1 BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. Hadi Sunarto Alamat lengkap : Desa Sidamulya Rt 06/03 Kec. Kemranjen, Kab. Banyumas. Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Statu s L/P Umur Pendidik an Pekerja an Pasien Klinik Ket 1. Tn. Hadi sunarto KK L 55 th SR Petani - - 2. Ny. Karsini Istri P 51 th SD Petani DM - 3. Miatun K Anak P 25 th SMK - - Tingg al di jakar ta 4. Nasuhud Anak L 21 th SMP Supir taxi - Sumber : Data Primer, 10 Juni 2014 Kesimpulan : Keluarga Ny. R merupakan keluarga inti atau Nuclear Family. Ny. R menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. Hadi Sunarto
Alamat lengkap : Desa Sidamulya Rt 06/03 Kec. Kemranjen, Kab.
Banyumas.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNo Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien
KlinikKet
1. Tn. Hadi sunarto
KK L 55 th SR Petani - -
2. Ny. Karsini
Istri P 51 th SD Petani DM -
3. Miatun K Anak P 25 th SMK - - Tinggal di
jakarta4. Nasuhud Anak L 21 th SMP Supir taxi -
Sumber : Data Primer, 10 Juni 2014
Kesimpulan :
Keluarga Ny. R merupakan keluarga inti atau Nuclear Family. Ny. R menderita
penyakit Diabetes Melitus Tipe II.
2
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
perempuan berusia 51 tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas II
Kemranjen. Ibu tersebut menderita Diabetes Melitus tipe 2 dan sudah 3 bulan
tidak kontrol dan berobat ke pelayanan kesehatan.
WHO (1998) memperkirakan jumlah orang dengan diabetes di Indonesia
akan meningkat hampir 250 % dari 5 juta di tahun 1995 menjadi 12 juta di tahun
2025. Perkiraan ini akan menjadi kenyataan apabila tidak ada upaya kita semua
untuk mencegah atau paling tidak mengeliminasi faktor-faktor penyebab
meningkatnya jumlah kasus tersebut. Maka penting bagi kita untuk
memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai
pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. K
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp 800.000
Alamat : Desa Sidamulya Rt06/03 Kec. Kemranjen,
Kab. Banyumas.
Tanggal periksa : 10 Juni 2014
3
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Baal pada ujung-ujung jari tangan kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : 1 minggu yang lalu
Durasi : sepanjang hari
Frekuensi : -
Kuantitas : tidak dapat membedakan permukaan benda
dengan ujung-ujung jari tangan kirinya.
Kualitas : mengganggu aktivitasnya sebagai petani
Yang memperberat : -
Yang memperingan : -
Radiasi : -
Gejala penyerta : lemes, kencing malam hari meningkat
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit : pasien mengaku menderita DM sejak
4 tahun yang lalu
- Riwayat mondok : Disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
- Riwayat pengobatan : tidak rutin mengkonsumsi obat DM,
namun 3-4 minggu sekali
memeriksakan gula darah sewaktu
- Riwayat operasi : Disangkal
- Riwayat hipertensi : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Orang tua : Ayah pasien menderita penyakit yang sama (DM tipe
2) dan stroke
- Keluarga : Disangkal
- Saudara : Disangkal
4
5. Riwayat Sosial dan Exposure
Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal dalam lingkungan
keluarga yang di dalamnya terdapat 2 orang, yaitu
pasien dan suaminya. Kedua anaknya sudah merantau.
Home : Rumah pasien cukup memenuhi kriteria rumah sehat
dengan jumlah ventilasi yang cukup, kelembaban yang
baik, pencahayaan yang baik, memiliki lantai dan atap
yang mudah dibersihkan, serta memiliki sumber air
bersih dan jamban sendiri, namun hewan ternaknya
masih dibiarkan berada di dapur
Hobby : menanam di kebun samping rumah
Occupational : sebagai petani palawija bekerja dari subuh sampai sore
hari, berangkat ke sawah dengan berjalan kaki
Personal habit : pasien mengaku tidak terbiasa melakukan olahraga
secara teratur, dengan alasan sudah mengganti waktu
olahraganya dengan berjalan kaki kesawah setiap hari.
Diet : pasien memiliki pola makan yang baik untuk pasien
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu
16
masalah selalu menceritakan kepada suaminya. Penyakitnya ini kadang
mengganggu aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat.
Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya,
komunikasi dengan suami dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah tangganya.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan suami, anak-
anaknya dan cucu-cucunya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi
keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara.
A.P.G.A.R Ibu K Terhadap Keluarga Hampir selalu
Kadang-kadang
Hampir tidak pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9
Ibu K merupakan seorang petani, hasil penilaian APGAR didapatkan point 9.
17
A.P.G.A.R Tn. HS Terhadap Keluarga Hampir selalu
Kadang-kadang
Hampir tidak pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7
Tn. HS merupakan seorang kepala keluarga, hasil penilaian APGAR didapatkan
point 7.
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (9+7)/2
= 8
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien baik
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 16,
sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam tingkatan
baik.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Ibu R dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M
sebagai berikut :
18
Keterangan :
Social (-) artinya keluarga Ibu K sudah berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Cultural (-) artinya keluarga Ibu K masih aktif dalam pergaulan sehari-hari.
Keluarga Ibu K masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga Ibu R
masih mengikuti tradisi yasinan, mauludan, menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.
Religion (-) artinya keluarga Ibu K sudah memiliki pemahaman agama yang
cukup, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan Ibu K dalam mengikuti
pengajian sebelum Ibu K sering sakit-sakitan.
Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong rendah, namun
untuk memenuhi kebutuhan primer sudah bisa tercukupi.
Education (-) artinya keluarga Ny. K telah memiliki pengetahuan yang cukup,
khususnya mengenai permasalahan kesehatan
SUMBER PATOLOGI KETSocial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara,
partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif.-
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, yasinan, mauludan, dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
-
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu.
-
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder. Rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup
+
Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.
-
MedicalDalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan tidak menggunakan kartu ASKIN untuk berobat.
-
DM, HT, sroke80
70
60 52stroke
DM 51
19
Medical (-) artinya dalam mencari pelayanan kesehatan pasien sudah baik,
yaitu dengan langsung mengunjungi Puskesmas terdekat, tidak berobat ke
dukun atau yang semisalnya.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ibu K fungsi patologis yang positif adalah fungsi Fungsi
Ekonomi.
D. GENOGRAM
Alamat : Sidamulya RT/RW : 06/03
Kec : Kemranjen
Kab : Banyumas
Prop : Jawa Tengah
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Ibu K
Keterangan :
Warna Kuning = Penderita DM
Garis Bawah = Keturunan
Sumber : Data Primer, 7 Agustus 2009
Kesimpulan :
Dari genogram di atas nampak bahwa dalam silsilah keluarga Ibu K terdapat
riwayat penyakit DM yaitu pada ayah Ny. K.
51
20
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Ibu K
Sumber : Data Primer, 10 Juni 2014
Keterangan : hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ibu K dinilai cukup harmonis
dan saling mendukung.
Tn. HS Ibu K
NMK
21
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku
Perilaku di dalam keluarga ini sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun belum
memiliki standar hidup sehat. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di
bidang kesehatan. Menurut anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit yang dapat menghalangi aktivitasnya.
Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit,
mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan
keluarga akan berkurang. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan
oleh kuman atau bakteri, bukan dari guna-guna, sihir, supranatural atau
takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut
masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya
pada dokter umum atau kadang datang ke Puskesmas yang terletak dekat
dengan rumah.
Ibu K adalah seorang ibu yang melepas hari tuanya dengan tinggal
hanya berdua dengan suaminya. Pola makan Ibu K sebelum mengetahui jika
dia mengidap DM merupakan salah satu faktor resiko yang bisa mencetuskan
penyakit yang sekarang beliau derita yaitu Diabetes Melitus. Sebelum sakit,
setiap harinya Ibu K termasuk tipikal orang yang banyak makan. Selain itu,
setiap harinya Ibu K gemar mengkonsumsi teh manis. Beliau mengkonsumsi
teh kurang lebih 3-4 gelas per harinya.
Keluarga ini menjaga kebersihan lingkungan rumahnya dengan baik.
Menyapu rumah dan halaman dilakukan sendiri setiap hari, sedangkan untuk
membersihkan kamar mandi atau aktivitas yang lebih berat dikerjakan oleh
22
Tn. HS. Sampah rumah tangga dibuang di tong sampah yang kemudian akan
diambil oleh petugas kebersihan di kampungnya. Keluarga ini sudah
melakukan kegiatan sanitasi dengan cukup baik, terbukti dengan penggunaan
jamban, penggunaan air bersih (air sumur) namun tempat sumber air bersih dan
tempat pembuangan kotoran yang berdekatan kurang diperhatikan oleh keluarga
ini, selain itu ternak-ternaknya dibiarkannya berkeliaran di dapur.
2. Faktor Non Perilaku
Faktor genetik merupakan salah satu faktor non perilaku yang
memiliki andil paling besar terhadap kejadian penyakit diabetes mellitus yang
sekarang diderita oleh Ibu K. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa ada
riwayat orang tua Ibu K mengidap penyakit diabetes mellitus.
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki dua sumber penghasilan yaitu dari
hasil kerja pasien dan suaminya dan dari kiriman anak serta menantunya yang
sering memberi uang.
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup dikatakan sebagai rumah sehat.
dengan jumlah ventilasi yang cukup, kelembaban yang baik, pencahayaan
yang baik, memiliki lantai dan atap yang mudah dibersihkan, serta memiliki
sumber air bersih dan jamban sendiri, namun hewan ternaknya masih
dibiarkan berada di dapur.
Keluarga Ibu K
Pengetahuan :Kurangnya pengetahuan baik pasien itu sendiri maupun keluarga mengenai penyakit diabetes melitus (dimasa lampau).
Lingkungan:Cukup padat dan dari faktor lingkungan tidak didapatkan suatu faktor resiko yang berpengaruh pada penyakit pasien
Pelayanan Kesehatan:
Jika sakit menunda berobat ke dokter dan puskesmas
Keturunan:Ada faktor keturunan yaitu ayah pasien yang menderita penyakit yang sama.
Tindakan:
Keluarga tidak mengontrol makan dan pengobatan penderita secara rutin.
Sikap:
Penderita mematuhi pola diet DM, namun tidak membiasakan berolahraga teratur, tidak patuh kontrol dan minum obat
23
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
Kamar 1Ruang tamu
Kamar 2
Kamar 3
Ruang keluarga
wc
Ruang cuci
gudang
dapur
24
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran ------------. Rumah
pasien dekat dengan rumah tetangganya dan menghadap ke ----------.
Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Rumah ini mempunyai 1
lantai dan terdiri dari ruang tamu, kamar tamu, ruang tv, 3 kamar tidur, dan
kamar mandi beserta dapur. Atap rumah memakai genteng dan bagian dalam
sudah menggunakan langit-langit. Jendela rumah ditutup dengan kaca dan
menggunakan gorden.
2. Denah Rumah
B
Ibu K 51 tahunDiabetes Melitus Tipe 2
1. Ibu K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol dan minum obat DM sesuai waktu yang disarankan 2. Kondisi ekonomi menengah kebawah
3.Aktivitas ↓↓↓ atau jarang berolahraga
25
BAB V
DAFTAR MASALAH & PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
Diabetes Melitus Tipe 2
B. Masalah non medis :
1. Ibu K merupakan tipikal orang yang malas atau bahkan hampir tidak pernah
berolahraga.
2. Ibu K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol tepat waktu, dan minum obat
sesuai aturan
3. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
C. Diagram Permasalahan Pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien).
26
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996).
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxRP S SB Mn Mo Ma
1. Ibu K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol dan minum obat DM sesuai waktu yang disarankan
4 5 5 3 4 4 4 504
2. Kondisi ekonomi menengah kebawah
4 4 4 3 4 4 5 468
3. Ibu K tidak berolahraga secara teratur
5 4 4 4 3 3 3 468
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn: Man (tenaga yang tersedia)
Mo: Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
27
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ibu
K adalah sebagai berikut :
1. Ibu K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol tepat waktu, dan minum obat
sesuai aturan
2. Ibu K merupakan tipikal orang yang malas atau bahkan hampir tidak pernah
berolahraga.
3. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil dalam kasus DM tidak terkontrol yang dialami
oleh Ny K adalah kebiasaan Ibu K untuk menunda pergi ke pelayanan kesehatan
untuk kontrol, dan minum obat tidak sesuai aturan.
28
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
B. Kadar Gula Dalam Darah
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL
{millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l
{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan
mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan
mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai
normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam
setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan
gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa
diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200
mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.
Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM
atau tidak. Tabel berikut menunjukkan kriteria DM atau bukan :
Puasa 2 Jam PPBukan DM Vena < 100
Kapiler < 80-
Gangguan Toleransi Glukosa
Vena 100 - 140Kapiler 80 - 120
Vena 100 - 140Kapiler 80 – 120
DM Vena > 140Kapiler > 120
Vena > 200Kapiler > 200
29
C. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes yaitu:
1. Banyak minum (Polidipsi)
2. Banyak kencing (Poliuri)
3. Banyak makan (Polifagi)
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah
ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekuensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik.
Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila
keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat
badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet.
Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari,
gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka
yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan.
30
D. Jenis Diabetes Melitus
Jenis Diabetes Mellitus secara garis besar dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana
tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak
ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan
pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus
berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat
mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes
tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula
darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-
anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering
muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah
kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur
metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa
menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot.
Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1
bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel
beta pankreas.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan
seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau
berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
31
Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik
karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga
hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami
kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini
dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan
pelbagai komplikasi.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten
terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita
diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet
diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon
penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan
untuk diberikan.
E. Komplikasi Diabetes Melitus
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabetes jangan sampai
lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau
menggunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa berakibat pada
gangguan pembuluh darah a.l:
- Gangguan pembuluh darah otak (stroke),
- Pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
- Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
- Pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
- Pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Selain itu penderita diabetes melitus juga rentan terhadap infeksi, mudah terkena
infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.
32
Komplikasi lain yang sangat mungkin terjadi pada pasien diabetes mellitus
adalah:
1. Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa
darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar
kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis
atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabetes perlu
pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin.
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung
dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem
saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini
disebut silent infraction atau silent heart attack.
Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita
diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan
penderita diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk
mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta
perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan mengendalikan semua
faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah 130/80
mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari
100 mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi
lebih baik pada jantung.
2. Gangren dan impotensi
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons
imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti
infeksi saluran kencing, infeksi paru serta infeksi kaki.
Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena
infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong
33
kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada
penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus.
Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian
luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita
diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak
mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi.
Penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula
darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama
dengan dokter bedah. Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu
mendapat informasi mengenai cara aman memotong kuku serta cara memilih
sepatu.
Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes, impotensi
disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran sehingga penis tidak bisa
ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor
psikologis atau gabungan organis dan psikologis.
3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran
selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit
penyaring (glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput
penyaring. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput
penyaring ini.
Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga
mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus.
Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin
(albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai
dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan,
kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu,
penderita diabetes harus diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun.
34
Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi
nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar 5 sampai 15
persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi ini.
Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal
ginjal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin,
zat racun tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian.
Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi
mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal menyebabkan penderita
mengalami anemia.
Pengobatan progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan
progresivitas penyakit. Repotnya penderita umumnya baru berobat saat
gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi makroalbuminuria (300 mg albumin
dalam urin per 24 jam).
Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap
paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan
penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitors) dan atau
penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu dilakukan pengendalian
kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram
berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal
memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah
berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal,
sering cegukan, mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus
menghindari zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna
kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta
obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.
4. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Yang
terutama adalah retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya
pembuluh darah yang memberi makan retina.
35
Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang
membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat.
Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh
menerjang daerah yang sehat.
Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati
lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang akan
dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau
terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi
kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul
di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya,
penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang
lurus di depan mata.
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan
vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal
ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke
retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh
darah yang pecah di korpus vitreum dapat mengerut dan menarik retina,
sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul
di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen
orang yang menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan
pembuluh darah pada mata. Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta
angiografi fluoresen yaitu foto rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk
mengetahui kebocoran pembuluh darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu,
penggunaan sinar laser untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga
tidak terbentuk pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain itu bisa
dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi
darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita retinopati hanya
36
boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk
sampai kepala di bawah.
F. Pengobatan dan Perawatan
Pengobatan Diabetes Melitus yang secara langsung terhadap kerusakan pulau-
pulau Langerhans di pankreas belum ada. Oleh karena itu pengobatan untuk
penderita DM berupa kegiatan pengelolaan dengan tujuan untuk menghilangkan
keluhan dan gejala akibat defisiensi insulin (gejala DM) dan untuk mencegah
komplikasi kronis yang dapat menyerang pembuluh darah, jantung, ginjal, mata,
syaraf, kulit, kaki dsb.
Tindakan pengelolaan yang bisa dilakukan diantaranya: Menormalkan kadar
glukosa, lemak, dan insulin di dalam darah serta memberikan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Langkah yang dilakukan terutama : Diet; Mengurangi
kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin. aktivitas fisik; olahraga teratur,
pengelolaan glukosa dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin.
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan terapi insulin
(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan,
selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan
menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai
kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan
mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil
yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian
suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar
gula darah.
Obat hipoglikemik Oral yang tersedia di Indonesia diantaranya: