Top Banner
BAB I PENDAHULUAN KONSEP DASAR LANSIA A. Definisi Lansia 1. Penuaan ( menjadi tua ) didenifisikan sebagai waktu dari lahir sampai keadaan saat ini seorang individu hidup, sebagaimana diukur dalam satuan khusus. Tua didefinisikan sebagai telah hidup untuk waktu yang telah lama dan umumnya sinonim dengan istilah negatif, seperti kuno,antik. ( Jaime L. Stockslager, 2008 ). 2. Menurut Nugroho ( 2000 ) menua adalah menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti atau mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. B. Batasan Lansia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ,lanjut usia dikelompokkan menjadi: 1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun. 3. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun C. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan
21

Lp Demensia

Dec 28, 2015

Download

Documents

Erfin Wawe
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lp Demensia

BAB I

PENDAHULUAN KONSEP DASAR LANSIA

A. Definisi Lansia

1. Penuaan ( menjadi tua ) didenifisikan sebagai waktu dari lahir sampai keadaan saat ini

seorang individu hidup, sebagaimana diukur dalam satuan khusus. Tua didefinisikan

sebagai telah hidup untuk waktu yang telah lama dan umumnya sinonim dengan istilah

negatif, seperti kuno,antik. ( Jaime L. Stockslager, 2008 ).

2. Menurut Nugroho ( 2000 ) menua adalah menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti atau mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita.

B. Batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ,lanjut usia dikelompokkan menjadi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah (Nugroho, 2000:19):

1. Hereditas = ketuaan genetik

2. Nutrisi

3. Status kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stres

Page 2: Lp Demensia

D. Teori Proses Menua

1. Teori-Teori Biologi

a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh

molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai

contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan

fungsional sel).

b. "Pemakaian dan Rusak" kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

(terpakai).

c. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh

menjadi lemah dan sakit.

d. Teori "Immunologi Slow Virus" (Immunology Slow Virus Theory)

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke

dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

e. TeoriStres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha

dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

f. Teori RadikalBebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok

atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan

protein.Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

g. Teori RantaiSilang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan,

dan hilangnya fungsi.

h. TeoriProgram

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel

tersebut mati.

Page 3: Lp Demensia

2. Teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.

Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang

aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

3) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari

usia pertengahan ke lnjut usia.

b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini

merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality

yang dimilikinya.

c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-

angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia

menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan

ganda (Triple Loos), yakni :

1) Kehilangan peran (Loos of Role)

2) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contact and Relation Ships)

3) Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to Social Mores and Values)

E. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

1. Perubahan-perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh diantaranya

sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardio vaskuler, sistem pengaturan

temperatur tubuh, sistem respirasi, muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria,

endokrin dan integumen

Keterangan

SelJumlah sedikit, ukurannya banyak (berkurangnya jumlah cairan, atrofi otak, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati)

Page 4: Lp Demensia

Sistem saraf

Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera.

Sistem pendengar

an

Presbiakusis, membran tympani atropi menyebabkan otosklerosis, serumen mengeras karena meningkatnya keratin.

Sistem penglihata

n

Lensa suram, hilangnya daya akomodasi, sfingter pupil timbul sklerosis sehingga hilang respon terhadap sinar

Sistem kardiovask

ular

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer

Sistem pengatura

n temperatu

r tubuh

Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Sistem respirasi

Otot napas kaku dan kehilangan kekuatan, ukuran alveoli melebar dan jumlahnya berkurang, paru kehilangan elastisitas.

Sistem gastrointe

stinal

Peristaltik lemah, mudah konstipasi, asam lambung menurun, nafsu makan menurun.

Sistem genitourin

aria

Kapasitas menurun sampai 200 ml, aliran darah menurun sampai 50%

Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun.

2. Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (Hereditas)

e. Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian

Page 5: Lp Demensia

g. Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan

family

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan konsep diri.

