BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan keadaan demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat, secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak, karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat sentosa. (Supraptini, dkk, 2001). Beberapa indikator derajat kesehatan penduduk yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat antara lain adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Kasar (CDR), status gizi dan umur harapan hidup. Besarnya indikator tersebut berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, sistem nilai dan adat istiadat, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek
kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan
keadaan demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun
tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat,
secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan
mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana
maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak,
karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan
bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat
sentosa. (Supraptini, dkk, 2001).
Beberapa indikator derajat kesehatan penduduk yang mencerminkan derajat
kesehatan masyarakat antara lain adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Kasar (CDR), status gizi dan umur harapan hidup. Besarnya indikator
tersebut berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, sistem nilai dan adat
istiadat, kebersihan dan kesehatan Iingkungan serta pelayanan kesehatan yang
tersedia. Untuk kesehatan balita erat kaitannya dengan pemberian ASI waktu bayi,
pemberian imunisasi dan status gizi mereka. (Supraptini, dkk, 2001).
World Health Organisation (WHO), United Nations Children’s Found
(UNICEF) dan lembaga kesehatan dunia lainnya, seperti juga WABA (World
Alliance for Breastfeeding Action) berpendapat bahwa untuk sebagian besar bayi
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting, kemudian
menyusui dilanjutkan dengan bersama dengan makanan pendamping ASI yang
bergizi, sampai umur bayi 2 tahun atau lebih, proses ini merupakan kunci bagi
tumbuh – kembang sehat optimal bagi anak. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat
dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan
1
lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social
quotion (SQ) yang lebih baik. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Di negara berkembang, lebih dari 10 juta balita meninggal dunia pertahun,
2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian
ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat
yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita,
yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat
menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia
6 bulan dapat menurunkan angka 30.000 kematian bayi di Indonesia tiap tahunnya.
(Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Perlindungan ASI akan semakin meningkat sejalan dengan makin mudanya
usia bayi. Hasil penelitian yang dilakukan di 6 negara berkembang oleh WHO
menunjukkan resiko kematian bayi yang tidak disusui meningkat hingga 40% untuk
golongan umur 9-12 bulan, 300% untuk umur 2 – 3 bulan, dan 480% untuk umur
kurang dari 2 bulan. Inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama akan
menyelamatkan 22% kematian balita pertahun dari kematian. (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan 22,73% susu
formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang
dipasarkan antara bulan April hingga Juni 2006 telah terkontaminasi "Enterobacter
sakazakii". Berdasar pengujian pada bayi mencit (tikus percobaan), kontaminasi oleh
E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dapat menyebabkan
enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsis (infeksi peredaran darah) dan
meningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak). (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Hasil berbagai penelitian diatas menyimpulkan bahwa promosi dan dukungan
menyusui tidak saja akan mengurangi jumlah balita yang sakit, tapi juga akan
menyelamatkan jiwa bayi. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan
program “Inisiasi Menyusui Dini” dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi
Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Pemberian ASI dalam 1
jam pertama pada bayi baru lahir, dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi
2
yang penting dan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa
yang paling rentan dalan kehidupannya. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
WHO dan UNICEF membuat deklarasi yang disebut innocent declaration
yang bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada
pemberian ASI. Pada deklarasi ini Indonesia juga merupakan salah satu negara yang
mendukung dan menandatangani deklarasi tersebut sebagai salah satu acuan dalam
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Sebagai perwujudan komitmen terhadap innocent declaration, Depkes RI
mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin pemberian ASI pada bayi.
Peraturan itu diantaranya Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 450
tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif pada bayi di Indonesia.
Untuk pengawasan dan evaluasi peraturan ini, pemerintah menyerahkan sepenuhnya
kepada Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten atau Kota. (Sentra Laktasi
Indonesia, 2007).
Dalam upaya pengawasan dan evaluasi pemberian ASI Eksklusif, pemerintah
Kabupaten Magelang memasukkan program ASI Eksklusif ke dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
menargetkan pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada
di Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Rawat Inap Salaman I pada periode
Januari – Mei 2010 adalah cakupan hasil kegiatan pemberian ASI eksklusif belum
tercapai yaitu 35,19%
Data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Salaman I didapatkan dari
penjumlahan pencatatan dari posyandu – posyandu yang berada di bawah binaan
puskesmas tersebut. Jika sistem pencatatan dan penerapan tersebut tidak berjalan
maka standar pelayanan puskesmas tidak akan tercapai.
Hasil wawancara dengan bidan dan kader memperlihatkan bahwa pada
kenyataannya, pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ASI eksklusif masih
kurang. Masih banyak ibu yang masih memberikan susu formula atau bubur merah
kepada bayinya, namun sudah tidak ada ibu yang memberikan makanan padat
kepada bayinya. Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau
keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian
membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air
atau makanan lain. (Siregar A, 2004)
3
I.2. BATASAN JUDUL
Laporan dengan judul ‘Tinjauan Kegiatan Cakupan ASI Ekskulusif di Desa
Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Januari-Mei 2010, memiliki
batasan-batasan sebagai berikut :
1. Tinjauan adalah suatu pemantauan kegiatan
2. Cakupan adalah merupakan suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan
yang kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah di tetapkan.
3. ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman
tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat
4. Desa Sidomulyo adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Sidomulyo berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam system pemerintahan
nasional dan berada dibawah kabupaten Magelang
5. Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang merupakan kecamatan dan kabupaten
dari desa Sidomulyo
6. Januari-Mei 2010, merupakan periode yang sedang berlangsung dalam kegiatan
puskesmas yang terdapat pada Laporan Standar Pelayanan Minimal.
