, yang merangsang aktivitas uterus

b. Disminore sekunder : Timbul karena adanya masalah fisik,

seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis

serviks, atau penyakit radang panggul.

(Price, 2002)

3

Page 4: LP Disminore

4. Gejala Klinis

Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari

dismenore adalah

a. Dimenore primer

1) Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun

2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

3) Sering terjadi pada nulipara

4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic

5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari

pertama atau kedua haid

6) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic

7) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

8) Sering memberikan respon terhadap pengobatan

medikamentosa

9) Pemeriksaan pelvik normal

10) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan,

nyeri kepala

b. Dismenore sekunder

1) Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun

2) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

3) Tidak berhubngan dengan siklus paritas

4) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul

4

Page 5: LP Disminore

5) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan

keluarnya darah

6) Berhubungan dengan kelainan pelvic

7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

8) Seringkali memerlukan tindakan operatif

9) Terdapat kelainan pelvic

Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa

bagian, berdasarkan gradenya :

0 : Tidak disminore

1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang

membutuhkan obat, namun jika obat dikonsumsi dapat

efektif mengurangi nyeri

2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat,

dan obat tersebut efektif mengurangi nyeri

3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas,

membutuhkan obat, tapi obat jarang efektif dalam

mengurangi rasa nyeri

( Reece & Barberie, 2009)

5. Patofisiologi

Saat fase luteal, korpus luteum berdegenerasi karena

tidak terjadi pembuahan dan implantasi. Maka kadar estrogen

dan progesterone di sirkulasi akan menurun drastic.

5

Page 6: LP Disminore

Penurunan kadar hormone tersebut merangsang pengeluaran

prostaglandin uterus. Prostaglandin adalah suatu nyeawa yang

berasal dari fosfolipid. Melalui enzim fosfolipase,

fosfolipid akan diubah menjadi as. Arakidonat. Asam ini akan

disiklasi menjadi prostaglandin endoperoksida siklik dalam

bentuk PGG2 dengan bantuan enzim endoperoksida isomerase dan

peroksidase. Selanjutnya PGH2 diubah menjadi PGF2α dibentuk

oleh enzim PGF2α reduktase dan peroksidase. Prostaglandin

yang dihasilkan tersebut akan menginduksi terjadinya

kontraksi uterus. Kontraksi uterus selama menstruasi mulai

dari tekanan basal < 10mmHg, sehingga menghasilkan tekanan

intrauterine yang lebih tinggi sapai sering mencapi 150 –

180 mmHg dan juga bisa melebihi 400mmHg, frekuensi lebih

sering yaitu <4 – 5 setiap 10 menit dan tidak beritme atau

berkoordinasi karena kontraksi dari uterus yang

berkepanjangan menyebabkan aliran darah keuterus akan

menurun, sehingga uterus akan mengalami iskemia. Selama

uterus iskemia maka akan terjadi metabolisme anaerob, dimana

hasilnya akan merangsang saraf nyeri kecil tipe C yang akan

memberikan kontribusi untuk terjadinya dismenore. Nyeri

tersebut dapat menyebar kearah pinggang dan paha di

karenakan, pada uterus dipersarafi oleh T12, L1, L2, L3, S2,

S3 dan S4 yang memberikan penyebaran nyeri ke pinggang dan

paha (Rasjdid, 2008). Selain itu PGF2α dan PGE2 juga dapat

menyebabkan timbulnya keluhan seperti diare, mual, muntah,

dll (Fritz & Speroff, 2010)

6

Page 7: LP Disminore

Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat

terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun

paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah

tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively

painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan

pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by

definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant

pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum

termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid),

adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic

inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi

atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006)

mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam

patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis

berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea

sekunder :

a. Endometriosis

b. Pelvic inflammatory disease

c. Tumor dan kista ovarium

d. Oklusi atau stenosis servikal

e. Adenomyosis

f. Fibroids

g. Uterine polyps

h. Intrauterine adhesions

i. Congenital malformations (misalnya: bicornateuterus, subseptate uterus)

7

Page 8: LP Disminore

j. Intrauterine contraceptive device

k. Transverse vaginal septum

l. Pelvic congestion syndrome

m. Allen-Masters syndrome

6. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi menurut etiologinya, dismenore di

bagi menjadi dismenore primer dan sekunder.

a. Primer

Dismenorea ini terasa sangat nyeri tanpa patologis

pelvis yang dapat diidentifikasi. Dapat terjadi [ada

waktu menarke ata segera setelahnya. Dismenorea ditandai

dengan oleh nyeri kram yang dimulais sebelum atau segera

setelah awitan aliran menstrual dan berlanjut sampai

beberapa 48 atau 72 jam. Jarang ada yang sampau 72 jam. (

Brunner & Suddarth, 2002)

Gejala utama adalah nyeri, nyeri dapat tajam, tumpul,

siklik, atau menetap. Gejala sistemik yang menyertai

adalah berupa mual, diare, sakit kepala, dan perubahan

emosional (Price, 2002)

Faktor psikologis seperti ansietas dan ketegangan juga

dapat menunjang dismenorea. Dengan bertambahnya usia

wanita, nyeri cenderung hilang, dan akan hilang sama

sekali setelah melahirkan anak (Brunner & Suddarth, 2002)

8

Page 9: LP Disminore

b. Sekunder

Dismenore sekunder terjadi bila terdapat gangguan

patologis pelvis, seperti endometriosis, tumor, atau

penyakit inflammatory. Biasanya mereka mengalami nyeri

sebelum haid, disertai ovulasi dan kadang kala pada saat

melakukan hubungan seksual. (Brunner & Suddarth, 2002)

Sedangkan berdasarkan klasifikasi menurut jenis nyerinya :

a. Nyeri Spasmodik

Nyeri ini terasa dibagian bawah perut dan berawal

sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai.

Biasanya perempuan terpaksa harus berbaring karena

terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat

mengerjakan apapun. Ada diantara mereka yang pingsan,

mereka sangat mual, bahkan ada yang benar benar muntah.

Kebanyak dari mereka adalah wanita muda, walaupun

dijumpai juga pada wanita umur 40 th keatas. Disminore

spasmodic dapat diobat atau paling tidak dikurangi dengan

lahirnya bayi pertama, walaupun banyak pula perempuan

yang tidak mengalami gejala seperti itu.

b. Nyeri Kongestif

Penderita disminore kongestif yang biasanya akan tahu

sejak berharihari sebelumnya bahwa masa haidnya akan

segera tiba mungkin mengalami pegal, sakit pada buah

dada, perut kembung tidak menentu, pakaian dalam terasa

9

Page 10: LP Disminore

terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada

paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah

tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh,

terganggu tidur, dan muncul memar dipaha dan lengan atas.

Semua itu merupakan symptom pegal menyiksa yang

berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2

minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu

menimbulkan nyeri jika sedang berlangsung. Bahkan sekian

hari pertama masa haid orang yang menderita dismonore

kongesif akan merasa lebih baik.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane

mukosa bibir

2) Dada :

Paru : peningkatan frekuensi nafas

Jantung : Peningkatan denyut jantung

3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara

4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab

nyeri, Kualitas nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan

terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa lama

5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien

6) Integumen : kaji turgor kulit

8. Pemeriksaan Dignostik

10

Page 11: LP Disminore

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan

dismenore adalah :

a. Tes laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap : normal.

2) Urinalisis : normal

b. Tes diagnostic tambahan

- Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau

kelainan pelvis yang lain.

9. Therapi

Therapi diberikan berdasarkan klasifikasi dismenore.

Pada nyeri primer diberikan agen antiinflamasi nonsteroid,

yang menyekat sistensis prostaglandin melaluo penghambatan

enzim siklooksigenase, misalnya : ibuprofen (Motrin),

naproxen, alleve, Anaprox, Naproxyn, dan as. Mefenamat

(ponstel).

Dengan pemberian obat-obatan ini biasanya wanita akan

mengalami efek samping pada gastrointestinal. Kontra

indikasi obat-obatan ini adalah pada wanita dengan alergi,

riwayat ulkus peptikum, sensitive terhadap aspirin, asma dan

terjadinya kehamilan. (Brunner & Suddarth, 2002)

Terapi akan baik bila dilaksanakan sebelum gejala

menstruasi sampai gejala berkurang.

Dapat juga diberikan kontrasepsi oral, yang berfungsi

menghambat prostaglandin endometrium oleh progesterone.

Obat-obatan ini akan menurunkan jumlah menstruasi sehingga

menurunkan konsentrasi prostaglandin. (Price, 2002)11

Page 12: LP Disminore

Pemberian analgesic sebelum kram mulai, juga dapat

mengurangi rasa nyeri. Aspirin, inhibitor prostaglandin

ringan juga dapat di berikan sesuai dosis, biasanya

dianjurkan setiap 4 jam.

Sedangkan, tindakan yang dapat dilakukan untuk nyeri

sekunder adalah mengobati penyakit yang mendasarinya.

Primer SekunderGejala Kram dan disertai gejala

sistemik yang berlangsung

sebelum awitan sampai 2

– 3 hari setelah awitan

pada wanita

Nyeri, yang terjadi

beberapa hari

sebelum awitan,

pada ovulasi, dan

pada saat melakukan

hubungan seksualPenyebab Produksi prostaglandin

yang berlebih

Adanya penyakit

patologis yang

mendasariPenanganan Antiprostaglandin,

latihan dan kontrasepsi

oral

Evaluasi dan

pengobatan untuk

penyebab yang

spesifik

(penyakitnya)(Brunner & Suddarth, 2002)

10. Penatalaksanaan

12

Page 13: LP Disminore

Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan

dan pasien ditenangkan bahwa menstruasi adalah fungsi

normal dari sistem reproduktif.

Jika pasien muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus

ditenangkan dan diberikan pengetahuan mengenai hal ini.

Banyak anak perempuan yang menduga bahwa mereka akan

mengalami periode haid yang sangat menyakitkan apabila ibu

mereka mengalaminya juga. Keram yang tidak nyaman dapat

diatasi jika kecemasan dan kekawatiran terhadap

signifikansi gejala tersebut dijelaskan secara adekuat.

Gejala biasanya menghilang dengan medikasi yang sesuai.

Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya

dan untuk meningkatkan latihan fisik karena latihan

memberikan dasar neurofisiologis untuk peredaan.

Terapi lain yang bisa dilakukan misalnya :

1. Therapi kompres hangat : Kompres hangat ditujukan agar

memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit,

memperlancar pengeluaran cairan, merangsang peristaltik

usus dan memberikan rasa nyaman klien.

2. Therapy Relaksasi Progresif :

a. Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan

relaksasikan bagian tersebut. Arahkan nafas ke telapak

kaki dan tumit dan relaksasikan bagian tersebut,

kemudian hembuskan

13

Page 14: LP Disminore

b. Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah

dari tumit ke lutut dan relaksasikan. Pertama kaki kiri

kemudian kaki kanan. Hembuskan nafas, rasakan relaksasi

dari ujung kaki ke atas.

c. Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul

kemudian relaksasikan. Hembuskan nafas.

d. Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang,

relaksasikan dan hembuskan.

e. Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung,

relaksasikan dan hembuskan nafas.

f. Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari,

relaksasikan dan hembuskan nafas.

g. Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan

rahang. Biarkan rahang turun, rasakan kenyamanan saat

otot tersebut relaksasi. Biarkan perasaan relaksasi ini

menyebar ke otot leher, tenggorokan dan lidah,

hembuskan nafas.

h. Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.

3. Imagery Guided

Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk

menciptakan gambaran mental yang serealistik mungkin dari

keadaan atau perilaku baru yang ingin kita bentuk. Secara

berkala kegiatan difokuskan pada perhatian tentang

gambaran mental tersebut, sehingga diharapkan akhirnya

dapat menjadi kenyataan. Sebaiknya dilakukan di pagi hari

14

Page 15: LP Disminore

dan hari yang sama (bila dilakukan sesaat setelah bangun

tidur pagi hari, akan mengangkat semangat sepanjang

hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, selama 5-15

menit. Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan

posisi yang nyaman, boleh dilakukan dengan posisi duduk

di lantai dengan punggung bersandar pada dinding atau

duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan

diletakkan di paha atau di lutut. Rilekskan tubuh dan

fikiran sedalam mungkin sehingga fokus perhatian dapat

dilakukan secara penuh tertuju pada gambaran mental yang

ingin diciptakan.

4. Yoga

Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang

menumpuk di bagian pinggang yang menyebabkan nyeri haid,

lakukan latihan yoga sekitar 30 menit dengan kombinasi

gerakan dan nafas dalam ( tehnik relaksasi progresif)

sebagai berikut:

a. Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas

kaki.

b. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang

(lakukan selama 2 menit)

c. Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar

di atas kepala, lakukan selama 2 menit.

d. Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki,

lakukan selama 1 menit.

15

Page 16: LP Disminore

e. Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan

membungkuk dengan kedua tangan ke arah kaki kanan

sambil mencium lutut kanan, lakukan selama 2 menit.

Selanjutkan ganti ke posisi berlawanan.

f. Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium

kedua lutut, tangan memegang kedua jari kaki, lakukan

selama 2 menit.

g. Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan

badan sujud ke depan, lakukan selama 2 menit.

h. Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas,

tumpuan pada kedua lengan, lakukan selama 2 menit.

i. Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan

ditekuk dan dipegang tangan kiri, badan memutar kearah

belakang, lakukan selama 3 menit

j. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang,

lakukan selama 2 menit.

k. Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua

tangan diatas kepala melingkar, lakukan selama 3 menit.

l. Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan

diletakkan disamping badan, posisi rileks, lakukan

selama 5-10 menit.

16

Page 17: LP Disminore

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata klien

Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi

Pendidikan      : pendidikan pasien sangat mempengaruhi

tingkat pengetahuan pasien mengenai menstruasi

Pekerjaan        : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas

pasien) juga mempengaruhi terjadinya gangguan

menstruasi

b. Alasan MRS

Keluhan utama :

Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian

perut disertai dengan mual muntah, pusing dan merasakan

badan lemas.

c. Riwayat haid

Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang

keluar, konsistensi, siklus haid.

d. Riwayat penyakit dahulu

17

Page 18: LP Disminore

Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana

cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat

pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai

saat ini atau kambuh berulang–ulang

e. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti

yang pasien alami.

Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)

a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena

ketidaktahuan atau kurangnya informasi/ pengetahuan

mengenai Dismenore.

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan

nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami

penurunan.

c. Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola

eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji

frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola

eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji

18

Page 19: LP Disminore

frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada

kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

d. Pola Tidur dan Istirahat

Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut

sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah

terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur

(penekanan pada perineum)

e. Pola Aktivitas

Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan

disminorre di anjurkan untuk istirahat.

f. Pola Hubungan dan Peran

Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan

dalam masyarakat. Karena klien tidak harus menjalani

rawat inap.

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena

ketidaktahuan atau kurangnya informasi/ pengetahuan

mengenai Dismenore.

h. Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi

gangguan, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul

19

Page 20: LP Disminore

gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami

gangguan. Namun timbul rasa nyeri pada perut bagian

bagian bawah.

i. Pola Reproduksi Seksual

Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi

terjadinya gangguan menstruasi.

j. Pola Penanggulangan Stress

Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan

dirinya, yaitu mengenai adanya kelainan pada sistem

reproduksinya.

k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan

beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi.

Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan

gerak klien.

l. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane

mukosa bibir

2) Dada :

Paru : peningkatan frekuensi nafas

Jantung : Peningkatan denyut jantung

3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara

20

Page 21: LP Disminore

4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji

penyebab nyeri, Kualitas nyeri, Region nyeri, Skala

Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa

lama

5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien

6) Integumen : kaji turgor kulit

2. Diagnosa

a. Nyeri akut b/d agen cidera

b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum

c. Risiko Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan

aktif

d. Ansietas b/d ancaman status kesehatan

21

Page 22: LP Disminore

22

Page 23: LP Disminore

23

Page 24: LP Disminore

24

Page 25: LP Disminore

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dismenore adalah nyeri selama mentruasi yang

disebabkan oleh kejang atau uterus,dismenore primer apabila

terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab hanya terjadi

selama siklus – siklus ovalotorik.penyebabnya adalah jumlah

prostaglandin F2a yang berlebihan pada darah mentruasi,yang

meransang hiperaktivitas uterus,gejala utamanya adalah nyeri

,terjadi pada saat awitan mentruasi,nyeri

tajam ,tumpul,siklik,atau menetap dapat berlangsung selama

beberapa jam sampai 1 hari.kadang – kadang ,gejala tersebut

dapat lebih lama dari satu hari tapi jarang melebihi 72

jam.gejala-gejala sistemik yang menyertai berupa

mual,diare,sakit kepala,dan perubahan emosional.

25

Page 26: LP Disminore

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002 Buku Ajar Medikal Bedah ed. 8, vol 2, Jakarta : EGC

Doenges, M.E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke3. Jakarta :EGC

Prince & Wilson. 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6,

Jakarta : EGC

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-itatrisian-6081-2-babii.pdf

http://repository.unand.ac.id/17958/1/PENGARUH%20TERAPI%20MUSIK

%20MOZART%20TERHADAP%20PENURUNAN%20DERAJAT%20NYERI

%20MENSTRUASI.pdf

26

Page 27: LP Disminore

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31657/4/Chapter

%20II.pdf

27