Top Banner
Bagaimana Sistem Imun Bekerja Untuk Kita ? Tahukan anda bagaimana kerja sistem imun dalam menjaga kita tetap sehat ? Ketika bakteri, virus atau jamur memasuki tubuh kita, lusinan sel imun, molekul dan zat kimia tubuh segera beraksi dan saling bekerja sama untuk menghancurkan para penyerbu tersebut berikut sel-sel yang telah terinfeksi yang bisa menjadi kanker. Saat para penyerbu telah dihancurkan, para prajurit sistem imun akan menurunkan aktifitasnya dan kemudian tenang kembali. Jika tidak demikian, maka yang terjadi adalah penyakit autoimun seperti Lupus, MS, Diabetes tipe 1, Crohn, rheumatoid arthritis, dan lebih dari 100 penyakit autoimun lainnya. Contoh kasus bagaimana sistem imun tubuh bekerja bagi kita 1. Misalnya pada waktu tangan kita tersayat pisau, segala macam bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka tsb. sistem imun tubuh kita langsung meresponnya dan menghalau penyerang itu sambil kulit berusaha untuk menyembuhkan dirinya dan menutup lukanya. Kadang-kadang kuman yang harus dihadapi lebih banyak dan sistem imun kita dalam kondisi tidak optimal sehingga ada kuman bisa juga lolos. Maka jadilah luka yang infeksi, bernanah dan bengkak. Nanah dan bengkak itu juga menandakan bahwa sistem imun tubuh kita sedang terus bekerja. Pada umumnya, sistem imun bekerja dengan baik dalam mempertahankan kesehatan tubuh, akan tetapi kadangkala jika ada gangguan dengan sistem imun inilah yang bisa menyebabkan Anda menjadi sakit ataupun bahkan terserang infeksi oleh mikroba. Contohnya, Ketika seseorang terluka, bisa jadi berbagai macam virus ataupun bakteri masuk ke dalam badan melalui robekan luka tersebut dan respons dari sistem imun inilah yang menghilangkan para penyerbu asing yang masuk ke dalam tubuh tersebut serta menyembuhkan kulit yang terluka itu. Bahkan saat kita memakan sesuatu, mungkin banyak bakteri yang ikut masuk ke dalam tubuh kita akan tetapi kebanyakan dari mereka mati karena saliva (air liur) kita atau asam lambung yang mempunyai tingkat keasaman rendah. Inipun merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh kita yang memiliki sistem imun yang baik. Tugas sistem imun kita terlihat sederhana tetapi sangat besar pengaruhnya untuk tubuh kita; selain membuat pertahanan tubuh terhadap kuman, sistem imun kita akan mendeteksi dan mencoba menghilangkan kuman di dalam tubuh kita bila sampai mereka masuk ke dalam tubuh sebelum mereka melakukan pengerusakan pada tubuh kita, dan yang terpenting jika sampai kuman tersebut masuk sehingga menyebabkan masalah dalam tubuh, maka sistem imun inilah yang menjadi tentara dan bekerja keras menghilangkan kuman tersebut. Kunci utama sistem imunitas yang sehat adalah suatu kemampuan untuk membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh dikenali maka akan terjadi proses pertahanan diri. Benda asing apapun yang memicu respons imun ini disebut antigen. Antigen bisa berupa mikroba seperti bakteri, virus, plasmodium, dan jamur; bahkan jaringan tubuh individu lain yang masuk ke dalam tubuh seperti transplantasi organ tubuh bisa saja diperlakukan sebagai benda asing dan
22

lo

Dec 28, 2015

Download

Documents

l
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: lo

Bagaimana Sistem Imun Bekerja Untuk Kita ?

Tahukan anda bagaimana kerja sistem imun dalam menjaga kita tetap sehat ?Ketika bakteri, virus atau jamur memasuki tubuh kita, lusinan sel imun, molekul dan zat kimia tubuh segera beraksi dan saling bekerja sama untuk menghancurkan para penyerbu tersebut berikut sel-sel yang telah terinfeksi yang bisa menjadi kanker. Saat para penyerbu telah dihancurkan, para prajurit sistem imun akan menurunkan aktifitasnya dan kemudian tenang kembali. Jika tidak demikian, maka yang terjadi adalah penyakit autoimun seperti Lupus, MS, Diabetes tipe 1, Crohn, rheumatoid arthritis, dan lebih dari 100 penyakit autoimun lainnya.

Contoh kasus bagaimana sistem imun tubuh bekerja bagi kita1. Misalnya pada waktu tangan kita tersayat pisau, segala macam bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka tsb. sistem imun tubuh kita langsung meresponnya dan menghalau penyerang itu sambil kulit berusaha untuk menyembuhkan dirinya dan menutup lukanya. Kadang-kadang kuman yang harus dihadapi lebih banyak dan sistem imun kita dalam kondisi tidak optimal sehingga ada kuman bisa juga lolos. Maka jadilah luka yang infeksi, bernanah dan bengkak. Nanah dan bengkak itu juga menandakan bahwa sistem imun tubuh kita sedang terus bekerja.

Pada umumnya, sistem imun bekerja dengan baik dalam mempertahankan kesehatan tubuh, akan tetapi kadangkala jika ada gangguan dengan sistem imun inilah yang bisa menyebabkan Anda menjadi sakit ataupun bahkan terserang infeksi oleh mikroba.Contohnya, Ketika seseorang terluka, bisa jadi berbagai macam virus ataupun bakteri masuk ke dalam badan melalui robekan luka tersebut dan respons dari sistem imun inilah yang menghilangkan para penyerbu asing yang masuk ke dalam tubuh tersebut serta menyembuhkan kulit yang terluka itu.Bahkan saat kita memakan sesuatu, mungkin banyak bakteri yang ikut masuk ke dalam tubuh kita akan tetapi kebanyakan dari mereka mati karena saliva (air liur) kita atau asam lambung yang mempunyai tingkat keasaman rendah. Inipun merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh kita yang memiliki sistem imun yang baik.Tugas sistem imun kita terlihat sederhana tetapi sangat besar pengaruhnya untuk tubuh kita; selain membuat pertahanan tubuh terhadap kuman, sistem imun kita akan mendeteksi dan mencoba menghilangkan kuman di dalam tubuh kita bila sampai mereka masuk ke dalam tubuh sebelum mereka melakukan pengerusakan pada tubuh kita, dan yang terpenting jika sampai kuman tersebut masuk sehingga menyebabkan masalah dalam tubuh, maka sistem imun inilah yang menjadi tentara dan bekerja keras menghilangkan kuman tersebut.Kunci utama sistem imunitas yang sehat adalah suatu kemampuan untuk membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh dikenali maka akan terjadi proses pertahanan diri.

Benda asing apapun yang memicu respons imun ini disebut antigen. Antigen bisa berupa mikroba seperti bakteri, virus, plasmodium, dan jamur; bahkan jaringan tubuh individu lain yang masuk ke dalam tubuh seperti transplantasi organ tubuh bisa saja diperlakukan sebagai benda asing dan bisa menyebabkan reaksi penolakan tubuh. Inilah sebab banyaknya organ transplantasi yang tidak bisa diterima tubuh dan dirusak oleh sistem imun kita.

Secara umum, mekanisme kerja sistem imun tubuh kita adalah sebagai berikut; saat ada antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik.

Contohnya bila seseorang pernah terkena cacar maka biasanya individu tersebut tidak terkena penyakit yang sama lagi atau seandainya terjangkit tidak akan memberikan komplikasi yang fatal serta cepat pulih. Hal ini juga merupakan mekanisme bagaimana imunisasi mencegah penyakit tertentu. Sebuah imunisasi mengenalkan tubuh terhadap antigen dengan cara yang tidak membuat sakit, tapi cukup untuk membuat tubuh memproduksi antibodi yang akan melindungi seseorang dari serangan penyakit tersebut di masa depan.

Page 2: lo

Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.

PEMBENGKAKAN

Apabila anda terluka, berbagai jenis bakteri dan virus masuk kedalam tubuh melalui kulit yang luka. Namun kulit akan sembuh dengan sendirinya dan menutup daerah yang luka itu. Hal itu karena sistem imun telah bekerja menyerang balik bakteri dan virus menghilangkannya.

Kadangkala tubuh gagal mengatasi bibit penyakit yang masuk lewat kulit tersebut. Akibatnya luka itu akan dijangkiti bibit penyakit. Tandanya, luka itu akan membengkak dan bernanah.

Namun pada tahap itu, sistem imun masih bisa melindungi anda. Bengkak dan nanah adalah dampak dari reaksi sistem imun. Nanah adalah campuran darisel darah putih yang telah mati dan mikro-organisme yang telah dibunuh. Bengkak membawa lebih banyak darah dan mengembangkan dinding kapiler agar lebih banyak sel sistem imun yang berperang di daerah penyakit.

Berbagai bentuk mikroorganisme penyebab infeksi dapat menimbulkan penyakit, yang bila dibiarkan berkembang biak, bahkan dapat membunuh pejamu. Respons imun yang dibutuhkan sangat bervariasi. Letak infeksi serta tipe patogen akan menentukan respons imun mana yang efektif. Di antara patogen terdapat yang dapat mengadakan invasi ke dalam sel pejamu.Manifestasi penyakit infeksi bukan hanya merupakan akibat langsung ulah patogen mikrobial, namun juga interaksinya dengan sistem imun pejamu. Macam respons imun dan penyebab infeksi akan menentukan apakah penyakit menjadi akut atau berkepanjangan. Respons imun pada anak terkait dengan usia, manifestasi serta outcome infeksi tertentu tergantung pada status perkembangan anak. Status imun bayi dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor maternal yang ditransfer selama kehidupan intrauterine melalui placenta dan selama masa bayi melalui kelenjar susu.2Respons imun terhadap patogen ekstraselular dan intraseluler berbeda. Sistem imun pada patogen ekstraselular ditujukan untuk menghancurkan patogen serta menetralisir produknya, pada patogen intraseluler sel T dapat menghancurkan sel yang terinfeksi, dalam kata lain sitotoksik, atau dapat mengaktivasi sel untuk menghadapi patogen.Pada infeksi bakteri antibiotik digunakan secara luas sebagai obat-obat bakteriostatik atau bakteriosidik, namun infeksi bakteri intraseluler belum dapat tertangani dengan mantap. Hal ini ini sebagian berasal dari ketidak-mampuan obat untuk mencapai organisme penyebab dan/atau bekerja secara efektif dalam lingkungan intraseluler.Dalam usaha menyikapi infeksi bakteri intraseluler dan memilih antibiotik, perlu pemahaman tentang respons pejamu terhadap infeksi, pertimbangan usia, penyakit dasar, farmakodinamik/farmakokinetik antimikroba yang diseleksi, distribusi dalam jaringan, interaksi obat, lokasi patogen dalam kompartemen subseluler, sitokin serta keterkaitannya dengan antibiotik, demi tercapainya efikasi obat tersebut. Memahami respons pejamu merupakan juga cikal bakal imunisasi bila terjadi resistensi antibiotik.BAKTERI INTRASELULERSecara umum bakteri yang dapat masuk dan tetap hidup dalam sel eukariositik terlindung dari antibodi humoral dan hanya dapat dieliminasi oleh respons imun seluler. Bakteri ini harus memiliki mekanisme khusus untuk memproteksi dirinya dari dampak ensim-ensim lisosomal dalam sel.Terdapat 3 kelompok bakteri dipandang dari sisi kemampuan invasi ke dalam sel eukariositik yaitu bakteri intraseluler fakultatif, bakteri intraseluler obligat, dan bakteri ekstraseluler. Termasuk dalam kelompok intraseluler fakultatif adalah Salmonella spp, Shigella spp, Legionella pneumophili, Invasive Escherichia coli, Neisseria spp, Mycobacterium spp, Listeria monocytogenes, Bordetella pertussis. Dalam kelompok intraseluler obligat termasuk Rickettsia spp, Coxiella burnetti, Chlamydia spp. Sebagai contoh bakteri ekstraseluler adalah Mycoplasma spp, Pseudomonas aeruginosa, Enterotoxigenic Escherichia coli, Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Haemophylus influenzae, Bacillus anthracis.RESPONS PEJAMU TERHADAP INFEKSIPertahanan tubuh terhadap infeksi dengan mikroorganisme patogen terjadi dengan berbagai cara. Pertama, pertahanan non-spesifik (innate) dengan mengeluarkan agen infeksi atau membunuhnya pada kontak pertama. Bilamana patogen menimbulkan infeksi, berbagai respons non-adaptif dini penting untuk mengendalikan infeksi dan mempertahankan pengawasan terhadapnya, sampai terbentuk respons imun

Page 3: lo

adaptif. Respons imun adaptif memerlukan waktu beberapa hari, mengingat limfosit T dan B harus menemukan antigen spesifik untuk mengadakan proliferasi, dan berdiferensiasi menjadi sel efektor. Respons sel B yang tergantung pada sel T (T-cell dependent B-cell responses) tidak akan dapat dimulai sebelum sel mempunyai kesempatan untuk mengadakan proliferasi dan diferensiasi.Terdapat perbedaan mendasar antara respons imun terhadap patogen ekstraselular dan intraseluler. Bagi patogen ekstraselular sistem imun ditujukan untuk menghancurkan pathogen-nya sendiri serta menetralisir produknya. Dalam merespons patogen intraseluler terdapat 2 pilihan, sel T dapat bersifat sitotoksik menghancurkan sel yang terinfeksi, atau dapat mengaktivasi sel untuk menghadapi patogen tersebut. Sebagai contoh, adalah sel penolong T (helper T cells) melepas sitokin yang akan mengaktivasi makrofag untuk menghancurkan organisme yang telah mengalami endositosis.Banyak patogen memiliki fase infeksi intraseluler dan ekstraselular, dan mekanisme respons imun yang efektif akan berbeda dari waktu ke waktu.Berikut akan dibicarakan sekilas tentang respons imun secara umum.Imunitas Non-Spesifik (Innate Immune Response)Respons ini terjadi segera tanpa memerlukan kontak dengan mikroba sebelumnya; dengan kata lain merupakan pertahanan pertama bagi tubuh.Respons innate tidak spesifik, dan berlaku bagi setiap patogen. Respons terhadap bakteri yang mengadakan invasi disertai proses inflamasi pada tempat infeksi dimana cairan, sel, bahan-bahan yang terlarut merembes keluar dari darah menuju jaringan. Kejadian ini disertai kemerahan setempat, pembengkakan, serta demam. Inflamasi bertujuan memusatkan agen pertahanan tubuh ke lokasi yang membutuhkan. Selama inflamasi sel-sel fagosit seperti neutrofil dan makrofag, meninggalkan aliran darah dan bermigrasi menuju tempat infeksi sebagai respons tehadap kemikal (chemoattractants) yang dilepaskan di tempat tersebut.Sesampainya pada tempat tersebut, sel-sel fagosit mengenali, menelan (engulf), serta menghancurkan patogen. Darah juga mengandung rangkaian protein terlarut yang dinamakan komplemen, yang dapat melubangi membran plasma sel bakteri, dengan akibat lisis dan kematian sel. Respons imun innate terutama efektif terhadap bakteri tertentu, yang pada dinding selnya terdapat polisakharida unik sehingga segera dikenali sel pejamu sebagai asing.Pada respons innate terhadap patogen intraseluler, seperti virus, sasaran utama adalah sel-sel yang sudah terinfeksi. Sel terinfeksi virus tertentu dikenali oleh limfosit non-spesifik, disebut sel natural killer (NK). Sesuai dengan namanya, sel NK mengakibatkan kematian sel yang terinfeksi dengan menginduksi sel terinfeksi menuju apoptosis. Sel NK juga membunuh sel kanker tertentu (in vitro) dan melengkapi dengan mekanisme menghancurkan sel sebelum sel berkembang menjadi tumor. Sel normal (tidak terinfeksi dan tidak ganas) mengandung molekul permukaan yang melindungi terhadap serangan sel NK.7Respons antivirus lain dimulai dalam sel yang terinfeksi sendiri. Sel terinfeksi virus ini memproduksi interferon-α (IFN-α) yang disekresi ke dalam ruang ekstraseluler, dimana akan terikat pada permukaan sel yang tidak terinfeksi sehingga kebal terhadap infeksi berikutnya. Cara kerja interferon ini adalah dengan cara mengaktivasi suatu sinyal transduction pathway dengan akibat phosphorilasi yang diikuti translasi faktor elF2. Sel yang mengalami respons ini tidak dapat mensintesa protein virus yang diperlukan untuk replikasi virus.7Respons Imun AdaptifRespons imun adaptif memerlukan waktu agar dapat mempersiapkan sistem imun untuk menghadapi agen asing. Respons ini sangat spesifik, dan hanya ditujukan untuk molekul-molekul yang spesifik pada bahan-bahan asing. Sebagai contoh, darah seseorang yang baru sembuh dari sakit campak mengandung antibodi yang mengadakan reaksi dengan virus campak. Berbeda dengan imunitas innate terhadap mikroba dan parasit yang dimiliki oleh semua binatang, hanya vertebrata yang dapat membentuk imunitas adaptif.Respons imun didapat dibagi dalam 2 kategori yaitu imunitas humoral, yang dilaksanakan oleh antibodi (protein dalam darah yang tergolong dalam superfamili imunoglobulin), dan imunitas dimediasi sel, yang dilaksanakan oleh sel.Kedua tipe imunitas didapat ini dimediasi oleh limfosit, yaitu leukosit berinti, yang beredar di antara darah dan organ limfoid. Imunitas humoral dimediasi oleh sel-B (limfosit-B), yang setelah diaktivasi mengsekresi antibodi. Antibodi ditujukan terutama pada pada bahan asing di luar sel pejamu. Termasuk disini komponen protein dan polisakharida dinding sel bakteri, toksin bakteri, dan protein sampul virus. Dalam beberapa kasus antibodi dapat terikat pada toksin bakteri atau partikel virus, sekaligus mencegah nya umtuk masuk ke dalam sel pejamu. Selain itu antibodi dapat berfungsi sebagai molecular tags yang terikat pada patogen yang masuk dan menandainya untuk dimusnahkan. Sel bakteri yang dilapisi molekul antibodi cepat dicerna oleh makrofag yang berkeliling (wandering) atau dihancurkan molekul komplemen yang diangkut dalam darah. Antibodi tidak efektif untuk patogen intraseluler, sehingga diperlukan sistem senjata tipe ke dua.

Page 4: lo

Imunitas dimediasi sel dilaksanakan oleh limfosit T (sel-T), yang bila teraktivasi dapat secara spesifik mengenal serta membunuh sel terinfeksi (atau asing).Sel Penolong T 1 (T Helper 1) / Sel Penolong T 2 (T Helper 2)Berikut akan dibahas sekilas tentang sel-sel T yang berperan sebagai penghantar imunitas yang dimediasi sel dalam respons imun adaptif yang digunakan untuk mengontrol patogen intraseluler serta meregulasi respons sel B. Dalam proses ini termasuk aktivasi sel imun lainnya dengan pelepasan sitokin.Terdapat 2 subset utama limfosit, yang dibedakan dengan keberadaan molekul (petanda) permukaan CD4 dan CD8. Limfosit T yang mengekspresikan CD4 juga dikenal sebagai sel T penolong, penghasil sitokin terbanyak. Subset ini dibagi lagi menjadi Th1 dan Th2, dan sitokin yang dihasilkan disebut sebagai sitokin tipe Th1 dan sitokin tipe Th2. Sitokin tipe Th1 cenderung menghasilkan respons proinflamatori yang bertanggung jawab terhadap killing parasit intraseluler dan mengabadikan respons autoimun. Termasuk dalam sitokin tipe Th1 ini terutama interferon gamma, selain interleukin-2, serta limfotoksin-α yang merangsang imunitas tipe 1, ditandai aktivitas fagositik yang kuat. Respons proinflamatori yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang tidak terkontrol. Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk menetralkan aksi mikrobisidal berlebih yang dimediasi Th1 ini, yaitu dengan respons Th2. Sitokin yang termasuk dalam mekanisme Th2 ini adalah interleukin 4, 5, 9, dan 13, yang disertai IgE dan respons eosinofilik dalam atopi, dan juga interleukin-10, dengan respons yang lebih bersifat anti-inflamatori. Imunitas tipe 2 yang distimulasi Th2 ditandai dengan kadar antibodi tinggi.Bagi kebanyakan infeksi, imunitas tipe 1 bersifat protektif, sedang respons tipe 2 membantu resolusi inflamasi yang dimediasi sel. Stres sistemik yang berat, imunosupresi, atau inokulasi mikrobial yang berlebihan (overwhelming) mengakibatkan sistem imun meningkatkan respons tipe 2 terhadap infeksi yang seyogyanya dikendalikan oleh imunitas tipeApakah prekursor sel-T penolong akan menjadi sel tipe 1 atau tipe 2 tergantung pada beberapa faktor, yaitu yang dipandang dari sudut patogen seperti sifat dan kuantitas patogen, route infeksi, pengaruh komponen imunomodulator serta infeksi bersamaan, serta faktor pejamu termasuk predisposisi genetik, jumlah sel-T yang merespon, kompleks histokompatiliti mayor haplotype individu, sifat sel yang mempresentasikan antigen, serta lingkungan sitokin sel-T selama dan pasca aktivasi.Cytokine-Signaling pada Respons ImunSitokin diproduksi selama aktivasi imunitas innate dan didapat (adaptif), dan merupakan alat komunikasi antar sel yang prinsipiil tentang adanya invasi bakteri. Sitokin yang memulai repons inflamatori dan menentukan besaran serta sifat respons imun yang didapat. Pada penderita sakit berat respons terhadap injuri / patogen yang mengadakan invasi sebagian besar tergantung pada pola sitokin yang diproduksi. Respons imun bervariasi dari respons proinflamatori yang hebat, ditandai dengan meningkatnya produksi TNF-α, interleukin-1, interferon-γ, dan, IL-12, sampai keadaan anergi, ditandai peningkatan produksi sitokin Th2, seperti IL-10 dan IL-4.Regulasi cytokine signaling pada respons imun dapat diringkas sebagai berikut:Respons imun spesifik diklasifikasikan berdasar komponen sistem imun yang memediasi: imunitas humoral dimediasi limfosit B, dan imunitas dimediasi sel terutama dimediasi limfosit T. Selanjutnya sel T efektor dibagi menjadi sel T sitotoksik (CD8+) atau sel T helper (CD4+). Sel CD8+ melakukan killing terhadap sel sasaran (target) yang terinfeksi dengan cara melepas lytic granula (perforin, granzymes) atau dengan cara induksi produksi (FasL) atau TNF-α, yang melalui ikatan dengan reseptornya memulai suatu kaskade bunuh diri sel menuju apoptosis sel sasaran. Sel-sel CD4+ dapat berdiferensiasi menjadi 2 tipe sel efektor: Th1 dan Th2, tergantung pada pola pelepasan sitokin. Sel Th2 mengsekresi IL-4, IL-5, dan IL-10, kesemuanya mengaktivasi proliferasi sel B serta memacu respons imun humoral. Di sisi lain sel Th1 mengsekresi IFN-γ, yang merupakan sitokin macrophage-activating primer.INFEKSI BAKTERI INTRASELULERBagaimana pejamu merespons terhadap patogen intraseluler antara lain tergantung pada lokasi bermukimnya patogen tersebut. Setelah terjadi fagositosis oleh makrofag, bakteri berada dalam fagosom, namun kejadian selanjutnya tergantung pada strategi untuk mempertahankan hidup bagi bakteri masing-masing. Penyesuaian aktivasi sel pejamu yang diinduksi oleh efek mikrobisidal dapat berakibat bakteri intraseluler bertahan hidup atau mati. Berbagai imunomodulator, yaitu sitokin, dapat meningkatkan kemampuan antimikrobial fagosit, sehingga pembersihan bakteri intraseluler tejadi secara efisien dan cepat. Dalam hal bakteri tidak mempunyai mekanisme survival, fagosom yang mengandung bakteri akan mengadakan fusi dengan kompartemen lisosom, dan bakteri dicerna dalam waktu 15-30 menit. Berbagai bakteri memiliki strategi yang berbeda-beda untuk memagari diri terhadap intracellular killing oleh fagosit yang tidak teraktivasi (resting phagocytes). Patogen dapat mengadakan replikasi dalam sitoplasma (cytosolic pathogens), termasuk di sini adalah Listeria. Selain itu terdapat patogen yang berada dalam endosom (endosomal pathogens), seperti Legionella pneumophila, Mycobacterium tuberculosis, Salmonella typhimurium, Listeria monocytogenes.14,15

Page 5: lo

Intracellular KillingAktivitas antimikrobial fagosit dimediasi oleh mediator-mediator yang bervariasi secara luas, dan dapat dikelompokkan dalam mekanisme oksidatif dan non-oksidatif. Mekanisme oksidatif dimediasi oleh produksi reactive oxygen intermediates (ROIs) dan reactive nitrogen intermediates (RNIs). Produksi ROIs dan RNIs membekali fagosit dengan aktivitas sitostatik atau sitotoksik terhadap virus, bakteri, jamur, cacing, dan sel tumor. Dalam mekanisme non-oksidatif termasuk asidifikasi fagosomal, perampasan nutrien (nutritional deprivation ) dan perlakuan polipeptida mikrobisid (hidrolase lisosomal dan defensin). Jalur oksidatif dan non-oksidatif ini dapat berjalan sendiri-sendiri atau bersamaan demi terwujudnya suatu lingkungan yang tidak menunjang bagi kehidupan patogen selanjutnya. Fagosit harus diaktivasi, sedikitnya oleh sitokin, agar dapat mengekspresikan satu atau lebih di antara mediator-mediator tersebut untuk mengendalikan infeksi intraseluler.16Berbagai sitokin dan faktor-faktor terlarut yang dimediasi sitokin memegang peran penting dalam mengendalikan atau membunuh patogen intraseluler oleh fagosit, dalam pertahanan dini pejamu.Cara kerja sitokin pada lalu lintas bakteri intraseluler belum diketahui dengan jelas. Sitokin-sitokin tertentu dapat menyebabkan Listeria monocytogenes, Mycobacterium avium, Legionella pneumophila, dan Chlamydia spp tidak dapat lolos dari sasaran dalam lisosom.17,18 Sebagai contoh, interferon-γ menghalangi L. monocytogenes untuk melarikan diri ke dalam 7sitosol dan mengurung bakteri dalam vakuol fagosom yang asidik,17 sehingga menjadi lebih sensitif terhadap efek toksik ROIs dan RNIs. Interferon-γ juga mempercepat pematangan sepenuhnya fagosom yang mengandung M. avium, dan L. pneumophila dan fusinya dengan lisosom. Ini terjadi melalui asidifikasi fagosom, yang berhubungan dengan peningkatan proton ATP-ase dalam fagosom, sehingga dapat membunuh bakteri lebih banyak.Produk respiratory burst dan nitric oxide (NO) memegang peran penting dalam proses mikrobisidal oksidatif dan sitosidal dalam sel-sel fagositik. Jumlah produk oksigen toksik dan NO yang dibebaskan oleh sel-sel fagositik tergantung pada derajat diferensiasi sel dan sifat rangsangan yang diberikan. Pada umumnya sitokin Th1 menyesuaikan respiratory burst dalam monosit, makrofag, dan neutrophil secara positif, sedang sitokin Th2 sebaliknya.Interferon-γ (profil Th1) meningkatkan oxidative burst dan produksi NO oleh sel-sel fagositik, serta mempunyai peran dalam membunuh patogen intraseluler melalui produksi ROIs dan RNIs yang toksik. Sebagai contoh, produksi ROIs yang diinduksi oleh interferon-γ, oleh berbagai makrofag dan jajaran sel makrofag berperan serta dalam membunuh Listeria monocytogenes,17,19 Leishmania infantum, Penicillium marneffei, dan Candida albicans. Produksi NO yang diinduksi interferon-γ, oleh fagosit dan sel fagosit non-profesional bersifat mikrobisidal terhadap Listeria monocytogenes,17-19 Brucella spp, Pneumocystis carinii, Bordetella pertussis,20 Rickettsia prowazekii, Mycobacterium avium, Pseudomonas aeruginosa, serta patogen fungi.Sitokin lain seperti TNF-α,(19) IL-12,(10) TNF-β,(21) IL-21, granulocyte colony- stimulating factor dan granulocyte-macrophage colony- stimulating factor dapat meningkatkan kadar produk oksigen reaktif dan NO yang dilepaskan oleh sel-sel fagositik.Di sisi lain, sitokin Th2 memegang peran penting dalam supresi oxidative burst dalam fagosit, sehingga menunjang pertumbuhan patogen dalam sel serta patogenesis penyakit infeksi. Sebagai contoh, IL-4 menghambat produksi anion hidrogen peroksida dan superoksida dalam monosit (yang telah diaktivasi dengan IFN-γ atau TNF-α), dan menekan aktivitas antifungal lekosit mononuklear terhadap Candida albicans. Interleukin-4 dan IL-13 meningkatkan fagositosis yang dimediasi reseptor mannose,14 mekanisme yang dianut patogen untuk menyelamatkan diri dari ancaman intracellular killing. Interleukin-10 merupakan sitokin lain yang meniadakan aktivasi makrofag, menghambat pembebasan hidrogen peroksida, mengurangi imunitas antimycobacterial dan antilisterial, meningkatkan pertumbuhan Legionella pneumophila dalam fagosit manusia dan membalik efek protektif interferon-γ terhadap patogen ini. Interleukin-10 juga menekan aktivitas bakterisidal monosit manusia terhadap Staphylococcus aureus dan C. albicans. Sitokin penghambat tersebut penting karena mengurangi oxidative burst agar jaringan normal terlindung dari kerusakan yang disebabkan ROIs serta RNIs yang toksik, namun dapat pula meningkatkan replikasi bakteri.Intracellular killing patogen intraseluler dengan mekanisme perampasan nutrien antara lain adalah cara pengosongan asam amino esensial dan zat besi, yang diinduksi oleh sitokin. Ini merupakan cara efisien bagi fagosit untuk mengendalikan serta membunuh patogen. Dengan demikian sel-sel yang diaktivasi menghambat replikasi Chlamydia psittaci, Chlamydia pneumoniae (22) dan enterococci dengan cara menginduksi katabolisme triptofan melalui indolamin-2,3-dioxygenase.Pengosongan triptofan dalam makrofag secara aktivasi interferon-γ dan TNF-α juga menghambat pertumbuhan Streptokokus grup B. Dengan suplementasi triptofan tidak terjadi hambatan pertumbuhan bakteri. Pembunuhan yang dimediasi interferon-γ terhadap Bordetella pertussis oleh makrofag alveolar, terjadi

Page 6: lo

sedikitnya sebagian melalui induksi tryptophan-degrading enzymes dan pengosongan zat besi.20 Makrofag manusia yang telah diaktivasi interferon membunuh Legionella pneumophila, antara lain dengan cara meregulasi ke bawah (downregulate) reseptor transferrin, sehingga menurunkan kemampuan zat besi dalam sel yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Legionella spp. Efek listerisidal juga berkaitan dengan kadar zat besi dalam makrofag.15Defensin, protein yang sudah kodratnya bersifat antimikrobial (natural antimicrobial protein), merupakan peptida kationik kecil dengan aktivitas anti-bakteri luas. Terdapat 2 kelas, α dan β, berperan dalam pertahanan tubuh antara lain dengan cara mematahkan struktur atau fungsi membran sitoplasma mikroba. Biasanya defensin diinduksi oleh sitokin dalam respons terhadap infeksi atau inflamasi, interleukin-1β, interferon-γ, dan TNF-α. Defensin mempunyai aktivitas antimikrobial pada bakteri Escherichia coli, Salmonella typhimurium, Staphylococcus aureus, Yersinia enterocolitica, Candida albicans, jamur serta virus bersampul.23Survival Bakteri IntraselulerDi antara bakteria intraseluler, obligatori dan fakultatif, banyak yang lambat laun memiliki mekanisme untuk menghindari atau melawan efek mikrobisidal fagosit, sehingga dapat bertahan hidup di dalamnya. Mekanisme resistensi bakteri terhadap intracellular killing bermacam-macam, antara lain dengan mengsekresi eksotoksin yang membunuh fagosit dan membantu melawan atau mencegah fagositosis.24,25 Bakteria tertentu dapat memodifikasi intracellular endocytic traffic yang mentargetkan bakteri pada destruksi fagolisosomal, untuk selanjutnya bermukim dalam fagosit profesional. Patogen yang memiliki pore-forming cytolysins dapat melarikan diri dari fagosom, dan terdapat patogen yang mengadakan replikasi dalam fagosom yang tidak diasamkan (nonacidified), serta terlindung dari fusi dengan lisosom pada fagosit tidak teraktivasi (non-activated phagocytes). Bakteria fagolisosomal tertentu menyesuaikan untuk melawan aktivitas antimikrobial hydrolase serta 9keasaman (pH) yang rendah dalam lisosom.16 Bakteri tertentu mampu menekan produksi metabolit sitotoksik sel fagosit, sedang bakteri lain dilengkapi dengan protein antioksidan sehingga dapat melawan efek ROIs dan RNIs , selanjutnya mengganjal fungsi antimikrobial fagosit. Mekanisme lain dengan menghambat produksi sitokin inflamatori yang terkait dengan pembersihan patogen, atau menginduksi produksi sitokin imunoregulatori seperti interleukin-10 sehingga terjadi deaktivasi fagosit.26 Bakteri dapat pula meningkatkan survival dengan mengubah ekspresi gen.16Atas dasar fakta-fakta tersebut, dalam keadaan tertentu pejamu tidak mampu mengendalikan atau mengeradikasi agen infeksi, meskipun terdapat respons imun yang efisien. Diperlukan antibiotik, terutama yang dapat bekerjasama dengan imunitas adaptif maupun non-adaptif.PEMILIHAN ANTIMIKROBA PADA INFEKSI BAKTERI INTRASELULERPengobatan infeksi bakteri intraseluler merupakan tantangan dipandang dari segi medis dan ekonomi. Patogen yang berkembang dan mempertahankan diri dalam sel, sedikit banyak terlindung dari pertahanan tubuh humoral dan seluler, bahkan demikian pula halnya terhadap antibiotik. Kesemuanya ini dapat menerangkan mengapa bakteri intraseluler tidak hanya merugikan bagi sel pejamu, namun juga merupakan reservoir bagi terulangnya infeksi dan terjadinya re-infeksi. Oleh karena dampak antibiotik pada bakteri intraseluler tidak dapat dicapai secara maksimal, hal ini akan menunjang terjadinya mutan yang resisten. Pertimbangan-pertimbangan ini menekankan betapa pentingnya memahami apakah antibiotik dapat bekerja dan seberapa jauh efek tersebut pada bakteri intraseluler, parameter farmakokinetik serta farmakodinamik mana yang diperlukan untuk menunjang kerja antibiotik, serta atas dasar kesemuanya bagaimana pemberian kemoterapi yang lebih baik.28 Perlu diingat pula bahwa pada anak variasi yang luas dalam hal usia dan tingkat perkembangan berhubungan erat dengan farmakokinetik serta farmakodinamik antibiotik.29 Hanya kadar antibiotik bebas dalam jaringan pada daerah target, biasanya lebih rendah dari kadar plasma total, yang menentukan outcome klinik terapi anti-infeksi.30Mekanisme Kerja AntimikrobaAntibiotika yang termasuk dalam masing-masing pengelompokan menurut mekanisme kerja ini adalah sebagai berikut: sebagai inhibitor terhadap sintesis dinding sel adalah penisilin dan sefalosporin, yang mempunyai struktur sama. Yang tidak sama strukturnya adalah kelompok cycloserin, vancomycin, bacitracin, antifungus azole (miconazole, ketoconazole, clotrimazole). Antibiotika yang langsung bekerja pada membran sel mikroba, cenderung mempengaruhi permeabilitas serta mengakibatkan kebocoran isi sel adalah detergen, polymyxin, antifungus polyene yaitu nystatin dan amphotericin B, yang 10mengikat sterol dinding sel. Dalam kelompok yang mempengaruhi sintesis ribonukleat dibagi menjadi dua, yaitu yang mempengaruhi fungsi subunit ribosome 30 S atau 50 S dengan akibat hambatan pada sinesis protein yang reversibel (kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, dan klindamisin, pristinamycin), serta yang mengikat subunit ribosome 30 S dan merubah sintesis protein, bahkan dapat berakibat kematian sel (aminoglikosida). Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat adalah rifamycin (misalnya

Page 7: lo

rifampin), yang menghambat RNA polymerase, dan quinolone, yang menghambat topoisomerase. Kelompok antimetabolit adalah trimethoprim dan sulfonamid, yang memblokir ensim esensial bagi metabolisme folat. Dalam kelompok antivirus termasuk analog asam nukleat adalah acyclovir dan ganciclovir, yang selektif menghambat DNA polymerase virus, zidovudin atau lamivudine, yang menghambat reverse transcriptase, serta nonnucleoside reverse transcriptase inhibitors, seperti nevirapine atau efavirenz, dan inhibitor ensim virus lain misalnya inhibitor HIV protease atau influenza neuraminidase.31Pengamatan bahwa antibiotik tertentu mempunyai efek bakterisidal tinggi dalam sistem aseluler, namun bila diterapkan pada bakteri intraseluler kemampuan membunuhnya sangat rendah, membuat para peneliti bertanya-tanya apakah mediator respons imun dapat bekerja sama dengan antibiotik demi tercapainya pembersihan infeksi intraseluler secara cepat. Dalam konsep ini, sitokin dapat memperbaiki efek bakterisidal intrinsik antibiotik.Aktivitas Intrafagositik AntibiotikAntibiotik harus bisa mencapai dan berikatan dengan organ target, agar dapat melakukan aktivitas kemoterapi; kontak antara bakteri dan antibiotik merupakan prasyarat. Dari sisi aktivitas terhadap patogen intraseluler, antibiotik tergantung pada kemampuannya untuk masuk dan berakumulasi dalam sel fagositik mencapai kadar yang cukup tinggi (melebihi kadar hambat minimal -minimal inhibitory concentration-). Dari hasil studi farmakokinetik seluler antibiotik berbeda dalam cara pengambilan oleh sel (cellular uptake), kadar dalam sel, dan distribusi subseluler. Selain itu, dalam pemilihan penggunaan antibiotik intraseluler perlu diperhatikan pula faktor influx dan efflux, respons bakterial, serta kerjasama dengan pertahanan tubuh.Antibiotik β-lactam dan aminoglikosida mempunyai efek bakterisidal yang kuat terhadap bakteria ekstraseluler yang sensitif, tetapi efek bakterisidal intraseluler rendah. Hal ini erat hubungannya dengan cellular uptake yang lemah dan lambat. Antibiotik β-lactam tidak berakumulasi dalam fagosit, mungkin disebabkan oleh sifatnya yang asam.33 Sebaliknya, makrolide seperti azithromycin dan clarithromycin terasingkan (sequestered) dalam leukosit, sehingga terdapat pada tempat infeksi dalam kadar yang tinggi, melebihi kadar dalam serum. Makrolide mempertahankan kadar terapeutik pasca pemberhentian pengobatan. Obat-obat ini secara efisien membunuh patogen berbeda-beda seperti Salmonella, Legionella, dan Listeria. Fluoroquinolon seperti ofloxacin, ciprofloxacin, sparfloxacin dan levofloxacin terpusat dalam sel fagositik dan secara efisien membunuh bakteria intraseluler yang tinggal di kompartemen subseluler tertentu.17,34 Seiring dengan efek bakterisidal, antibiotik dapat pula mengatur fungsi fagositik. Meskipun antibiotik tertentu (misalnya aminoglikosida) dapat bersifat toksik bagi sel pada kadar yang tinggi, antibiotik yang lain (misalnya makrolide) dapat mengatur ke bawah (downregulate) respons anti-inflamatori, sehingga pada pejamu terjadi mekanisme pertahanan terhadap injuri.35 Oleh karena itu digunakan strategi yang berbeda, keduanya untuk meningkatkan efek antimikrobial antibiotik serta mengurangi efek sitotoksiknya. Jadi, dengan menyelimuti (encapsulate) antibiotik seperti ampisilin di dalam liposom yang sensitif terhadap keasaman (pH-sensitive) akan meningkatkan pengambilan ke dalam sel (cellular uptake) serta efek bakterisidalnya di dalam sel. Pendekatan ini juga digunakan untuk mentargetkan gentamisin ke dalam sitosol , sebagai pilihan terhadap lisosom, untuk mengurangi efek toksik dan meningkatkan aktivitas bakterisidal, terutama ditujukan untuk patogen sitosolik.Minat untuk mendalami pengobatan infeksi intraseluler lebih dipusatkan pada kerjasama antara sitokin dan antibiotik. Bentuk pengobatan seperti ini diharapkan dapat memperpendek lama pemberian antibiotik dan mencegah timbulnya resistensi obat.Pemilihan antibiotik intraseluler pada anak harus selalu memperhatikan faktor umur serta perkembangan anak, disamping farmakokinetik dan farmakodinamiknya yang merupakan kunci untuk menentukan efikasi antimikroba yang diseleksi. Antibiotik intraseluler yang dapat diberikan kepada anak adalah penisilin, aminopenisilin (ampisilin, amoksisilin), ampisilin-sulbaktam, amoksisilin-clavulanate, sefalosporin generasi ke tiga (seftriakson, sefotaksim, seftazidim), dan sefalosporin generasi ke empat (sefepim) yang kesemuanya termasuk kelompok β-lactam. Selain itu macrolide (eritromisin, azithromisin, clarithromisin), dan aminoglikosida juga bermanfaat pada infeksi bakteri intraseluler.28,29 Meskipun fluoroquinolone terbukti mempunyai aktivitas antibiotik intraseluler kuat, namun penggunaan pada anak masih terbatas terutama pada penderita dengan cystic fibrosis.29 Peneliti lain mengamati pemberian gatifloksasin untuk pengobatan otitis media akuta pada kelompok anak usia 6 bulan-7 tahun dan 6 bulan-4 tahun. Meskipun hasil yang dicapai cukup menggembirakan belum terdapat persetujuan Food and Drug Administration mengenai penggunaan fluoroquinolon pada anak.37Dipandang dari sudut farmakodinamik seluler antibiotik β-lactam mempunyai cara kerja lambat dan tidak tergantung pada kadar obat, namun menjadi efektif bila terjadi kontak lama. Lokalisasi antibiotik subseluler terutama dalam sitosol. Sebaliknya fluoro-quinolone intraseluler bekerja cepat dengan cara tergantung pada kadar obat. Fluoroquinolone juga terdapat dalam sitosol. Aminoglikosida mempunyai uptake lambat,sehingga

Page 8: lo

memerlukan waktu pengobatan lama. Di samping kadar obat, waktu merupakan parameter penting. Efek bakterisidal tergantung kadar puncak yang adekuat. Efek aminoglikosida dapat menurun karena suasana asam di dalam fagolisosom. Berbeda dengan antibiotik β-lactam, hampir dalam setiap sel terjadi akumulasi makrolide. Makrolide mempunyai uptake dan efflux cepat, kecuali azithromisin, yang terikat pada struktur sel, terutama phospholipid. Lokalisasi antibiotik makrolide subseluler dua per tiganya terdapat dalam lisosom, sepertiganya dalam sitosol.

Perbesaran limfa

1. Infeksi

Pada kasus infeksi bakterial yang bersifat akut, ukuran limpa sedikit membesar. Pembesaran terjadi akibat peradangan yang menyebabkan peningkatan infiltrasi sel-sel fagosit dan sel-sel neutrofil. Jaringan atau sel-sel yang mati akan dicerna oleh enzim, sehingga konsistensi menjadi lembek, apabila disayat mengeluarkan cairan berwarna merah, bidang sayatan menunjukkan warna merah merata. Permukaan limpa masih lembut dan terlihat keriput. Peradangan dapat meluas sampai dengan kapsula limpa yang disebut sebagai perisplenitis dengan atau tanpa disertai abses.

Pada infeksi kronis non-pyogenik, pembesaran yang terjadi melebihi ukuran limpa pada infeksi akut. Konsistensi mengeras, bidang sayatan memperlihatkan adanya lymphoid aggregates, pulpa merah banyak mengandung sel-sel fagosit yang didominasi oleh sel plasma.

Pertahanan oleh diperantarai sel T (Celluar Mediated Immunity, CMI) sangat penting dalam mengatasi organisme intraseluler. Sel T CD4 akan berikatan dengan partikel antigen yang dipresentasikan melalui MHC II pada permukaan makrofag yang terinfeksi bakteri intraseluler. Sel T helper (Th1) ini akan mengeluarkan sitokin IFN γ yang akan mengaktivasi makrofag dan membunuh organisme intraseluler, terutama melalui pembentukan oksigen reaktif intermediat (ROI) dan nitrit oxide (NO). Selanjutnya makrofag tersebut akan mengeluarkan lebih banyak substansi yang berperan dalam reaksi inflamasi kronik. Selain itu juga terjadi lisis sel yang diperantarai oleh sel T CD8.Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga menimbulkan stimulasi antigen yang kronik. Keadaan ini menimbulkan pengumpulan lokal makrofag yang terkativasi yang membentuk granuloma sekeliling mikroorganisme untuk mencegah penyebaran. Hal ini dapat berlanjut pada nekrosis jaringan dan fibrosis yang luas yang menyebabkan gangguan fungsi. Oleh karena itu, kerusakan jaringan terutama disebabkan oleh respons imun terhadap infeksi bakteri intraseluler

4. Bagaimana tanda dan gejala limfadenopati ? ditandai pembengkakan pada satu atau lebih kelenjar getah bening, biasanya di leher dan ketiak, tetapi

kadang kala di tempat lain. Gejala ini biasanya cepat hilang tanpa diobati.

2. Bagaimana mekanisme terjadinya limfadenopati ? Mekanisme terjadinya limfadenopati adalah terjadi karena beberapa sebab otot yaitu peningkatan jumlah

limfosit makrofat jinak selama reaksi terhadap antigen.

6. Bagaimana keterkaitan kelenjar limfa dengan system imunitas ? Hubungan antara kelenjar limfa dengan sistem imunitas adalah kelenjar limfa juuga termasuk dalam

pertahanan tubuh. Kelenjar limfa memiliki sel pertahanan tubuh, jika ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar limfa dapat menghasilkan sel – sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut.

Page 9: lo

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000; 52). Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe (Price, 1995; 40). Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).

Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan

terlokalisasi.B. Etiologi

Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen. Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag. Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit cadangan lipid.

(Harrison, 1999; 370)C. Tanda dan Gejalaa. demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.b. sering keringat malam.c. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.d. Timbul benjolan di bagian leher.

D. PatofisiologiSistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada

penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.

Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).

LIMFADENITIS

A. DEFENISI Limfadenitis adalah peradangan kelenjar getah bening (kelenjar limfe) regional dari lesi primer akibat adanya infeksi dari bagian tubuh yang lain.

B. ETIOLOGI Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Streptokokus dan bakteri penyebab adalah pagar staphylococcal limfadenitis Umum, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan TBC juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Penyakit yang melibatkan kelenjar getah bening di seluruh tubuh termasuk mononucleosis, infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan brucellosis. Gejala awal limfadenitis adalah pembengkakan kelenjar yang disebabkan oleh penumpukan cairan jaringan dan peningkatan jumlah sel darah putih akibat respon tubuh terhadap infeksi. Kehilangan nafsu makan, vehicles keringat, nadi cepat, dan kelemahan.

Page 10: lo

Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran KGB maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran KGB.Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di daerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan tubuh.Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran kelenjar di daerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya, sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi. Umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan, terasa sakit.

Perbedaan

Pada umumnya limfadenopati memerlukan operasi.

limfadenopati leher

Sama dengan limfadenitis, limfadenopati adalah pembesaran kgb akibat kegagalan mengatasi gangguan di daerah pertahannya. Perbedaannya terletak pada siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu. Teroris limfadenitis datang dari luar tubuh seperti bakteri sedangkan limfadenopati dari dalam. Teroris limfadenopati dapat disidik seperti kanker tetapi dapat juga tidak diketahui. Ia dapat berasal dari setiap lokasi di daerah pertahanannya seperti payudara bagi ketiak ataupun di pos pertahanan itu sendiri seperti limfoma.

A. PengertianLimfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.Limfadenitis adalah nodus limfa yang terletak sepanjang perjalanan pembuluh limfa. Nodus yang sering terlibat adalah yang terdapat diselangkangan, aksila dan leher.Limfadenitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih kelenjar getah bening, yang biasanya menjadi bengkak dan lunak.B. Klasifikasi1. Limfadenitis Nonspesifik AkutLimfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening yang mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila terrjadi infeksi bakteri atau virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum besar yang memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila keadaan ini disebabkan oleh organisme piogenik, disekitar folikel dan di dalam sinus limfoid ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah, pusat germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses. Apabila infeksi terkendali, kelenjar getah bening akan kembali tampak normal atau terjadi pembentukan jaringan parut apabila dekstruktif.2. Limfadenitis Nonspesifik KronikMenimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia folikel, hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus. Hiperplasia folikel berkaitan dengan infeksi atau proses proses

Page 11: lo

peradangan yang mengaktifkan sel B. Sel B dalam berbagai tahap diferensiasi berkumpul di dalam pusat germinativum besar yang bulat atau oblong (folikel sekunder). Hiperplasia limfoid parakorteks ditandai dengan perubahan reaktif di dalam regio sel T kelenjar getah bening. Sel T parafolikel mengalami proliferasi dan transformasi menjadi imunoblas yang mungkin menyebabkan lenyapnya folikel germinativum.C. EtiologiLimfadenitis hampir selalu dihasilkan dari sebuah infeksi, yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, ricketsia, atau jamur. Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberkulosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh.D. PatofisiologiSuatu cairan disebut getah bening bersirkulasi melalui pembuluh limfatik dan mmebawa limfosit (sel darah putih) mengelilingi tubuh. limfosit ini merupakan sel-sel dari system imun yang membantu tubuh melawan penyakit. Terdapat 2 tipe utama limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B, karena cairan limfe tidak mengandung sel darah merah maka ia berwarna putih.Pembuluh limfatik melalui kelenjar getah bening, kelenjar getah bening berisi sejumlah besar limfosit dan bertindak sebagai penyaring menangkap organisme yang menyebabkan infeksi seperti bakteri dan virus. Kelenjar getah bening cenderung bergerombol dalam suatu kelompok sebagai contoh tardapat sekelompok besar di ketiak, dileher dan lipat.pangkal paha.Ketika suatu bagian tubuh terinfeksi atau bengkak, kelenjar getah bening terdekat sering membesar dan nyeri. hal berikut ini terjadi sebagai contoh jika seseorang dengan sakit leher mengalami “pembengkakan kelenjar” di leher. cairan limfatik dari tenggorokan mengalir ke dalam kelenjar getah bening di leher, dimana organisme penyebab infeksi dapat dihancurkan dan dicegah penyebarannya ke bagian tubuh lainnya.E. Manifestasi KlinisKelenjar getah bening yang terinfeksi membesar dan biasanya lunak dan sangat menyakitkan. Kadangkala, kulit disepanjang kelenjar yang terinfeksi tampak merah dan terasa hangat. Orang tersebut bisa mengalami demam. Kadangkala, kantung atau nanah (abses) terbentuk. Kelenjar tubuh yang membesar yang tidak menyebabkan nyeri, atau kemerahan bisa mengindikasikan gangguan serius lainnya, seperti limfoma, tuberkulosis atau hodgkin limfoma.F. Pemeriksaan DiagnosisSistem limfatik dapat diperiksa dengan sinar-X setelah penyuntikan media kontras langsung ke pembuluh limfa ditangan dan kaki. Teknik ini, limfangiografi merupakan cara mendeteksi keterlibatan nodus akibat metastase karsinoma, limfoma atau infeksi di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh petugas kesehatan, kecuali dengan pembedahan terbuka.Prosedur ini akan melokalisir pembuluh limfa pada masing-masing kaki (atau tangan) ketika media kontras Evans blue disuntikan secara intradermal di antara jari pertama dan kedua. Kemudian satu segmen limfatik berwarna biru diidentifikasi, diisolasi, dikanulasi dengan jarum nomor 25-30 dan dilakukan infus lambat dengan bahan kontras yang mengandung yodium dan minyak. Dua puluh empat jam menjelang penyuntikan berakhir serangkaian foto sinar-X diambil, dan dilanjutkan secara berkala apabila perlu. Nodus limfa yang teridentifikasi dapat mempertahankan bahan kontras sampai 1 tahun setelah penyuntikan, dan setiap perubahan ukuran akibat radiasi atau kemoterapi dapat diukur dan digunakan sebagai kriteria untuk menentukan efek terapi.Limfoskintigrafi merupakan alternatif limfangiografi yang terpercaya. Koloiid berlabel radioaktif disuntikkan secara subkutan pada rongga interdigital kedua. Ekstremitas kemudian digerak-gerakkan untuk memperlancar aliran media dalam sistem limfatik. Kemudian diambil pencitraan secara berseri dengan jangka waktu yang telah diatur. Tidak ada efek samping yang dilaporkan.G. Penatalaksanaana. PengobatanPengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi bakteri, biasanya diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) atau intravena (melalui pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa dikompres hangat. Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap keras dan tidak lagi terasa lunak pada perabaan

1.1 Pengertian

Page 12: lo

Furunkel adalah Infeksi akut dari satu folikel rambut dan jaringan disekitarnya yang biasanya mengalami nekrosis disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

Furunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu atau lebih folikel rambut. Furunkel juga merupakan infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya.

Furunkel atau bisul merupakan inflamasi akut yang timbul dalam pada satu atau lebih folikel rambut dan menyebar kelapisan dermis sekitarnya. Kelainan ini lebih dalam daripada folikulitis. (furunkolosis mengacu pada lesi yang multiple atau rekuren) furunkel dapat terjadi pada setiap bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah-daerah yang mengalami iritasi, tekanan, gesekan dan perspirasi berlebihan, seperti bagian posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).

Furunkel dapat berawal sebagai “jerawat“ yang kecil, merah, menonjol dan kerasa sakit. Kerap kali infeksi ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak subkutan dengan menimbulkan nyeri tekan, rasa sakit dan sellulitis didaerah sekitarnya. Daerah kemerahan dan indurasi menggambarkan supaya tubuh untuk menjaga agar infeksi terlokalisasi. Bakteri (biasanya stapilococcus) menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang diserangnya. Terbentuknya bagian tengah bisul yang khas terjadi beberapa hari kemudian. Kalau hal ini terjadi, bagian tengah tersebut berwarna kuning atau hitam, dan bisul semacam ini dikatakan oleh orang awal sebagai bisul “yang sudah matang”.

2.2 Etiologia) Bakteri : stafilokokus aureus, berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm, susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.b) Bakteri lain atau jamur Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung,telinga,atau jari-jari tangan.

2.3 Gejala KlinisMula-mula modul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut, kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrose dan menyembuh setelah pus keluar dan meninggal sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari – 3 minggu.

Nyeri, terutama pada yang akut, besar, di hidung, lubang telinga luar. Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual). Dapat satu atau banyak dan dapat kambuh-kambuh. Tempat predileksi : muka, leher, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan, pantat dan daerah

anogenital.

2.4 Gambaran Klinisa. Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk halus, berbentuk kubah dan bewarna merah disekitarnyab. Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai 3-10 cm atau bahkan lebihc. Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit beratd. Jika pecah spontan atau disengaja, akan mongering dan membentuk lubang yang kuning keabuan pada bagian

tengah dan sembuh perlahan dengan granulasie. Waktu penyembuhan kurang lebih 2 mgf. Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.

2.4 PatofisiologiBakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau robekan pada kulit. Respon

primer host terhadap infeksi stafilokokus aureus adalah mengerahkan sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis factor) dan IL (interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus (gab sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati).

Impetigo adalah satu penyakit menular. Impetigo adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula).

Page 13: lo

Impetigo paling sering menyerang anak-anak, terutama yang kebersihan badannya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai. Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya. Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran pernapasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya).

Gejala

Bintik-bintik merah yang kecil menjadi lepuh yang berisi nanah dan berkeropeng; biasanya pada muka, tangan atau kepala. Impetigo berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan gatal, kemudian melepuh, mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya membentuk keropeng.

Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal dari lepuhannya.

Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai rasa gatal.

Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi.

[sunting]Tempoh pengasingan yang disarankan

Ya, sampai perawatan dimulai. Bisul harus ditutup dengan pembalut yang kedap air.

[sunting]Pencegahan

Mencuci tangan dengan teliti. Infeksi bisa dicegah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan badan. Goresan ringan atau luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan air, bila perlu olesi dengan zat anti-bakteri.

Untuk mencegah penularan:

1. Hindari kontak dengan cairan yang berasal dari lepuhan di kulit2. Hindari pemakaian bersama handuk, pisau cukur atau pakaian dengan penderita3. Selalu mencuci tangan setelah menangani lesi kulit.

8.Penyakit Kulit ImpetigoImpetigo adalah penyakit kulit menular yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Impetigo menyebabkan kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan kulit menjadi merah. Impetigo sangat mudah terjadi pada anak berusia dua sampai enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke dalam kulit melalui gigitan serangga, luka, atau goresan. Kebersihan sangat penting bagi orang yang mengalami impetigo.Penyakit ImpetigoIMPETIGO

DEFINISI

Impetigo adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula).

Impetigo paling sering menyerang anak-anak, terutama yang kebersihan badannya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai.Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya.Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya).

PENYEBAB

Bakteri Staphylococcus atau Streptococcus.

Impetigo bisa terjadi setelah suatu cedera atau suatu keadaan yang menyebabkan robekan di kulit (misalnya infeksi jamur, luka bakar karena matahari atau gigitan serangga).Impetigo juga bisa menyerang kulit yang normal, terutama pada tungkai anak-anak.

Page 14: lo

Jenis impetigo:• Impetigo contagiosa. Merupakan bentuk paling umum dari impetigo, yang biasanya dimulai dengan noda merah pada wajah, paling sering di sekitar hidung dan mulut. Luka dengan cepat memecah dan mengeluarkan cairan atau nanah yang kemudian membentuk kerak berwarna kuning. Luka tersebut mungkin gatal, akan tetapi tidak terasa sakit.• Bullous impetigo. Umumnya diderita oleh bayi dan anak dibawah usia 2 tahun. Impetigo ini tidak menyebabkan rasa sakit dan berisi cairan –biasanya pada pinggul, lengan atau leher. Kulit disekitarnya biasanya merah dan gatal tetapi tidak terluka. Benjolan berisi cairan ini dapat pecah dan menyisakan kerak berwarna kekuningan, dapat besar atau kecil, dan dapat hilang lebih lama daripada impetigo jenis lainnya.• Ecthyma. Merupakan jenis impetigo yang lebih serius yang terdapat di lapisan dalam kulit (dermis). Tanda dan gejala antara lain luka berisi cairan atau nanah yang terasa sakit, biasanya pada kaki. Kemudian memecah dengan kerak yang berwarna kuning keabu-abuan dank eras. Bekas akan tertinggal setelah luka sembuh. Ecthyma dapat juga menyebabkan pembengkakan kelenjar limpa pada area yang terkena.

GEJALA

Impetigo berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan gatal, kemudian melepuh, mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya membentuk keropeng.

Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal dari lepuhannya.

Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai seukuran cincin yang besar.Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai rasa gatal.

Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi.

ImpetigoImpetigo bulosa

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah stafilokokus atau streptokokus, bisa dilakukan pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi di laboratorium.

PENGOBATAN

Untuk infeksi ringan, diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau dicloxacillin).Antibiotik per-oral (ditelan) bisa mempercepat penyembuhan.

Untuk melepaskan keropeng, kulit sebaiknya dicuci dengan sabun anti-bakteri beberapa kali/hari.

PENCEGAHAN

Infeksi bisa dicegah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan badan.Goresan ringan atau luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan air, bila perlu olesi dengan zat anti-bakteri.

Page 15: lo

Nyeri: Ketika jaringan hancur atau diserang oleh leukosit dalam peradangan, banyak mediator yang disampaikan oleh sirkulasi dan / atau dibebaskan dari penduduk dan berimigrasi sel pada situs. Mediator Proalgesic termasuk sitokin pro inflamasi, kemokin, proton, faktor pertumbuhan saraf, dan prostaglandin, yang diproduksi dengan menyerang leukosit atau sel penduduk. Mediator analgesik, yang melawan rasa sakit, juga diproduksi di jaringan meradang. Ini termasuk anti-inflamasi sitokin dan peptida opioid. Interaksi antara leukosit yang diturunkan dari peptida opioid dan reseptor opioid dapat menyebabkan ampuh, penghambatan klinis yang relevan dari nyeri (analgesik). Reseptor opioid yang hadir pada ujung perifer dari neuron sensorik. Peptida opioid disintesis dalam sirkulasi leukosit, yang bermigrasi ke jaringan meradang disutradarai oleh kemokin dan molekul adhesi. Dalam kondisi stres atau dalam menanggapi melepaskan agen (misalnya kortikotropin-releasing factor, sitokin, noradrenalin), leukosit dapat mengeluarkan opioid. Mereka mengaktifkan reseptor opioid perifer dan menghasilkan analgesia dengan menghambat rangsangan saraf sensorik dan / atau pelepasan neuropeptida rangsang. Konsep generasi nyeri dengan mediator dikeluarkan dari leukosit dan analgesia oleh kekebalan tubuh yang diturunkan opioid.

Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut Rubor (kemerahan) terjadi karena banyak darah mengalir ke dalam mikrosomal lokal pada tempat

peradangan. Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan pada tempat peradangan dari pada

yang disalurkan ke daerah normal. Dolor (Nyeri) dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga

karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya. Tumor (pembengkakan) pengeluaran ciran-cairan ke jaringan interstisial. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah terganggunya fungsi organ tubuh