I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehubungan dengan adanya berbagai peralatan disekitar kita yang
memerlukan ukuran yang lebih teliti. Maka dari itu kami melakukan
praktikum fisika mengenai pengukuran panjang dengan menggunakan
bermacam-macam alat ukur ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari sangat
banyak aktivitas yang menggunakan pengukuran panjang seperti
mengukur gambar, mengukur tanah, menghitung tebal-tipis logam,
mengukur bangunan. Pada dasarnya semua pengukuran tadi menggunakan
alat ukur yang membutuhkan ketelitian dalam penggunaannya.
Dalam pengaplikasian ilmu fisika tentu saja tidak bisa
dilepaskan dari sebuah pengukuran menggunakan alat-alat. Ketepatan
hasil ukur menjadi alasan mengapa menggunakan alat ukur yang
berbeda-beda. Tidak hanya itu, ketelitian hasil ukur yang
diharapkan, ukuran yang diukur, dan bentuk benda tersebut juga
menjadi factor lain yang dipertimbangkan dalam penggunaan alat
pengukuran
Mengukur dapat disebut sebagai salah satu syarat untuk
mendeskripsikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan
secara matematis dan kuantitatif. Dan apabila kita kaitkan dengan
langkah-langkah penelitian atau sekedar hipotesis maka pengukuran
menjadi salah satu cara untuk mencari kumpulan data yang mendukung
sebuah penelitian atau hanya sekedar penulisan karya ilmiah.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum adalah sebagai berikut.
1. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur
panjang.
2. Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur (neraca
timbangan)
3. Mengukur besaran volume dengan berbagai cara.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengukuran
Pengukuran adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran yang
diukur dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan. Misalnya:
Mengukur ketebalan logam, panjang kertas, tinggi bangunan, dll
(Anashir,2013)
Adapun macam-macam pengukuran adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran Panjang
Dalam pengukuran panjang, kita dapat menggunakan alat sederhana
seperti pensil atau bagian dari tubuh kita seperti tangan. Selain
itu juga dapat menggunakan alat yang umumnya digunakan untuk
mengukur contohnya : mistar, meteran, jangka sorong, micrometer
sekrup dll (Anonim, 2014).
a. Mistar
Ketika menggunakan mistar posisi mata kita lurus dengan benda
yang kita ukur. Hal ini meningkatkan ketelitian dalam mengukur
benda ketika menggunakan mistar. Pandangan yang tidak lurus dengan
benda menyebabkan pembacaan skala yang salah. Kesalahan ini disebut
kesalahan paralaks.(Anonim, 2014).
Gambar 2.1 Pengukuran dengan mistar
b. Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki 2 skala. Skala panjang yang terdapat di
rahang tetap merupakan skala utama. Skala tersebut memiliki panjang
satuan dalam cm dan mm. Skala pendek yang letaknya dirahang geser
disebut skala nonius atau vernier. Skala tersebut memiliki panjang
9 mm(Anonim,2014).
Gambar 2.2 Jangka sorong
c. Mikrometer Sekrup
Alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yangpaling tinggi
yaitu 0,01 mm. Mikrometer sekrup seringdigunakan untuk mengukur
benda yang sangat tipis, Sepertitebal kertas. Cara kerjanya adalah
jika selubung luar dengan skala 50 diputar satu kali maka rahang
geser dan selubung akan bergerak maju atau mundur. Jarak maju
mundurnya rahang geser sejauh 0,5 mm/50 menghasilkan tingkat
ketelitian sebesar 0,01 mm (Rosintya Roudhotul Zahirah,2012).
Gambar 2.3 Mikrometer sekrup
2. Pengukuran Massa
Pengukuran massa adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran
massa yang diukur dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan
massa. Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran massa
pada suatu benda adalah neraca. (Memet Mulyadi,2012).
Berdasarkan cara kerjanya dan ketelitian neraca dibagi sebagai
berikut.
a. Neraca Digital
Neraca yang bekerja dengan sistem digital. Tingkat ketelitiannya
0,01 g (Memet Mulyadi,2012).
Gambar 2.4 Neraca digital
b. Neraca O'Hauss
Neraca kompleks yang memiliki tingkat ketelitian mencapai 0.01 g
(Memet Mulyadi,2012)
Gambar 2.5 Neraca Ohauss
c. Neraca Sama Lengan
Neraca dengan tingkat ketelitian mencapai 1 mg atau 0,001 g.
Gambar 2.6 Neraca sama lengan
3. Pengukuran Volume
Pengukuran volume adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran
volume yang diukur dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan
volume (Memet Mulyadi,2012).
Pengukuran volume menggunakan alat-alat :
a. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
volume sebuah benda secara langsung. Gelas ukur dapat digunakan
untuk mengukur volume benda yang bentuknya teratur dan tidak
teratur (Hidayanti,2014).
Langkah-langkah mengukur volume dalam gelas ukur adalah senbagai
berikut.
1) Masukkan sejumlah air ke dalam gelas ukur, kemudian catatlah
berapa volume awal air (V1).
Gambar 2.7 Keadaan volume awal pada gelas ukur
2) Masukkanlah benda yang ingin dihitung besar volumenya kedalam
gelas ukur. Kemudian catatlah volume setelah benda tersebut
dimasukan (V2)
Gambar 2.8 Keadaan volume setelah dimasukkan benda
3) Hitung volume benda tersebut dengan cara mengurangkan volume
akhir dengan volume awal (V2-V1)
b. Gelas Pancuran
Mengukur volume suatu benda dengan menggunakan gelas pancuran
haruslah menggunakan gelas ukur juga sebagai alat bantu ukurnya
(Hidayanti,2014).
Langkah-langkah mengukur dengan gelas pancuran :
1) Masukan sejumlah air kedalam gelas pancuran sampai air
mendekati tepi lubang pancurannya.
2) Letakkan gelas ukur tepat di bagian bawah pancurannya.
Kemudian
masukkan benda yang akan diukur volumenya.
3) Air yang ada dalam gelas pancuran akan secara otomatis tumpah
ke gelas ukur yang ada didepan lubang pancuran. Hitunglah volume
air tumpah didalam gelas ukur. Volume air didalam gelas ukur akan
sama dengan volume benda
Gambar 2.8 Mengukur volume dengan gelas pancuran
III. METODELOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
1. Mengukur Panjang
a. Mistar centimeter
Gambar 3.1 Mistar centimeter
b. Jangka sorong
Gambar 3.2 Jangka sorong
c. Balok (batang) besi
Gambar 3.3 Balok (batang) besi
d. Kertas
Gambar 3.4 Kertas
e. Neraca pegas
Gambar 3.5 Neraca
f. Koin
Gambar 3.6 Koin
g.Kawat tembaga
Gambar 3.7 Kawat tembaga
h.Gelas ukur
Gambar 3.8 Gelas ukur
i. Kelereng
Gambar 3.9 Kelereng
j. Batu kerikil
Gambar 3.10 Batu kerikil
B. Prosedur Praktikum
1.Mengukur Panjang
a. Mengukur panjang batang (papan) kayu
1).Mengukur panjang batang kayu dengan mistar centimeter
2). Melakukan pengukuran.
3). Mengulangi dengan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat kedalam tabel pengamatan
5). Menggantilah mistar centimeter dengan mistar millimeter lalu
ulangi langkah 1 sampai 4.
b. Mengukur Diameter Manik-manik
1). Mengukur diameter manik-manik dengan mikrometer sekrup
2). Melakukan pengukuran dengan orang yang berbeda
3). Melakukan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat pada tabel data
5). Mengulangi langkah 1 sampai 4 dengan menggunakan Jangka
sorong.
c. Mengukur Tebal Kertas
1). Mengukur tebal kertas dengan micrometer sekrup
2). Melakukan pengukuran dengan orang yang berbeda
3). Melakukan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat pada tabel data
5). Mengulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka
sorong
2.Mengukur Massa
a. Mengukur massa dengan neraca pegas
1). Menimbang massa benda/koin dengan cara mengaitkan pada
neraca pegas.
2). Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis
pada
tabel pengamatan
3). Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang
berbeda
4). Ulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan
kertas.
b. Mengukur massa dengan neraca lengan
1). Menimbang massa benda/ koin dengan cara meletakan pada
neraca pegas.
2). Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis
pada tabel pengamatan.
3). Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang
berbeda.
4). Mengulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan
kertas.
3.Mengukur Volume
a. Mengukur volume kelereng secara matematis.
1) Mengukur diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong,
lakukan oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali
pengulangan.
2) Menghitung Volume kelereng dengan menggunakan rumus
volume benda.
3) Menulis data yang didapat pada tabel data pengamatan.
b. Mengukur volume kelereng menggunakan gelas ukur
1) Menuangkan air kedalam gelas ukur kira-kira 50 ml
2) Memasukan kelereng kedalam gelas ukur, kemudian catat volume
air sekarang. Hitunglah selisih volume air, yaitu volume sebelum
dan sesudah kelereng dicelupkan. Selisih volume air tersebut adalah
volume kelereng
3) Mencatat pada tabel data pengamatan, ulangi sampai 5 kali
pengulangan.
c. Mengukur volume kerikil menggunakan gelas ukur
1) Menuangkan air kedalam gelas ukur kira-kira 50 ml
2) Memasukan kerikil kedalam gelas ukur, kemudian catat volume
air sekarang. Hitunglah selisih volume air, yaitu volume sebelum
dan sesudah kerikil dicelupkan. Selisih volume air tersebut adalah
volume kerikil.
3) Mencatat pada tabel data pengamatan, ulangi sampai 5 kali
pengulangan.
IV. DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data
1. Hasil Pengukuran Panjang Batang Besi (L)
Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran panjang batang besi
Pengukuran ke
Dengan mistar centimeter
(L L) Cm
Dengan mistar milimeter
(L L) mm
1
0,1 cm
10 mm
2
0,1 cm
10 mm
3
0,1 cm
10 mm
4
0,1 cm
10 mm
5
0,1 cm
10 mm
Rata-rata
0,98 %
10
Ketidakpastian pengukuran
0,032
0
Error
3,26
0
2. Hasil Pengukuran Tebal Kertas (T)
Tabel 4.2 Hasil pengukuran tebal kertas
Pengukuran ke
Dengan Mistar
(T T) Cm
Dengan Jangka Sorong
(T T) mm
1
0,1 mm
2
0,1 mm
3
0,1 mm
4
0,1 mm
5
0,1 mm
Rata-rata
0
Ketidakpastian pengukuran
0
Error
0 %
3. Hasil Pengukuran Massa Benda Dengan Neraca Pegas
Tabel 4.3 Hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas
Pengukuran ke
Benda/koin
(m m) gr
Kawat tembaga
(m m) gr
Kertas
(m m) gr
1
0,1 gr
0,5 gr
0,1 gr
2
0,2 gr
0,4 gr
0,1 gr
3
0,1 gr
0,5 gr
0,1 gr
4
0,1 gr
0,4 gr
0,1 gr
5
0,1 gr
0,4 gr
Rata-rata
0,1
0,44
0,1
Ketidakpastian pengukuran
0
0,048
0
Error
0 %
10 %
0 %
4. Hasil Pengukuran Kelereng Dengan Jangka Sorong
Tabel 4.4 Hasil pengukuran kelereng dengan jangka sorong
Pengukuran ke
Diameter
(D D) mm
Volume (
(V V) mm
1
16,325 mm
836,315 mm
2
16,2 mm
824,061 mm
3
16,3 mm
834,226 mm
4
16,15 mm
818,982 mm
5
16,2 mm
824,061 mm
Rata-rata
16,234
827,529
Ketidakpastian pengukuran
0,06
6,193
Error
0,3 %
0,74 %
5. Hasil pengukuran volume kelereng dengan air
Tabel 4.5 Hasil pengukuran volume kelereng dengan air
Pengukuran ke
Vair semula
(V V) gr
Vair sesudah
(V V) gr
Volume V
(Vair sesudah- Vair semula)
(V V) gr
1
50 ml
51 ml
1 ml
2
50 ml
51 ml
1 ml
3
50 ml
51 ml
1 ml
4
50 ml
51 ml
1 ml
5
50 ml
51 ml
1 ml
Rata-rata
50 ml
51 ml
1
Ketidakpastian pengukuran
0 ml
0 ml
0
Error
0 %
0 %
0%
6. Hasil pengukuran volume kerikil dengan air
Tabel 4.6 Hasil pengukuran volume kerikil dengan air
Pengukuran ke
Vair semula
(V V) gr
Vair sesudah
(V V) gr
Volume V
(Vair sesudah- Vair semula)
(V V) gr
1
40 ml
51 ml
1 ml
2
50 ml
51 ml
1 ml
3
60 ml
51 ml
1 ml
4
70 ml
51 ml
1 ml
5
80 ml
51 ml
1 ml
Rata-rata
60 ml
64 ml
4
Ketidakpastian pengukuran
0 ml
0 ml
0
Error
0 %
0 %
0%
B. Pembahasan
1. Pengukuran Panjang
Pada pengukuran panjang diaplikasikan pada balok dan tebal
kertas dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali pengukuran dan
dilakukan oleh orang yang berbeda dan diperoleh hasil sebagai
berikut
a. Pengukuran pada balok besi
Pengukuran balok menggunakan mistar centimeter sebanyak 5 kali
pada sisi balok yang sama secara berulang. Dalam mengukur balok
terdapat sebuah kesulitan, yaitu membaca nilai yang kecil. Karena
ukuran balok tersebut sangat kecil dan panjangnya sekitar 1 cm.
Pada tabel 4.1 didapatkan hasil pengukuran balok menggunakan mistar
centimeter pada percobaan pertama adalah 0,9 cm dan kemudian
panjangnya 1 cm. Dengan nilai rata-rata adalah 0,98 cm dan memiliki
nilai ketidakpastian 0,032 serta didapat nilai error 3,26%. Dengan
demikian dapat disimpulkan, kesalahan dalam percobaan ini hanya
3,26 %. Ketidaksamaan dalam pengukuran ini dapat disebabkan karena
kesalahan pada saat praktikum dan juga dapat disebabkan karena
penggaris dengan skala centimeter memiliki suatu jarak yang besar
yaitu dalam cm.
Sedangkan pengukuran menggunakan mistar milimeter didapatkan
hasil yang sama dalam 5 kali percobaan yaitu berturut-turut 10 mm.
Nilai rata-ratanya adalah 10 mm dan memiliki nilai ketidakpastian
sebesar 0, kemudian didapat angka error 0%. Pada pengukuran dengan
mistar milimeter tidak ditemukan kesalahan sama sekali, dalam hal
ini praktikan mampu membaca nilai pada mistar dengan akurat tanpa
kesalahan. Hal ini dibuktikan dengan penghitungan nilai error yaitu
0% yang dapat diartikan sebagai tidak ada kesalahan pengukuran pada
saat praktikum pengukuran pada balok besi menggunakan penggaris
mm.
Dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan menggunakan mistar
milimeter memiliki ketilitian yang lebih tinggi dan lebih akurat
dibandingkan mista centimeter karena mistar milimeter memiliki
ketilitian yang lebih teliti dibandingkan mistar centimeter.
b. Pengukuran tebal kertas
Setelah melakukan pengukuran pada balok, pengukuran selanjutnya
adalah mengukur ketebalan dari sehelai kertas. Pertama tebal kertas
harus diukur dengan menggunakan mistar yang memiliki skala
centimeter (cm). Pada saat pengukuran praktikan mengalami kesulitan
dalam mengukur ketebalan kertas dikarenakan kertas yang akan diukur
sangat tipis sedangkan alat ukur yang digunakan tidak memiliki
kesesuaian dengan ketelitian yang dibutuhkan untuk mengukur
ketebalan sehelai kertas.
Pada tabel 4.2 pengukuran tebal kertas dengan menggunakan mistar
didapatkan hasil yang sama pada 5 kali percobaan yaitu
berturut-turut 0,01 cm. Nilai rata rata yang didapat adalah 0,01
dan memiliki angka ketidakpastian 0, Kemudian didapat angka error
adalah 0,%.. Hal ini terjadi karena ketebalan yang dimiliki kertas
sangat kecil yang tidak sesuai dengan ketelitian mistar, sehinggga
praktikan hanya mampu membaca pada mistar centimeter sebesar 0,01
cm.
Selanjutnya praktikan mengukur ketebalan sehelai kertas dengan
menggunakan mistar, Kemudian praktikan mengukur ketebalan kertas
dengan meggunakan jangka sorong. Mengukur ketebalan dengan sebuah
jangka sorong memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding dengan
menggunakan mistar..
Kemudian didapatkan ketebalan kertas yang diukur berturut-turut
5 kali menunjukan nilai yang besarnya sama yaitu 0,1 mm dengan
nilai rata-rata sebesar 0,1 yang memiliki nilai ketidakpastian
sebesar 0. Kemudian didapat nilai error sebesar 0%.
Setelah didapatkan semua hasil diatas dapat ditarik kesimpulan
pengukuran menggunakan jangka sorong memiliki ketelitian yang lebih
tinggi dan memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan mistar
karena jangka sorong mempunyai ketelitian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mistar yang hanya berskala centimeter.
2. Pengukuran Massa
Dalam praktikum pengukuran panjang praktikan melakukan
pengukuran massa menggunakan neraca pegas menggunakan koin, kawat
tembaga dan sehelai kertas sebagai obyek yang digunakan diukur
massanya dan dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran.
a. pengukuran koin
Dalam pengukuran massa pengukuran massa koin dengan neraca pegas
dilakukan dengan cara menggantungkan koin pada neraca pegas
kemudian praktikan membaca nilai pada neraca pegas tersebut.
Sebelum praktikan melakukan pengukuran, Akan lebih baik jika
praktikan memeriksa keadaan neraca pegas karena apabila neraca
pegas tidak berfungsi dengan normal seperti seharusnya maka data
yang akan diapat nantinya tidak akan akurat dengan keadaan yang
sesungguhnya.
Dari 5 kali percobaan pada koin didapatkan hasil yang sama yaitu
0,1 gram pada percobaan berturut-turut dengan nilai rata-rata
adalah 0,1 gram dan nilai ketidakpastian sebesar 0, serta nilai
error yaitu 0%. Hal ini dapat terjadi karena ketelitian praktikan
dalam membaca nilai dengan tepat dan akurat dan juga alat yang
masih berfungsi dengan normal.dalam pengukuran massa dengan neraca
pegas perlu diperhatikan hal-hal seperti pengecekan neraca pegas
dalam kondisi normal atau tidak, pembacaan nilai pada neraaca pegas
dengan teliti, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan akan
mengakibatkan perbedaan nilai pengukuran Neraca pegas merupakan
alat ukur yang teliti.
b. Pengukuran kawat tembaga
Tidak hanya berhenti di pengukuran massa koin praktikan juga
melakukan pengukuran massa kawat tembaga dengan menggunakan neraca
pegas yang sama. Sama halnya dengan pengukuran massa koin bahwa
sebelum melakukan pengukuran, Sebelum praktikan melakukan
pengukuran, Akan lebih baik jika praktikan memeriksa keadaan neraca
pegas terlebih dahulu karena apabila neraca pegas tidak berfungsi
dengan normal seperti seharusnya maka data yang akan diapat
nantinya akan menjadi tidak akurat dengan ukuran yang
sebenarnya.
Kemudian dilanjutkan pengukuran massa kawat tembaga sebanyak 5
kali berturut turut dan didapatkan data 0,5 gram , 0,4 gram , 0,5
gram , 0,4 gram , 0,4 gram. Sejenak jika dilihat kembali terdapat
perbedaan pada percobaan pengukuran pertama dan ketiga. Sedangkan
didapat perbedaan dengan massa koin cukup jauh karena tembaga
merupakan objek yang lebih berat massnya dibandingkan dengan massa
koin. Rata-rata massa kawat tembaga sebesar 0,44 gram dengan nilai
ketidakpastian sebesar 0,048 dan didapat nilai error sebesar 10%..
Dari data tersebut dapat diketahui kesalahan pengukuran terjadi
relatif cukup tinggi yaitu 10%. Hal ini disebabkan karena perbedaan
massa kawat tembaga ketika diukur menggunakan neraca pegas.
perbedaan nilai ini disebabkan karena adanya beberapa penyebab.
Contohnya faktor dari ketidaktelitian praktikan dalam membaca nilai
pada neraca pegas karena pada pengukuran sebelumnya didapatkan
hasil yang besarnya sama pada 5 kali percobaan. Praktikan mengalami
sedikit kesulitan ketika membaca dan menerjemahkan nilai dari
neraca pegas karena ketelitian neraca pegas yang digunakan tidak
terlalu akurat.
c. Pengukuran kertas
Pengukuran massa yang ketiga adalah pengukuran pada kawat
tembaga, selanjutnya obyeknya diganti dengan kertas. Pengukuran
massa yang dimiliki kertas menggunakan neraca pegas tidaklah
mendapatkan hasil yang valid sepenuhnya. Dikarenakan massa kertas
yang kecil tidaklah sesuai dengan ketelitian yang dimiliki oleh
neraca pegas.
Setelah dilakukan pengukuran kertas dengan neraca pegas sebanyak
5 kali berturut-turut dengan orang yang berbeda didapatkan data 0,1
gram, 0,1 gram, 0,1 gram, 0,1 gram, 0,1 gram. Tidak ada perbedaan
besaran hasil pengukuran dalam 5 kali pengamatan. Kemudian didapat
nilai rata-rata 0,1 , memiliki nilai ketidakpastian 0, serta
besarnya nilai error adalah 0 %. Dari kelima data yang telah diolah
tersebut didapatkan hasil yang sama besar dan error yang terjadi
selama pengukuran massa kertas. Dapat disimpulkan praktikum
pengukuran massa kertas menggunakan neraca pegas tepat dan
teliti.
3. Pengukuran Volume
Pengukuran volume benda dilakukan menggunakan perhitungan dan
gelas ukur. Benda yang diukur adalah kelereng dan benda tak
beraturan seperti batu kerikil. Pengukuran dilakukan sebanyak 5
kali.
a. Pengukuran kelereng menggunakan jangka sorong
Pengukuran praktikum volume yang dilakukan pertama kali adalah
pengukuran kelereng dengan perhitungan. Besar volume kelereng dapat
diukur dengan mengggunakan rumaus (D).
Untuk mendapatkan hasil pengukuran, tahap yang pertama praktikan
harus mengetahui diameter dari kelereng. Diameter kelereng akan
didapat dari pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Didapat
data pada 5 kali percobaan dengan orang yang berbeda adalah sebagai
berikut. 16,32 mm, 16,2 mm, 16,3 mm, 16,15 mm, 16,2 mm.
Perbedaan tidak terlalu terlihat berbeda dalam pengukurannya.
Hal ini dikarenakan praktikan mengukur dengan menggunakan jangka
sorong yang memiliki ketelitian yang sangat teliti. Satuan
pengukuran yang dipakai adalah milimeter. Dari data yang didapat,
nilai rata-ratanya 16,23 mm dan nilai ketidakpastian nya 0,06 serta
nilai errornya sebesar 0,3%. Dapat disimpulkan ketelitian praktikan
melakukan pengamatan pada jangka sorong hampir akurat karena nilai
error atau kesalahan yang terjadi hanya 0,3%.
Setelah didapat diameter dari kelerang selanjutnya volume
kelereng dapat dihitung dengan rumus (D). Setelah dilakukan
perhitungan didapat hasil sebagai berikut: 836,315 mm, 824,061 mm,
834,266 mm, 818,982 mm, 824,061 mm dengan rata-rata 827,529 mm dan
nilai ketidakpastian 6,193 serta nilai error 0,74%. Hasil yang
didapat dari 5 kali percobaan didapat hasil yang tidak berbeda
jauh. Karena perbedan pada pengukuran diameter sebelumnya
mempengaaruhi nilai dari volume dari kelereng.
b. Pengukuran kelereng dengan gelas ukur
Mencari besar volume kelereng juga dapat diukur dengan cara
lain. Yaitu menghitung volume kelereng menggunakan gelas ukur.
Pertama-tama praktikan mengisi gelas ukur dengan volume yang telah
ditentukan yaitu 50 ml, Lalu praktikan memasukan kelereng kedalam
gelas ukur dan melihat perubahan nilai yang tertera pada gelas
ukur, lalu mengurangi volume air sesudah dengan volume air semula
dan didapatkan hasil volume dari kelereng. Rumus pengukuran volume
kelereng menggunakan gelas ukur dapat dituliskan sebagai
berikut.
V= Vsesudah Vsemula
Kemudian pengukuran selanjutnya setelah dilakukan 5 kali
pengukuran dengan menggunakan gelas ukur praktikan mendapatkan
hasil yang besarnya sama pada setiap pengukuran yaitu 1 ml. Dengan
nilai rata-rata 1 ml dan ketidakpastian 0 serta nilai error
0%..
Kemudian dapat disimpulkan. Pengukuran volume benda dengan
menggunakan gelas ukur memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding
menggunakan jangka sorong dan perhitungannya. Hal ini dilihat dari
nilai kesalahan atau error dengan menggunakan gelas ukur adalah 0 %
sedangkan dengan mekanisme perhitungannya adalah 0,74 %.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum
adalah sebagai berikut.
1. Mengukur sangatlah penting untuk sebuah penelitian atau
menulis karya ilmiah
dikarenakan pengukuran merupakan langkah awal dalam mengolah
sebuah data
2. Dalam praktikum pengukuran panjang, alat yang paling teliti
dan akurasinya paling tinggi adalah jangka sorong. Jangka sorong
paling tinggi akurasi dan ketelitiannya karena memiliki hasil error
yang paling kecil disbanding dengan alat lainnya.
3. Dalam praktikum pengukuran massa, alat yang paling teliti dan
akurasinya paling tinggi adalah neraca pegas yang memiliki tingkat
ketidakpastian pengukuran dan tingkat error yang paling kecil
dibandingkan alat yang lainnya
4. Dalam praktikum pengukuran volume, alat yang paling teliti
dan akurasinya paling tinggi adalah gelas ukur yang lebih akurat
dibandingkan dengan mengukur volume secara matematis.
5. Pengukuran dengan data yang sama pada 5 kali percobaan akan
menghasilkan
nilai ketidakpastian yang pasti akan menghasilkan nilai nol
(0).
B. SARAN
Adapun saran yang diberikan setelah melakukan praktikum adalah
sebagai berikut.
1. Praktikum pengukuran seharusnya menggunakan alat ukur yang
memiliki kualitas yang lebih tinggi agar tidak cepat rusak.
2. Pada praktikum selanjutnya, sebaiknya alat-alat dan
bahan-bahan yang dipakai siperiksa terlebih dahulu dan pastikan
alat dalam kondisi yang baik sebelum kegiatan praktikum
dimulai.
3. Dalam praktikum pengukuran diharuskan lebih teliti dalam
menerjemahkan dan membaca alat ukur agar tidak terjadi perbedaan
data dalam praktikum.
4. Setelah kegiatan praktikum dilaksanakan sebaiknya peralatan
yang telah dipakai dibersihkan kembali, kemudian diletakkan
ditempat yang jauh dari resiko yang menimbulkan kerusakan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Anashir, 2013, Alat Ukur Mistar Jangka Sorong. Dapat diunduh di
http://edu.anashir.com/2013/11/alat-ukur-panjang-mistar-jangka-sorong.html.
diakses pada 13 April 2015, pada pukul 14.00 WIB.
Anonim, 2014. Alat Ukur Massa Panjang dan Waktu. Dapat diunduh
di http://www.zonasiswa.com/2014/08/alat-ukur-massa-panjangwak
tu.html. diakses pada 14 april 2015, jam 16.30 WIB.
Hidayanti, 2014. Pengukuran Besaran Turunan Volume. Dapat
diunduh di
http://mafia.mafiaol.com/2012/08/pengukuran-besaran-turunanvo
lume.html. diakses pada 14 april 2015, jam 16.30 WIB.
Mulyadi, Memet 21 juli, 2012, Pengukuran besaran dan satuan.
Dapat diunduh d
http://memetmulyadi.blogspot.com/2012/07/pengukuran-besaran-dan-satuan.html,
diakses pada 14 april 2015 jam 16.30 WIB.
Zahirah, Rosintya Roudhotul januari, 2012. Pengukuran Besaran
dan Satuan. Dapat diunduh di http://rosintya9e28.blogspot.com/.
diakses pada 14 april 2015 jam 16.30 WIB.