i LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RPTP : Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh 3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh - 23125 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 2017 5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Fenty Ferayanti, SP, M.Si B. Pangkat / Golongan : Penata/ IIIc C. Jabatan Peneliti Muda 7. Lokasi : Provinsi Aceh 8. Agroekosistem : Lahan Kering 9. Tahun Mulai : 2017 10. Tahun Selesai : 2017 11. Output Tahunan : - Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Provinsi Aceh. - Terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas lahan kering melalui sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada Jagung. - Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan teknologi pada lahan kering di Provinsi Aceh. 12. Output Akhir : - Di adopsinya penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Propinsi Aceh. - Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota di lahan kering spesifik lokasi dan berkelanjutan 13. Biaya : Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah). Mengetahui : Koordinator program Penanggung Jawab Kegiatan, Dr. Rachman Jaya NIP. 19740503 200003 1 001 Fenty Ferayanti,SP, M.Si NIP. 19770331 200212 2 001 Mengetahui : Kepala Balai Besar Menyetujui Kepala Balai Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001 Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
55
Embed
LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/1.LapKir Jagung Lahan Kering...Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP
:
Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh - 23125
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 2017
5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Fenty Ferayanti, SP, M.Si
B. Pangkat / Golongan : Penata/ IIIc
C. Jabatan Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : Lahan Kering
9. Tahun Mulai : 2017
10. Tahun Selesai : 2017
11. Output Tahunan : - Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Provinsi Aceh.
- Terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas lahan kering melalui sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada Jagung.
- Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan teknologi pada lahan kering di Provinsi Aceh.
12. Output Akhir : - Di adopsinya penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering di Propinsi Aceh.
- Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota di lahan kering spesifik lokasi dan berkelanjutan
13. Biaya : :
Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah).
1 Judul : Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3 Lokasi : Provinsi Aceh
4 Agroekosistem : Lahan kering
5 Status (L/B) : Baru
6 Tujuan
:
- Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering
suboptimal di Provinsi Aceh.
- Mengkaji beberapa paket teknologi sistem olah tanah dan
mulsa sampah kota yang optimal pada lahan kering dan
spesifik lokasi.
- Rekomendasi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang
adaptif spesifik lokasi dan berkelanjutan
- Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan
teknologi pada lahan kering suboptimal di Provinsi Aceh
7 Keluaran
: - Meningkatnya produktivitas jagung hibrida melalui
penerapan teknologi VUB jagung di lahan kering di Propinsi
Aceh.
- Meningkatnya produksi dan produktivitas Jagung di lahan
kering spesifik lokasi serta berkelanjutan.
- Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa
sampah kota spesifik lokasi dan berkelanjutan.
- Data usahatani budidaya VUB jagung dengan penerapan
teknologi pada lahan kering suboptimal di Propinsi Aceh
8 Prakiraan Manfaat : - Manfaat yang diperoleh dari pengkajian ini adalah
meningkatnya produktivitas jagung hibrida melalui
penerapan teknologi VUB jagung di lahan kering suboptimal
di Propinsi Aceh dan pemanfaatan lahan suboptimal untuk
peningkatan produksi dan produktivitas jagung hibrida
berbasis sistem bisnis di Propinsi Aceh.
- Meningkatnya produksi jagung akibat tersedianya teknologi
sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada lahan kering
yang adaptif spesifik lokasi dan berkelanjutan
9 Prakiraan Dampak : - Dengan meningkatnya produksi jagung melalui penerapan
teknologi sehingga meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani jagung berbasis sistem bisnis di
Provinsi Aceh
- Meningkatnya produksi secara meluas akibat tersedianya
teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota pada
lahan kering yang adaptif spesifik lokasi dan berkelanjutan .
iv
10 Metodologi : Pengkajian ini dilaksanakan pada lahan milik petani di
Kabupaten Aceh Utara dengan luas ± 7 ha yang dimulai dari
bulan Maret hingga Desember 2017. Metode pengkajian
menggunakan rancangan split plot design dan RAK faktorial.
Teknologi yang diintroduksikan meliputi : penggunaan VUB
jagung, jarak tanam, penggunaan bahan organik (sampah kota),
pemupukan berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah,
pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan
Litbang Pertanian 2007). Untuk pengkajian yang menggunakan
rancangan split plot design, varietas merupakan petak
utama/main plot sedangkan 2 (dua) paket pemupukan sebagai
anak petak. Varietas yang digunakan yaitu :
V1 = Bima 15 V5 = Sukmaraga
V2 = Bima 19 V6 = Pioner
V3 = Bima 20 V7 = Bisi
V4 = Lamuru
Sedangkan 2 (dua) paket pemupukan yang akan digunakan
yaitu :
P1 = rekomendasi pemupukan petani setempat
P2 = rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara tanah
(PUTK)
Untuk pengkajian yang menggunakan rancangan RAK faktorial,
terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu faktor sistem olah tanah yang
terdiri dari :
Po = Tanpa Olah Tanah
P1 = Olah Tanah Minimum (tanah diolah pada barisan tanaman)
Sedangkan faktor kedua yaitu dosis pemberian kompos, yang
terdiri dari :
Mo = Tanpa mulsa
M1 = Diberi mulsa sampah kota 5 ton/ha
M2 = Diberi mulsa sampah kota 10 ton/ha
Parameter pengamatan yang akan diambil yaitu tinggi
tanaman yang diukur pada saat panen, diameter tongkol
(cm),berat tongkol kering tanpa kelobot (g/tan), berangkasan
kering (g/tan),biji pipilan kering (g/tan),berat 1000 biji (g), hasil
pipilan kering dari ubinan. Analisis usahatani meliputi: 1)
penggunaan sarana produksi, 2) penggunaan tenaga kerja, dan
3) tingkat efisiensi usahatani dengan analisis finansial R/C ratio.
Analisis data dilakukan dengan analisis finansial untuk
mengetahui tingkat kelayakan usahatani jagung hibrida. Analisis
yang digunakan adalah analisis penerimaan dan pendapatan,
analisis imbangan penerimaan atas biaya (R/C) dan analisis
v
imbangan pendapatan atas biaya (B/C). (Swastika 2004 dan
Malian 2004).
Data pendukung yang dikumpulkan yaitu preferensi
petani, curah hujan 5 tahun terakhir, pH tanah, kandungan
unsur hara tanah (N, P, K, C-organik), dan tekstur tanah.
Sampel tanah dianalisis di laboratorium sesuai dengan
parameter yang dibutuhkan. Data-data yang diperoleh dianalisis
dengan analisis ragam dan diteruskan dengan uji jarak
berganda Duncan pada taraf 5 %.
11 Hasil : Pada kegiatan penerapan teknologi budidaya jagung hibrida dan
komposit di lahan kering, hasil pengamatan terhadap
pertumbuhan vegetatif antar varietas pada pola introduksi dan
pola petani menunjukkan bahwa pada pola petani tinggi
tanaman tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda
nyata dengan varietas lainnya. Pada pengamatan diameter
tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang
tidak berbeda nyata dengan varietas Bima 15 dan Bima 19.
Sedangkan untuk pengamatan tinggi tongkol, hasil tertinggi
dijumpai pada varietas Bima 20 yang tidak berbeda nyata
dengan varietas Bima 15 dan Bima 19 dan Lamuru. Untuk pola
introduksi, tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada varietas Bima
20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Pada
pengamatan diameter tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada
varietas Bima 20 yang tidak berbeda nyata dengan varietas
Bima 15 dan Bima 19 dan berbeda sangat nyata dengan varietas
Lamuru, Sukmaraga, Pioner 32 dan Bisi 18. Sedangkan untuk
pengamatan tinggi tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada
varietas Bima 20. Pada pengamatan bobot tongkol dengan
kelobot dan bobot tongkol kupasan pada pola introduksi dan
pola petani menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata,
dimana hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan
berbeda nyata dengan varietas lainnya yaitu 6.2 ton/ha.
Pada kegiatan sistem olah tanah dan kompos limbah
sampah kota perlakuan olah tanah minimum dan penambahan
kompos limbah sampah kota 10 ton/ha memiliki hasil tertinggi
untuk semua parameter pengamatan, dimana hasil/produksi
mencapai 4.9 ton/ha.
12 Jangka Waktu : 1 (Satu) Tahun
13 Biaya : Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah).
vi
SUMMARY
1. Title : Improvement of Maize Cultivation on Dry Land in Aceh Province
2. Implementing Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of Aceh
3. Location : North Aceh District 4. Objectives
:
- Application of Maize hybrid varieties technology in suboptimal dry land in Aceh Province.
