LIABILITAS 1. Pengertian dan Karakteristik Liabilitas a. Pengertian FASB mendefinisi kewajiban dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6, prg. 35): Liabilities are probablefuture sacrifices of economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the future as a result of past transactions or events. (Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer asset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu). Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi kewajiban sebagai berikut : A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the settlement of which is excepted to result in an outflow from the enterprise resource embodying economic benefit. (Kewajiban sekarang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu,penyelesaian di harapkan untuk menyebabkan suatu arus kas keluar dari manfaat sumberdaya ekonomi). Dalam statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standards Board (AASB) mendifinisi kewajiban sebagai berikut (prg. 12) :
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LIABILITAS
1. Pengertian dan Karakteristik Liabilitas
a. Pengertian
FASB mendefinisi kewajiban dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No.
6, prg. 35):
Liabilities are probablefuture sacrifices of economic benefits arising from
present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to
other entities in the future as a result of past transactions or events.
(Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup
pasti timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer
asset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang
sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu).
Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi kewajiban sebagai berikut :
A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the
settlement of which is excepted to result in an outflow from the enterprise
resource embodying economic benefit.
(Kewajiban sekarang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu,penyelesaian di
harapkan untuk menyebabkan suatu arus kas keluar dari manfaat sumberdaya
ekonomi).
Dalam statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standards Board
(AASB) mendifinisi kewajiban sebagai berikut (prg. 12) :
Liabilities are the future sacrifices of services potential or future economic
benefits that the entity is presently obliged to make to other entities as a resul of
past transaction or other past events.
Definisi-definisi diatas memisahkan antara makna atau pengertian dan pengukuran serta
pengakuan sehingga definisi tersebut lebih bersifat semantik daripada structural. Definisi
IASC dan AASB menanggalkan kata probable karena dianggap bahwa tiap kriteria
pengakuan bukan sifat dari pengakuan.
Definisi-definisi kewajiban diatas sangat menekankan konsep kesatuan usaha dengan
dinyatakan secara eksplisit ungkapan kesatuan usaha (entitas/entity atau
perusahaan/enterptise) di dalamnya unutk menunjukkan pihak yang mempunyai
keharusan untuk melakukan pengorbanan ekonomik.
APB Statement no.4 mendefinisikan kewajiban :
Liabilities-economic obligation of an enterprise that are recognized and
measured in conformity with generally accepted accounting priciple. Liabilities
also include certain deffered credits that are not obligation but that are
recognize and measure in conformity accepted accounting principle.
(Kewajiban ekonomis yang diakui dan diukur sesuai dengan generally accepted
accounting principles. Definisi ini meliputi juga deffered credits yang
sebenarnya tidak mempunyai makna apa – apa bagi mereka yang tidak mengenal
atau tidak mempelajari struktur akuntansi).
Deffered Credits adalah sejenis kewajiban tetapi bukan dalam pengertian memberikan
pengorbanan di masa yang akan datang. Deffered credits dibagi atas: prepaid revenue
adalah penerimaan pembayaran di muka yang belum sepenuhnya diimbangi dengan
pemberian jasa atau produk yang dibayar. Deffered akibat peraturan pengakuan.
Selain definisi APB, definisi kewajiban selalu memuat pula ungkapan manfaat
ekonomik, sumber ekonomik, atau potensi jasa. Ini berarti bahwa pengertian kewajiban
tidak dapat dipisahkan dengan pengertian asset. Asset dapat menimbulkan kewajiban dan
sebaliknya timbulnya kewajiban dapat dibarengi dengan pengakuan asset (Suwardjono,
2005:305-307).
b. Karakteristik
Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai suatu kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas
atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomik di masa yang akan datang. Untuk menjadi kewajiban, pengorbanan tersebut
harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar kebijakan atau keleluasaan manajemen
untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun dalam saat transfer.
Berdasarkan pengertian tersebut bisa dikatakan bahwa suatu kewajiban hanya terjadi
antar kesatuan usaha atau paling tidak melibatkan kesatuan usaha lain.
Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang
harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian sekarang ini mengandung pengertian
(1) waktu, yaitu tanggal pelaporan, dan (2) adanya. Artinya, pada tanggal neraca kalau
1
perlu atau kalau dipaksakan (secara yuridis, etis, atau rasional) pengorbanan sumber
ekonomik harus dipenuhi karena keharusan untuk itu telah ada.
