8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
1/14
Reaksi Hipersensitivitas
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik dan
imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif
diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA, Ig,
Ig! dan Ig"# dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit $, yang bila
mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan differensiasi dan menghasilkan %at limfokin,
yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon.
Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga
yang ter&adi ialah keadaan imun. $etapi, bilamana merugikan, åan tubuh men&adi rusak,
maka ter&adilah reaksi hipersensiti'itas atau alergi.
eaksi hipersentsiti'itas memiliki ) tipe reaksi seperti berikut*
+. eaksi $ipe I
. eaksi $ipe II
. eaksi $ipe III
). eaksi $ipe I
MEKANISME BERBAGAI GANGGUAN YANG DIPERANTARAI SECARA IMUNOLOGIS
Tipe Mekanisme Imn Gan!!an Pr"t"tipe
I Tipe Ana#i$aksis Alergen mengikat silang antibodi Ig"
pelepasan amino 'asoaktif dan mediator
lain dari basofil dan sel mast rekrutmen
sel radang lain
Anafilaksis, beberapa
bentuk asma bronkial
II Anti%"&i
ter'a&ap Anti!en
(arin!an
Tertent
IgG atau Ig berikatan dengan antigen
pada permukaan sel fagositosis sel
target atau lisis sel target oleh komplemen
atau sitotosisitas yang diperantarai oleh
sel yang bergantung antibody
Anemia hemolitik
autoimun,
eritroblastosis fetalis,
penyakit Goodpasture,
pemfigus 'ulgaris
III Pen)akit
K"mp$eks Imn
/ompleks antigen-antibodi
mengaktifkan komplemen menarik
perhatian nenutrofil pelepasan en%im
lisosom, radikal bebas oksigen, dan lain-
lain
eahsi Arthua, serum
sickness, lupus
eritematosus sistemik,
bentuk tertentu
glomerulonefritis akut
I* Hipersensitivitas 0imfosit $ tersensitisasi pelepasan $uberkulosis,
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
2/14
Se$$ar +Lam%at, sitokin dan sitotoksisitas yang
diperantarai oleh sel $
dermatitis kontak,
penolakan transplan
Tipe I - Reaksi Ana#i$aksis!i sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini Ig"
yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan akibat terlepasnya histamin. /eadaan ini
menimbulkan reaksi tipe cepat.
Pat"#isi"$"!i -
Pa&anan a1al terhadap antigen tertentu (alergan# merangsang induksi sel $ 2!)3 tipe
$4. el 2!)3 ini berperan penting dalam patogenesis hipersensiti'itas tipe I karena sitokin
yang disekresikannya (khususnya I0-) dan I0-5# menyebabkan diproduksimya Ig" oleh sel
B, yang bertindak sebagai faktor pertumbuhan untuk sel mast, serta merekrut dan
mengakti'asi eosinofil. Antibodi Ig" berikatan pada reseptor 6c berafinitas tinggi yang
terdapat pada sel mast dan basofil7 begitu sel mast dan basofil 8dipersen&atai9, indi'idu yang
bersangkutan diperlengkapi untuk menimbulkan hipersensiti'itas tipe I. Pa&anan yang ulang
terhadap antigen yang sama mengakibatkanpertautan-silang pada Ig" yang terikat sel dan pemicu suatu kaskade sinyal intrasel sehingga ter&adi pelepasan beberapa mediator kuat.
ediator primer untuk respons a1al sedangkan mediator sekunder untuk fase lambat.
espons a1al, ditandai dengan 'asodilatasi,kebocoran 'askular, dan spasme otot
polos, yang biasanya muncul dalam rentang 1aktu 5-: menit setelah terpa&an oleh suatu
alergan dan menghilang setelah ;: menit7
eaksi fase lambat, yang muncul -< &am kemudian dan berlangsung selama beberapa
hari. eaksi fase lambat ini ditandai dengan infiltrasi eosinofil serta sel peradangan akut dan
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
3/14
kronis lainnya yang lebih hebat pada åan dan &uga ditandai dengan penghancuran
åan dalam bentuk kerusakan sel epitel mukosa
Me&iat"r Primer
4istamin, yang merupakan mediator primer terpenting, menyebabkan meningkatnya
permeabilitas 'askular, 'asodilatasi, bronkokontriksi, dan meningkatnya sekresi mukus.
ediator lain yang segera dilepaskan meliputi adenosin (menyebabkan bronkokonstriksi dan
menghambat agregasi trombosit# serta faktor kemotaksis untuk neutrofil dan eosinofil.
ediator lain ditemukan dalam matriks granula dan meliputi heparin serta protease netral
(misalnya, triptase#. Protease menghasilkan kinin dan memecah komponen komplemen untuk
menghasilkan faktor kemotaksis dan inflamasi tambahan (misalnya, 2a#.
Me&iat"r Sekn&er
• 0eukotrien 2) dan !) merupakan agen 'asoaktif dan spasmogenik yang dikenal paling poten7
pada dasra molar, agenini beberapa ribu kali lebih aktif daripada histamin dalam
meningkatkan permeabilitas 'askular dan alam menyebabkan kontraksi otot polos bronkus.
0eukotrien B) sangat kemotaktik untuk neutrofil, eosinofil, dan monosit.
• Prostaglandin ! adalah mediator yang paling banyak dihasilkan oleh &alur siklooksigenasi
dalam sel mast. ediator ini menyebabkan
bronkospasme hebat serta meningkatkan
sekresi mukus.
• 6aktor pengakti'asi trombosit merupakan
mediator sekunder lain, mengakibatkan
agregasi trombosit, pelepasan histamin dan
bronkospasme. ediator ini &uga bersifat
kemotaltik untuk neutrofil dan eosinofil.
• itokin yang diproduksi oleh sel mast ($=6, I0-
+, I0-), I0-5 dan I0-;# dan kemokin berperan
penting pada reaksi hipersensiti'itas tipe I
melalui kemampuannya merekrut dan
mengakti'asi berbagai macam sel radang. $=6
merupakan mediator yang sangat poten dalam
adhesi, emigrasi, dan akti'asi leukosit. I0-)
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
4/14
&uga merupakan faktor pertumbuhan sel mast dan diperlukan untuk mengendalikan sintesis
Ig" oleh sel B.
Rin!kasan ker.a me&iat"r se$ mast pa&a 'ipersensitivitas tipe I
Ker.a Me&iat"r
Infiltrasi sel itokin (misalnya, $=6#
0eukotrien B)
6aktor kemotaksis eosinofil pada anafilaksis
6aktor kemotaksis neutrofil pada anafilaksis
6aktor pengakti'asi trombosit
asoaktif ('asodilatasi,
meningkatkan
permeabilitas 'askular#
4istamin
6aktor pengakti'asi trombosit
0eukotrien 2), !), ")
Protease netral yang mengakti'asi komplemen dan kinin
Prostaglandin !pasme otot polos 0eukotrien 2), !), ")
4istamin
Prostaglandin
6aktor pengakti'asi trombosit
/arena inflamasi merupakan komponen utama reaksi lambat dalam hipersensiti'itas
tipe I, biasanya pengendaliannya memerlukan obat antiinflamasi berspektrum luas, seperti
kortikoid.
Mani#estasi K$inis -
eaksi tipe I dapat ter&adi sebagai suatu gangguan sistemik atau reaksi lokal.
Pemberian antigen protein atau obat (misalnya, bias lebah atau penisilin# secara sistemik
(parental# menimbulkan anafilaksis sistemik. !alam beberapa menit setelah pa&anan, pada pe&amu yang tersensitisasi akan muncul rasa gatal, urtikaria (bintik merah dan bengkak#, dan
eritems kulit, diikuti oleh kesulitan bernafas berat yang disebabkan oleh bronkokonstriksi
paru dan diperkuat dengan hipersekresi mukus. "dema laring dapat memperberat persoalan
dengan menyebabkan obstruksi saluran pernafasan bagian atas. elain itu, otot semua saluran
pencernaan dapat terserang, dan mengakibatkan 'omitus, kaku perut, dan diare. $anpa
inter'ensi segera, dapat ter&adi 'asodilatasi sistemik ( syok anafilaktik #, dan penderita dapat
mengalami kegagalan sirkulasi dan kematian dalam beberapa menit.
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
5/14
eaksi lokal biasanya ter&adi bila antigen hanya terbatas pada tempat tertentu sesuai
&alur pema&anannya, seperti di kulit (kontak, menyebabkan urtikaria#, traktus gastrointestinal
(ingesti, menyebabkan diare#, atau paru (inhalasi, menyebabkan bronkokonstriksi#.
Tipe II - reaksi sit"t"ksik
4ipersensiti'itas tipe II diperantarai oleh antibodi yang diarahkan untuk mela1an
antigen target pada permukaan sel atau komponen åan lainnya. espon hipersensiti'itas
disebabkan oleh pengikatan antibodi yangdiikuti salah satu dari tiga mekanisme bergantung
antibodi, yaitu*
/0 Resp"n )an! %er!antn! k"mp$emen
/omplemen dapat memerantarai hipersensiti'itas tipe II melalui dua mekanisme* lisis
langsung dan opsonisasi. Pada sitotoksisitas yang diperantarai komplemen, antibodi yang
terikat pada antigen permukaan sel menyebabkan fiksasi komplemen pada permukaan sel
yang selan&utnya diikuti lisis melalui kompleks penyerangan membran. el yang
diselubungi oleh antibodi dan fragmen komplemen 2b (teropsonisasi# rentan pula
terhadap fagositosis. el darah dalam sirkulasi adalah yang paling sering dirusak melalui
mekanisme ini, meskipun antibodi yang terikat pada åan yang tidak dapat difagosit
dapat menyebabkan fagositosis gagal dan &e&as. ecara klinis, reaksi yang diperantaraioleh antibodi ter&adi pada keadaan sebagai berikut*
eaksi transfusi, sel darah merah dari seorang donor yang tidak suai dirusak setelah
diikat oleh antibodi resipien yang diarahkan untuk mela1an antigen darah donor.
"ritroblastosis fetalis karena inkompaktibnilitas antigen rhesus7 antigen materal yang
mela1an h pada seorang ibu h-negatif yang telah tersensitisasi akan mele1ati
plasenta dan menyebabkan kerusakan sel darah merahnya sendiri.
Anemia hemolitik autoimun, agranulositosis, atau trombositopenia yang disebabkanoleh antibodi yang dihasilkan oleh seorang indi'idu yang menghasilkan antibodi
terhadap sel darah merahnya sendiri.
eaksi obat, antibodi diarahkan untuk mela1an obat tertentu (atau
metabolitnya#byang secara nonspesifik diadsorpsi pada permukaan sel (contohnya
adalah hemolisis yang dapat ter&adi setelah pemberian penisilin#.
Pemfigus 'ulgaris disebabkan oleh antibody terhadap protein desmosom yang
menyebabkan terlepasnya taut antarsel epidermis.10 Sit"t"ksisitas Se$$ar Ber!antn! Anti%"&i
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
6/14
Bentuk &e&as yang diperantarai antibodi ini meliputi pembunuhan melalui &enis sel yang
memba1a reseptor untuk bagian 6c IgG7 sasaran yang diselubungi oleh antibodi dilisis
tanpa difagositosis ataupun fiksasi komplemen. A!22 dapat diperantarai oleh berbagai
macam leukosit, termasuk neutrofil, eosinofil, makrofag, dan sel =/. eskipn secara
khusus A!22 diperantarai oleh antibodi IgG,
dalm kasus tertentu (misalnya, pembunuhan
parasit yang diperantarai oleh eosinofil#
yang digunakaan adalah Ig".
20 Dis#n!si se$ )an! &iperantarai "$e'
anti%"&i
Pada beberapa kasus, antibodi yang
diarahkan untuk mela1an reseptor
permukaan sel merusak atau mengacaukan
fungsi tanpa menyebabkan &e&as sel atau
inflamasi. >leh karena itu, pada miastenia
gra'is, antibodi terhadap reseptor asetilkolin
dalm motor end-plate otot-otot rangka
mengganggu transmisi neuromuskular
disertai kelemahan otot. ebaliknya,
antibodi dapat merangsang fungsi otot. Pada
penyakit Gra'es, antibodi terhadap reseptor
hormon perangsang tiroid ($4#
merangsang epitel tiroid dan menyebabkan
hipertiroidisme.
Tipe III - Reaksi imn k"mp$eks
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
7/14
Hipersensitivitas tipe III diperantarai oleh pengendapan kompleks antigen-antibodi
(imun), diikuti dengan aktivitas komplemen dan akumulasi leukosit polimorfonuklear.
/ompleks imun dapat melibatkan antigen eksogen seperti bakteri dan 'irus, atau antigen
endogen seperti !=A. /ompleks imun patogen terbentuk dalam sirkulasi dan kemudian
mengendap dalam åan ataupun terbentuk di daerah ekstra'askular tempat antigen
tersebut tertanam (kompleks imun in situ#.
?e&as akibat kompleks imun dapat bersifat sistemik &ika kompleks tersebut terbentuk
dalam sirkulasi mengendap dalam berbagai organ , atau terlokalisasi pada organ tertentu
(misalnya, gin&al, sendi, atau kulit# &ika kompleks tersebut terbentuk dan mengendap pada
tempat khusus. $anpa memperhatikan pola distribusi, mekanisme ter&adinya &e&as &arungan
adalah sama7 namun, urutan ke&adian dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya kompleks
imun berbeda.
Pen)akit K"mp$ek Imn Sistemik
Patogenesis penyakit kompleks imun sistemik dapat dibagi men&adi tiga tahapan* (+#
pembentukan kompleks antigen-antibodi dalam sirkulasi dan (# pengendapan kompleks
imun di berbagai åan, sehingga menga1ali (# reaksi radang di berbagai tempat di
seluruh tubuh.
Pat"#isi"$"!i-
/ira-kira 5 menit setelah protein asing (misalnya, serum antitetanus kuda#
diin&eksikan, antibodi spesifik akan dihasilkan7 antibodi ini bereaksi dengan antigen yang
masih ada dalam sirkulasi untuk membentuk kompleks antigen-antibodi (tahap pertama#.
Pada tahap kedua, kompleks antigen-antibodi yang terbentuk dalam sirkulasi mengendap
dalam berbagai åan. !ua faktor penting yang menentukan apakah pembentukan
kompleks imun menyebabkan penyakit dan pengendapan åan*
Ukuran kompleks imun. /ompleks yang sangat besar yang terbentuk pada keadaan
¨ah antibodi yang berlebihan segera disingkirkan dari sirkulasi oleh sel fagosit
mononuklear sehingga relatif tidak membahayakan. /ompleks paling patogen yang
terbentuk selama antigen berlebih dan berukuran kecil atau sedang, disingkirkan
secara lebih lambat oleh sel fagosit sehingga lebih lama berada dalam sirkulasi.
Status sistem fagosit mononuklear . /arena normalnya menyaring keluar kompleks
imun, makrofag yang berlebih atau disfungsional menyebabkan bertahannya
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
8/14
kompleks imun dalam sisrkulasi dan meningkatkan kemungkinan pengendapan
åan.
6aktor lain yang mempengaruhi pengendapan kompleks imun yaitu muatan kompleks
(anionic 's kationik#, 'alensi antigen, a'iditas antibodi, afinitas antigen terhadap berbagai
åan, arsitektur tiga dimensi kompleks tersebut, dan hemodinamika pembuluh darah yang
ada.tempat pengendapan kompleks imun yang disukai adalah gin&al, sendi, kulit, &antung,
permukaan serosa, dan pembulah darah kecil. 0okasinya pada gin&al dapat di&elaskan
sebagian melalui fungsi filtrasi glomerulus, yaitu terperangkapnya kompleks dalam sirkulasi
pada glomerulus. Belum ada pen&elasan yang sama memuaskan untuk lokalisasi kompleks
imun pada tempat predileksi lainnya.
@ntuk kompleks yang
meninggalkan sirkulasi dan mengendap
di dalam atau di luar dinding pembuluh
darah, harus ter&adi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. 4al ini
mungkin ter&adi pada saat kompleks
imun berkaitan dengan sel radang
melalui reseptor 6c dan 2b dan memicu
pelepasan mediator 'asoaktif dan atau
sitokin yang meningkatkan permeabilitas. aat kompleks tersebut mengendap dalam åan,
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
9/14
ter&adi tahap ketiga, yaitu reaksi radang. elama tahap ini (kira-kira +: hari setelah pemberian
antigen#, muncul gambaran klinis, seperti demam, utikaria, artralgia, pembesaran kelen&ar
getah bening, dan proteinuria.
!i mana pun kompleks imun mengendap, kerusakan åannya serupa. Akti'itas
komplemen oleh kompleks imun merupakan inti patogenesis &e&as, melepaskan fragmen yang
aktif secara biologis seperti anafilatoksin (2a dan 25a#, yang meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah dan bersifat kemotaksis untuk leukosit polimorfonuklear. 6agositosis
kompleks imun oleh neutrofil yang terakumulasi menimbulkan pelepasan atau produksi
se¨ah substansi proinflamasi tambahan, termasuk proataglandin, peptida 'asodilator, dan
substansi kemotaksis, serta en%im lisosom yang mampu mencerna membran basalis, kolagen,
elastin, dan kartilago. /erusakan åan &uga diperantarai oleh radikal bebas oksigen yang
dihasilkan oleh neutrofil terakti'asi. /ompleks imun dapat pula menyebabkan agregasi
trombosit dan mengakti'asi faktor 4ageman7 kedua reaksi ini meningkatkan proses
peradangan dan menga1ali pembentukan mikrotrombus yang berperan pada &e&as åan
melalui iskemia lokal. 0esi patologis yang dihasilkan disebut dengan 'asokulitis &ika ter&adi
pada pembuluh darah, glomerulonefritis &ika ter&adi di glomerulus gin&al, arthritis &ika ter&adi
di sendi, dan seterusnya.
?elasnya hanya antibodi pengikat komplemen (yaitu IgG dan Ig# yang dapat
menginduksi lesi semacam itu. /arena IgA dapat pula mengakti'asi komplemen melalui &alur
alternatif, kompleks yang mengandung IgA dapat pula menginduksi &e&as åan. Peran
penting komplemen dalam patogenesis &e&as åan didukung oleh adanya pengamatan
bah1a pengurangan kadar komplemen serum secara eksperimental akan sangat menurunkan
keparahan lesi, demikian pula yang ter&adi pada neutrofil. elama fase aktif penyakit,
konsumsi komplemen menurunkan kadar serum.
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
10/14
Pen)akit k"mpeks imn $"ka$ +reaksi art's ,
eaksi Arthus di&elaskan sebagai area lokalisata nekrosis åan yang disebabkan
oleh 'askulitis kompleks imun akut. eaksi ini dihasilkan secara eksperimental dengan
mengin&eksikan suatu antigen ke dalam kulit seekor he1an yang sebelumnya telah
diimunisasi (yaitu antibodi preformed terhadap antigen yang telah ada di dalam sirkulasi#.
/arena pada mulanya terdapat kelebihan antibody, kompleks imun terbentuk sebagai antigen
yang berdifusi ke dalam dinding pembuluh darah7 kompleks ini dipresipitasi pada tempat
in&eksi dan memicu reaksi radang yang sama serta gambaran histologist seperti yang telah
dibahas untuk penyakit kompleks imun sistemik. 0esi Arthus berkembang selama beberapa
&amdan mencapai puncaknya ) hingga +: &am setelah in&eksi, ketika terlihat adanya edema
pada tempat in&eksi disertai perdarahan berat yang kadang-kadang diikuti ulserasi.
Tipe I* - Reaksi tipe $am%at
Pada reaksi hipersensiti'itas tipe I, II dan III yang berperan adalah antibodi (imunitas
humoral#, sedangkan pada tipe I yang berperan adalah limfosit $ atau dikenal sebagai
imunitas seluler. Imunitas selular merupakan mekanisme utama respons terhadap berbagai
macam mikroba, termasuk patogen intrasel seperti Myobaterium tuberulosis dan 'irus,
serta agen ekstrasel seperti proto%oa, fungi, dan parasit. =amun, proses ini &uga dapat
mengakibatkan kematian sel dan &e&as åan, baik akibat pembersihan infeksi yang normal
ataupun sebagai respons terhadap antigen sendiri (pada penyakit autoimun#. Hipersensitivitas
tipe I! diperantarai oleh sel " tersensitisasi seara khusus bukan antibodi dan dibagi lebih
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
11/14
lan&ut men&adi dua tipe dasar* (+# hipersensitivitas tipe lambat, diinisiasi oleh sel " #$%&,
dan (# sitotoksisitas sel langsung, diperantarai olehsel " #$'&. Pada hipersensiti'itas tipe
lambat, sel $ 2!)3 tipe $4+ menyekresi sitokin sehingga menyebabkan adanya perekrutan
sel lain, terutama makrofag, yang merupakan sel efektor utama. Pada sitotoksisitas seluler, sel
$ 2!
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
12/14
• I+- merupakan suatu sitokin yang dihasilkan oleh makrofag setelah interaksi a1al
dengan basil tuberkel. I0-+ sangat penting untuk induksi !$4 karena merupakan
sitokin utama yang mengarahkan diferensiasi sel $4+7 selan&utnya, sel $4+ merupakan
sumber sitokin lain yang tercantum di ba1ah. I0-+ &uga merupakan penginduksisekresi I6=-D oleh sel $ dan sel =/ yang poten.
• I/-0 mempunyai berbagai macam efek dan merupakan mediator !$4 yang paling
penting. I6=-D merupakan akti'ator makrofag yang sangat poten, yang meningkatkan
produksi makrofag I0-+. akrofag terakti'asi mengeluarkan lebih banyak molekul
kelas II pada permukaannya sehingga meningkatkan kemampuan penya&ian antigen.
akrofag ini &uga mempunyai akti'itas fagositik dan mikrobisida yang meningkat,
demikian pula dengan kemampuannya membunuh sel tumor. akrofag terakti'asi
menyekresi beberapa faktor pertumbuhan polipeptida, termasuk faktor pertumbuhan
yang berasal dari trombosit (P!G6# dan $G6-E, yang merangsang proliferasi
fibroblas dan meningkatkan sintesis kolagen. ecara ringkas, akti'itas I6=-D
meningkatkan kemampuan makrofag untuk membasmi agen penyerangan7 &ika
akti'asi makrofag terus berlangsung, akan ter&adi fibrosis.
• I+- menyebabkan proliferasi sel $ yang telah terakumulasi pada tempat !$4. Fang
termasuk dalam infiltrat ini adalah kira-kira +: sel 2!)3 yang antigen-spesifik,
meskipun sebagian besar adalah sel $ 8penonton9 yang tidak spesifik untuk agen
penyerang asal.
• "/ dan limfotoksin adalah sitokin yang menggunakan efek pentingnya pada sel
endotel* (+# meningkatnya sekresi nitrit oksida dan prostasiklin, yang membantu
peningkatan aliran darah melalui 'asodilatasi local7 (# meningkatnya pengeluaran
selektin-", yaitu suatu molekul adhesi yang meningkatkan perlekatan sel
mononuklear7 dan (# induksi dan sekresi faktor kemotaksis seperti I0-
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
13/14
semakin membesar , memipih, dan eosinofilik (disebut sebagai sel epiteloid #. el epiteloid
kadang-kadang bergabung di ba1ah pengaruh sitokin tertentu (misalnya, I6=-D# untuk
membentuk suatu sel raksasa ( giant ells# berinti banyak. uatu agregat mikroskopis sel
epiteloid secara khusus dikelilingi oleh lingkaran limfosit, yang disebut granuloma, dan
polanya disebut sebagai inflamasi granulomatosa. Pada dasarnya, proses tersebur sama
dengan proses yang digambarkan untuk respons !4$ lainnya. Granuloma yang lebih dahulu
terbentuk membentuk suatu sabuk rapat fibroblast dan åan ikat. Pengenalan terhadap
suatu granuloma mempunyai kepentingan diagnostik karena hanya ada se¨ah kecil kondisi
yang dapat menyebabkannya.
!4$ merupakan suatu mekanisme pertahanan utama yang mela1an berbagai patogen
intrasel, yang meliputi mikobakterium, fungus, dan parasit tertentu, dan dapat pula terlibat
dalam penolakan serta imunitas tumor. Peran utama sel $ 2!)3 dalam hipersensiti'itas tipe
lambat tampak &elas pada penderita AI!. /arena kehilangan sel 2!)3, respons pen&amu
terhadap patogen ekstrasel, seperti Myobaterium tuberulosis, akan sangat terganggu.
Bakteri akan dimangsa oleh makrofag, tetapi tidak dibunuh, dan sebagai pengganti
pembentukan granuloma, ter&adi akumulasi makrofag yang tidak terakti'asi yang sulit untuk
mengatasi mikroba yang mengin'asi.
elain bermanfaat karena peran protektifnya, !4$ dapat pula menyebabkan suatu
penyakit. !ermatitis kontak adalah salah satu contoh &e&as åan yang diakibatkan oleh
hipersensiti'itas lambat. Penyakit ini dibangkitkan melalui kontak dengan pentadesilkatekol
(&uga dikenal sebagai urushiol, komponen aktif poison ivy atao poisin oak # pada pen&amu
yang tersensitisasi dan muncul sebagai suatu dermatitis 'esikularis. ekanisme dasarnya
sama dengan mekanisme pada sensiti'itas tuberculin. Pa&anan ulang terhadap tanaman
tersebut, sel 2!)3 $4+ tersensitisasi akan berakumulasi dalam dermis dan bermigrasi menu&u
antigen yag berada di dalam epidermis. !i tempat ini sel tersebut melepaskan sitokin yang
merusak keratinosit, menyebabkan terpisahnya sel ini dan ter&adi pembentukan suatu 'esikel
intradermal.
Sit"t"ksisitas Yan! Diperantarai Se$ T
Pada pembentukan hipersensiti'itas tipe I ini, sel $ 2!
8/19/2019 LI Balkis Sken c B23
14/14
berperan penting dalam resistensi terhadap infeksi 'irus. Pelisisan sel terinfeksi sebelumnya
ter&adi replikasi 'irus yang lengkap pada akhirnya menyebabkan penghilangan infeksi.
!iyakini bah1a banyak peptida yang berhubungan dengan tumor muncul pula pada
permukaan sel tumor sehingga 2$0 dapat pula terlibat dalam imunitas tumor.
$elah terlihat adanya dua mekanisme pokok pembunuhan oleh sel 2$0* (+#
pembunuhan yang bergantung pada perforin-gran%im dan (# pembunuhan yang bergantung
pada ligan 6as-6as. Perforin dan gran%im adalah mediator terlarut yang terkandung dalam
granula 2$0, yang menyerupai lisosom. esuai dengan namanya, perforin melubangi
membran plasma pada sel target7 hal tersebut dilakukan dengan insersi dan polimerisasi
molekul perforin untuk membentuk suatu pori. Pori-pori ini memungkinkan air memasuki sel
dan akhirnya menyebabkan lisi osmotik. Granula limfosit &uga mengandung berbagai
protease yang disebut dengan gran3im, yang dikirimkan ke dalam sel target melalui pori-pori
perforin. Begitu sampai ke dalam sel, gran%im mengaktifkan apoptosis sel target. 2$0
terakti'asi &uga mengeluarkan ligan 6as (suatu molekul yang homolog dengan $=6#, yang
berikatan dengan 6as pada sel target. Interaksi ini menyebabkan apoptosis. elain
imunitas'irus dan tumor, 2$0 yang diarahkann untuk mela1an antigen histokompatibilitas
permukaan sel &uga berperan penting dalam penolakan graft.
4eferensi5
Barata1id&a&a, /.G H Iris engganis. :+:. Imunologi $asar 6disi 7e-8. ?akarta* Balai
Penerbit 6/@I
Garna B, /arnen.:+). Imunologi $asar . ?akarta*Badan Penerbit 6/@I.
?udar1anto, idodo. :+. 4eaksi Hipersensitivitas. Jdalam
http*allergycliniconline.com:+::+imunologi-dasar-reaksi-hipersensiti'itas
diakses pada tanggal :) ?anuari :+;K
http://allergycliniconline.com/2012/02/01/imunologi-dasar-reaksi-hipersensitivitas/http://allergycliniconline.com/2012/02/01/imunologi-dasar-reaksi-hipersensitivitas/