SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. IdentitasTopik: DemensiaSubtopik: Mengenal gejala
pikunHari/Tanggal: , 2015Waktu: WIBSasaran: Pasien dan Keluarga
Pasien Rawat JalanTempat: Ruang RSJI Klender
1. Tujuan Instruksional UmumSetelah dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang pentingnya mengetahui apa itu Demensia,
diharapkan pasien dan keluarga pasien rawat jalan yang merupakan
sasaran dari penyuluhan ini memahami apa itu Demensia serta
mengetahui gejala dan pencegahan Demensia sejak dini.
1. Tujuan Instruksional KhususSetelah dilakukan penyuluhan
selama 30 menit diharapkan para peserta dapat: 1. Memahami tentang
Demensia1. Memahami gejala dan pencegahan dari Demensia
1. Materi (Terlampir)
1. Media1. Laptop1. LCD1. Microphone1. Leaflet
1. Metode1. Ceramah1. Diskusi1. Tanya jawabBAB IPENDAHULUAN
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya
bersifat kronik atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur
(fungsi kortikal yang multipel), termasuk dayaingat, daya pikir,
daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut,
dan biasanya disertai hendaya fungsi kognitif, ada kalanya diawali
oleh kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial atau motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer,
pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara
primer atau sekunder mengenai otak.Peningkatan jumlah populasi
lanjut usia (lansia) memberi dampak pula pada meningkatnya gangguan
neuropsikiatri pada lansia. Individu yang berusia lebih dari 80
tahun akan mempunyai risiko tinggi untuk mengalami gangguan
neuropsikiatri.Hingga kini demensia masih merupakan salah satu
gangguan pada lansia yang sangat ditakuti. Di seluruh dunia saat
ini diperkirakan lebih dari 30 juta orang menderita demensia.
BAB IIDEMENSIA
DefinisiDemensia adalah sindrom penyakit akibat kelainan otak
bersifat kronik / progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur
(kortikal yang multiple) yaitu; daya ingat, daya fikir,
dayaorientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut, biasanya
disertai hendaya fungsi kognitif, dan ada kalanya diawalioleh
kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial atau motivasi sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer,
pada penyakit kardiovaskular, dan pada kondisi lain yang secara
primer atau sekunder mengenai otak.Definisi lain yaitu menurut
Perdossi, demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan
oleh berbagai latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya
daya ingat jangka pendek (recent memory) dan gangguan global fungsi
mental termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berpikir
abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi
labil dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya
gangguan tingkat kesadaran atau situasi stress, sehingga
menimbulkan gangguan pekerjaan, aktivitas harian dan sosial.4
EPIDEMIOLOGIDemensia adalah suatu kemunduran intelektual berat
dan progresif yang menggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas
harian seseorang.5 Penyakit Alzheimer (AD) merupakan penyebab yang
paling sering, ditemukan pada 50-60% pasien demensia; penderitanya
diperkirakan berjumlah 35,6 juta di seluruh dunia (2010), yang akan
meningkat mencapai 65,7 juta di tahun 2030,6 sehingga diantara
penduduk usia lanjut dunia, penyakit Alzheimer diidap oleh
setidaknya 5% populasi.7 Demensia vaskular merupakan jenis demensia
terbanyak ke-2 setelah demensia Alzheimer, dengan angka kejadian
47% dari populasi demensia secara keseluruhan. Sisanya disebabkan
demensia lainnya.
KLASIFIKASIDemensia berhubungan dengan beberapa jenis
penyakit:8a. Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Medik:Hal ini
meliputi hipotiroidisme, penyakit Cushing, defisiensi nutrisi,
kompleks demensia AIDS, dan sebagainya.b. Penyakit yang berhubungan
dengan Sindrom Neurologi:Kelompok ini meliputi korea Huntington,
penyakit Schilder, dan proses demielinasi lainnya; penyakit
Creutzfeldt-Jakob; tumor otak; trauma otak; infeksi otak dan
meningeal; dan sejenisnya.c. Penyakit dengan demensia sebagai
satu-satunya tanda atau tanda yang mencolok:Penyakit Alzheimer dan
penyakit Pick
Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal
dan demensia subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit
dibedakan antara demensia yang reversibel dan irreversibel
(tabel).Tabel 1. Perbedaan demensia kortikal dan
subkortikal9CiriDemensia KortikalDemensia Subkortikal
PenampilanSiaga, sehatAbnormal, lemah
AktivitasNormalLamban
SikapLurus, tegakBongkok, distonik
Cara berjalanNormalAtaksia, festinasi, seolah berdansa
GerakanNormalTremor, khorea, diskinesia
Output verbalNormalDisatria, hipofonik, volum suara lemah
BerbahasaAbnormal, parafasia, anomiaNormal
KognisiAbnormal (tidak mampu memanipulasi pengetahuan)Tak
terpelihara (dilapidated)
MemoriAbnormal (gangguan belajar)Pelupa (gangguan retrieval)
Kemampuan visuo-spasialAbnormal (gangguan konstruksi)Tidak
cekatan (gangguan gerakan)
Keadaan emosiAbnormal (tak memperdulikan, tak menyadari)Abnormal
(kurang dorongan drive)
ContohPenyakit Alzheimer, PickProgressive Supranuclear Palsy,
Parkinson, Penyakit Wilson, Huntington.
Tabel 2. Beberapa penyebab demensia pada dewasa yang
irreversibel9Primer degeneratif
Penyakit Alzheimer Penyakit Pick Penyakit Huntington Penyakit
Parkinson Degenerasi olivopontocerebellar Progressive Supranuclear
Palsy Degenerasi cortical-basal ganglionic
Infeksi
Penyakit Creutzfeldt-Jakob Sub-acute sclerosing panencephalitis
Progressive multifocal leukoencephalopathy
Metabolik
Metachromatic leukodyntrophy Penyakit Kuf Gangliosidoses
Tabel 3. Beberapa penyebab demensia yang dapat
reversibel10Obat-obatananti-kolinergik (mis. Atropin dan
sejenisnya); anti-konvulsan (mis. Phenytoin, Barbiturat);
anti-hipertensi (Clonidine, Methyldopa, Propanolol); psikotropik
(Haloperidol, Phenothiazine); dll (mis. Quinidine, Bromide,
Disulfiram).
Metabolik-gangguan sistemikgangguan elektrolit atau asam-basa;
hipo-hiperglikemia; anemia berat; polisitemia vera; hiperlipidemia;
gagal hepar; uremia; insufisiensi pulmonal; hypopituitarism;
disfungsi tiroid, adrenal, atau paratiroid; disfungsi kardiak;
degenerasi hepatolenticular.
Gangguan intrakranialinsufisiensi cerebrovascular; meningitis
atau encephalitis chronic, neurosyphilis, epilepsy, tumor, abscess,
hematoma subdural, multiple sclerosis, normal pressure
hydrocephalus.
Keadaan defisiensivitamin B12, defisiensi folat, pellagra
(niacin).
Gangguan collagen-vascularsystemic lupus erythematosus, temporal
arteritis, sarcoidosis, syndrome Behcet.
Intoksikasi eksogenalcohol, carbon monoxide, organophosphates,
toluene, trichloroethylene, carbon disulfide, timbal, mercury,
arsenic, thallium, manganese, nitrobenzene, anilines, bromide,
hydrocarbons.
ETIOLOGIDemensia Alzheimer dan demensia vaskular merupakan
demensia yang paling banyak kasusnya. Penyebab demensia lainnya
yang disebutkan dalam DSM-IV adalah penyakit Pick, penyakit
Creutzfeldt-Jakob, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, Human
Immunodeficiency Virus (HIV), dan trauma kepala.4
1. Demensia Alzheimer11,12,13Adalah gangguan degeneratif yang
menyerang sel-sel otak atau neuron secara progresif yang
mengakibatkan hilangnya memori, kemampuan berpikir dan berbahasa,
serta perubahan perilaku. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif yang secara epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu
kelompok yang menderita pada usia kurang 65 tahun disebut sebagai
early onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih dari
65 tahun disebut sebagai late onset. Faktor resiko penyakit
Alzheimer sampai saat ini masih belum pasti, tetapi beberapa faktor
yang diperkirakan menjadi penyebab Alzheimer adalah :a.
UsiaBertambahnya usia memang menjadi salah satu faktor resiko
penyakit Alzheimer, namun begitu penyakit ini dapat diderita oleh
semua orang pada semua usia. 96% diderita pada yang berusia 40
tahun keatas.b. GenetikIndividu yang memiliki hubungan keluarga
yang dekat dengan penderita beresiko dua kali lipat untuk terkena
Alzheimer.
c. Jenis kelaminBerdasarkan jenis kelamin, maka prevalensi
wanita yang menderita Alzheimer lebih banyak tiga kali lipat
dibandingkan pria.d. PendidikanSeseorang yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi memiliki faktor pelindung dari resiko menderita
Alzheimer, tetapi hanya untuk menunda onset manifestasi klinis.
Secara makroskopik, perubahan otak pada alzheimer melibatkan
kerusakan berat pada neuron korteks dan hipokampus serta penimbunan
amiloid pada pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik,
terdapat perubahan morfologis (struktural) dan biokimia pada
neuron-neuron. Perubahan morfologis terdiri dari dua ciri khas lesi
yang pada akhirnya berkembang menjadi degenari soma (badan)
dan/atau akson dan dendrit neuron. Dua ciri khas lesi tersebut
yaitu kekusutan neurofibrilaris dan plak senile.Neurofibrillary
Tangle merupakan suatu struktur intraseluler yang berisi serat
kusut dan sebagian besar terdiri dari protein "tau". Dalam sistem
saraf pusat, protein "tau" sebagian besar sebagai penghambat
pembentuk struktural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan
merupakan komponen penting dari sitoskeleton sel neuron. Pada
alzheimer ini, terjadi fosforilasi abnormal dari protein "tau" yang
secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak lagi
dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama-sama. Tau yang
abnormal dapat terpuntir masuk ke filamen heliks ganda. Dengan
kolapsnya sistem transport internal, hubungan interseluler adalah
yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti oleh
kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya
neuron yang rusak ini yang salah satunya menyebabkan alzheimer.Lesi
khas yang kedua yaitu plak senilis, terdiri dari beta amiloid
(A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron
bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekursor
amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membran neuron
yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi
menjadi fragmen-fragmen oleh enzim protease yang salah satu
fragmennya adalah A-beta, suatu fragmen yang lengket dan berkembang
menjadi gumpalan yang bisa larut. Pada alzheimer, gumpalan tersebut
akhirnya tercampur dengan bagian dari neuron dan sel-sel glia
(khususnya mikroglia dan astrosit). Setelah beberapa waktu,
campuran tersebut membeku menjadi fibril-fibril yang membentuk plak
yang matang, padat, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi
neuron yang utuh. Selain itu, A-beta mengganggu hubungan
interselular dan menurunkan respons pembuluh darah sehingga
menyebabkan makin rentannya neuron-neuron terhadap stressor (missal
iskemia). Kemungkinan lain adalah bahwa A-beta menghasilkan radikal
bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan
respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan rentannya neuron
terhadap stressor.Perubahan biokimia dalam sistem saraf pusat
adalah temuan mikroskopis khas lain yang ditemukan pada alzheimer.
Diketahui bahwa korteks otak manusia terdiri dari sejumlah besar
akson kolinergik yang melepaskan asetilkolin yang mana merupakan
kunci neurotransmitter dalam fungsi kognitif yang kemudian pada
penderita alzheimer ini terjadi penurunan pada neurotransmitter ini
berhubung akson kolinergiknya mengalami kerusakan. Oleh karena itu
salah satu obat-obatan yang bekerja berupa inhibitor kolinesterase
yang bekerja menghambat enzim tersebut agar tidak mendegradasi
asetilkolin sehingga tidak memperparah kondisi. 2. Demensia
Vaskular12,13Demensia vaskuler merupakan suatu kelompok kondisi
heterogen yang meliputi semua sindroma demensia akibat iskemik,
perdarahan, anoksik atau hipoksik otak dengan penurunan fungsi
kognitif mulai dari yang ringan sampai paling berat dan tidak harus
dengan gangguan memori yang menonjol.Demensia vaskular diakibatkan
oleh adanya penyakit pembuluh darah serebral. Adanya infark tunggal
di lokasi tertentu, episode hipotensi, leukoaraiosis, infark
komplit, dan perdarahan juga dapat menyebabkan timbulnya kelainan
kognitif. Sindrom demensia yang terjadi pada demensia vaskular
merupakan konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia, atau adanya
perdarahan di otak. Tingkat prevalensi demensia adalah 9 kali lebih
tinggi pada pasien yang telah mengalami stroke. Satu tahun setelah
stroke, 25% pasien masuk dengan onset baru dari demensia.
Prevalensi demensia vaskular akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya usia seseorang, dan lebih sering dijumpai pada
laki-laki. Sebuah penelitian di Swedia menunjukkan resiko
terjadinya demensia vaskular pada laki-laki (khususnya pada mereka
dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko
kardiovaskular lainnya) sebesar 34,5% dan perempuan sebesar
19,4%.Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral berukuran
kecil dan sedang, yang mengalami infark menghasilkan lesi parenkim
multipel yang menyebar pada daerah otak yang luas. Penyebab infark
mungkin termasuk oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik
atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh sebagai contohnya
katup jantung.
3. Penyakit Pick14Penyakit Pick disebabkan penurunan fungsi
mental dan perilaku yang terjadi secara progresif dan lambat.
Kelainan terdapat pada kortikal fokal pada lobus frontalis.
Penyakit ini juga sulit dibedakan dengan Alzheimer hanya bisa
dengan otopsi, dimana otak menunjukkan inklusi intraneunoral yang
disebut badan Pick yang dibedakan dari serabut neurofibrilaris pada
Alzheimer. Diagnostik penyakit demensia penyakit Pick: Adanya
gejala demensia yang progresif. Gambaran neuropatologis berupa
atrofi selektif dari lobus frontalis yang menonjol disertai
euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi,
apatis, gelisah. Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya
mendahului gangguan daya ingat.4. Penyakit
Creutzfeldt-Jakob14,15Suatu kelainan otak yang ditandai dengan
penurunan fungsi mental yang cepat, disertai kelainan pergerakan,
terutama menyerang usia dewasa diatas 50 tahun. Penyakit yang mirip
terjadi pada domba dan sapi, jadi penularan bisa terjadi karena
memakan jaringan hewan yang terinfeksi. Terjadi kerusakan jaringan
otak oleh suatu organisme yang menyerupai virus (protein yang bisa
ditularkan, yang disebut prion). Gejalanya ditandai dengan
kemunduran mental yang cepat, biasanya dalam beberapa bulan.
Meliputi perubahan kepribadian, depresi, kecemasan, demensia,
penuruanan kemampuan intelektual, kesulitan berbicara dan menelan,
serta gerakan tersentak-sentak yang tiba-tiba.
5. Penyakit Parkinson15Demensia ini disebabkan adanya penyakit
parkinson yang menyertai dengan gejala : Disfungsi motorik.
Gangguan kognitif / demensia bagian dari gangguan. Lobus frontalis
dan defisit daya ingat. Depresi.6. Penyakit Huntington15Suatu
penyakit yang diturunkan, dimana sentakan atau kejang dan hilangnya
sel-sel otak secara bertahap mulai timbul pada usia pertengahan dan
berkembang menjadi korea, atetosis serta kemunduran mental.
Disebabkan oleh adanya degenerasi bagian otak pada ganglia basalis
dan kortex serebral. Gejala muncul pada usia 35-40 tahun berupa
demensia progresif, hipertonisitas mascular, gerakan koreiform yang
aneh.
7. Human Immunodeficiency Virus (HIV)15Adalah suatu infeksi oleh
salah satu dari 2 jenis virus (retrovirus), yaitu HIV-1 atau HIV-2,
yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut
limfosit CD4+, dan menyebabkan AIDS )Acquired Immunodeficiency
Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan
kekebalan tubuh. Gejala pada otak biasanya berupa hilangnya memori,
kesulitan berpikir dan berkonsentrasi, demensia, lemas, tremor atau
kesulitan berjalan.
8. Trauma kepala
GAMBARAN KLINIK11,16Gambaran utama demensia adalah munculnya
defisit kognitif multipleks, termasuk gangguan memori,
setidak-tidaknya satu di antara gangguan gangguan kognitif berikut
ini: afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan dalam hal fungsi
eksekutif. Defisit kognitif harus sedemikian rupa sehingga
mengganggu fungsi sosial atau okupasional (pergi ke sekolah,
bekerja, berbelanja, berpakaian, mandi, mengurus uang, dan
kehidupan sehari-hari lainnya) serta harus menggambarkan menurunnya
fungsi luhur sebelumnya.a. Gangguan memoriDalam bentuk
ketidakmampuannya untuk belajar tentang hal-hal baru, atau lupa
akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari.
Sebagian penderita demensia mengalami kedua jenis gangguan memori
tadi. Penderita seringkali kehilangan dompet dan kunci, lupa bahwa
sedang meninggalkan bahan masakan di kompor yang menyala, dan
merasa asing terhadap tetangganya. Pada demensia tahap lanjut,
gangguan memori menjadi sedemikian berat sehingga penderita lupa
akan pekerjaan, sekolah, tanggal lahir, anggota keluarga, dan
bahkan terhadap namanya sendiri.b. Gangguan orientasiKarena daya
ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu. Orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan
penyakit demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan demensia
mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar
mandi.c. Gangguan bahasaPenderita akan terlihat sulit untuk mencari
kata yang tepat dalam mengungkapkan isi pikirannya. Semakin parah
penyakitnya, maka ucapan dan atau tulisan penderita jadi sulit
untuk dimengerti karena penderita menggunakan kalimat dengan
substitusi kata-kata yang tidak biasa digunakan. Contohnya: jika
penderita sulit menemukan sikat giginya, maka ia akan bertanya
"sesuatu untuk mulut saya".d. ApraksiaPenderita sulit mengerjakan
tugas yang familiar. Penderita sering mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas sehari-hari yang sangat mereka ketahui,
contohnya mereka tidak mengetahui langkah-langkah untuk menyiapkan
makanan, berpakaian, atau menggunakan perabot rumah tangga.e.
AgnosiaKetidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
maupun fungsi sensoriknya utuh. Sebagai contoh, penderita tak dapat
mengenali kursi, pena, meskipun visusnya baik. Akhirnya, penderita
tak mengenal lagi anggota keluarganya dan bahkan dirinya sendiri
yang tampak pada cermin. Demikian pula, walaupun sensasi taktilnya
utuh, penderita tak mampu mengenali benda yang diletakkan di
tangannya atau yang disentuhnya misalnya kunci atau uang logam.f.
Gangguan fungsi eksekutifHal ini disebabkan karena frontal lobe
penderita mengalami gangguan, ditandai dengan: sulit menyelesaikan
masalah, reasoning, pembuatan keputusan dan penilaian. Misalnya
penderita mengenakan baju tanpa mempertimbangkan cuaca, memakai
beberapa kaos di hari yang panas/ memakai pakaian yang sangat minim
ketika cuaca dingin.g. Perubahan KepribadianPerubahan kepribadian
pasien demensia merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi
keluarga pasien yang terkena. Pasien dengan demensia juga mungkin
menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek
perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai
waham paranoid biasanya bersikap curiga atau bermusuhan terhadap
anggota keluarga dan pengasuhnya. Pasien dengan gangguan frontal
dan temporal kemungkinan mengalami perubahan kepribadian yang jelas
dan mungkin mudah marah dan meledak-ledak. Selain itu penderita
juga sering mengalami delusi paranoid dan terkadang juga mengalami
halusinasi (dengar, visual, dan haptic). Sedangkan untuk gangguan
perilaku, meliputi agitasi (aktivitas verbal maupun motorik yang
berlebihan dan tidak selaras), wandering (mondar-mandir,
mencari-cari/ membututi caregiver ke mana pun mereka pergi,
berjalan mengelilingi rumah, keluyuran), dan gangguan tidur (berupa
disinhibisi, yaitu perilaku yang melanggar norma-norma sosial, yang
disebabkan oleh hilangnya fungsi pengendalian diri individu).
DIAGNOSIS4,17,18Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan neuropsikologis.a.
AnamnesisWawancara sebaiknya dilakukan pada penderita dan mereka
yang sehari-hari berhubungan langsung dengan penderita (pengasuh).
Hal yang penting diperhatikan adalah riwayat penurunan fungsi
terutama kognitif dibandingkan dengan sebelumnya,
mendadak/progresif lambat dan adanya perubahan perilaku dan
kepribadian.
Riwayat kesehatan/medis umumDitanyakan faktor resiko demensia,
riwayat infeksi kronis (misalnya HIV dab sifilis), gangguan
endokrin (hiper/ hipotiroid), diabetes mellitus, neoplasma,
penyakit jantung, penyakit kolagen, hipertensi, hiperlipidemia, dan
aterosklerosis. Riwayat neurologisUntuk mencari etiologi demensia
seperti riwayat gangguan serebrovaskuler, trauma kapitis, infeki
SSP, epilepsy, tumor serebri, dan hidrosefalus. Riwayat gangguan
kognitif Riwayat gangguan memori sesaat, jangka pendek dan jangka
panjang: gangguan orientasi ruang, waktu dan tempat; gangguan
berbahasa/ komunikasi (meliputi kelancaran, menyebut nama benda,
maupun gangguan komprehensi); gangguan fungsi eksekutif (meliputi
pengorganisasian, perencanaan, dan pelaksanaan suatu aktivitas),
gangguan praksis dan visuospasial. Selain itu perlu ditanyakan
mengenai aktivitas harian, di antaranya melakukan pekerjaan,
mengatur keuangan, mepersiapkan keperluan harian, melaksanakan
hobi, dan mengikuti aktivitas sosial. Riwayat Gangguan Perilaku dan
KepribadianGejala psikiatri dan perubahan perilaku sering dijumpai
pada penderita demensia. Hal ini perlu dibedakan dengan gangguan
psikiatri murni, misalnya depresi, skizofrenia, terutama tipe
paranoid. Pada penderita demensia dapat ditemukan gejala
neuropsikologis berupa waham, halusinasi, miss-identifikasi,
depresi, apatis, dan cemas. Gejala perilaku dapat berupa bepergian
tanpa tujuan (wandering), agitasi, agresivitas fisik maupun verbal,
restlessness, dan disinhibisi. Riwayat IntoksikasiAdanya riwayat
intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida, insektisida, dan lem;
alkoholisme, dan merokok. Riwayat pengobatan terutama pemakaian
kronis obat antidepresan dan antidepresan dan narkotik perlu
diketahui pula. Riwayat keluargaAdakah keluarga yang mengalami
demensia atau riwayat penyakit serebrovaskular, gangguan psikiatri,
depresi, penyakit Parkinson, Sindrom Down dan retardasi mental.b.
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan umum,
neurologis dan neuropsikologis. Pemeriksaan fisik umumTerdiri dari
pemeriksaan medis umum sebagaimana yang dilakukan dalam praktek
klinis. Pemeriksaan neurologisAdanya tekanan tinggi intra kranial,
gangguan neurologis fokal, misalnya: gangguan berjalan, gangguan
motorik, sensorik, otonom, koordinasi, gangguan penglihatan,
pendengaran, keseimbangan, tonus otot, gerakan abnormal/ apraksia,
dan adanya refleks patologis dan primitif.c. Pemeriksaan
neuropsikologisMeliputi evaluasi memori, orientasi, bahasa,
kalkulasi, praksis, visuospasial, dan visuoperseptual. Mini Mental
State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) adalah
pemeriksaan penapisan yang berguna untuk mengetahui adanya
disfungsi kognisi, menilai efektivitas pengobatan, dan untuk
menentukan progresivitas penyakit. Nilai normal MMSE adalah 24-30.
Gejala awal demensia perlu dipertimbangkan pada penderita dengan
nilai MMSE kuurang dari 27, terutama pada golongan berpendidikan
tinggi. Selain itu pula dilakukan pemeriksaan aktivitas harian
dengan pemeriksaan Activity of Daily Living (ADL) dan Instrumental
Activity of Daily Living (IADL). Hasil pemeriksaan tersebut
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, social, dan budaya.d.
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan
laboratorium, pencitraan otak, elektroenseflografi dan pemeriksaan
genetika. Pemeriksaaan laboratoriumPemeriksaaan yang dianjurkan
oleh American Academy of Neurology berupa pemeriksaan darah lengkap
termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, hormone tiroid,
dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV dan neurosifilis pada
penderita dengan resiko tinggi. Pemeriksaa cairan otak dilakukan
hanya atas indikasi. Pemeriksaaan pencitraan otakPemeriksaan ini
berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan beratnya penyakit,
meupun prognosis.Computerized Tomography (CT)- Scan atau Metabolic
Resonance Imaging (MRI) dapat mendeteksi adanya kelainan
structural, sedangkan Positron Emission Tomography (PET) dan Single
Photon Emission Tomography (SPECT) digunakan untuk mendeteksi
pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya:
Gambaran normal sesuai dengan usia Atrofi serebri umum Perubahan
pada pembuluh darah kecil yang tampak sebagai leukoensefalopati
Atrofi fokal terutama pada lobus temporal medial yang khas pada
demensia Alzheimer Infark serebri, perdarahan subdural, atau tumor
otakMRI dapat menunjukkan kelainan struktur hipokampus secara jelas
& berguna untuk membedakan demensia Alzhimer dengan demensia
vaskular pada stadium awal. Pemeriksaaan EEGEEG tidak menunjukkan
kelainan yang spesifik. Pada stadium lanjut dapat ditemukan adanya
perlambatan umum dan kompleks periodik. Pemeriksaaan
GenetikaPemeriksaan genetika belum merupakan pemeriksaan rutin,
dalam penelitian dilakukan untuk mencari maka APOE, protein Tau,
dll.TATALAKSANA4Penatalaksanaan farmakologis pada penderita
dementia reversibel bertujuan untuk pengobatan kausal, misalnya
pada hiper/ hipotiroidi, defisiensi vitamin B12, intoksikasi,
gangguan nutrisi, infeksi dan ensefalopati metabolik. Progresifitas
demensia vaskuler dapat dihentikan dengan pengobatan terhadap
faktor resiko dan pengobatan simptomatis untuik substitusi defisit
neurotransmitter. Namun hal ini tidak dapat menyembuhkan
penderita.Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan mempertahankan kualitas
hidup. Beberapa golongan obat yang direkomendasikan, antara lain:a.
Pengobatan simptomatis:Pengobatan dengan golongan penghambat
asetilkoloinesterase (seperti donepezil hidroklorida, rivastigmin
dan galantamin) bertujuan untuk mempertahankan jumlah asetilkolin
yang produksinya menurun. Obat golongan NMDA seperti memantin
dipasarkan di Indonesia saat ini.
b. Pengobatan dengan disease modifiying agents: Obat golongan
obat antiinflamasi non steroid (OAINS)Pada proses pembentukan
senile plaque dan neurofibrillary tangle dapat diidentifikasi
adanya elements of cell mediated immune response, sehingga
pemakaian OAINS dapat mengurangi proses ini. AntioksidanAntioksidan
berfungsi menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang berlebihan
sehingga merusak sel neuron. Antioksidan ini terdapat pada sayuran
dan buah-buahan, vitamin E, A, dan C. NeurotropikObat golongan ini
merupakan derivate neurotransmitter GABA yang mempunyai efek
fasilitasi neurotransmisi kolinergik dengan stimulasi sintesis dan
pelepasan asetilkolin. Obat yang bekerja pada beta amiloid protein
tau, dan presenilinPenatalaksanaan non-farmakologis ditujukan untuk
keluarga, lingkungan, dan penderita dengan tujuan: Menetapkan
program aktivitas harian penderita Orientasi realitas Modifikasi
perilaku Memberikan informasi dan pelatihan yang benar pada
keluarga, pengasuh dan penderita. Mepertahankan lingkungan yang
familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi.Program
Harian Penderita: Kegiatan harian teratur dan sistematis, meliputi
latihan fisik untuk memacu aktivitas fisik dan otak yang baik
(brain- gym) Asupan gizi berimbang, cukup serat, mengandung
antioksidan, mudah dicerna, penyajian menarik dan praktis Mencegah/
mengelola faktor resiko yang dapat memperberat penyakit, misalnya:
hipertensi, gangguan vascular, diabetes, dan merokok. Melaksanakan
hobi dan aktivitas social sesuai dengan kemampuan Melaksanakan LUPA
(Latih, Ulang, Perhatian, dan Asosiasi) Tingkatkan aktivitas saat
siang hari, tempatkan di ruangan yang mendapatkan cahaya cukup
Orientasi realitas: Penderita diingatkan akan waktu dan tempat
Beri tanda khusus untuk tempat tertentu, misalnya kamar mandi
Pemberian stimulasi melalui latihan/ permainan, misalnya permainan
monopoli, kartu, scrabble, mengisi teka-teki silang, sudoku, dll.