Beberapa keharusan yang tercakup dalam pengertian kewajiban ini adalah keharusan
kontraktual, keharusan konstruktif, keharusan demi keadilan, dan keharusan bergantung
atau bersyarat. Walapun secara definisional keharusan-keharusan tersebut menimbulkan
kewajiban, tidak semua kewajiban diakui dalam akuntansi.
Keharusan kontraktual (contractual liabilities) adalah merupakan kewajiban yang
didukung oleh perjanjian tertulis atau keharusan yang timbul akibat perjanjian atau
peraturan hukum yang didalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan
secara eksplisit atau implisit dan mengikat. Kewajiban ini muncul karena aspek
hukum sebagai lingkungan eksternal yang tidak dapat dihindari (unavoidable) dan
yang dapat memaksakan secara hukum untuk memenuhinya (legally enforceable).
Penghindaran kewajiban dari keharusan kontraktual menimbulkan sanksi atau
hukuman (penalty).
Keharusan konstruktif (constructive obligation) adalah kewajiban yang tidak
dinyatakan secara tertulis atau keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha
dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang
disebut praktik usaha yang baik (best business practices) atau etika bisnis (business
ethics) dan bukan untuk mmenuhi kewajiban yuridis. Kebijakan tersebut
menimbulkan kewajiban karena kesatuan usaha sengaja memberi , mengkonstruksi,
atau membentuk hak bagi pihak lain (misalnya, pelanggan, pemasok, pegawai, atau
perusahaan lain) tanpa harus melalui perjanjian tertulis yang disepakati kedua belah
pihak.
Keharusan demi keadilan (equitable obligation) adalah kewajiban yang tidak
dikuatkan kontrak dan hanya karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran
dan keadilan atau keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi
perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral daripada karena peraturan
hukum atau praktik bisnis yang sehat. Keharusan ini muncul dari tugas (duties)
kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu yang dipandang wajar, adil, dan benar
menurut hati nurani (conscience) dan rasa keadilan (sense of justice). Tidak ada
sanksi hukum untuk tidak memenuhi keharusan ini tetapi kewajiban ini mengikat
lantaran sanksi sosial atau moral.
Keharusan bergantung atau bersyarat (contingent liabilities) adalah suatu situasi
atau keadaan yang mengandung ketidakpastian apakah mungkin menimbulkan
2
keuntungan atau kerugian kepada perusahaan, hal mana hanya dapat dipastikan
apabila suatu kejadian atau beberapa kejadian di masa yang akan datang terjadi atau
tidak atau keharusan yang pemenuhannya (jumlah rupiahnya atau jadi tidaknya
dipenuhi) tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya
syarat-syarat tertentu dimasa datang. Kebergantungan adalah suatu kondisi, situasi,
atau serangkaian keadaan yang melibatkan ketidakpastian yang menyangkut laba atau
rugi yang mungkin terjadi.
Kejadian yang menimbulkan kerugian saja yang dicatat sebagai kewajiban dengan
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Kewajiban itu sangat mungkin terjadi atau kekayaan perusahaan telah digunakan
atau telah dikorbankan
2. Kewajiban itu dapat diukur secara terpercaya
Akibat Transaksi Masa Lalu
Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi
bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa
datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha
untuk dilaporkan via statemen keuangan. Transaksi masa lalu yang di maksud di sini
adalah transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi.
Hak-kewajiban Tak bersyarat
Suatu transaksi atau kejadian yang dapat disebut sebagai transaksi atau kejadian masa
lalu bukanlah pada penandatanganan order tetapi datangnya dan penerimaan order.
Kemudian terkait dengan kontrak pembelian, terdapat dua pendapat, yang pertama
memperlakukan kontrak sebagai eksekutori sehingga kewajiban tidak perlu diakui.
Alasannya adalah manfaat masa datang belum diakui secara nyata. Pendapat yang kedua
menganjurkan bahwa kewajiban diakui pada saat penandatanganan kontrak bersamaan
dengan aset (sediaan) yang terlibat. Alasannya adalah, pada dasarnya ketiga kriteria
kewajiban telah terpenuhi. Most (1982, hlm. 352) mengemukakan saat yang tepat dalam
penentuan transaksi masa lampau, yaitu:
1. Pemenuhan definisi aset dan kewajiban.
2. Kekuatan mengikat, yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak dapat
dibatalkan.
3. Kebermanfaatan bagi keputusan.
Karakteristik Pendukung
3
Selain dari tiga kriteria kewajiban diatas, FASB juga menyebutkan beberapa
karakteristik pendukung yaitu keharusan membayar kas, identitas terbayar jelas, dan
terpaksakan secara atau berkekuatan hukum.
Keharusan membayar kas. Keharusan membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah
tertentu dimasa datang merupakan petunjuk yang kuat atau jelas mengenai adanya
kewajiban. Akan tetapi, untuk menjadi kewajiban, penyerahan asset bukan satu
satunya kriteria tetapi meliputi juga penyerahan jasa.
Identitas terbayar jasa. Bila identitas terbayar sudah jelas, hal tersebut sudah hanya
menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas
terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi. Artinya, untuk
menjadi kewajiban pada akhir tahun, pada saat itu ientitas terbayar tidak harus
diketahui.
Berkekuatan hukum. Keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat ekonomi
timbul akibat klaim yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Adanya daya paksa
yuridis menunjukan bahwa kewajiban tersebut memang ada dan dapat dibuktikan
secara yuridis material.
Definisi kewajiban merupakan bayangan cermin dari definisi aset. Transaksi,
kejadian, atau keadaan dapat mempengaruhi aset dan kewajiban secara bersamaan karena
konsep kesatuan usaha yang mendasari sistem berpasangan.
Dalam hal aset, transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang
terhadap manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti. Dalam hal kewajiban, transaksi
atau kejadian masa lalu menimbulkan keharusan sekarang untuk pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti.
(Suwardjono, 2005:307-316)
2. Klasifikasi Hutang
Hutang Lancar : Hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, bunga dan
lain – lain.
3. Kredit Tangguhan
4. Mengukur dan Menentukan Jumlah Rupiah saat penganggungan, penelusuran dan
Pelunasan Liabilitas (Pengakuan, Pengukuran, dan Pelunasan)
4
Pengertian kewajiban merupakan cerminan dari aset, kewajiban harus diukur dan
diakui pada saat terjadinya. Memiliki kesamaan dengan aset yang direpresentasi oleh tiga
tahapan (pemerolehan, pengolahan, dan penyerahan), kewajiban juga direpresentasi tiga
tahapan, yaitu pengakuan, penelusuran, dan pelunasan.
Pengakuan
Kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang
sebelumnya terjadi. Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu definisi,
keterukuran, keterandalan, dan keberpautan. Arfan dan Bambang (hlm 185) kriteria
pengakuan atas hutang antara lain:
a. Didasarkan atas hukum
Ketersediaan dasar hukum, kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan
keberpautan informasi. Jika ada suatu tuntunan menurut hokum dapat dilaksanakan,
ada sedikit keraguan bahwa kewajiban hutang ada.
b. Penggunaan prinsip konservatisme
Walaupun equitable atau kewajiban – kewajiban bersifat membangun dalam definisi
atas hutang, kebanyakan hutang ditentukan berdasarkan pada kriteria pertama.
Keterterapan konsep dasar konservatisme, kaidah ini merupakan penjabaran teknis
keterandalan.
c. Penentuan atas substansi ekonomi terhadap transaksi atau peristiwa. Dalam hal
peristiwa masa lalu apa yang harus ditentukan. Substansi ekonomi harus dilakukan
secara relevan terhadap transaksi ekonomi. Ketertentuan substansi ekonomik
transaksi, kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi.
d. Kemampuan untuk mengukur nilai hutang. Dalam hal ini seberapa penting bagi
pengguna mencatat dan menampilkan hutang pada neraca? Keterukuran nilai
kewajiban, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan
informasi.
Keempat kriteria tersebut dapat memberikan petunjuk tentang adanya bukti teknis
untuk mengakui kewajiban. Yang menjadi masalah adalah kapan keempat kriteria di atas
terpenuhi. Hal ini berkaitan dengan penentuan saat pengakuan kewajiban. Pada umumnya
saat pengakuan terjadi sangat jelas karena kebanyakan kewajiban timbul dari kontrak yang
menyebutkan secara tegas saat mengikatnya kontrak, jumlah rupiah pembayaran
kewajiban, dan saat pembayaran. Akan tetapi untuk beberapa kasus, jumlah rupiah
kewajiban bergantung pada kewajiban dimasa datang meskipun cukup pasti bahwa
5
keharusan membayarr dimasa datang tidak dapat dihindari. Hendriksen dan Van Breda
(1991, hal 675-676) menunjukkan saat saat untuk mengakui kewajiban :
a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu
pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi
kewajibannya.
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya bila
barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai asset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan asset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhir periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan.
Keempat kaidah sebagai bukti teknis dan ketentuan saat pencatatan sebagaimana
diuraikan diatas pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan untuk keharusan
kontrajtual, konstruktif, dan demi keadlan. Untuk ketiga keharusan tersebut,
pengorbanan sumber ekonomik masa datang pada umumnya dianggap cukup pasti
karena kesempatan telah dicapai atau kebijakan telah diputuskan sehingga sudah
cukup jelas jumlah dan waktu pengorbanannya.
Pengukuran
Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban pengukuran dengan cukup pasti.
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadinya parallel dengan pengukuran asset.
Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan asset atau timbulnya
biaya. Pemerolehan asset dapat berupa penguasaan barang dagangan atau asset
nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi pembelian. Pemerolehan asset dapat juga
berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman atau penerimaan uang muka untuk
barang atau jasa. Oleh karena itu, pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos
kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalamtransaksi-transaksi
tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Jadi, konsep dasar
penghargaan berlaku baik untuk asset maupun untuk kewajiban. Hal ini berlaku khusunya
untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material
sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan junlah rupiah
pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka
Provisi merupakan suatu liabilitas atas waktu atau jumlah yang tidak pasti.
Liabilitas sekarang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu. Penyelesaian diharapkan untuk
menyebabkan suatu arus kas keluar dari sumber daya.
Liabilitas kontinjensi merupakan suatu liabilitas yang mungkin timbul dari peristiwa masa
lalu-keberadaannya tergantung kepada peristiwa yang terjadi dimasa depan yang tidak pasti,
atau liabilitas sekarang yang timbul dari peristiwa masa lalu kecuali pembayaran yang
mustahil atau jumlah yang secara andal tidak dapat diukur.
Aset kontijensi merupakan aset yang berpotensi yang timbul dari peristiwa masa lalu-
keberadaannya hanya akan dikonfirmasi melalui kejadian atau bukan kejadian dari satu atau
lebih peristiwa masa depan yang tidak pasti yang tidak seluruhnya berada dalam satu kendali
entitas.
(Ankarat, 2012:292)
PSAK 57
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di
masa depan
Liabilitas adalah kewajiban kini entitas, timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Liabilitas kontinjensi adalah:
a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau
15
b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
i. tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomi (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”) untuk
menyelesaikan kewajibannya; atau
ii. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Peristiwa yang mengikat adalah peristiwa yang menimbulkan kewajiban hukum atau
kewajiban konstruktif yang mengakibatkan entitas tidak memiliki alternatif lain kecuali
menyelesaikan kewajiban tersebut.
Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.
Pengakuan
IAS 37
Pengakuan Dari Provisi
Suatu entitas harus mengakui suatu provisi jika, dan hanya jika
Suatu liabilitas sekarang timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
Arus kas keluar dari sumber daya yang memungkinkan
Jumlah yang harus diakui yang secara andal dapat diestimasi
Suatu peristiwa yang mewajibkan adalah suatu peristiwa yang menciptakan suatu liabilitas
legal atau kontruktif dan oleh karena itu, menyebabkan suatu entitas tidak mempunyai
alternatif yang realistis akan tetapi wajib menyelesaikan liabilitas tersebut.
Suatu liabilitas yang kontruktif timbul apabila praktik dimasa lalu menciptakan suatu
harapan yang berlaku pada bagian dari suatu pihak ketiga.
Suatu kontrak yang memberatkan adalah suatu perjanjian bahwa suatu entitas tidak dapat
terhindar secara hukum tanpa terjadinya biaya tersebut. Suatu contoh mengenai kontrak yang
memberatkaan yaitu bilamana suatu entitas telah menandatangani suatu perjanjian untuk
memasarkan produk dari produsen untuk suatu periode lima tahun dan syarat-syarat
perjanjian mengharuskan pembayaran kompensasi dalam hal terminasi dininya. Liabilitas
menurut perjanjian ini adalah jumlah penalti yang harus dibayar. Suatu liabilitas yang
memungkinkan harus diungkapkan dan tidak diakrual atau diakui. Namun, pengungkapan
tidak diperlukan apabila kemungkinannya adalah mendekati.
(Ankarat, 2012:292)
PSAK 57
Provisi
16
Provisi diakui jika:
a) entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu;
b) kemungkinan besar penyelesaian kewajib an tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan
c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.
Pengukuran
IAS 37
Pengukuran Provisi
Jumlah yang diakui sebagai suatu provisi yang merupakan estimasi terbaik dari pengeluaran
yang diharuskan untuk menyelesaikan liabilitas sekarang pada tanggal pelaporan; yaitu,
jumlah bahwa suatu entitas secara rasional membayar untuk menyelesaikan liabilitas pada
tanggal pelaporan atau untuk mentransfernya kepada pihak ketiga. Hal ini berarti :
Provisi untuk peristiwa sekali saja diukur pada jumlah yang paling memungkinkan
Provisi untuk populasi besar dari peristiwa-peristiwa diukur pada suatu nilai probabilitas rata-rata tertimbang
Baik pengukuran adalah pada nilai sekarang yang didiskontokan dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak, yang mencerminkan penilaian pasar berjalan dari nilai waktu dari uang dan resiko tertentu daripad liabiltas.
Di dalam mencapai estimasi terbaik, perusahaan harus mempertimbangkan risiko dan
ketidakpastian yang melingkupi peristiwa yang mendasarinya. Harapan arus kas keluar harus
didiskontokan pada nilai sekarangnya, dimana dampak nilai waktu dari uang adalah material.
Apabila beberapa atau semua pengeluaran yang disyaratkan untuk menyelesaikan suatu
provisi yang diharapkan harus dilakukan penggantian oleh pihak lain, penggantian tersebut
harus diakui sebagai pengurangan dari provisi yang ditetapkan bilamana, dan hanya
bilamana, secara pasti bahwa penggantian tersebut akan diterima apabila perusahaan
menyelesaikan liabilitasnya. Jumlah yang diakui tidak boleh melebihi jumlah provisi.
PSAK 57
Estimasi Terbaik; Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik
pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode
pelaporan.
17
Risiko dan Ketidakpastian; Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas
mempertimbangkan berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu mem penga ruhi berbagai
peristiwa dan keadaan.
Nilai Kini; Jika dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi adalah
nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban.
Tingkat diskonto adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar
atas nilai waktu dari uang dan risiko yang terkait dengan liabilitas yang bersangkutan.
Tingkat diskonto tidak boleh mencerminkan risiko yang sudah diperhitungkan dalam estimasi
arus kas masa depan.
Peristiwa Masa Depan; Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti
obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.
Rencana Pelepasan Aset; Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh
dipertimbangkan dalam menghitung suatu provisi.
Pengukuran Kembali Provisi
Pengkajian ulang dan penyesuaian terhadap provisi pada setiap tanggal laporan provisi
keuangan. Apabila arus keluar tidak lagi memungkinkan, maka penjurnalbalikan provisi
terhadap pendapatan dilakukan. Berikut contoh mengenai provisi yang sudah umum
ditemukan.
Situasi Pengakuan ProvisiRestrukturisasi melalui penjualan suatu operasi
Akrual suatu provisi hanya setelah penandatanganan perjanjian penjualan
Restrukturisasi melalui penutupan atau reorganisasi
Akrual suatu provisi hanya setelah rencana formal terinci diadopsi dan diumumkan kepada khalayak umum. Keputusan dewan tidak cukup
Jaminan (warannty) Akrual suatu provisi(peristiwa masa lalu adalah penjualan barang yang rusak)
Pengembalian dana kepada pelanggan Akrual jika kebijakan yang ditetapkan adalah memberikan dana
Pengeboran minyak lepas pantai harus dipindahkan dan dasar laut direstorasi
Akrual suatu provisi bilamana diinstalasi dan menambah harga perolehan aset
Entitas harus melaksanakan pelatihan staf karyawannya untuk perubahan didalam undang-undang pajak baru
Tidak ada provisi (tidak ada liabilitas untuk memberikan pelatihan)
Kontrak yang memberatkan( menderita kerugian)
Akrual suatu provisi
(Ankarat, 2012:292-293)
Restrukturisasi
18
IAS 37
Suatu restrukturisasi mungkin disebabkan karena
Penjualan atau terminasi suatu lini bisnis
Penutupan lokasi bisnis
Perubahan didalam struktur manajemen
Reorganisasi fundamental daripada perusahaan
Provisi restrukturisasi harus diakui sebagai liabiltas sebagai berikut
Penjualan operasi. Akrual suatu provisi hanya setelah kontrak penjualan ditandatangani. Apabila perjanjian kontrak penjualan sudah ditandatangani setelah tanggal pelaporan, maka pengungkapan diperlukan tetapi tidak ada akrual yang diperlukan.
Penutupan atau reorganisasi. Akrual hanya setelah rencana formal terinci diadopsi dan diumumkan kepada khalayak umum, keputusan dewan sendiri tidak mencukupi untuk menjamin suatu provisi.
Kerugian operasi masa depan. Provisi harus dipakai untuk kerugian operasi masa depan, bahkan dalam hal restrukturisasi sekalipun
Restrukturisasi provisi mencakup hanya pengeluaran langsung sebagai akibat dari
restrukturisasi dan bukanlah biaya perolehan yang terkait dengan aktivitas entitas tang sedang
berjalan.
(Ankarat, 2012:294)
PSAK 57
Restrukturisasi provisi mencakup hanya pengeluaran langsung sebagai akibat dari
restrukturisasi dan bukanlah biaya perolehan yang terkait dengan aktivitas entitas tang sedang
berjalan. Kewajiban konstruktif untuk melakukan restrukturisasi muncul hanya jika
persyaratan berikut dipenuhi:
1. entitas memiliki rencana formal yang rinci untuk restrukturisasi dengan mengidentifi
kasikan, sekurangkurangnya:
usaha atau bagian usaha yang terlibat;
lokasi utama yang terpengaruh;
lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai yang akan menerima kompensasi
karena pemutusan hubungan kerja;
pengeluaran yang akan terjadi; dan
waktu implementasi rencana tersebut; dan
19
2. entitas menciptakan ekspektasi yang valid kepada pihak-pihak yang terkena dampak
restrukturisasi bahwa entitas akan melaksanakan restrukturisasi dengan memulai
implementasi rencana tersebut atau mengumumkan pokok-pokok rencana.
Liabilitas Kontinjensi
Karena terdapat dasar umum dalam hal liabilitas yang tidak pasti, maka standar juga akan
membahas dengan kontijensi. Pada dasarnya, bahwa liabilitas bersyarat tidak perlu diakui,
akan tetapi, entitas harus mengungkapkannya, kecuali probabulitas dari arus kas keluar atas
sumber daya ekonomis sangat kecil.
Aset Kontinjensi
Aset kontinjensi tidak harus diakui. Namun, harus diungkapkan dimana arus kas masuk dari
manfaat ekonomis dimungkinkan. Bilamana realisasi dari pendapatan adalah sangat pasti,
maka selanjutnya aset terkait bukanlah suatu aset bersyarat dan pengakuannya adalah layak.
(Ankarat, 2012:294)
Pengungkapan
IAS 27
Rekonsiliasi untuk setiap kelompok provisi diperlihatkan sebagai
Saldo awal
Penambahan
Jumlah yang digunakan (missal jumlah yang dibebankan terhadap provisi)
Jumlahyang dikeluarkan (dijurnalbalik)
Pemberian diskon
Saldo akhir
Untuk setiap kelompok provisi, berikanlah suatu keteranganringkas mengenai
Sifat
Waktu
Asumsi
Penggantian atas pengeluaran uang
Dalam hal pengungkapan dari setiap atau semua informasi yang terkait dengan
penggantian atas pengeluaran uang akanmerugikan entitas didalam suatu sengketa dengan
pihak lain dalam hal provisi,maka suatu entitas tidak perlu mengungkapkan informasi
tersebut tetapi harus mengungkpakan sifat umum daripada sengketa tersebut, bersama dengan
fakta bahwa, dan apa alasannya, informasi tidak pernah diungkapkan.
(Ankarat, 2012:294-295)
PSAK 57
20
Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan:
a) nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
b) provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan
jumlah provisi yang ada;
c) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi
selama periode bersangkutan;
d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan
e) peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.
Informasi komparatif tidak disyarat.
Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan:
a. uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar
sumber daya ekonomi terjadi;
b. indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut. Jika
diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, maka entitas
mengungkap kan asumsi utama yang men dasari prakiraan peristiwa masa depan
sebagaimana diatur di paragraf 48; dan
c. jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah aset
yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.
Kecuali kemungkinan arus keluar dalam penyelesaian adalah kecil, entitas mengungkapkan
untuk setiap jenis liabilitas kontinjensi pada akhir periode pelaporan, uraian ringkas mengenai
karakteristik liabilitas kontinjensi dan, jika praktis:
estimasi dari dampak keuangannya yang diukur sesuai dengan ketentuan paragraf 36-
52;
indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu arus keluar
sumber daya; dan
kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
DAFTAR PUSTAKA
Ankarath, Nandakumar et al,2012, Memahami IFRS: Standar Pelaporan Keuangan lnternasional, Alih Bahasa: Priyo Darmawan, S.E, Ak, MBA, Indeks, Jakarta.
IAI, 2009, Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Revisi.