Page 1
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
Page 2
53
BAB III
METODOLOGI
Metodologi Pengumpulan Data
Dalam buku “Metodologi Penelitian untuk Public Relations-Kuantitatif dan
Kualitatif” (2011), Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si. mendefinisikan metode kualitatif
sebagai perilaku artistik, dimana pendekatan filosofis menjadi faktor penting.
Peneliti harus menggali lebih dalam dengan mengajukan pertanyaan menggunakan
rumus 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, dan How). Sedangkan, metode
kuantitatif didefinisikan sebagai penelitian yang bergantung pada data angka yang
memerlukan bantuan perhitungan ilmu statistik yang menghasilkan perhitungan
yang bersifat penggambaran atau kaitan antar variabel. Metode pengambilan data
yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data kualitatif
dilakukan dengan cara studi pustaka, studi eksisting, observasi non-partisipatif, dan
wawancara yang didokumentasikan dengan pengambilan foto serta perekaman
suara. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan cara kuesioner.
3.1.1. Studi Pustaka
Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si. dalam buku Metodologi Penelitian untuk Public
Relations-Kuantitatif dan Kualitatif” (2011), mengatakan bahwa studi pustaka
adlah proses mencari kepustakaan yang terkait untuk digunakan dalam keperluan
penelitian. Fungsi dari studi pustaka adalah menyediakan kerangka teori untuk
perencanaan penelitian, menyediakan informasi tentang penelitian yang lampau
agar terhindar dari duplikasi yang tidak disengaja, memberikan rasa percaya diri
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 3
54
dalam penguasaan informasi, memberikan informasi tentang metode penelitian dari
penelitian sebelumnya, menyediakan temuan dan kesimpulan penyelidikan
terdahulu yang dapat digabungkan dengan kesimpulan kita.
Studi pustaka dapat bersumber dari buku, ensiklopedia, jurnal, majalah,
surat kabar, newsletter, manuskrip, monografi, memoar, naskah, surat, agenda,
konstitusi dan hukum UU, skripsi dan tesis serta disertasi yang tidak dipublikasikan,
buletin, surat edaran dari kantor pemerintah, rekaman di perguruan tinggi, laporan
hasil seminar dan pendidikan, laporan resmi pemerintah, dll. Penulis mencari data
sebanyak mungkin sebagai referensi, yang berkaitan dengan perilaku remaja,
penggunaan media sosial, dampak media sosial, fenomena saat ini, privacy,
informasi pribadi, UU yang berlaku, dll., melalui internet, buku, jurnal, portal
berita, dll.
3.1.2. Studi Eksisting
Penulis mempelajari apa saja yang telah dilakukan oleh pihak Internet Sehat.
Internet Sehat (www.internetsehat.id) adalah gerakan yang didirikan oleh ICT
Watch pada tahun 2002. Gerakan ini mengkampanyekan aktivitas berinternet yang
aman dan bermanfaat, baik untuk pribadi, keluarga, maupun untuk tujuan
pendidikan melalui berbagai media sosial, seperti Facebook, Twitter, Foursquare,
dan Youtube.
Pihak Internet Sehat paling sering melakukan forum diskusi dan seminar
dengan mengundang pembicara yang ditujukan untuk orangtua. Selain itu, mereka
juga pernah membuat permainan ular tangga dalam leaflet yang ditujukan untuk
alat bantu orangtua dalam mengedukasi anak yang dapat dilakukan melalui
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 4
55
permainan. Dalam wawancara dengan Bapak Indriyatno Banyumurti, Direktur
Program ICT Watch sekaligus aktivis Internet Sehat, sejauh ini target sasaran
kebanyakan merupakan orang tua dan anak-anak. Mereka belum menargetkan
remaja karena merasa kesulitan dalam menjangkau kaum muda.
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 5
56
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 6
57
Gambar 3.1. Leaflet Internet Sehat
(http://internetsehat.id/literasi/)
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 7
58
Pihak Internet Sehat juga pernah menerbitkan buku “Internet Sehat-
Pedoman Ber-Internet yang Aman, Nyaman, dan Bertanggungjawab”, yang
didistribusikan secara online melalui slideshare yang terhubung kepada website
“internetsehat.org”, “literasidigital.id”, blog, dll. E-book ini telah diterbitkan
sebanyak 3 kali, yaitu pada tahun 2010, 2012, dan 2017. Internet Sehat juga telah
bekerja sama dengan Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informasi)
dalam menjalankan program dengan nama serupa “Internet Sehat”.
2010 2012 2017
Gambar 3.2. E-book Internet Sehat
(https://html2-f.scribdassets.com/397ct4mksg5kdpuh/images/1-3bcc5ffa60.jpg ,
https://www.slideshare.net/literasidigital/internet-sehat-pedoman-berinternet-aman-nyaman-dan-
bertanggungjawab , https://image.slidesharecdn.com/bukuinternetsehat-150918164756-lva1-
app6892/95/buku-internet-sehat-1-638.jpg?cb=1442595241)
3.1.3. Observasi Nonpartisipatif
Observasi adalah proses pengamatan yang direncanakan, dicatat secara sistematis,
dan dapat dikontrol reliabilitas dan validitasnya (Usman,H. & Purnomo, 2008).
Observasi nonpartisipatif adalah salah satu jenis observasi dimana penulis tidak
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 8
59
berpartisipasi langsung dalam kegiatan tersebut. Penulis menonton video seminar
diskusi tentang perlindungan data pribadi yang diadakan oleh Internet Sehat yang
bekerja sama dengan Asosiasi E-Commerce Indonesia (IDEA). Video tersebut di
upload pada tanggal 5 Februari 2018 di channel Youtube Internet Sehat, dan
ditonton pada tanggal 24 Februari 2018.
Gambar 3.3. Screen-Capture Video Bahan Observasi
(Dok. Pribadi, 2018)
Pembicara dalam video ini adalah Bapak Donny B.U., salah satu pendiri
sekaligus Direktur Eksekutif dari “ICT Watch”, sebuah organisasi non-profit yang
bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi, organisasi ini juga menjadi
dasar program edukasi dan advokasi nasional “Internet Sehat”. Beliau
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 9
60
membicarakan antara lain mengenai UU terkait perlindungan data pribadi,
fenomena masyarakat yang sering post aktivitas dan lokasi mereka, bahaya
profiling, dll.
Pembicara kedua adalah Bapak Ardi Sutedja K. yang merupakan Direktur
Utama PT Indonesia Dirgantara Expo (IDEX), sebuah perusahaan Event Organizer
nasional yang fokus pada kegiatan yang berkaitan dengan teknologi (TIK, Aviasi,
dan Maritim). Beliau juga merupakan salah satu pendiri dan pengurus Cyber
Security Forum (ICSF) dan Indonesia Chief Information Officers Forum (id.CIO),
organisasi non-profit yang fokus pada peningkatan kewaspadaan, peningkatan
kapasitas, dan pengembangan teknologi keamanan cyber di Indonesia. Dalam video
tersebut, beliau membicarakan tentang kurangnya awareness masyarakat mengenai
privacy dalam dunia maya, cyber hygiene, penipuan/scams, dll.
3.1.4. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap Bapak Indriyatno Banyumurti, Koordinator
Program ICT Watch sekaligus aktivis Internet Sehat, untuk mendapatkan data
mengenai penyebab kejahatan pada remaja dalam media sosial, cara
pencegahannya, dll. Wawancara dilakukan di Hotel Mercure Sabang, Jakarta Pusat,
pada tanggal 6 Maret 2018. Bapak Indriyatno Banyumurti menjelaskan mengenai
fenomena yang terjadi di masa kini bahwa remaja seringkali tidak waspada dalam
memberikan informasi pribadi di media sosial. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kewaspadaan terhadap kemungkinan data mereka disalahgunakan oleh
orang-orang yang berniat jahat kepada mereka. Media sosial merupakan user-
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 10
61
generated content, maka tergantung dengan orang yang menggunakannya, dapat
dimanfaatkan untuk tujuan baik, maupun buruk, sama seperti di dunia nyata.
Gambar 3.4. Wawancara dengan Bapak Indriyatno Banyumurti
(Dok. Pribadi, 2018)
Penyebab kejahatan pada remaja yang paling umum adalah kurangnya
awareness atau kurangnya kepedulian dalam mengetahui sifat-sifat media sosial.
Yang kedua, terkait masalah privasi, dimana banyak sekali orang menemukan
media sosial sebagai wadah untuk menunjukkan eksistensi dirinya, kemudian lupa
bahwa ada informasi-informasi pribadi yang menjadi konsumsi publik. Dengan
mudahnya orang dapat melakukan profiling, menemukan siapa dia, dimana
rumahnya, dimana sekolahnya, siapa keluarganya, dsb. Media sosial mudah
diakses, siapapun bisa masuk dan dengan mudah juga bisa menyembunyikan
identitas/jati dirinya, sehingga lebih mudah melakukan kejahatan.
Di Indonesia, belum ada UU Perlindungan Data Pribadi yang menjabarkan
apa saja yang termasuk informasi pribadi dan melindungi data pribadi user. Dasar
hukum yang ada saat ini adalah UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) no.19
tahun 2016 yang mengatur tentang distribusi elektronik. UU ITE tidak berdiri
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 11
62
sendiri, semua peraturan perundangan yang berlaku di dunia nyata, tetap berlaku di
dunia maya. Ada beberapa hal yang tidak dilindungi UU ITE, sehingga UU
Perlindungan Data Pribadi tetap dibutuhkan. Misalnya, kita tidak dapat
menyalahkan provider suatu aplikasi, ketika data kita yang telah tersimpan
disalahgunakan oleh orang ketiga.
Seharusnya orang dengan pendidikan tinggi lebih memahami dan waspada
terhadap kemungkinan orang dengan niat jahat dalam media sosial. Pada
kenyataannya tidak sejalan, karena korban berasal dari berbagai kalangan. “Wise
while online, think before posting” (slogan Internet Sehat), dimana “wise” berarti
bagaimana mereka aware, khususnya masalah privasi, bagaimana bertutur dan
berinteraksi di media sosial. Karena ada istilah “Once you post it online, you can
never take it back” yang berarti walaupun sudah kita hapus bisa jadi orang sudah
meng-capture postingan kita. Kemudian “think before posting”, karena apapun
yang kita post akan mempengaruhi digital footprint/jejak digital.
Gambar 3.5. Wawancara dengan Bapak Yulius Steven
(Dok. Pribadi, 2018)
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 12
63
Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 19 Maret 2018 dengan Bapak
Yulius Steven, psikolog UMN. Beliau mengatakan bahwa remaja suka
menggunakan media sosial karena pengaruh dari teman (peer influence) dan perlu
diingat pada usia tersebut hal ini sangatlah berpengaruh pada kehidupannya. Proses
ini merupakan bagian dari otak yang menginginkan reward system untuk
meningkatkan kepercayaan diri dalam upaya mencari identitas diri. Cara pikir
remaja seperti ini yang mengakibatkan banyak anak remaja yang berusaha
menunjukkan dirinya ke media sosial secara terang-terangan tanpa berpikir panjang
mengenai akibatnya. Mereka merasa dengan menunjukkan diri mereka yang cantik
atau ganteng, bersekolah di tempat yang terkenal, menuliskan informasi diri dan
sebagainya, akan membuat mereka lebih diperhatikan dan merasa dihargai. Dengan
ditambahkannya informasi pribadi tersebut, mereka ingin semua orang atau teman-
temannya di media sosial dapat melihat kehidupan sehari-harinya.
Keterbukaan ini yang akhirnya menjadi peluang bagi tindak kejahatan untuk
masuk dan memengaruhi remaja-remaja tersebut. Dengan beberapa ajakan, pujian,
dan mungkin juga ungkapan rasa suka, menjadi awal dari korban untuk merasa
percaya terhadap orang asing yang baru saja dikenalnya. Hal ini tentu menjadi
kemudahan bagi penjahat dalam melakukan berbagai tindakan kriminal.
3.1.5. Kuesioner
Teknik kuesioner merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data,
dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008:142). Kuesioner ini dilakukan dengan
metode random sampling, dengan penentuan jumlah sampel dengan Rumus Slovin.
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 13
64
Kuesioner disebarkan pada anak remaja usia 13-18 tahun, untuk mendapatkan data
kecenderungan kebiasaan mereka dalam menggunakan media sosial.
n=ukuransampelN=ukuranpopulasie=persenkelonggaranketidaktelitiankarenakesalahanpengambilansampelyangmasihdapatditolerirataudiinginkan,misalnya10%.
Gambar 3.6. Rumus Slovin
(Google, 2018)
Berdasarkan perhitungan tersebut, jika jumlah populasi remaja di Jakarta
berkisar pada angka 700.000 jiwa, dan persen kelonggaran yang masih dapat
ditolerir merupakan 10%, maka sampel yang diperlukan adalah 100 orang. Penulis
mendapatkan 160 responden yang memberikan hasil sebagai berikut:
Gambar 3.7. Usia Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 14
65
Dari 160 responden, 9 orang berusia 13 tahun (5,6%), 11 orang berusia 14
tahun (6,9%), 46 orang berusia 15 tahun (28,7%), 37 orang berusia 16 tahun
(23,1%), 23 orang berusia 17 tahun (14,4%), dan 34 orang berusia 18 tahun
(21,3%).
Gambar 3.8. Penggunaan Media Sosial Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, 158 orang (98,8%) menggunakan media sosial,
sedangkan 2 orang (1,2%) yang tidak menggunakan media sosial.
Gambar 3.9. Waktu Penggunaan Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 15
66
Dari 160 responden, 7 orang menggunakan media sosial dibawah 1 jam per
hari (4,4%), 48 orang menggunakan media sosial antara 1-3 jam per hari (30%), 58
orang menggunakan media sosial antara 4-6 jam per hari (36,3%), dan 47 orang
menggunakan media sosial diatas 7 jam per hari (29,4%).
Gambar 3.10. Aplikasi Media Sosial Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, 3 aplikasi media sosial yang paling sering digunakan
adalah Instagram yang berjumlah 136 orang (85%), kemudian diikuti dengan Line
dengan jumlah 135 orang (84,4%), lalu Youtube sebanyak 96 orang (61,3%).
Gambar 3.11. Posting Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 16
67
Dari 160 responden, angka tertinggi yang berjumlah 115 orang suka update
foto (71,9%), diikuti dengan update video dan kegiatan yang berada di angka 51
orang (31,9%), kemudian status sebanyak 33 orang (20,6%).
Gambar 3.12. Akun Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, 92 orang mengunci akun media sosial mereka (57,5%),
sedangkan 68 orang tidak mengunci akun media sosial mereka (42,5%).
Gambar 3.13. Gadget Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, 152 orang sering menggunakan HP (95%), 2 orang
sering menggunakan tablet (1,2%), 5 orang sering menggunakan laptop (3,1%), dan
1 orang sering menggunakan komputer PC (0,6%).
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 17
68
Gambar 3.14. Interaksi Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, 94 orang pernah berinteraksi dengan orang asing
melalui sosial media (58,8%), sedangkan 66 orang tidak pernah berinteraksi dengan
orang asing melalui sosial media (41,3%).
Gambar 3.15. Pertemuan Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, 53 orang pernah bertemu tatap muka dengan orang
yang baru dikenal melalui media sosial (58,8%), sedangkan 107 orang tidak pernah
bertemu dengan orang yang baru dikenal melalui media sosial (41,3%).
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 18
69
Gambar 3.16. Bahaya Menurut Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, pernyataan tertinggi berada di skala 5 yaitu sebanyak
50 orang (31,3%), diikuti oleh skala 6 sebanyak 30 orang (18,8%), lalu skala 7
sebanyak 24 orang (15%) dan skala 8 sebanyak 22 orang (13,8%), kemudian skala
4 sebanyak 10 orang (6,3%) dan skala 10 sebanyak 9 orang (5,6%), sisanya 15
orang terbagi di skala 3,9,2,1 dengan presentase masing-masing dibawah 5%.
Gambar 3.17. Kejahatan Menurut Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden diatas, jawaban serupa dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jawaban saja. Jawaban terbanyak adalah penipuan dengan 65 responden,
kemudian dilanjutkan dengan 57 responden menyebutkan cyberbullying, 36 orang
menyebutkan penculikan, 31 responden menyebutkan cybercrime, 29 responden
menyebutkan penyalahgunaan data/identitas, 24 responden menyebutkan hoax, 20
responden menyebutkan pemerkosaan dan hal yang berbau seksual, 8 responden
menyebutkan perampokan, dan 8 responden tidak tahu.
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 19
70
Gambar 3.18. Perlindungan Diri Menurut Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari 160 responden, 117 orang mengatakan mereka tahu cara melindungi
diri dalam media sosial (73,1%), sedangkan 43 orang tidak tahu cara melindungi
diri dalam media sosial (26,9%).
Gambar 3.19. Trik Menurut Responden
(Dok. Pribadi, 2018)
Dari pertanyaan sebelumnya, 117 orang yang menjawab tahu
dikelompokkan lagi menjadi bebertapa jawaban. 85 responden mengatakan tahu
dan dapat menyebutkan dengan jelas setidaknya 1 cara yang mereka lakukan. 71
dari 85 responden tersebut telah menjawab mengenai cara melindungi diri yang
berhubungan dengan pentingnya informasi pribadi dan perlunya waspada dengan
orang yang baru dikenal. Namun ada 32 responden yang menjawab “YA” di
pertanyaan sebelumnya, tetapi jawaban pada pertanyaan ini menjadi tidak relevan
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018
Page 20
71
atau bisa dianggap tidak tahu. Dengan demikian, saya simpulkan bahwa orang yang
tidak/belum tahu cara melindungi diri di media sosial sebesar 46,9%.
Metodologi Perancangan
Berdasarkan Landa (2011), tahapan yang dilakukan dalam perancangan kampanye
ini adalah:
1. Orientasi:
Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan kampanye.
2. Identifikasi masalah:
Remaja banyak menjadi korban kejahatan melalui media sosial dengan cara
profiling dan modus perkenalan, karena kurangnya awareness dalam
mengetahui sifat-sifat media sosial dan menjaga informasi diri.
3. Analisis:
Studi pustaka, studi eksisting, observasi, wawancara, kuesioner.
4. Strategi kampanye:
Menggunakan penyampaian yang memberitahu adanya ancaman dalam
kegiatan sehari-hari yang memberikan perasaan terkejut, sehingga
memberikan rasa takut.
5. Konsep Visual: Mindmapping, Brainstorming, Keywords.
6. Visualisasi: Sketsa, digitalisasi.
7. Implementasi: Menerapkan desain pada setiap media.
Perancangan Kampanye Sosial..., Benita Vela Viantika, FSD UMN, 2018