- the optimal package of soil municipal system and municipal solid waste technology on dry land and specific location
- Recommendations of a site-specific soil-specific and sustainable adaptive soil and urban waste mulch system
- Data on Maize hybrid varieties cultivation farming with application of technology on suboptimal dry land in Aceh Provinc
6. Expected output of the year : - Increased productivity of hybrid corn through the application of VUB corn technology in dry land in Aceh Province.
- Increased production and productivity of maize on site-specific dry land and sustainable.
- Availability of technology package of land system and soil mulch of specific location and sustainable municipal waste.
- VUB maize farming data with application of technology on suboptimal dry land in Aceh Province
7. Methodology : This assessment was carried out on farmers' land in Aceh Utara Regency with an area of ± 7 ha starting from March to December 2017. The assessment method used the design of split plot design and factorial RAK. Introduced technologies include: the use of corn VUB, plant spacing, organic matter use (municipal waste), fertilization based on soil nutrient status through soil test, weed control, pests and diseases by IPM (Agricultural Research Agency 2007). For assessment using split plot design, the variety is the main plot and 2 (two) fertilization packages as subplots. Varieties used are: V1 = Bima 15 V5 = Sukmaraga
vii
V2 = Milky 19 V6 = Pioner V3 = Bima 20 V7 = Bisi V4 = Lamuru While 2 (two) fertilizer package that will be used are: P1 = fertilizer recommendation of local farmers P2 = fertilizer recommendation based on soil nutrient status (PUTK) For an assessment using factorial RAK design, it consists of 2 (two) factors, ie land system factors consisting of: Po = Without Land Sports P1 = Minimum Soil (the soil is processed on the line of plants) While the second factor is the dose of composting, which consists of: Mo = No mulch M1 = Given a municipal waste mulch 5 tons / ha M2 = Given mulch of city waste 10 tons / ha Observation parameters to be taken were plant height measured at harvest time, diameter of cob (cm), dry weight without dry weight (g / tan), dried (g / tan), dry powder (g / tan), weight 1000 seeds (g), dried powder results from tiles. Farming analysis includes: 1) use of production means, 2) labor usage, and 3) farm efficiency level with financial analysis R / C ratio. Data analysis was done with financial analysis to know the feasibility level of hybrid corn farming. The analysis used is revenue and income analysis, revenue balance analysis on cost (R / C) and cost-balance analysis on cost (B / C). (Swastika 2004 and Malian 2004). Supporting data collected were farmer preference, rainfall last 5 years, soil pH, soil nutrient content (N, P, K, C-organic), and soil texture. Soil samples were analyzed in the laboratory in accordance with required parameters. The data obtained were analyzed by multiform analysis and continued by Duncan multiple-range test at 5% level.
8. Outcome/Result : In the application of hybrid corn and composite cultivation technology in dry land, observations on vegetative growth among varieties on the pattern of introduction and farmer pattern shows that the highest pattern of farmers is found in Bima 20
viii
varieties and significantly different with other varieties. In the observation of tuna diameter, the highest yield was found in the Bima 20 varieties which was not significantly different with the varieties of Bima 15 and Bima 19. As for the observation of tuna height, the highest yield was found in the Bima 20 variety which was not significantly different with the varieties of Bima 15 and Bima 19 and Lamuru . For the introductory pattern, the highest plant height is found in the Bima variety 20 and is significantly different from other varieties. In the observation of the tuna diameter, the highest yield was found in the Bima 20 varieties which were not significantly different from the varieties of Bima 15 and Bima 19 and differed significantly with Lamuru, Sukmaraga, Pioner 32 and Bisi 18 varieties. While for the observation of tuna height, the highest yield was found in varieties Bima 20. In observation of tongkol weights with weights and weights of tongkol kupasan on introduction pattern and farmer pattern showed that varieties had real effect, where the highest yield was found in Bima 20 varieties and significantly different with other varieties that is 6.2 ton / ha. In the case of land and waste composting systems, urban minimum wastewater treatment and the addition of municipal solid waste composter of 10 tons / ha have the highest yield for all observation parameters, where yields reach 4.9 tons / ha.
Hal LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………………………. ii KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………… iii RINGKASAN…………………………………………………………………………………………….. v SUMMARY……………………………………………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….. x
I. I. PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1.1. Latar Belakang…..…………………………………………………………………...... 1.2. Dasar pertimbangan………………………………………………………………………. 1.3. Tujuan…………………………………………………………………………………………..
1.4. Keluaran yang diharapkan.……………………………………………………………… 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak..……………….……………………………………
1 1 3 6 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………..……………..………………… 1.3. Kerangka Teoritis…………………………………………………………………………...
8 8
III. METODOLOGI……………….…………………………………………………… 3.1 . Pendekatan (Kerangka Pikir)……………………… …………………..……….. 3.2 . Ruang Lingkup Kegiatan………..……………………………….………………. 3.3 . Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan…………………………………..
A. Bahan dan Alat…………………………………………………………………………. B. Metode Pelaksanaan Kegiatan…………………………………………………..
18 18 18 19 19 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….………………….. 23 V. KESIMPULAN ……………….…………………………………………………… 38 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 38 LAMPIRAN 1. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN………………… 39 LAMPIRAN 2. ANGGARAN…………………………………………………………. 40 LAMPIRAN 3. FOTO KEGIATAN…………………………………………………… 41
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman pangan stategis sebagai bahan pangan, pakan, dan
bahan baku industri. Produksi jagung terus meningkat setiap tahun 5.6 % seiring dengan
meningkatnya produktivitas dan luas penanaman jagung, namun produksi dalam negeri
ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang meningkat 6.4% per
tahun. Secara umum, jagung ditanam pada lingkungan yang beragam yaitu berdasarkan
agroekologi, kesuburan tanah, ketersediaan pengairan/sumber air, musim tanam, dan
kemampuan modal petani. Keragaman yang sangat besar tersebut mengakibatkan
kering dari ubinan. Analisis usahatani meliputi: 1) penggunaan sarana produksi, 2)
penggunaan tenaga kerja, dan 3) tingkat efisiensi usahatani dengan analisis finansial R/C
ratio. Analisis data dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui tingkat
kelayakan usahatani jagung hibrida. Analisis yang digunakan adalah analisis penerimaan
dan pendapatan, analisis imbangan penerimaan atas biaya (R/C) dan analisis imbangan
pendapatan atas biaya (B/C). (Swastika 2004 dan Malian 2004).
22
Data pendukung yang dikumpulkan yaitu preferensi petani, curah hujan 5 tahun
terakhir, pH tanah, kandungan unsur hara tanah (N, P, K, C-organik), dan tekstur tanah.
Sampel tanah dianalisis di laboratorium sesuai dengan parameter yang dibutuhkan. Data-
data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan diteruskan dengan uji jarak
berganda Duncan pada taraf 5 %.
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan
4.1.1. Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 125
meter diatas permukaan laut, terletak pada posisi 04.46.000 - 05.00. 400 Lintang Utara
dan 6.52.000 - 97.31.000 Bujur Timur, dengan luas wilayah 3.296,86 km² yang terbagi
menjadi 27 Kecamatan yang tersebar dari 70 Kemukiman dan 852 Desa. Batas-batas
administrasi wilayah Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut :
❖ Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Lhokseumawe & Selat Malaka
❖ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur
❖ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah
❖ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Aceh Utara
24
Adapun pembagian wilayah administrasi Kabupaten Aceh Utara berikut luasnya
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Luas Daerah Kabupaten Aceh Utara Menurut Kecamatan, 2016
No. Kecamatan Luas (Km2) Desa
1. Sawang 384.65 39
2. Nisam 114.74 29
3. Nisam Antara 84.38 6
4. Banda Baro 42.35 9
5. Kuta Makmur 151.32 39
6. Simpang Kramat 79.78 16
7. Syamtalira Bayu 77.53 38
8. Geureudong Pase 269.28 11
9. Meurah Mulia 202.57 50
10. Matang Kuli 56.94 49
11. Paya Bakong 418.32 39
12. Pirak Timu 67.70 23
13. Cot Girek 189.00 24
14. Tanah Jambo Aye 162.98 47
15. Langkahan 150.52 23
16. Seunuddon 100.63 33
17. Baktiya 158.67 57
18. Baktiya Barat 83.08 26
19. Lhoksukon 243.00 75
20. Tanah Luas 30.64 57
21. Nibong 44.91 20
22. Samudera 43.28 40
23. Syamtalira Aron 28.13 34
24. Tanah Pasir 20.38 18
25. Lapang 19.27 11
26. Muara Batu 33.34 24
27. Dewantara 39.47 15
Jumlah/Total 3,296.86 852 Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016)
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di Kabupaten Aceh
Utara terdiri dari : 0 m - 100 m = 4,69 %, 101 m - 500 m = 3,52 %, 501 m -1000 m =
84,98 % dan 1.001 m keatas = 6,81 %. Kabupaten Aceh Utara pada umumnya beriklim
25
tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau
berkisar antara bulan Januari -Juni. Musim hujan, biasanya berkisar antara bulan Agustus
sampai Desember, dengan curah hujan rata – rata per tahun 1402 mm3. Tentang
keadaan curah hujan di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Rata - rata Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari di Kabupaten Aceh Utara 2016
BULAN Curah Hujan
(mm) Hari Hujan
(hari) Penyinaran
Matahari (%)
1 2 3 4
Januari 183 17 74
Februari 66 12 77
Maret 2 5 78
April 51 15 57
Mei 45 8 71
Juni 95 13 72
Juli 72 14 56
Agustus 119 17 65
September 207 21 56
Oktober 97 21 50
November 327 23 51
Desember 138 21 71
Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016).
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 31,6° C – 34,8° C.
Kabupaten Aceh Besar juga mengalami musim kemarau dan hujan. Rata – rata suhu
udara, tekanan udara dan kelembaban di Kabupaten Aceh Utara dapat di lihat pada Tabel
4 berikut :
Tabel 4. Rata - rata suhu udara, tekanan udara dan kelembaban di Kabupaten Aceh Utara tahun 2016.
26
BULAN Suhu Udara
(oC)
Tekanan Udara
(mb)
Kelembaban Nisbi
(%)
Januari 31,8 1,011 85
Februari 31,6 1,011 81
Maret 33,3 1,011 82
April 33,6 1,009 80
Mei 34,8 1,009 83
Juni 34,4 1,009 82
Juli 34,0 1,009 82
Agustus 33,4 1,009 83
September 34,0 1,010 85
Oktober 32,4 1,011 85
November 32,0 1,011 88
Desember 32,2 1,009 85
Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016).
Jagung merupakan salah satu komoditi andalan di Kabupaten Aceh Utara dalam
menunjang perekonomian petani dan daerah. Saat ini jagung telah menggantikan
komoditi kedelai yang semakin hari semakin berkurang minat petani dalam menanam
kedelai akibat harga yang tidak menentu. Luas tanam, luas panen, produksi dan
produktivitas jagung menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dapat di lihat pada
Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas jagung menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016
27
No.
Kecamatan Luas Tanam (ha)
Luas Panen (ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/ha)
1. Sawang 19 8 40.04 50.05
2. Nisam 245 116 642.41 55.38
3. Nisam Antara 139 55 287.16 52.21
4. Banda Baro 50 26 250.55 50.11
5. Kuta Makmur 441 0 0 0
6. Simpang Kramat 400 302 1,522.38 50.41
7. Syamtalira Bayu 20 2 91.44 45.72
8. Geureudong Pase 486 398 2,163.93 54.37
9. Meurah Mulia 92 0 0 0
10. Matang Kuli 24 2 8.67 43.36
11. Paya Bakong 57 0 0 0
12. Pirak Timu 94 0 0 0
13. Cot Girek 90 48 220 46
14. Tanah Jambo Aye 11 5 20 40
15. Langkahan 84 5 20 40
16. Seunuddon 3 0 0 0
17. Baktiya 42 19 82 43
18. Baktiya Barat 35 12 50 42
19. Lhoksukon 68 60 267 45
20. Tanah Luas 107 38 174 46
21. Nibong 43 34 154 45
22. Samudera 615 3 13 43
23. Syamtalira Aron 12 0 0 0
24. Tanah Pasir 0 0 0 0
25. Lapang 1 0 0 0
26. Muara Batu 21 2 9 44
27. Dewantara 17 1 3 32
Jumlah/Total 1,762 426 1,923.40 45.15 Sumber : BPS - Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara (Aceh Utara dalam Angka, 2016).
28
4.1.2. Kecamatan Sawang
Sawang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh utara
dengan luas 384,65 km2, terdiri dari 39 desa dan ibu kota Kecamatan terletak di Gampong
Sawang. Batas-batas administrasi wilayah Kecamatan Sawang adalah sebagai berikut :
❖ Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Batu
❖ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Nisam Antara dan Kabupaten Bener
Meriah
❖ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nisam Antara dan Kabupaten
Bener Meriah
❖ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen dan Kecamatan Bener
Meriah
Gambar 2. Peta Wilayah Kecamatan Sawang
4.2. Hasil Yang Diperoleh
Kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh diawali
dengan melakukan koordinasi dan survey calon lokasi kegiatan dan calon petani
kooperator yang akan terlibat dalam kegiatan ini. Koordinasi dilakukan dengan dinas
29
terkait dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Aceh Utara. Dari hasil survey
lokasi di beberapa kecamatan sentra penanaman jagung, ditetapkan Desa Tanjong
Keumala, Kecamatan Sawang sebagai lokasi kegiatan dan kelompok tani Bungong
Tanjong sebagai kelompok tani pelaksana kegiatan ini.
Gambar 3. Lahan tempat pelaksanaan kegiatan
Selanjutnya dilakukan pembersihan dan penyiapan lahan serta penanaman
jagung hibrida sesuai dengan petunjuk teknis yang telah disusun sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan di lapangan. Penyiapan lahan yaitu tanpa olah tanah (TOT), lahan
yang ditumbuhi sisa tanaman dan gulma dapat disemprot dengan herbisida golongan
paraguat ataupun jenis Glyphosat, tergantung dari kondisi gulma di lokasi tersebut. Satu
minggu setelah disemprot benih sudah dapat ditugal. Pada lahan kering pembuatan
saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air, terutama pada musim hujan, karena
tanaman jagung peka terhadap kelebihan air. Kemudian pembuatan petak perlakuan
dengan ukuran : panjang = 7 m, lebar 4 m. jarak antara perlakuan 1 m dan jarak antara
ulangan 1.2 m.
Kemudian dilanjutkan dengan penanaman tujuh varitas unggul jagung yaitu Bima
15, Bima 19, Bima 20, Lamuru, Sukmaraga, Pioner, dan Bisi. Menggunakan benih
bermutu dan berlabel. Perlakuan benih (seed treatment) menggunakan metalaksil untuk
mencegah penyakit bulai. Populasi tanaman sekitar 66.600 -75.000 tanaman/ha, benih
ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm (1 biji per lubang) atau 70 cm x 40 cm (2
biji per lubang).
30
Gambar 4. Penanaman 7 Varietas Jagung Hibrida
Pemupukan pertama dilakukan 15 hari setelah tanam (HST) dengan dosis
berdasarkan PUTK. Untuk pola rekomendasi didasarkan pada hasil analisa tanah
berdasarkan PUTK, sedangkan untuk pola petani yaitu dosis yang digunakan oleh petani.
Hasil analisa tanah berdasarkan PUTK pada lahan yang akan digunakan diperoleh hasil
unsur P sedang, unsur K sedang,bahan organik rendah dan pH agak masam. Berdasarkan
hasil tersebut maka dosis pemupukan N, P dan K yang akan digunakan sebagai
rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yaitu NPK 300 kg/ha, SP36 75 kg/ha dan Urea
200 kg/ha.
A. PENERAPAN TEKNOLOGI VUB JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN KERING DIPROVINSI
ACEH
Keragaan Agronomis
Pertumbuhan vegetatif berpengaruh sangat penting untuk perkembangan pada
fase generatif. Pertumbuhan vegetatif yang optimal akan mendorong pertumbuhan
generatif yang optimal sehingga akan diperoleh hasil yang tinggi. Pengamatan tinggi
tanaman merupakan salah satu parameter utama untuk mengetahui tingkat adaptasi
suatu varietas pada suatu agroekosistem.
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif antar varietas pada pola
introduksi dan pola petani menunjukkan bahwa pada pola petani tinggi tanaman tertinggi
dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Pada
31
pengamatan diameter tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang tidak
berbeda nyata dengan varietas Bima 15 dan Bima 19. Sedangkan untuk pengamatan
tinggi tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang tidak berbeda nyata
dengan varietas Bima 15 dan Bima 19 dan Lamuru. Untuk pola introduksi, tinggi tanaman
tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.
Pada pengamatan diameter tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 yang
tidak berbeda nyata dengan varietas Bima 15 dan Bima 19 dan berbeda sangat nyata
dengan varietas Lamuru, Sukmaraga, Pioner 32 dan Bisi 18. Sedangkan untuk
pengamatan tinggi tongkol, hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20.
Tabel 6. Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Jagung Hibrida dan Komposit pada Pola
Introduksi dan Pola Petani kegiatan Penerapan Teknologi Vub Jagung Hibrida
Di Lahan Kering Provinsi Aceh
VARIETAS
POLA PETANI POLA INTRODUKSI
Tinggi Tanaman
(cm)
Diameter Tongkol
(cm)
Tinggi/Jarak Tongkol
(cm)
Tinggi Tanaman
(cm)
Diameter Tongkol
(cm)
Tinggi/Jarak Tongkol
(cm)
BIMA 15 169.2a 2.8b 119.0b 200.3b 3.3a 130.0a
BIMA 19 177.6c 2.9b 120.0b 201.3b 3.4a 135.0b
BIMA 20 185.8d 3.1c 121.0b 215.2c 3.6b 139.0c
LAMURU 173.4b 2.2a 119.7b 202.8b 3.1a 138.3c
SUKMARAGA 173.4b 2.2a 112.3a 202.8b 3.0a 138.1c
PIONER 165.3a 2.3a 113.0a 180.0a 3.0a 137.0c
BISI 167.0a 2.2a 118.5b 189.8b 3.0a 133.5a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05).
Adanya perbedaan tinggi tanaman disebabkan oleh sifat genetik dan karakteristik
serta kemampuan adaptasi dari masing-masing varietas yang berbeda terhadap
lingkungannya (Ermanita et al., 2004). Selanjutnya menurut Zulaiha et al., (2012),
perbedaan tinggi tanaman antar varietas dipengaruhi oleh struktur genetik dan
32
lingkungan tumbuh yaitu sinar matahari, tanah dan air, sedangkan keragaman
penampilan menunjukkan bahwa faktor genetik mempunyai pengaruh yang nyata untuk
beradaptasi sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain itu
pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki oleh setiap varietas
sedangkan pengaruh lingkungan merupakan pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan
kondisi lingkungan (Kuruseng & Kuruseng 2008).
Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada masing-masing varietas
mengindikasikan adanya perbedaan vigor pertumbuhan, semakin tinggi tanaman maka
akan semakin efisien dalam memanfaatkan cahaya matahari sehingga dapat
menghasilkan fotosintat yang lebih banyak yang berguna untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman jagung (Vivianthi, 2012).
Jarak tongkol tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan
varietas lainnya. Meskipun tinggi kedudukan tongkol pada masing – masing varietas
memilki nilai rata-rata yang berbeda tetapi secara umum letak tongkol pada batang relatif
sama yakni sekitar setengah dari tinggi tanaman, hal ini menyebabkan tanaman lebih
efektif dalam mengakumulasi hasil fotosintesis terutama dari daun yang letaknya di atas
posisi tongkol. Yasin dan Zubachtirodin (2004) menyatakan bahwa sifat ideal bagi
tanaman jagung, yakni tongkol berada pada posisi tengah yakni sekitar setengah dari
tinggi tanaman.
Komponen Hasil
Pada pengamatan bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol kupasan pada
pola introduksi dan pola petani menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata, dimana
hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.
33
Tabel 7. Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Jagung Hibrida dan Komposit pada Pola Introduksi dan Pola Petani kegiatan Penerapan Teknologi VUB Jagung Hibrida Di Lahan Kering Provinsi Aceh.
Dengan penambahan pupuk organik 5 – 10 ton/ha disertai dengan olah tanah
minimun dan pengaturan jarak tanam dapat memperbaiki tinggi tanaman, diameter
batang, diameter tongkol, tinggi tongkol, bobot tongkol dengan klobot, bobot tongkol
kupasan, bobot pipilan kering bobot 1000 butir biji, dan hasil. Hal ini diperkuat dari hasil
penelitian Al-Kaisi dan Yin (2003). Penambahan pupuk organik dapat menyediakan
ketersediaan bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta aktifitas
organisme di dalam tanah. Perbaikan ini akan berakibat terhadap penyediaan unsur hara
dan penyediaan air di dalam tanah menjadi lebih baik. Peningkatan jumlah populasi
tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sampai tingkat
tertentu, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimal pada awal
pertumbuhan (Sudiana, 2007).
Hasil penelitian Fattah (2010), menyatakan bahwa pupuk organik berperan dalam
menyediakan unsur hara mineral dan asam amino bagi tanaman, mengembalikan
keseimbangan tanah dan mempertahankan unsur hara lebih lama sehingga dapat
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Rata – rata komponen pertumbuhan
dan komponen hasil disajikan pada Tabel 8.
37
Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman, Diameter Tongkol, Tinggi Tongkol, Tongkol Dengan Klobot, Bobot Tongkol Kupasan, Bobot Pipilan Kering Bobot 1000 Butir Biji, dan Hasil/produksi Kegiatan Sistem Olah Tanah Dan Kompos Pada Tanaman Jagung Di Lahan Kering Provinsi Aceh.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05).
38
IV. KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh pada kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Lahan
Kering di Provinsi Aceh menunjukkan bahwa :
- Penerapan teknologi pemupukan spesifik lokasi dalam perbaikan budidaya jagung
hibrida dan komposit di lahan kering dapat meningkatkan produksi jagung hibrida
dan komposit. Varietas Bima 20 menunjukkan produksi paling tinggi (6,2 ton/ha).
- Penambahan bahan organik dalam bentuk kompos limbah sampah kota 10 ton/ha
serta pengolahan tanah minimun dapat meningkatkan produksi jagung hibrida
Bima 15 yaitu 4.9 ton/ha.
39
V. DAFTAR PUSTAKA
Al-Kisi, M.M., Yin, X. 2003. Effect of Nitrogen Rate, Irrigation Rate and Plant Population on Corn Yield and Water Use Efficiency. Am. J. Agron. 95:1475-1482.
Badan Litbang Pertanian. 2009. Statistik Badan Litbang Pertanian 2009: sumberdaya,
program dan hasil penelitian.Jakarta: Badan Litbang Pertanian. Betran, F.J., D. Beck, M. Banziger, and G.O. Edmeades.2003. Genetic analysis of
inbred and hybrid grainyield under stress and non-stress environments intropical maize. Crop Sci. 43: 807-817.
BPS Aceh. 2015. Aceh Dalam Angka Tahun 2015. Banda Aceh. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2012. Luasserangan OPT utama, banjir dan
kekeringan pada tanaman jagung Rerata 5 Tahun (2006-2010), Tahun 2010 dan 2011. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.
Erawati, B., T., R., Herawati, N., & Widiastuti, E. 2013. Peran PTT Jagung Dalam
Peningkatan Produksi Dan Finansial: Kasus Di Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima NTB. Seminar Nasional Serealia. 2013 : 267 - 278.
Fattah. 2010. Efektifitas Pupuk Organik Saputra Nutrient pada Tanaman Jagung. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan. Dalam: Prosiding Pekan Serealia Nasional : 1-7.
Foth, H.D. 1984. Foundamental of Soil Science. Gadjah Mada University, Yogyakarta. Gardner, F.P., R.B. Peace & R.L. Mitchell, 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya
(EdisiTerjemahan oleh Herawati Susilo danSubiyanto). Universitas Indonesia Press.Jakarta. 428 p.
Goldsworthy, P.R., dan N.M Fisher. 1992. The Physiology Of Tropical Field Crops
(Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, Terjemahan Tohari). Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 428 hal.
Haris Kuruseng Dan M. Askari Kuruseng, 2008. Pertumbuhan dan Produksi Berbagai
Varietas Tanaman Jagung Dua Dosis Pupuk. Jumin, H., B. 2005. Dasar-dasar agronomi. Edisi Revisi. Raja Grafindo Perkasa.
Jakarta. 250 hal. Kasyrno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Dunia Selama Empat
Decade yang lalu dan Implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Bogor Badan Litbang Pertanian.
40
Kuruseng, H., & Kuruseng, M., A. 2008. Pertumbuhan Dan Produksi Berbagai Varietas Tanaman Jagung Pada Dua Dosis Pupuk Urea, Jurnal Agrisistem, 4 (1) : 26 - 36.
Mahdiannoor & Nurul Istiqomah. 2015. Pertumbuhna Dan Hasil Dua Varietas Jagung
Hibida Sebagai Tanaman Sela Dibawah Tegakan Karet. ZIRAA’AH, 40 (1) : 46-53.
Miti F., P. Tongoona, and J. Derera. 2010. S1 selectionof local maize landraces for low
soil nitrogen tolerance in Zambia. African Journal of Plant Science, Vol. 4(3):67-81.
Pandia, A., Bangun, M., K., & Hasyim, H. 2013. Respon Pertumbuhandan Produksi
Beberapa Varietas Tanaman Jagung Terhadap Pemberian Pupuk N dan K. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 (3) : 348 - 361.
Sudiana, I.M. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Hasil Biji, Kadar Protein Kasar,
Serat Kasar dan Ekstrak Bebas Nitrogen Brangkasan Beberapa Varietas Jagung Ungul di Lahan Kering (Tesis). UNUD Denpasar.
Susilowati. 2001. Pengaruh pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil jagung