Perubahan mental terdiri dari:

a. Perubahan fisik

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

3. Perubahan psikososial

a. Pensiun

b. Merasakan sadar akan kematian

c. Perubahan dalam cara hidup

d. Ekonomi

e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan

f. Gangguan gizi

g. Gangguan pancaindera

h. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik

4. Perkembangan Spiritual

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).

b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir

dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner, 1970).

F. Permasalahan Pada Lanjut Usia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara

lain (Setiabudhi,1999: 40 - 42):

1. Permasalahan Umum :

a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

Page 6: Lp Demensia

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut

kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.

e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2. Permasalahan khusus :

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental

maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.

d. Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat

individualistik.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan

fisik lansia.

G. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia

Menurut "The national Old People's Welfare Council"

Di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12

macam, yakni (Nugroho, 2000: 42):

1. Depresi mental

2. Gangguan pendengaran

3. Bronkitis kronis

4. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan

5. Gangguan pada koksa / sendi panggul

6. Anemia

7. Demensia

Page 7: Lp Demensia

BAB II

PENDAHULUAN KONSEP DASAR DEMENSIA

A. Definisi

Menurut orang awam demensia disebut suatu kepikunan yaitu istilah deskripsi umum

bagi kemunduran kemampuan intelektual hingga ke titik yang melemahkan fungsi sosial dan

pekerjaan. Demensia terjadi secara sangat perlahan selama bertahun-tahun; kelemahan

kognitif dan behavioral yang hampir tidak terlihat dapat dideteksi jauh sebelum orang yang

bersangkutan menunjukkan hendaya yang jelas (Small dalam Davison dkk, 2006).

Demensia sering dianggap proses yang normal pada orang tua, karena merupakan

proses penuaan karena Lansia selain mengalami kemunduran fisik juga sering mengalami

kemunduran fungsi intelektual. Pudjonarko (2010)

Dalam Durand dan Barlow (2006) demensia adalah onset-gradual fungsi otak yang

melibatkan kehilangan ingatan, ketidakmampuan mengenali berbagai objek atau wajah, dan

kesulitan dalam merencanakan dan penalaran abstrak.

Menurut WHO dalam Clinical Deskriptions and Diagnostic Guidelines for Mental

and Behavioural Disorders dan International Classification of Diseases (10th Revision)

(ICD-10) (2008) demensia memiliki ciri-ciri yang harus ada diantaranya:

1. Kemunduran kemampuan intelektual terutama memori yang sampai menganggu aktivitas-

aktivitas keseharian sehingga menjadikan penderita sulit bahkan tidak mungkin untuk

hidup secara mandiri.

2. Mengalami kemunduran dalam berfikir, merencanakan dan mengorganisasikan hal-hal

dari hari ke hari.

3. Awalnya, mengalami kesulitan menyebutkan nama-nama benda, orientasi waktu, tempat.

Page 8: Lp Demensia

4. Kemunduran pengontrolan emosi, motivasi, perubahan dalam perilaku sosial yang tampak

dalam kelabilan emosi, ketidak mampuan melakukan ritual keseharian, apatis (tidak

peduli) terhadap perilaku sosial seperti makan, berpakaian dan interaksi dengan orang lain.

B. Klasifikasi

Ada bermacam-macam jenis demensia, menurut Durland dan Barlow (2006) ada lima

golongan demensia berdasarkan etiologinya yang telah didefinisikan yaitu :

1. Demensia tipe Alzheimer

Demensia vaskDemensia Alzheimer adalah demensia yang paling banyak terjadi dan

dicirikan oleh kemunduran intelektual yang progresif. Faktor risiko utama adalah usia

yang lanjut, keturunan dan trauma kepala. ular

2. Demensia larena kondisi medis umum

Demensia vaskuler (multi infrak) adalah demensia kedua yang banyak terjdai setelah

demensia Alzheimer. Demensia vaskuler seringkali dicirikan oleh adanya tanda dan

gejala tertentu seperti kemunduran yang bertahap (step-wise), riwayat sroke atau

hipertensi, bukti adanya aterosklerosis, gejala neurologis fokal, dan emosi stabil.