1.3 BATASAN OPERASIONAL
1. ASI Eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman
tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat
2. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja
sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
4
I.4. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut di atas, permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan program pemberian ASI
Eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang belum
berjalan dengan baik dimana di dapatkan hasil cakupannya yaitu 7,18%
I.5. TUJUAN
Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Laporan Evaluasi Cakupan Bayi
Dengan ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.
I.5.1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis serta melakukan evaluasi
pemecahan masalah penerapan ASI Ekslusif Desa Sidomulyo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.
I.5.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan ASI Ekslusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang.
2. Mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI
eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
3. Mampu menganalisis masalah ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.
4. Mampu menyelesaikan masalah ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
I.6. MANFAAT KEGIATAN
I.6.1. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan di dalam survei yang dilaksanakan.
3. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
5
I.6.2. Bagi Puskesmas
1. Mengetahui masalah atau upaya Puskesmas mengenai penerapan ASI
Eksklusif.
2. Membantu puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas dalam hal penerapan ASI Eksklusif yang tidak berjalan dengan
maksimal.
3. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah penerapan ASI Eksklusif yang tidak berjalan dengan maksimal.
4. Membantu puskesmas dalam mewujudkan program Indonesia Sehat 2010.
I.6.3. Bagi Masyarakat
1. Menambah pengetahuan, khususnya bagi para ibu mengenai pentingnya
manfaat pemberian ASI eksklusif pada bayinya.
2. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan masyarakat dengan
mensosialisasikan program ASI Eksklusif.
3. Membentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI sebagai satu-satunya
makanan yang diperlukan oleh bayi usia 0-6 bulan atau Menyusui Eksklusif.
Tetap memberi ASI setelah 6 bulan ditambah makanan pendamping ASI dari
makanan keluarga yang tepat waktu serta kualitas dan kuantitasnya.
I.7. METODE PENELITIAN
Jenis data yang diambil adalah data yang didapatkan dengan cara wawancara
kepada bidan dan kader, Serta pengisian kuesioner terhadap 10 responden yang
merupakan ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan di Desa Sidomulyo,
Kecamatan Salaman, Kabupaten magelang.
Data yang didapatkan diolah dengan metode pendekatan sistem, untuk
selanjutnya dilakukan analisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebab
melalui pendekatan sistem dan menggunakan metode fishbone. Selanjutnya dapat
ditentukan alternatif pemecahan masalah secara sistematis yang paling mungkin
dilaksanakan dengan Kriteria Matriks. (Hartoyo,2010)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PENGERTIAN AIR SUSU IBU
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam – garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya, dan merupakan makanan yang ideal untuk bayi
terutama pada bulan – bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan
bayi untuk membangun dan menyediakan energy. (Siregar A, 2004).
Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air
Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan
ataupun minuman tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih,
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat. (Siregar
A, 2004).
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan
alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal. (Afifah D.N, 2007).
II.2. MANFAAT ASI dan MENYUSUI
Pemberian ASI mempunyai manfaat yang besar, baik bagi ibu, bagi bayi,
bagi negara hingga bagi lingkungan;
II.2.1. Manfaat Pemberian ASI Pada Bayi
1. ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
2. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
3. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat, yang
bermanfaat untuk:
7
a. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
d. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
4. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen
C3 dan C4, Anti-stafiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Laktoferin.
5. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
6. ASI adalah makanan yang sempurna baik kualitas maupun kwantitasnya.
7. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi yaitu merupakan cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Zat kekebalan yang terdapat
pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare , juga akan menurunkan
kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi
lainnya.
8. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena dalam ASI terkandung
nutrien- nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada
atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain; Taurin yaitu suatu
bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Laktosa merupakan
hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu
sapi. Asam Lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6),
merupakan asam lemak utama dari ASI yang terdapat sedikit dalam susu
sapi.
9. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering
berada dalam dekapan ibu akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan
merasa aman dan tenteram yang akan menjadi dasar perkembangan emosi
bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri dan dasar spiritual yang
baik. (Siregar A, 2004).
8
II.2.2. Manfaat ASI Bagi Ibu
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, apabila bayi segera disusui
setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan
akan berkurang, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin
yang berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan akan
cepat berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia karena kekurangan zat besi akibat perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan alat kontrasepsi yang
aman, mudah dan cukup berhasil.
4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat
akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.
5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui memerlukan energi maka
tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, sehingga
berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum hamil.
6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker pada ibu yang memberikan ASI
eksklusif.
7. Lebih ekonomis dan mudah karena menghemat pengeluaran untuk susu
formula, perlengkapan untuk menyusui dan persiapan untuk pembuatan susu
formula.
8. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan”
kepada bayinya.
9. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
(Siregar A, 2004).
II.2.3. Manfaat ASI bagi Negara
1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui
serta biaya menyiapkan susu.
2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret, dan sakit
saluran nafas.
3. Penghematan obat- obat, tenaga dan sarana kesehatan.
4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk
membangun Negara. (Siregar A, 2004).
9
II.2.4. Manfaat ASI bagi Lingkungan
1. ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di udara. Dengan
hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan
kertas pembungkus, botol plastik dan karet.
2. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak
memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak memerlukan alat
transportasi. (Siregar A, 2004).
II.3. PRODUKSI ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitary
Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan
pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down
Reflex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam
dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. (Siregar A,
2004).
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk
menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan
tenunan aktif yang tersusun seperti “pohon tumbuh” di dalam putting dengan cabang
yang menjadi “ranting” semakin mengecil. (Afifah D.N, 2007).
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang
besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan
sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mensekresi dimana
setiap selnya mampu memproduksi susu. Bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding
alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam
ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan
bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan
yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah