Logbook tutorial 3B Kelompok 1
Dec 21, 2015
Logbook tutorial 3BKelompok 1
• Ditta Indira D P• Aldi Akhmad Syarif• Tiara Edyatami Munggaran• Mutiara Yulina Putri• Ni Komang Evie Lestari • Annisa Trifani Nur Fadillah • Nandilla Giofanie Arumningtyas• Zeindra Fahmi I P M• Lulu Hervina • Fahmia Nurul Fajrina• Sandra Dewi • Nouval Arum • Alodia Rahma Talita
Learning issue
1. Step 1 (Analis Bolton/TSD,Howe’s,Pont)2. Step 2 (klarifikasi seluruhnya)3. Bagaimana pola penurunan dari orang tua ke anak ?4. Bagaimana proses penyembuhan luka pasca ekstraksi ?5. Apasaja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang gigi dan rahang ?6. Bagaimana etiopatfisiologi dari mesiodens,tipping,rotasi dan diastema ?7. Apa diagnosis dari kasus tersebut ?8. Bagaimana rencana perawatan pada kasus ?9. Bagaimana penatalaksanaan sesuai kasus ?10. Bagaimana prognosis pada kasus ?11. Bagaimana komplikasi pada kasus ?12. Bagaimana BHP pada kasus ?
Konsep Map Tumbuh kembang gigi dan rahang
Basic Science-Pola penurunan dari orang tua ke anak-Proses penyembuhan luka
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Etiopatofisiologi1.Penyebab Mesiodens2.Tipping3.Mild Rotasi4.Diastem
Diagnosis
Rencana Perawatan-Gigi Mesiodens-Diastema-Gigi Tipping-Gigi mild rotasi
PenatalaksanaanTermasuk pasca
ekstraksi
Prognosis
BHPKomplikasi
Overview case
OS,wanita 14 tahun KU : gigi depan atas tidak rapih,terlihat jarang,terdapat gigi berputar dan tumpang tindih di tengah gigi atas Motivasi : Anak : diejek teman,kesulitan mengunyah makanan dan menimbulkan plak
Orang tua : diperbaiki susunan giginya Riwayat keluarga : Ibu : rahang besar
Ayah : gigi kecil • Riwayat dental : tidak ada,karena anak takut ke dokter gigi • Riwayat penyakit sistemik : - • Pemeriksaan klinis : EO : Profil muka datar dan simetris
IO : Mesiodens sentralis gigi 11 dan 21
• Analisi model : - Mesiodens sentralis antara 11 dan 21 - Gigi 11 dan 21 tipping mesial- Gigi 12 mild rotasi - Overbite dan overjet DBN- Oklusi kelas 1- Regio 1 dan 2 memiliki ruangan lebih 2mm, regio 3 dan 4
kekurangan ruangan -2mm- Kelebihan ukuran gigi mandibula dan kesalahan terletak pada
RB- Lengkung rahang menyempit
Problem List/diagnosis Analisis EtiologiMaloklusi
Perawatan
Maloklusi Angle kls I type 1 - -
Mesiodens antara 11 dan 21 Tumbuhnya gigi berlebih yang menyebabkan gigi berantakan
herediter
Ekstraksi mesiodens
Gigi 11 dan 21 tipping ke mesial Terdapat mesiodens yang menyebabkan gigi tipping ke mesial
Ekstraksi mesiodens Menggerakan gigi ke arah distal
Gigi 12 mild rotasi Terdorong oleh gigi 11 yang tipping
Mendorong bagian gigi yang rotasi
Regio 1 dan 2 memiliki ruangan lebih 2mm
Ketidak sesuaian lengkung gigi dan rahang
Lengkung gigi disesuaikan dengan lengkung rahang
Ketidak sesuaian lengkung gigi dan rahang
regio 3 dan 4 kekurangan ruangan -2mm Lengkung gigi disesuaikan dengan lengkung rahang
Gigi 31dan 41 rotasi sedikit Tidak ada ruang karena ketidak sesuaian lengkung gigi dan rahang
Menggerakan bagian yang rotasi
Fungsi Kunyah Fungsi salah akibat malposisi dan maloklusi
Koreksi malposisi dan maloklusi
Lengkung rahang menyempit Pemakaian skrup ekspansi
1. Step 1
Bolton/TSD : pengaruh perbedaan ukuran gigi RB terhadap ukuran gigi RA dengan keadaan oklusinya• Apabila rasio anterior >77,2% panjang lengkung gigi
RB terlalu besar• Apabila rasio anterior <77,2% panjang lengkung gigi
RA terlalu besar• Apabila rasio total >91,3% panjang lengkung gigi RB
terlalu besar• Apabila rasio total <91,3% panjang lengkung gigi RA terlalu besar
• Howe’s : suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien• Jika indeks howe < 37% merupakan indikasi untuk
ekstraksi• Jika indeks howe > 44% merupakan indikasi untuk
ekspansi• Jika indeks howe antara 37%-44%, hasil
meragukan , gunakan analisis lain untuk menguatkan keputusan.