3. Demensia menetap yang diinduksi oleh substansi tertentu

4. Demensia karena etiologi ganda/ multiple

5. Demensia yang tak tergolongkan.

C. Etiologi

1. Penyebab secara biologis

a. Adanya penumpukan protein yang lengket yang disebut anyloid plauques yang

berakumulasi di otak pada penderita demensia. Plak amiloid juga ditemukan pada

lansia yang tidak memiliki gejala-gejala demensia, tetapi juga dalam jumlah yang jauh

lebih sedikit (Bourgeois dkk dalam Durand dan Barlow, 2006)

b. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf

yang semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi. Demensia sosok

Lewy sangat menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam

perubahan mikroskopik yang terjadi di dalam otak.

Page 9: Lp Demensia

c. Stroke yang berturut-turut.Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan

kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini

secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami

kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang berasal

dari stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki

tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan

pembuluh darah di otak.

d. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac

arrest. Penyebab lain dari demensia adalah penyakit parkinson, penyakit pick, AIDS,

penyakit paru, ginjal, gangguan darah, gangguan nurtrisi, keracunan metabolism,

diabetes.

e. Penyebab biologis demensia tidak diketahui penyebabnya hanya saja masalah

kerusakan cortex (jaringan otak). Penelitian otopsi mengungkapkan bahwa lebih dari

setengah penderita yang meninggal karena demensia senile mengalami penyakit

Alzheimer jenis ini. Pada kebanyakan penderita, besar kasar otak pada saat otopsi jauh

lebih rendah yang ventrikel dan sulkus jauh lebih besar dibandingkan yang normal

yang seukuran usia tersebut. Demielinasi dan peningkatan kandungan air pada

jaringan otak ditemukan berdekatan dengan ventrikel lateral dan dalam beberapa

daerah lain di bagian dalam hemifsfer serebrum pad penderita manula

(http://www.scrib.com/doc/24799498/DEMENSIA).

f. Faktor genetik yang berhubungan dengan apoprotein E4 (Apo E4), alela (4)

kromosom 19 pada penderita Alzheimer familial/sporadic. Mutasi 21,1, 14 awal

penyakit. Penyebab lainnya yaitu neorotransmiter lain yang berkurang (defisit) yaitu

non adrenergic presinaptik, serotonin, somatostatin, corticotrophin, releasing faktor,

glutamate, dll.

2. Penyebab secara psikologis

Penderita yang mengalami depresi memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami

demensia. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian oleh Epidemiological Pathways Follow-

Up Study yang dilakukan selama lima tahun pasien yang sudah di diagnosis menderita

demensia.

Depresi meningkatkan risiko demensia, karena kelainan biologis afektif ini

berhubungan dengan penyakit, termasuk tingginya kadar hormon stres kortisol, atau

Page 10: Lp Demensia

masalah sistem saraf otonom yang dapat mempengaruhi jantung, pembekuan darah. Selain

itu faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko demensia karena perilaku umum dalam

kondisi seperti merokok, makan berlebihan, kurang olahraga, dan kesulitan dalam

mengikuti rejimen pengobatan dan perawatan. Gaya hidup yang tidak sehat seperti stres,

tidak mengontrol makanan, jarang berolahraga dapat meningkatkan risiko terkena stroke

dan tekanan darah tinggi yang menyebabkan demensia vaskuler.

3. Penyebab secara sosial

Faktor-faktor kultural juga dapat memengaruhi seseorang mengalami demensia.

Sebagai contoh, hipertensi dan stroke menonjol di kalangan orang-orang Afrika-Amerika

dan orang-orang Asia-Amerika, akibat gaya hidup yang kurang sehat seperti sering

mengkonsumsi alkohol dan makanan-makanan cepat saji dan berpengawet yang

meningkatkan risiko terkena hieprtensi dan stroke yang menyebabkan demensia varskuler

( de la Monte, et all dalam Durand dan Barlow, 2006).

D. Gejala

Gejala-gejala klinis demensia menurut Yatim (2003) meliputi:

1. Hilang atau menurunnya daya ingat serta penurunan intelektual.

2. Kadang-kadang gejala ini begitu ringan hingga luput dari perhatian pemeriksa bahkan

dokter ahli yang berpengalaman sekalipun.

3. Penderita kurang perhatian terhadap sesuatu yang merupakan kejadian sehari-hari dan

tidak mampu berfikir jernih atas kejadian yang di hadapi sehari-hari, kurang inisiatif, serta

mudah tersinggung.

4. Kurang perhatian dalam berfikir.

5. Emosi yang mudah berubah-ubah terlihat dari mudahnya gembira, tertawa terbahak-bahak

lalu tiba-tiba sedih berurai air mata hanya karena sedikit pengaruh lain.

6. Muncul refleks sebagai tanda regresi (kemunduran kualitas fungsi seperti: refleks

mengisap, rrefleks memegang, dan refleks glabella).

7. Banyak perubahan perilaku diakibatkan oleh penyakit syaraf, maka terlihat dalam bentuk

lain yang dikaburkan oleh gejala penyakit syaraf.

Pada gejala klinis usia lanjut telihat dari penurunan perkembangan pemahaman yang terlihat

sebagai berikut:

Page 11: Lp Demensia

1. Penurunan daya ingat.

2. Salah satu gangguan pengamatan:

a. Aphasia (kurang lancar berbahasa).

b. Apraxia (tidak ada kemauan).

c. Agnosia (kurang mampu merasakan rangsangan bau, penciuman dan rasa).

3. Penurunan pengamatan timbul secara bertahap dan terus menurus dari waktu ke waktu

sehingga menggangu kerja dan hubungan masyarakat.

E. Onset

Onset muda demensia menunjuk kepada mereka yang mengembangkan demensia

sebelum usia 65 (previosly disebut 'pra-pikun' demensia); onset akhir demensia mulai

menunjuk kepada mereka yang mengembangkan penyakit setelah berusia lebih dari 65

('pikun' demensia).

F. Penatalaksanaan

1. Non-Farmakologis: hal ini bisa dilakukan oleh semua warga senior tanpa ada

pertimbangan baik sebagai upaya promotif, preventif, maupun kuratif.

Konsep penanganan Non-farmakologis bisa menggunakan rekreasi terapeutik. Konsep ini

bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kebutuhan psikososial warga

senior serta bertujuan meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan diri, motivasi,

mobilitas tantangan, interaksi sosial dan kebugaran mental.

Aktivitas-aktivitas yang memiliki dampak terapeutik (Kusumoputro & Sidiarto,2006)

diantaranya:

a. Reminisensi

Aktivitas reminisensi dilakukan dengan berbincang-bincang mengenai masalah yang

lampau, mengingat kembali masa lampaunya dengan memori episodik (materi tentang

waktu dan tempat kejadian). Dengan mengaktifkan memori episodik yang naratif,

imajinatif dan emosional akan meningkatkan daya ingat kembali. Bersamaan dengan

aktivitas tersebut juga dilakukan aktivitas orientasi nyata dengan mengingatkan

lokasi, waktu dan perang orang-orang di masa lampau.

b. Orientasi realitas

c. Stimulasi kognitif

Disebut juga memory training, memory retraining atau cognitive rehabilitation.

Aktivitas ini perlu ditambah dengan aktivitas fisik seperti senam ataupun menurut

Page 12: Lp Demensia

selera masing-masing. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kerja jantung dan paru

untuk mengalirkan darah yang penuh oksigen ke bagian-bagian tubuh terutama otak

selain itu juga memiliki tujuan renovasi sel tubuh. Berbagai hal yang disebutkan tadi

juga menguntungkan bagi kondisi klinis prademensia seperti mild cognitive

impairment, MCI dan vascular cognitive impairment, VCI serta kondisi klinis

demensia vaskuler dan Alzeimer.

d. Stimulasi sensorik

e. Stimulasi fisik (berupa gerak dan latihan otak, GLO)

Terapi lain dengan pendekatan psikososial adalah :

a. Care giver : mengoptimalkan kemampuan yang masih ada

b. Mengurangi perilaku sulit

c. Menjaga keselamatannya

d. Memperbaiki kualitas hidup

e. Mengurangi stres terhadap care giver

f. Memberi kepuasaan kepada care giver

2. Farmakologis, menurut (Yatim, 2003) diantaranya:

a. Mengobati penyakit-penyakit yang memperberat kejadian demensia.

b. Mengobati gejala-geja gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.

c. Mengatasi masalah penyimpangan perilaku dengan obat-obat penenang (tranzquillizer

dan hypnotic) serta memberikan obat-obatan anti kejang bila perlu.

d. Intervensi lain yaitu dengan antipsykotics, Anxiiolitycs, Selegiline, Antimanic

drugs,Acetlcholinesterase inhibit ( Gaskel, 2007)

G. Prevensi

Untuk deteksi dini terhadap gangguan demensia, tentunya kita harus memahami

terlebih dahulu fungsi kognitif pada dementia syndrome yang berbeda dari proses normal

penuaan. Strategi-strategi yang mungkin bisa mencegah terhadap demensia diantaranya:

1. Mengetahui faktor-faktor risiko pada demensia dan sub tipe-tipenya.

2. Perluasan pengetahuan seperti mengetahui faktor-faktor risiko yang bisa dimodifikasi

3. Tanda bahwa modifikasi (merubah) faktor risiko untuk mengurangi kemunculan

demensia.

Beberapa faktor risiko yang bisa diminimalisir atau memiliki potensi modifiable:

1. Pengkonsumsian alkohol.

Page 13: Lp Demensia

2. Smoking.

3. Obesitas.

4. Hipertensi.

5. Hyperkolesteroaemia (kadar kolesrterol yang melebihi 239 mg/mL dalam darah) terjadi

akibat adanya akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darah.

6. Luka kepala.

7. Tingkat rendahnya folat dan meningkatnya homocysteine.

8. Depresi.

Sedangkan faktor risiko demensia yang tidak bisa dilakukan modifikasi:

1. Bertambahnya usia.

2. Gen.

3. Jenis kelamin.

4. Memiliki learning disability (kesulitan belajar).

Terapi penggantian estrogen bisa dilakukan, hal ini berhubungan dengan penurunan risiko

demensia tipe Alzheirmer di kalangan perempuan (Shepherd dalam Durand dan Barlow,

2006). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penanganan yang baik terhadap hipertensi

sistolik juga mengurangi risiko demensia (Clarke dalam Durand dan Barlow, 2006).

H. Kualitas Hidup

Dukungan- dukungan yang bisa diberikan untuk membantu penderita demensia:

1. Pelajari lebih dalam tentang demensia.

2. Curahkan kasih sayang  dan berusaha untuk tenang dan sabar dalam menghadapi

penderita.

3. Berusaha memahami apa yang dirasakan penderita.

4. Perlakukan penderita demensia sebagaimana biasa, tetap hormati dan usahakan untuk

tidak berdebat dengan penderita.

5. Bantu penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami

penurunan. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin,

bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.

6. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki

orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka

yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.

Page 14: Lp Demensia

DAFTAR PUSTAKA

Boedhi- Darmojo, R & Martono, H. 2000 .Buku ajar Geriatri ( Ilmu kesehatan Lanjut Usi.

Jakarta : FKUI

Heraweni, N. 1999.Mekanisme Koping. ( makalah ) . Fakultas Ilmu Keperawatan UI

Hurlock, E, B. 2001. Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Jakarta : Erlangga

Nugroho, W . 2000. Perawatan Lansia. Jakarta : EGC

Mu’tadin. 2002. Konsep koping. Dibuka pada situs http://www.koping.html

Prayetni.1999. Konsep Koping dalam pelayanan keperawatan.Majalah Keperawatan Bina

Sehat Edisi September – November no. 001/PPNI/1999

Samino, 2003.SikapHidup Dihari senja.Jakarta : Salemba Medika