Top Banner
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA Retno Rusdjijati
22

lingkungan kerja

Jan 21, 2016

Download

Documents

lingkungan kerja
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: lingkungan kerja

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA

Retno Rusdjijati

Page 2: lingkungan kerja

Ada 4 faktor yang mempengaruhi lingkungan Kerja : Faktor fisik Faktor kimia Faktor biologis Faktor psikologis

Faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap K3 naker.Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif (Manuaba, 1992)

Page 3: lingkungan kerja

FAKTOR FISIK

Mikroklimat Radiasi nonionisasi Kebisingan Getaran Penerangan Ventilasi

Page 4: lingkungan kerja

Mikroklimat………………..

Mikroklimat dapat bertindak sebagai stressor yang menyebabkan terjadinya strain pada pekerja apabila tidak dikendalikan dengan baik.

Mikroklimat terdiri dari unsur suhu udara, kelembaban nisbi, panas radiasi, dan kecepatan gerakan udara (Suma’mur, 1984).

Mikroklimat yang tidak dikendalikan dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pekerja dan gangguan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan beban kerja, mempercepat munculnya kelelahan, dan keluhan subyektif, serta menurunkan produktivitas kerja.

Page 5: lingkungan kerja

Rekomendasi mikroklimat untuk negara 4 musim yaitu : Comfort zone pada musim dingin suhu

berkisar antara 19-23ºC dengan kecepatan udara 0,15-0,4 m/dt.

Untuk musim panas suhu ideal antara 22-24ºC dengan kecepatan udara 0,15-0,4 m/dt dan kelembaban antara 40-60% sepanjang tahun.

Batas toleransi suhu tinggi antara 35-40ºC, kecepatan udara 0,2 m/dt, kelembabab 40-50%, perbedaan suhu permukaan <4ºC (Grandjean, 1993).

Page 6: lingkungan kerja

Lingkungan kerja panas

Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homeostatis) oleh suatu pengaturan suhu (thermoregulatory system).

Jika lingkungan kerja sangat panas, selain tubuh pekerja dapat menyeimbangan diri, juga dapat beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain). Pada kondisi ini denyut jantung lebih rendah dan laju pengeluaran keringat meningkat.

Bagi pekerja yang baru berada di lingkungan panas, butuh waktu 1-2 minggu untuk proses aklimatisasi. Dalam proses ini, pekerja butuh banyak air minum yang bermineral. Dia hanya boleh terapapar 50% pada tahap awal, dan ditingkatkan 10% setiap harinya (Grantham, 1992).

Page 7: lingkungan kerja

Pengaruh fisiologis akibat tekanan panas Guna mengatasi tekanan panas, maka tubuh bereaksi

seperti : 1) vasodilatasi, 2) denyut jantung meningkat, 3) temperatur kulit meningkat 4) suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat (Pulat, 1992).

Jika pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan, maka dapat mengganggu kesehatan seperti :1. Gangguan perilaku dan performansi kerja.2. Dehidrasi.3. Heat rash4. Heat cramps5. Heat syncope/fainting6. Heat exhaustion

Page 8: lingkungan kerja

Pengukuran suhu lingkungan kerja harus dilakukan apabila suhu inti tubuh pekerja > 38ºC.

Pengendalian pemaparan tekanan panas : 1. Mengurangi beban kerja dg mekanisasi2. Mengurangi beban panas radian3. Mengurangi temperatur dan kelembaban.4. Meningkatkan pergerakan udara.5. Pembatasan waktu pemaparan panas.

Kesimpulan pengendalian tekanan panas adalah disain sirkulasi udara yang baik, pakaian, dan pemberian minum yang sesuai.

Page 9: lingkungan kerja

Penerangan ……………..

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan naker dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 1984).

Intensitas penerangan yang kurang dapat menyebabkan gangguan visibilitas dan eyestrain.

Intensitas penerangan yang berlebihan dapat menyebabkan glare, reflection, excessive shadows, visibility, dan eyestrain (Amstrong, 1992).

Page 10: lingkungan kerja

Ada 2 jenis penerangan : buatan dan alamiah. Penerangan buatan harus dirawat dengan baik, jika

kotor dapat menurunkan intensitas cahaya sampai 30%.

Penerangan yang kurang memenuhi syarat dapat menyebabkan :1. Kelelahan mata2. Kelelahan mental3. Keluhan pegal mata dan sakit kepala4. Kerusakan indra mata

Page 11: lingkungan kerja

Kelelahan mata akan menyebabkan :

1. Kehilangan produktivitas

2. Kualitas kerja rendah

3. Banyak terjadi kesalahan

4. Kecelakaan kerja meningkat

Page 12: lingkungan kerja

Pengendalian masalah penerangan di tempat kerja Modifikasi sistem penerangan yang sudah ada. Modifikasi pekerjaan Pemeliharaan dan pembersihan lampu Penyediaan penerangan lokal Penggunaan korden dan perawatan jendela Menghindari penempatan arah cahaya langsung dalam lapangan

pengelihatan naker. Menghindari penggunaan cat yang mengilat pada peralatan kerja. Menggunakan cahaya difusi Menggunakan lebih banyak lampu dengan daya kecil. Menghindari lokasi pencahayaan dalam 30º dari garis normal lihat. Menghindari sumber cahaya berkedip (Sanders & McCormick, 1987)

Page 13: lingkungan kerja

Penggunaan warna di tempat kerja Penggunaan warna di tempat kerja bertujuan : menjaga keselamatan para pekerja, karena mudah

ditangkap oleh mata. Misalnya warna merah dan kuning.

Penciptaan kontras agar mudah ditangkap mata. Kerapian atau keteraturan dan sebagai alat bantu

untuk identifikasi masalah pencahayaan di tempat kerja.

Pengadaan lingkungan psikologis yang optimal.

Page 14: lingkungan kerja

Standar penerangan di tempat kerja Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu

pekerjaan, maka akan semakin besar kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan, demikian pula sebaliknya.

Standar penerangan ditetapkan dalam Peraturan menteri Perburuhan (PMP) No. 7 tahun 1964, tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan, dan penerangan di tempat kerja.

Page 15: lingkungan kerja

KEBISINGAN

Kebisingan : bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan menurunkan daya dengar sesorang yang terpapar (WJS, 1993).

Kualitas bunyi ditentukan oleh frekuensi suara dan intensitas suara (Suma’mur, 1984).

Page 16: lingkungan kerja

Sumber kebisingan

Generator, mesin diesel untuk pembangkit listrik.

Mesin-mesin produksi Mesin potong, gergaji, dan serut di

perusahaan kayu. Ketel uap atau boiler pemanas air. Alat-alat pertukangan Lalu-lintas

Page 17: lingkungan kerja

Standar Pengukuran Kebisingan Nilai Ambang Batas Pendengaran pekerja

sesuai dengan Kepmenaker No. Kep.51/MEN/1999 yaitu 85 dB untuk waktu kerja terus-menerus tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam seminggu.

Page 18: lingkungan kerja

Pengaruh kebisingan intensitas tinggi Kerusakan indra pendengaran yang

dapat menurunkan daya dengar sementara maupun permanen atau ketulian.

Gangguan kesehatan seperti meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung meningkat,dan gangguan pencernaan.

Page 19: lingkungan kerja

Pengaruh kebisingan intensitas rendah Stres (cepat marah, sakit kepala,

dan gangguan tidur) Gangguan raksi psikomotor Kehilangan konsentrasi Gangguan komunikasi antara

lawan bicara Penurunan performansi kerja,

hilangnya efisiensi, dan penurunan produktivitas kerja.

Page 20: lingkungan kerja

Pengendalian Kebisingan

Eliminasi sumber kebisingan Pengendalian kebisingan secara teknik Pengendalian kebisingan secara

administratif Pengendalian kebisingan pada

penerima atau pekerja.

Page 21: lingkungan kerja

KUALITAS UDARA

Kualitas udara yang rendah dalam suatu bangunan akan memicu terjadinya sick building syndrome dan building related illness.

Keluhan-keluhan tersebut disebabkan oleh kontaminan udara dalam ruangan, faktor fisik, dan sistem ventilasi udara yang digunakan.

Page 22: lingkungan kerja

Langkah-langkah Pengendalian Pemindahan atau penggantian sumber

pencemaran. Modifikasi tempat atau proses kerja. Desain sistem ventilasi udara. Pengendalian administrasi