Hal ini member manfaat yang baik pada predemensia (Mild Cognitive
Impairment) Menciptakan lingkungan yang familiar , aman, dan
tenang. Hindari keadaan yang membingungkan dan menimbulkan stress.
Berikan keleluasaan bergerak.
PROGNOSISPerkembangan demensia pada setiap orang berbeda.
Demensia karena AIDS biasanya dimulai secara samar tetapi
berkembang terus selama beberapa bulan atau tahun. Sedangkan
demensia karena penyakit Creutzfeldt-Jakob biasanya menyebabkan
demensia hebat dan seringkali terjadi kematian dalam waktu 1 tahun.
Pada demensia stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi otak yang
hamper menyeluruh. Penderita tidak mampu mengendalikan perilakunya,
suasana hati sering berubah-ubah dan senang berjalan-jalan. Pada
akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan bisa
kehilangan kemampuan berbicara.
PENCEGAHAN Jaga agar pikiran selalu aktif. Seperti teka-teki dan
permainan kata, belajar bahasa, bermain alat music, membaca,
menulis, melukis atau menggambar. Aktif secara fisik dan sosial.
Hal ini dapat menunda mulainya demensia dan juga mengurangi gejala.
Kejarlah pendidikan. Para peneliti berpendapat bahwa pendidikan
dapat membantu seseorang mengembangkan jaringan sel saraf otak yang
kuat yang mengkompensasi kerusakan sel saraf yang disebabkan oleh
penyakit Alzheimer. Menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah dan
mengendalikan diabetes adalah upaya untuk mengurangi faktor resiko
pada demensia vaskular. Pola makan yang sehat. Studi menunjukan
bahwa makanan yang kaya buah-buahan, sayuran dan omega-3 asam
lemak, dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkan resiko
demensia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shirdev, E.B & Levey, D.A. 2004. Cross-Cultural
Psychology, Critical Thinking and Contemporary Application, Boston:
Pearson Education,Inc2. Schaie K.W. & Willis, S.L. 1991. Adult
Development and Aging, New York: HarperCollins Publishers3.
Jefferies, K and Agrawal, N. 2009. Early-Onset Dementia. Jurnal of
Continuing Professional Development. 15: 380-388.4. Dikot Y, Ong
PA, 2007. Diagnosis Dini dan Penatalaksanaan Demensia. Jakarta:
PERDOSSI.5. Assosiasi Alzheimer Indonesia. Konsensus Nasional
Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia
Lainnya. Ed 1, Asosiasi Alzheimer Indonesia. Jakarta. 2003.6.
Alzheimers Disease International. World Alzheimer Report 2010
Executive Summary. London, 2010.7. WHO. Active Ageing:a policy
framework. Genveva:WHO, 2002.8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA:
Sinopsis Psikiatri (Edisi Bahasa Indonesia), Edisi VII, Jilid I,
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997: 515-533.9. Guberman A. Clinical
Neurology. Little Brown and Coy, Boston, 1994: 67-69.10. Gilroy J.
Basic Neurology. Pergamon press, New York, 1992: 194-195.11.
http://www.alzfdn.org/AboutAlzheimers/definition.html (Alzheimers
Foundation Of America). Diakses 08 Mei 2014.12. H, Juebin.
Dementia. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.13. Price, Sylvia
A., Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6, ECG, Jakarta, 2006: 1134-1138.14. Bird, Thomas
D. Miller, Bruce L. 2006. Harrisons Neurology in Clinical Medicine:
Alzheimer Disease and Other Dementias. McGrawHill19