• Pont :sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung ideal yang didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas.
Keterangan:• Jika jarak distal pit P1kiri-kanan / jarak sentral fossa M1 kiri-
kanan pada pasien < daripada hasil perhitungan dengan rumus berarti kontraksi lengkung gigi indikasi ekspansi. Tapi apabila ALD diketahui -9 mm, maka ekstraksi adalah pilihan untuk memperoleh ruang.• Jika jarak distal pit P1kiri-kanan / jarak sentral fossa M1 kiri-
kanan pada pasien > daripada hasil perhitungan dengan rumus berarti terdapat distraksi.
2. Step 2
ALD
1. Mengukur panjang lengkung gigi = jumlah ukuran mesiodistal gigi RA = 16-36 RB 36-46 dengan jangka dengakn kedua ujung runcing dan ukur jarak mesiodistal tiap gigi
2. Ukur panjang lengkung RA RB3. Panjang lengkung RA – Panjang lengkung gigi RA ( lakukan juga pada RB)4. Mengukur basal arch length (panjang lengkung rahang )
1. Segmental : penggaris2. Kontinyu : brass wire
5. Ukur menggunakan brass wire mulai dari distal M1 melalui titik kontak M dan P , melalui insisal gigi insisif sampai distal gigi M1 sisi sebelahnya
6. Membandingkan selisih panjang lengkung gigi dengan panjang lengkung rahang
• ALD • -1 sampai -2 : proslicing• -3 sampai -4 : pro ekspansi lengkung gigi• Diatas -4 : ekstraksi
• Apakah hasil analisis Bolton,Howe’s,Pont dalam keadaan normal ?• Bolton
• Rasio anterior : 87,6% = terdapat kelebihan ukuran gigi pada mandibula
• Rasio total 102 % = kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah • Howe’s
• 51% = lebar lengkung basal > lebar lengkung gigi antara P1• Pont
• Kontraksi : lengkung rahang menyempit
3.Bagaimana pola penurunan dari
orang tua ke anak ?
Kelainan genetik
herediter mutasi
Kelainan genetik adalah kondisi yang disebabkan gangguan pada germ plasm,
kromosom, atau gen.
Peranan genetik dalam etiologi maloklusi
• Diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
• Kriteria Neel untuk herediter:
1. Memiliki penyakit yang sama di antara individu terkait keturunan.
2. Penyakit tidak menyebar di antara individu yang tidak terkait keturunan.
3. Onset penyakit tidak diketahui terjadi pada usia tertentu.
4. Tanda gangguan akan lebih terlihat pada kembar identik.
Herediter
• muncul secara de novo pada individu yang sebelumnya tidak memiliki kelainan sebagai akibat dari kerusakan germ plasm.
• Jika hal ini dapat diturunkan ke generasi selanjutnya maka menjadi herediter.
Mutasi
Tipe-tipe penurunan maloklusi
repetitif
terputus
variabel
repetitif
• rekurensi dari deviasi single dentofasial dalam keluarga dekat
terputus
• kecenderungan sifat rekurensi maloklusi yang muncul kembali setelah beberapa generasi. Beberapa generasi akan dilewati.
variabel
• Ekspresi berbeda tetapi merupakan tipe maloklusi yang masih terkait dengan maloklusi dari beberapa generasi dari keluarga yang sama.
Dua kemungkinan maloklusi yang dapat diturunkan:
1.Mewarisi ketidakseimbangan antara ukuran gigi dan rahang.
2.Mewarisi ketidakseimbangan antara ukuran dan bentuk rahang atas dan bawah, yang mengarah ke gangguan hubungan oklusal.
Pengaruh genetik
Sifat resesif diekspresikan pada anak yang lahir dalam pernikahan antar kerabat.
Membedakan antara sifat dominan dan resesif.Sifat dominan diekspresikan pada semua generasi berikutnya.
Ciri-ciri oklusal dan perbedaan diantara ibu-anak, ayah-anak, dan antara saudara kandung diperiksa.
Studi keluarga/studi asal usul
4. Bagaimana proses penyembuhan luka pasca ekstraksi ?
proses penyembuhan luka pasca ekstraksi
23
Tahap I Koagulum
Tahap II Jaringan Granulasi
Tahap III Jaringan Konektif
Tahap IV Jaringan Pertumbuhan Tulang
Tahap V Perbaikan Epithelial
Dhubia,2000
Proses Penyembuhan Socket Secara Histologis
24
Tahap I Koagulum• Dibentuk ketika terjadi hemostatis, terdiri dari eritrosit dan
leukosit dengan jumlah yang sama seperti pada peredaran darah.Tahap II Jaringan Granulasi• Dibentuk pada dinding socket 2 – 3 hari setelah pencabutan yang
merupakan proliferasi dari sel – sel endothelial, kapiler – kapiler dan beberapa leukosit dan selama 7 hari jaringan granulasi menggantikan tempat dari koagulum
Tahap III Jaringan Konektif• Mula – mula berada pada bagian tepi socket, selama 20 hari
setelah pencabutan menggantikan jaringan granulasi. Jaringan konektif yang baru terdiri dari sel – sel, kolagen dan serat –serat fiber.
Dhubia,2000
25
Tahap IV Pertumbuhan Tulang
• Dimulai pada hari ke 7 setelah pencabutan, dimulai dari tepi dasar socket, pada hari ke 38 setelah pencabutan biasanya sudah terisi dengan tulang muda, selama 2 – 3 bulan tulang telah menjadi mature dan terbentuk trabekula, setelah 3 – 4 bulan maturasi tulang telah lengkap seluruhnya.
Tahap V Perbaikan epithelial
• Dimulai ketika terjadi penutupan luka 4 hari setelah pencabutan dan biasanya akan selesai setelah 24 hari.
• Penyembuhan socket secara signifikan dipengaruhi oleh usia dan individual. Pada individu berusia 2 dekade aktivitas histologi penyembuhan socket yaitu sekitar 10 hari setelah pencabutan dan pada individu berusia 6 dekade atau lebih yaitu sekitar 20 hari setelah pencabutan
Dhubia,2000
Wound Healing
• Fase Inflamasi• Vasokontriksi• Vasodilatasai• Edema• Marginasi
• Fase Proliferasi
Serat fibrin di bentuk oleh darah yang menutup luka dan proliferasi fibroblast akan menghasilkan serat kolagen
• Fase Remodeling• Pematangan• Pembentukan jaringan baru
Peterson – Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery
Proses Penyembuhan Jaringan Lunak
Peterson – Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery
Proses Penyembuhan Jaringan Keras
28Peterson – Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery
5. Apasaja faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang gigi dan rahang ?
30
Faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan
Herediter Lingkungan Gangguan yang sebabnya tidak
diketahui
Malnutrisi
Penyakit
Bad habits
Agen fisis
TraumaPrenatal
Postnatal
Makanan
Prematur ekstraksi gigi sulung
Thumb Sucking
Finger SuckingTongue
Thrusting
Lip sucking
Penyakit Lokal
Endokrin
Sistemik
Klasifikasi Graber 's
Faktor Umum
Faktor Lokal
Klasifikasi Metode
Profitt’s
Penyebab Spesifik
Pengaruh Genetik
Pengaruh Lingkungan
Klasifikasi berdasarkan etiologi
Faktor Umum1. Herediter
contoh: Maloklusi Kelas III skeletal 2. Cacat kongenital
Cerebral palsy, Sifilis
Klasifikasi Graber 's
3. Lingkungana. Prenatal b. Post-natal
4. Penyakit dan kondisi metabolik a. Ketidakseimbangan endokrinb. Gangguan metabolikc. Infeksi penyakit menular
5. Defisiensi nutrisi6. Kebiasaan yang mengakibatkan
tekanan (oral bad habbit) dan penyimpangan fungsional
7. Postur8. Trauma dan kecelakaan
Faktor Lokal• Anomali jumlah
• Anomali ukuran gigi
Klasifikasi Graber 's
Gemination Twinning
Fusion
• Anomali bentuk gigi
• Mucosal barriers dan Frenulum yang
persisten
• Gigi premature loss
Penyebab Spesifik
1. Gangguan pada perkembangan embriologi-teratogen
2. Gangguan pertumbuhan tulang kepala
3. Disfungsi otot
Klasifikasi Metode Profitt’s
4. Akromegali dan hipertrofi hemimandibular
5. Gangguan perkembangan gigi•Kehilangan gigi kongenital•Malformasi dan gigi supernumerari• Erupsi dengan interfensi• Erupsi ektopik
6. Panduan erupsi yang tidak benar a. Kehilangan dini gigi sulung
b. Pergeseran fungsional mandibula
7. Trauma gigiEfek: Dislokasi mahkota gigi permanen
Pembentukan enamel yg tidak sesuaiUkuran akar yang abnormal
Pengaruh Genetik1. Herediter
Pengaruh Lingkungan1. Efek ekuilibrium (pada gigi dan rahang)2. Pengaruh Fungsional• Fungsi pengunyahan• Fungsi dan ukuran lengkung gigi•Gaya kunyah dan erupsi •Menghisap dan kebiasaan lainnya•Mendorong lidah• Pola pernapasan
6. Bagaimana etiopatfisiologi dari
mesiodens,tipping,rotasi dan diastema ?
Teori Atavisme
Teori Hypergenesis Epitel
Teori Herediter
Teori Dikotomi
Etiopatfisiologi mesiodens
• 1. Teori Atavisme; suatu istilah yang menggambarkan kecenderungan seseorang untuk kembali ke sifat atau perilaku nenek moyang mereka. Gigi supernumerary terjadi karena mengikuti primitive dentition. Nenek moyang manusia yang dipercayai berasal dari spesies kera mempunyai 44 gigi sehingga pada saat ini masih terdapat manusia yang mempunyai jumlah gigi yang lebih dari normal atau gigi supernumerary.• 2. Teori hypergenesis epithel bahwa gigi supernumerary juga
dapat terjadi akibat hipergenesis epitel dimana sisa lamina dental atau cabang palatal lamina dental yang aktif dirangsang untuk berkembang menjadi benih gigi tambahan sehingga terbentuknya gigi supernumerary.
Menurut J.A. Salzmann
3. Teori Faktor Keturunan(herediter); gigi supernumerary merupakan suatu kelainan yang diturunkan dan dibawa oleh suatu gen mutan. Teori ini didukung oleh peningkatan penemuan kasus gigi supernumerary pada pasien dengan anomali dentofasial seperti celah bibir atau palatum dan cleidocranial dysplasia. Pada Anomali/kelainan pertumbuhan seperti pada cleft palate, sering dihubungkan dengan sindroma atau gangguan pertumbuhan yang berhubungan dengan peningkatan prevalensi gigi supernumerary seperti celah bibir dan palatum, displasia cleidocranial dan sindroma Gardner. Gigi supernumerary yang disertai dengan kelainan celah bibir dan palatum merupakan akibat dari proses fragmentasi lamina dental sewaktu pembentukan celah bibir. Selain itu teori herediter juga didukung oleh perkembangan gigi supernumerary yang sering terjadi secara bilateral pada satu rahang. Gigi supernumerary banyak ditemukan dari faktor keturunan dan insidensi kasus gigi supernumerary lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan4. Teori Dikotomi, yaitu benih gigi terbagi dua saat perkembangannya. Satu bagian akan berkembang menjadi gigi normal sementara satunya lagi berkembang menjadi gigi supernumerary seperti mesiodens. Pendukung teori ini percaya bahwa dikotomi benih gigi tersebut merupakan suatu proses germination yang lengkap
Pre erupsi
INISIASI
• Antara minggu ke 6-7 embrio yang meliputi proses induksi, yaitu adanya interaksi antara jaringan embrio. • Pada awal minggu keenam, stomodeum dilapisi oleh
ektoderm. Bagian luar dari ektoderm akan menjadi epitel rongga mulut. Epitel rongga mulut ini terdiri dari sekat berbentuk ladam pada permukaan stomodeum, yang masing-masing akan menjadi rahang. Pada saat yang sama, lebih dalam lagi dari epitel rongga mulut, didapatkan tipe mesenkim yang berasal dari ektoderm, yang disebut ektomesenkim, yang dipengaruhi oleh sel-sel puncak neural yang telah bermigrasi ke area ini.
Lamina dental mengalami aktivitas seluler berupa primordial sepuluh benih gigi sulung pada setiap bakal lengkung rahang.
Setiap benih gigi terdiri dari tiga bagian yaitu:• (1) organ email yang berasal dari ektoderm akan
membentuk email,• (2) papila dental yang berasal dari mesenkhim akan
membentuk pulpa dan dentin, • (3) kantung dental yang berasal dari mesenkhim akan
membentuk sementum, ligamen periodontal, dan soket alveolar
BUD STAGE
• Minggu 8 embrio • Terjadi proliferasi lamina dentis menjadi bentuk
tunas atau masa oval yang menembus ke dalam ektomesenkim. • Setiap tunas yang berasal dari lamina dentis,
bersama-sama dengan ektomesenkim yang mengelilinginya akan berkembang menjadi bakal gigi dan jaringan pendukungnya.
CUP STAGE
• Pembentukan tunas gigi diinvaginasi oleh mesenkim, tunas gigi memasuki cap stage (berbentuk topi) yang dimulai pada minggu ke sembilan dan sepuluh pada periode fetus.
• Pada tahapan ini tidak hanya terjadi proliferasi, namun berbagai tingkat diferensiasi (sitodiferensiasi, histodiferensiasi, dan morfodiferensiasi) juga sangat aktif selama tahapan ini. Selain itu, bakal gigi akan berkembang dalam bentuk yang spesifik. Oleh karena itu, proses fisiologis yang dominan terjadi selama tahapan ini adalah morfogenesis.
• Dari proses fisiologis di atas, terbentuk lekukan pada bagian terdalam tunas gigi atau lamina dentis dan membentuk suatu cap atau organ enamelum. Tepi terdalam dari bentuk cap organ enamelum akan menjadi bakal mahkota dentis. Organ enamelum ini pada akhirnya memproduksi email.
Aposisi
• hasil deposisi dari sekresi ekstraseluler non vital matriks jaringan, merupakan lanjutan tahap diferensiasi. • Matriks tersebut dideposit oleh sel formatif, ameloblas,
dan odontoblas. Ameloblast mempunyai fungsi penting dalam menyeleksi peletakan komponen dari matriks. Saat ameloblas mulai mensekresi matriks organik email terbentuk dentinoenamel junction. • Matriks organik dentin dideposisi oleh odontoblas.
Dengan berlanjutnya deposisi dentin, odontoblas bergerak ke pusat papila dental dan tetap membatasi dinding pulpa
KALSIFIKASI
• Kalsifikasi merupakan kelanjutan dari deposisi matriks dan melibatkan garam kalsium inorganik tanpa deposisi matriks.• Kalsifikasi dimulai dengan adanya email pada ujung
cusp dan tepi insisal gigi dan berlanjut terus dengan menghasilkan lebih banyak lapisan. • Garis inkremental tampak pada potongan histologis
email dan dentin, disebut striae of Retzius. Garis ini menggambarkan pola pertumbuhan gigi
Gigi mesiodens
Penambahan julmah gigi tidak diimbangi dengan besar lengkung rahang dan ukuran gigi
Gigi tipping dan rotasi
Gigi mesiodens di ekstraksi akan menyisakan celah abnormal yang disebut diastema
etiopatofisiologi
7. Apa diagnosis dari kasus tersebut ?
Diagnosis
1. evaluation of facial proportions & esthetic • Profil datar dan simetris
2. evaluation of allignment &symmetry within dental arches• 11 dan 21 tipping ke mesial ,12 mild rotation• Mesiodens RA
3. evaluation of transverse plane of space (frontal) • terdapat kelebihan ukuran gigi pada mandibula • Kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah
4. evaluation of anteroposterior plane of space (horizontal)• Neutroklusi ,klas I angle type1 disertai diastema
5. evaluation of vertical plane of space (sagital)• Overbite dan overjet normal
8. Bagaimana Rencana Perawatan sesuai kasus ?
Problem List/diagnosis Analisis EtiologiMaloklusi
Perawatan
Maloklusi Angle kls I type 1 - -
Mesiodens antara 11 dan 21 Tumbuhnya gigi berlebih yang menyebabkan gigi berantakan
herediter
Ekstraksi mesiodens
Gigi 11 dan 21 tipping ke mesial Terdapat mesiodens yang menyebabkan gigi tipping ke mesial
Ekstraksi mesiodens Menggerakan gigi ke arah distal
Gigi 12 mild rotasi Terdorong oleh gigi 11 yang tipping
Mendorong bagian gigi yang rotasi
Regio 1 dan 2 memiliki ruangan lebih 2mm
Ketidak sesuaian lengkung gigi dan rahang
Lengkung gigi disesuaikan dengan lengkung rahang
Ketidak sesuaian lengkung gigi dan rahang
regio 3 dan 4 kekurangan ruangan -2mm Lengkung gigi disesuaikan dengan lengkung rahang
Gigi 31dan 41 rotasi sedikit Tidak ada ruang karena ketidak sesuaian lengkung gigi dan rahang
Menggerakan bagian yang rotasi
Fungsi Kunyah Fungsi salah akibat malposisi dan maloklusi
Koreksi malposisi dan maloklusi
Lengkung rahang menyempit Pemakaian skrup ekspansi
Indikasi alat ortodontik lepasan• Umur > 6tahun> pasien kooperatif• Maloklusi dengan kelas 1 atau disertai kelainan
letak gigi yaitu :• Terdapat jarakgigit yg besar• Gigitan terbalik• Kelainan bukolingual( gigitan silang unilateral posterior)
yang di sebabkan displacement mandibula
Kontraindikasi
• Diskrepansi skeletal yang jelas dalam arah sagital dan vertikal• Bila dibutuhkan penjagkaran antar maksila• Adanya malposisi apex rotasi yg parah atau rotasi
multipel• Bila diperlukan pergerakan gigi secara translasi
bodly• bila crowding parah dan diastema yg berlebihan
9. Bagaimana penatalaksanaan
sesuai kasus ?
• Mouth preparation• Scalling
• Dilakukan ekstraksi pada gigi mesiodent• Dilakukan anastesi • Pencabutan pada gigi mesiodent
• Tunggu luka pasca ekstraksi sembuh• Sampai jaringan lunak terbentuk 4 mgg
• Pemasangan alat• Desain alat
Komponen removable:• Komponen aktif :
Rahang Atas– labial bow (gigi 14-24)– koil (gigi 11,21,22) ke arah mesial– spring (gigi 12)
• Retentif : cangkolan adam (16 dan 26)• Konektor : plat resin akrilik
• Komponen aktif : Rahang Bawah – Slicing– Skrup ekspansi (midline)– Labial bow (gigi 34-44)
• Retentif : cangkolan adam (36 dan 46)• Konektor : plat resin akrilik
• Instruksi pasien- minimal pemakaian 6 jam(di pakai terus menerus), di buka saat tidur dimalam hari- alat ortho selalu dibersihkan agar tidak mengganggu OH pada pasien- kontrol 1 minggu selanjutnya untuk pemasangan aktivasi
Desain alatMasalah dental Alat yg digunakan
RA 11 dan 12 tipping ke mesial Menggerakkan ke mesial menggunakan : Coil di distal
Labial bow 14-24
12 mild rotation Z spring
retensi Adam 16, 26
Plat akif
RB Retensi Adam 36,46
Plat aktif
Labial bow 34-4
10. Bagaimana prognosis pada kasus ? • Baik jika dilihat dari usia pasien dan motivasi dari
orangtua dan anak tersebut
11. Bagaimana komplikasi pada
kasus ?
Post treatment:
• Trauma jaringan lunak
• Penumpukan plak edema
• Jika desain tidak dibuat dengan benar pasien nyeri dll
• Daya yang diberikan tidak sesuai undermain resorption
No treatment :
• Maloklusi menetap (Gangguan fungsi mastikasi, fonetik, estetika)
• Pertumbuhan dan perkembangan rahang terganggu
• Atrisi
• Resorpsi tulang alveolar mobility
• Trauma oklusi
BHP
Beneficience • Adalah berbuat baik untuk
kebaikan seseorang.• Misalnya : memberikan
pertolongan pada pasien, meringankan kekhawatiran pasien.
• Memandang pasien tak hanya sejauh menguntungkan dokter
• Menerapkan Golden Rule Principle dengan tujuan maksimalisasi pemuasan kebahagiaan
Nonmaleficence• Tidak membahayakan pasien
karena kelalaian
• Mengobati secara proporsional
Autonomi
• Artinya hak pasien untuk menentukan pilihan.
• Menghargai hak menentukan nasib sendiri
• Tidak mengintervensi dan sabar menunggu pasien dlm membuat keputusan(elektif)
• Berterus terang tidak berbohong pd pasien
• Melaksanakan Informed consent (meminta persetujuan kepada orangtuanya (karena pasien dibawah umur) untuk melakukan perawatan)
Justice
• Memberikan kesempatan yg sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama• Memberikan kontribusi
yg relatif sama dengan kebutuhan pasien• Tidak membeda-
bedakan pelayanan untuk pasien