LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI MEKANISME SIDANG KODE ETIK PROFESI POLRI 1. Pengantar Sidang Kode Etik Profesi Polri merupakan salah satu tugas Provos guna mempersiapkan berkas dan mengajukan ke Ankum bagi anggota Polri yang melanggar etika kepribadian, etika kenegaraan dan etika dalam hubungan dengan masyarakat. 2. Standar Kompetensi Memahami Mekanisme Sidang Kode Etik Profesi Polri.
90
Embed
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRIPUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI
MEKANISME SIDANG KODE ETIK PROFESI POLRI
1. Pengantar
Sidang Kode Etik Profesi Polri merupakan salah
satu tugas Provos guna mempersiapkan berkas dan
mengajukan ke Ankum bagi anggota Polri yang melanggar
etika kepribadian, etika kenegaraan dan etika dalam
hubungan dengan masyarakat.
2. Standar Kompetensi
Memahami Mekanisme Sidang Kode Etik Profesi Polri.
1
BAB I
PENGERTIAN SIDANG KODE ETIK PROFESI POLRI
Kompetensi Dasar
Memahami Pengertian Sidang Kode Etik Profesi Polri.
Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan Pengertian-Pengertian Sidang Kode Etik
Profesi Polri.
2. Menjelaskan Pengertian-Pengertian Organisasi dan Tata
Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2
1. Pengertian-pengertian.
a. Pengertian Sidang Kode Etik Profesi Polri.
1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang selanjutnya disebut anggota Polri
adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2) Kode Etik Profesi Polri adalah norma-norma
atau aturan-aturan yang mrupakan kesatuan
landasan etik atau filosofis dengan
peraturan perilaku maupun ucapan mengenai
hal-hal yang diwajibkan, dilarang atau tidak
patut dilakukan oleh anggota Polri.
3) Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-
nilai Tri Brata yang dilandasi dan dijiwai
oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri
setiap anggota Polri dalam wujud komitmen
moral yang meliputi etika kepribadian,
kenegaraan, kelembagaan dan hubungan dengan
masyarakat.
4) Profesi Kpolisian adalah profesi yang
berkaitan dengan tugas Keepolisian baik di
bidang operasional maupun di bidang
pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
5) Pembinaan Profesi adalah pembinaan anggota
Polri yang diselenggarakan melalui
pendidikan dan pelatihan serta penugasan
secara berjenjang di bidang teknis
Kepolisian.
3
6) Etika Kepribadian adalah sikap moral anggota
Polri terhadap profesinya didasarkan pada
panggilan ibadah sebagai umat beragama.
7) Etika Kenegaraan adalah sikap moral anggota
Polri yang menjunjung tinggi landasan
ideologis dan konstitusional Negara Republik
Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8) Etika Kelembagaan adalah sikap moral anggota
Polri terhadap institusi yang menjadi wadah
pengabdian dan patut dijunjung tinggi
sebagai ikatan lahir dan batin dari semua
insan Bhayangkara dengan segala martabat dan
kehormatannya.
9) Etika dalam hubungan dengan masyarakat adalah
sikap moral anggota Polri yang senantiasa
memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.
10) Komisi Kode Etik Polri adalah suatu wadah
yang di bentuk di lingkungan Polri bertugas
melaksanakan pemeriksaan dalam persidangan
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri serta
pelanggaran lain sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
b. Pengertian Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode
Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang selanjutnya disebut anggota Polri
adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara
Republik Indonsia yang mempunyai kewenangan
umum Kepolisian.
4
2) Komisi Kode Etik Polri yang selanjutnya
disbut Komisi adalah suatu wadah yang
dibentuk di lingkungan Polri bertugas
memeriksa dan menyidangkan pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri serta pelanggaran Pasal
12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang
Pemberhentian Anggota Polri dan Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
3) Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri adalah
setiap perbuatan yang dilakukan oleh anggota
Polri yang bertentangan dengan Kode Etik
Profesi Polri.
4) Terperiksa adalah anggota Polri yang diduga
melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dan atau pelanggaran Pasal 12, Pasal
13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1
Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota
Polri dan atau Pasal 13 Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan
Disiplin Anggota Polri.
5) Pendamping adalah seseorang anggota Polri
yang bukan anggota Komisi ataupun sebagai
Saksi yang diajukan oleh Terperiksa untuk
memberikan advokasi dan pembelaan.
6) Saksi adalah setiap orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan
pemeriksaan tentang suatu peristiwa yang
berhubungan dengan perkara Terperiksa.
7) Ahli adalah orang yang memiliki keahlian
tertentu yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan pemeriksaan yang berkaitan
dengan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri.
5
8) Laporan adalah pemberitahuan yang
disampaikan oleh seseorang kepada pejabat
Polri yang berwenang teentang telah atau
sedang atau diduga terjadi pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh
anggota Polri.
9) Pengaduan adalah pemberitahuan disertai
permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kpada pjabat Polri yang berwenang untuk
dilakukan pemeriksaan terhadap anggota Polri
yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri yang merugikan dirinya.
6
BAB II
PEMBAHASAN SIDANG KODE ETIK PROFESI POLRI
Kompetensi Dasar
1. Memahami Etika Profesi Polri.
2. Memahami penegakan Kode Etik Profesi.
3. Memahami sifat, pembentukan dan susunan.
4. Memahami tugas, wewenang dan kewajiban.
5. Memahami keanggotaan.
6. Memahami mekanisme penanganan pelanggaran.
7. Memahami hak dan kewajiban terperiksa.
8. Memahami tata tertib persidangan.
9. Memahami acara persidangan tanpa kehadiran terperiksa.
10. Memahami administrasi sidang komisi.
Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan Etika Profesi Polri.
2. Menjelaskan penegakan Kode Etik Profesi.
3. Menjelaskan sifat, pembentukan dan susunan.
4. Menjelaskan tugas, wewenang dan kewajiban.
5. Menjelaskan keanggotaan.
6. Menjelaskan mekanisme penanganan pelanggaran.
7. Menjelaskan hak dan kewajiban terperiksa.
8. Menjelaskan tata tertib persidangan.
9. Menjelaskan acara persidangan tanpa kehadiran
terperiksa.
10. Menjelaskan administrasi sidang komisi.
7
1. Etika Profesi Polri.
a. Ruang lingkup pengaturan Kode Etik Profesi Polri
mencakup :
1) Etika Kepribadian.
2) Etika Kenegaraan.
3) Etika Kelembagaan.
4) Etika dalam hubungan dengan masyarakat.
b. Dalam Etika Kepribadian setiap anggota Polri
wajib.
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Menjunjung tinggi sumpah sebagai anggota
Polri dari dalam hati nuraninya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
c. Melaksanakan tugas kenegaraan dan
kemasyarakatan dengan niat murni, karena
kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai wujud
nyata amal ibadahnya.
c. Dalam Etika Kenegaraan setiap anggota Polri wajib
:
1) Menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
2) Menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan
Negara kesatuan Republik Indonesia.
3) Menjaga, memelihara dan meningkatkan rasa
aman dan tenteram bagi bangsa dan Negara
kesatuan Republik Indonesia.
4) Menjaga keselamatan fasilitas umum dan hak
milik perorangan serta menjauhkan sekuat
tenaga dari kerusakan dan penurunan nilai
guna atas tindakan yang diambil dalam
pelaksanaan tugas.
8
5) Menunjukan penghargaan dan kerja sama dengan
sesame pejabat Negara dalam pelaksanaan
tugas.
6) Menjaga keutuhan wilayah hukum negara
kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun
1945, memelihara persatuan dalam kebhinekaan
bangsa dan menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat.
d. Dalam Etika Kelembagaan setiap anggota Polri
wajib :
1) Menjaga citra dan kehormatan lembaga Polri.
2) Menjalankan tugasnya sesuai dengan visi dan
misi lembaga Polri yang dituntun oleh asas
pelayanan serta didukung oleh pengetahuan
dan keahlian.
3) Memperlakukan sesama anggota sebagai subyek
yang bermartabat yang ditandai oleh
pengakuan akan hak dan kewajiban yang sama.
4) Mengembangkan semangat kebersamaan serta
saling mendorong untuk meningkatkan kinerja
pelayanan pada kepentingan umum.
5) Meningkatkan kemampuan demi profesionalisme
Kepolisian.
e. Anggota Polri dalam menggunakan kewenangannya
wajib berdasarkan norma hukum dan mengindahkan
norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta nilai-
nilai kemanusiaan.
f. Setiap anggota Polri wajib memegang teguh garis
komando dan mematuhi jenjang kewenangan dan
bertindak berdasarkan aturan dan tata cara yang
berlaku.
9
g. Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan
perintah yang bertentangan dengan norma hukum
yang berlaku dan wajib bertanggung jawab atas
pelaksanaan perintah yang diberikan kepada
anggota bawahannya.
h. Setiap anggota Polri wajib menolak perintah
atasan yang melanggar norma hukum dan untuk itu
anggota tersebut wajib mendapatkan perlindungan
hukum.
i. Setiap anggota Polri dalam melaksanakan perintah
kedinasan tidak dibenarkan melampaui batas
kewenangannya dan wajib menyampaikan
pertanggungjawaban tugasnya kepada atasan
langsung.
j. Setiap anggota Polri dalam melakanakan tugas dan
wewenangnya tidak boleh terpengaruh oleh
istri/suami, anak dan orang-orang lain yang masih
terikat hubungan keluarga atau pihak lain yang
tidak ada hubungannya dengan kedinasan.
k. Setiap anggota Polri wajib menampilkan sikap
kepemimpinan melalui keteladanan, kejujuran,
keadilan, ketulusan dan kewibawaan untuk
melaksanakan keputusan pimpinan yang dibangun
melalui tata cara yang berlaku guna tercapainya
tujuan organisasi.
l. Dalam rapat/pertemuan, untuk mengambil keputusan
boleh berbeda pendapat sebelum diputuskan
pimpinan dan setelah diputuskan setiap anggota
wajib tunduk dan mengamankan keputusan tersebut.
10
m. Setiap anggota Polri wajib menampilkan rasa
setikawanan dengan sesama anggota sebagai ikatan
batin yang tulus atas dasar kesadaran bersama
akan tanggung jawabnya sebagai salah satu pilar
keutuhan bangsa Indonesia, dengan menjunjung
tinggi prinsip-prinsip kehormatan sebagai berikut
:
1) Menyadari sepenuhnya sebagai perbuatan
tercela apabila meninggalkan kawan yang
terluka, meninggal dunia atau memerlukan
pertolongan dalam pelaksanaan tugas,
sedangkan keadaan memungkinkan untuk memberi
pertolongan.
2) Merupakan keteladanan bagi seorang atasan
untuk membantu kesulitan bawahannya.
3) Merupakan kewajiban moral seorang atasan
atau bawahan untuk saling menunjukan rasa
hormat yang tulus.
4) Merupakan sikap terhormat/terpuji bagi
anggota Polri apabila menghadiri pemakaman
anggota Polri dan purnawirawan Polri yang
meninggal dunia.
5) Selalu terpanggil untuk memberikan bantuan
kepada sesama anggota Polri dan Purnawirawan
Polri beserta keluarganya yang menghadapi
suatu kesulitan.
6) Merupakan sikap terhormat apabila tidak
menyampaikan dan menyebarkan rahasia
pribadi, kejelekan teman atau keadaan di
dalam lingkungan Polri kepada orang lain.
n. Dalam Etika hubungan dengan masyarakat anggota
Polri wajib :
1) Menghormati harkat dan martabat manusia
melalui penghargaan serta perlindungan
terhadap hak asasi manusia.
11
2) Menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan
kesamaan bagi semua warga negara.
3) Menghindarkan diri dari perbuatan tercela
dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan dan kebenaran demi pelayanan pada
masyarakat.
4) Menegakkan hukum demi menciptakan tertib
sosial serta rasa aman publik.
5) Meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat.
6) Melakukan tindakan pertama Kepolisian
sebagaimana yang diwajibkan dalam tugas
Kepolisian, baik sedang bertugas maupun di
luar dinas.
o. Anggota Polri wajib menghindarkan diri dari
perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan
profesi dan organisasinya serta menjunjung tinggi
nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran demi
pelayanan pada masyarakat dengan senantiasa :
1) Memberikan keterangan yang benar dan tidak
menyesatkan.
2) Tidak melakukan pertemuan di luar
pemeriksaan dengan pihak-pihak yang terkait
dengan perkara.
3) Bersikap ihklas dan ramah menjawab
pertanyaan tentang perkembangan penanganan
perkara yang ditanganinya kepada semua pihak
yang terkait dengan perkara pidana yang
dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan
tentang penyelesainnya.
4) Tidak boleh menolak permintaan
pertolongan/banyuan dari masyarakat dengan
alasan bukan wilayah hukumnya.
12
5) Tidak mencari-cari kesalahan masyarakat.
6) Tidak menyebarkan berita yang dapat
meresahkan masyarakat.
7) Tidak mengeluarkan ucapan atau isyarat yang
bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
2. Penegakan Kode Etik Profesi.
a. Sidang Komisi Kode Etik Polri dilakukan terhadap
pelanggaran.
1) Kode Etik Profesi Polri sebagaimana dimaksud
dalam peraturan ini.
2) Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang
Pemberitahuan Anggota Polri serta Pasal 13
Peraturan Disiplin Anggota Polri.
3) Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai
perbuatan tercela.
4) Kewajiban pelanggar untuk meminta maaf
secara terbatas ataupun secara langsung.
5) Kewajiban pelanggar untuk mengikuti
pembinaan ulang profesi.
6) Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk
menjalankan profesi/fungsi Kepolisian.
b. Sanksi dinyatakan secara tertulis dengan
keputusan Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri.
13
c. Pelanggaran terhadap Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal
14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003
tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal
13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri
dikenakan sanksi sesuai yang berlaku pada
Peraturan Pemerintah dimaksud.
d. Penjatuhan sanksi diputuskan dalam Sidang Komisi
Kode Etik Polri.
e. Sanksi dilakukan dimuka Sidang Komisi Kode Etik
Polri atau melalui media.
f. Sanksi kewajiban untuk mengikuti
penataran/pelatihan ulang pembinaan profesi di
Lembaga Pendidikan Polri dengan biaya dari Satker
Terperiksa.
g. Sanksi administrasi berupa rekomendasi untuk :
1) Dipindahkan tugas ke jabatan yang berbeda.
2) Dipindahkan tugas ke wilayah yang berbeda.
3) Pemberhentian Dengan Hormat.
4) Pemberhentian Tidak Dengan Hormat.
h. Sanksi bersifat mutlak dan mengikat.
i. Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dilakukan oleh Komisi Kode Etik Polri.
j. Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Polri diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri.
14
k. Anggota Polri yang diputuskan pidana dengan
hukuman pidana penjara maksimum 3 (tiga) bulan
yang telah berkekuatan hukum tetap dapat
direkomendasikan oleh anggota Sidang Komisi Kode
Etik Polri tidak layak untuk direkomendasikan
oleh anggota Sidang Komisi Kode Etik Polri tidak
layak untuk tetap dipertahankan sebagai anggota
Polri.
l. Apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara
pelanggaran disiplin dengan Kode Etik Profesi
Polri maka penyelesaiannya dilakukan melalui
sidang disiplin atau Sidang Komisi Kode Etik
Polri berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari
terperiksa dan pendapat serta saran hukum dari
Pengemban Fungsi Pembinaan Hukum.
m. Dalam pemeriksaan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri, terperiksa dapat didampingi oleh anggota
Polri yang ditunjuk oleh Terperiksa.
3. Sifat, Pembentukan dan Susunan.
a. Komisi bersifat otonom, dibentuk berdasarkan
kebutuhan dengan surat keputusan oleh Pejabat
Polri yang berwenang.
b. Pejabat Polri yang berwenang adalah :
1) Kapolri, berwnang membentuk Komisi untuk
memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri yang dilakukan oleh Perwira Tinggi
Polri.
2) Pada Tingkat Mabes Polri, Kapolri
melimpahkan wewenang kepada Wakapolri untuk
membentuk Komisi dengan menunjuk :
15
a) Irwasum Polri sebagai Ketua Komisi
untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri yang dilakukan oleh
Perwira Menengah Pori.
b) Kadiv Propam Polri sebagai Ketua Komisi
untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri oleh Perwira Pertama
Polri.
c) Kapus Bin Profesi Div Propam Polri
sebagai Ketua Komisi untuk memeriksa
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
yang dilakukan oleh Bintara dan Tamtama
Polri.
3) Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang
dilakukan oleh anggota Polri pada lingkup
Mabes Polri yang berpangkat Perwira Menengah
Polri, Perwira Perta Polri, Bintara dan
Tamtama yang kesatuannya berkedudukan
selaindi jalan Trunojoyo No. 3 Kebayoran
Baru Jakarta Selatan (Gedung A dan B),
Wakapolri melimpahkan wewenang kepada Kepala
Kesatuan Kerja Kasatker di tempat pelanggar
berdinas/bertugas untuk membentuk Komisi
4) Pada Tingkat Kewilayahan Kapolri melimpahkan
wewenang kepada Kapolda, Kapolwil/tabes,
Kapoltabes, Kapolres/tro/ta untuk membentuk
Komisi guna memeriksa pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri yang dilakukan oleh Perwira
Menengah Polri, Perwira Pertama Polri,
Bintara dan Tamtama Polri di kesatuanya.
c. Anggota Komisi paling sedikit 5 (lima) orang
Perwira Polri, paling banyak 7 (tujuh) orang
Perwira Polri ditambah 2 (dua) orang Perwira
Polri sebagai cadangan :
16
Susunan keanggotaan Komisi terdiri dari :
1) 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota.
2) 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap
anggota.
3) 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota.
4) 2 (dua) orang atau 4 (empat) orang Perwira
Polri sebagai anggota.
5) 2 (dua) orang Perwira Polri sebagai anggota
cadangan.
d. Sekretaris dapat menunjuk Pembantu Sekretaris.
4. Tugas, Wewenang Dan Kewajiban
a. Komisi bertugas menyelenggarakan sidang untuk
memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan
pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang
Pemberhentian Angota Polri serta Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin Anggota Polri.
b. Komisi dalam melaksanakan tugas berwenang untuk
memanggil anggota Polri untuk didengar
keterangannya sebagai Terperiksa:
1) Menghadirkan Saksi Ahli dan Pendamping untuk
didengar keterangannya guna kepentingan
pemeriksaan.
2) Mengajukan pertanyaan secara langsung kepada
Terperiksa, Saksi, Ahli dan Pendamping
mengenai sesuatu yang diperlukan dan
berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan
oleh Terperiksa.
3) Memutuskan/menetapkanTerpriksa terbukti atau
tidak terbukti melakukan pelanggaran.
17
4) Memutuskan/menetapkan sanksi moral, jika
Terperiksa terbukti melakukan pelanggaran
Kode Etik Profesi Polri
5) Menjatuhkan sanksi secara alternatif atau
komulatif.
6) Memberikan rekomendasi, apabila Terperiksa
dikenakan sanksi.
c. Ketua Komisi berkewajiban :
1) Melaksanakan koordinasi dengan anggota
Komisi untuk mempersiapkan pelaksanaan
sidang dengan mempelajari dan meneliti
berkas perkara pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan
Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun
2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri
serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
Anggota Polri.
2) Menentukan jadual persidangan.
3) Menentukan Saksi-Saksi yang perludi dengar
keterangannya.
4) Memimpin jalannya sidang.
5) Menjelaskan alasan dan tujuan persidangan.
6) Mengatur anggota komisi untuk mengajukan
pertanyaan kepada Terperiksa, Saksi, Ahli.
7) Memberi kesempatan kepada Pendamping
Terperiksa untuk mengajukan pertanyaan
kepada Saksi, Ahli dan Terperiksa.
8) Mempertimbangkan saran pendapat baik dari
anggota Komisi maupun Pendamping untuk
merumuskan putusan sidang.
18
9) Membacakan putusan hasil sidang.
10) Menandatangani berita acara persidangan.
d. Wakil Ketua Komisi berkewajiban :
1) Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua
Komisi.
2) Memimpin sidang apabila Ketua Komisi
berhalangan.
3) Mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris
Komisi.
4) Menandatangani berita acara persidangan.
e. Sekretaris Komisi berkewajiban :
1) Menyiapkan administrasi keperluan sidang.
2) Membuat dan mengirimkan surat panggilan
kepada Terperiksa, Saksi, Ahli dan
Pendamping yang diperlukan.
3) Menyusun berita acara persidangan.
4) Menyiapkan konsep putusan sidang.
5) Menyampaikan surat putusan sidang kepada
Terperiksa.
6) Membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang
kepada satuan atas.
7) Menandatangani berita acara persidangan.
f. Anggota Komisi berkewajiban.
1) Mengajukan pertanyaan kepada Terperiksa,
Saksi dan Ahli untuk kepentingan
pemeriksaan.
2) Mengajukan saran kepada Ketua Komisi baik
diminta atau tidak.
3) Mengikuti seluruh kegiatan persidangan
termasuk melakukan peninjauan di lapangan.
g. Anggota Cadangan berkewajiban menggantikan anggota
Komisi yang beralangan.
h. Anggota Komisi yang tidak setuju terhadap putusan
sidang harus tetap menandatangani putusan sidang.
19
i. Ketidaksetujuan dituangkan dalam berita acara
persidangan.
5. Keanggotaan
a. Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Tinggi
Polri terdiri dari :
1) Ketua :
Kapolri/Wak
apolri
2) Wakil Ketua : Irwasum
Polri/Perwi
ra Tinggi
Polri
yang ditunjuk
3) Sekretaris : Kadiv Propam
Polri/Perwira Tinggi
Polri yang ditunjuk
4) Anggota : Perwira Tinggi
Polri yang
ditunjuk
5) Anggota Cadangan : Perwira Tinggi Polri
yang ditunjuk
b. Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira
Menengah Polri terdiri dari :
1) Di Tingkat Mabes Polri :
a) Ketua : Irwasum Polri
b). Wakil Ketua : Kadiv Propam
Polri
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kapus Bin Prof
Polri
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira Menengah
Polri
yang ditunjuk
20
2) Di Tingkat
Polda/Polwil/tabes/Poltabes/Polresta/tro/ta :
a) Ketua : Wakapolda
b) Wakil Ketua : Irwasda
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kabid Propam
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira Menengah
Polri
yang ditunjuk
c. Pelaksanaan sidang Komisi terhadap Perwira
Pertama dan Perwira Menengah Polri yang ada di
Tingkat Polwil/tabes/Poltabs/Polrs/tro/ta dapat
dilaksanakan di Markas Polda kesatuan Terperiksa
atau tempat lain yang ditunjuk.
d. Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira
Pertama Polri terdiri dari :
1) Di Tingkat Mabes Polri :
a) Ketua : Kadiv Propam
Polri
b) Wakil Ketua : Kapusbin Prof
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kabid Bin Etika
Pusbin Prof
Polri/Perwira Menengah
Polri yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
21
e) Anggota Cadangan : Perwira Menengah
Polri
yang ditunjuk
2) Di Tingkat Polda :
a) Ketua : Irwasda
b) Wakil Ketua : Kabid Propam
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kasubbid Bin Prof
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira Menengah
Polri
yang ditunjuk
3) Di Tingkat Polwil/tabes :
a) Ketua : Wakapolwiltabs
b) Wakil Ketua : Kabag Bin
Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kasubbag Min
Polri/Perwira Menengah
Polri yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira Menengah
Polri
yang ditunjuk
4) Di Tingkat Poltabes/Polres/tro/ta :
a) Ketua : Waka Poltabes/
WakaPolres/tro/ta
22
b) Wakil Ketua : Kabag Min
Perwira yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kanit P3D
Perwira yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira yang
ditunjuk
e. Anggota Komisi untuk memeriksa Bintara dan
Tamtama Polri terdiri dari :
1) Di Tingkat Mabes Polri :
a) Ketua : Kapusbi Prof
Polri
b) Wakil Ketua : Kabid Bin Etika
Pusbin Prof
Polri/Perwira Menengah
Polri yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kasubbid Gak
Etika Pusbin
Prof Polri/Perwira yang
ditunjuk
d) Anggota : Perwira yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira yang
ditunjuk
2) Di Tingkat Polda :
a) Ketua : Kabid Propam
b) Wakil Ketua : Kasubbid Bin Prof
Perwira yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kaur Bin Etika
Perwira yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira yang
ditunjuk
3) Di Tingkat Polwil/tabes :
a) Ketua : Wakapolwiltabes
23
b) Wakil Ketua : Kasubbag Propam
Perwira yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kanit P3D
Perwira yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira yang
ditunjuk
4) Di Tingkat Poltabes/Polres/tro/ta :
a) Ketua : Waka Poltabes/
WakaPolres/tro/ta
b) Wakil Ketua : Kabag Min
Perwira yang ditunjuk
c) Sekretaris : Kanit P3D
Perwira yang ditunjuk
d) Anggota : Perwira yang ditunjuk
e) Anggota Cadangan : Perwira yang
ditunjuk
f. Keanggotaan Komisi untuk memeriksa pelanggaran
anggota Mabes Polri yang kesatuannya berada di
luar lingkungan Mabs Polri dan Pusat Pendidikan
Polri yang berada di bawah Satuan Kerja Lmbaga
Pendidikan dan Pelatihan Polri, susunan anggota
Komisinya disesuaikan dengan struktur organisasi
masing-masing dengan mengedepankan pengemban
fungsi Propam atau Pembinaan Personel.
6. Mekanisme Penanganan Pelanggaran
a. Penanganan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
dimulai dengan adanya laporan atau pengaduan yang
diajukan oleh :
1) Masyarakat.
2) Anggota Polri.
24
3) Sumber lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
b.. Penerimaan laporan atau pengaduan dilaksanakan
oleh pengemban fungsi Propam di setiap jenjang
organisasi Polri, yang selanjutnya melakukan
pemeriksaan pendahuluan atas laporan atau
pengaduan dimaksud.
c. Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh
dugaan kuat bahwa laporan atau pengaduan termasuk
dalam katagori planggaran Kode Etik Profesi
Polri, maka pengemban fungsi Propam mengirimkan
berkas perkara serta mengusulkan kepada Pejabat
untuk membentuk Komisi.
d. Pengemban fungsi Propam dapat meminta saran hukum
kepada pengemban fungsi pembinaan hukum.
e. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban
fungsi Propam bekerja dengan prinsip praduga tak
bersalah.
f. Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan
paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan
putusan.
g. Putusan berupa pemberian sanksi administratif
oleh Ketua Komisi, diajukan kepada Kepala
Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan)
hari sejak putusan sidang dibacakan.
h. Putsan sidang Komisi bersifat final.
i. Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan
sidang kepada pejabat yang membentuk.
25
j. Penanganan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal
14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003
tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal
13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri
dilaksanakan apabila ada permintaan resmi oleh
atasan Terperiksa kepada fungsi Propam.
k. Permintaan resmi disertai dengan berkas yang berisi
Berita Acara Pendahuluan yang menjelaskan unsur-
unsur Pasal yang dilanggar, barang bukti, saksi
yang menguatkan terjadinya pelanggaran tersbut.
l. Atas permintaan resmi, pengemban fungsi Propam
melakukan pemeriksaan berkas dan apabila hasil
pemeriksaan diperoleh dugaan kuat Terperiksa
dapat diperiksa melalui sidang Komisi, maka
pengemban fungsi Propam segera mengirimkan berkas
perkara srta mengusulkan kepada Pejabat, untuk
membentuk Komisi.
m. Pengemban fungsi Propam, dapat menerima saran hukum
kepada pengemban fungsi pembinaan hukum.
n. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban
fungsi Propam bekerja dengan prinsip praduga tak
bersalah.
o. Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan putusan.
p. Putusan sidang Komisi bersifat final.
26
q. Putusan sanksi administratif berupa rekomendasi
untuk dapat atau tidaknya diberhentikan tidak
dengan hormat atau dengan hormat dari dinas Polri
(PTDH dan PDH) diajukan oleh Ketua Komisi kepada
Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8
(delapan) hari sejak putusan sidang dibacakan.
r. Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan
sidang kepada pejabat yang membentuk.
7. Hak dan Kewajiban Terpriksa
a. Terperiksa berhak :
1) Mengetahui susunan keanggotaan Komisi
sebelum pelaksanaan sidang.
2) Menunjuk Pendamping.
3) Menrima dan mempelajari isi berkas perkara
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
dengan Pendamping paling lambat 3 (tiga)
hari sebelum dilaksanakan sidang.
4) Mengajukan pembelaan.
5) Mengajukan Saksi dalam proses pemeriksaan
maupun persidangan.
6) Menerima salinan putusan sidang 1 (satu)
hari setelah putusan dibacakan.
7) Mengajukan keberatan dalam bentuk tertulis
dengan batas waktu paling lama 7 (tujuh)
hari setelah menerima salinan putusan dari
sidang.
b. Terperiksa berkewajiban :
271) Memenuhi semua panggilan.
2) Menghadiri sidang.
3) Menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
Ketua dan anggota Komisi.
4) Memberikan keterangan untuk memperlancar
jalannya sidang Komisi.
5) Mentaati seemua ketentuan yang dikeluarkan
oleh Komisi serta berlaku sopan.
c. Terperiksa yang tidak memenuhi panggilan, harus
memberikan keterangan yang patutu dan wajar.
8. Tata Tertib Persidangan
a. Sidang Komisi dilaksanakan di Markas Kepolisian
atau di tempat lain yang ditentukan dan terbuka
umtuk umum.
b. Ruangan untuk kelengkapan persidangan meliputi :
1) Ruang sidang.
2) Ruang tunggu anggota Komisi.
3) Ryang tunggu Terperiksa dan Pendamping.
4) Ruang tunggu Saksi.
c. Perlengkapan ruang sidang terdiri dari :
1) Meja sidang diberi alas berwarna hijau
dengan susunan berbentuk ”U” atau segaris.
2) Kursi sidang untuk anggota Komisi, Pembantu,
Sekretaris, Teerperiksa, Pendamping, Saksi
dan Pengunjung.
3) Palu sidang dan kelengkapannya.
28
4) Papan nama anggota Komisi (Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris dan Anggota) dan
Pendamping.
5) Bendera Merah Putih yang dipasang di sebelah
kanan dan sejajar dengan kursi Ketua Komisi.
6) Foto Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonsia.
d. Denah ruang sidang sebagai berikut :
1) Ketua Komisi berada didepan bagian tengah.
2) Wakil Ketua Komisi berada disamping kanan
Ketua Komisi.
3) Sekretaris Komisi berada disamping kiri
Ketua Komisi.
4) Anggota Komisi berada dikanan Wakil Ketua
Komisi dan sebelah kiri Sekretaris Komisi.
5) Terperiksa berhadapan dengan Ketua Komisi.
6) Pembantu Sekretaris di sisi kiri Terperiksa.
7) Pendamping berada di sisi kanan Terperiksa.
8) Pengunjung di belakang Terperiksa/Saksi.
e. Bentuk denah ruang sidang disesuaikan dengan
kondisi ruangan dalam bentuk”segaris” atau ”U”.
f. Sidang dilaksanakan dengan khidmat dan tertib.
g. Pakaian dalam persidangan.
1) Anggota Komisi memakai PDU-4.
2) Pembantu Sekretaris memakai PDH.
3) Terperiksa memakai PDH.
4) Pendamping memakai PDU-4.
29
5) Saksi dari anggota Polri memakai PDH.
6) Saksi yang bukan anggota Polri memakai
pakaian bebas rapi.
h. Acara sidang denah ruang sidang, administrasi,
format surat-surat dan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan sidang sesuai dengan lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Peraturan ini.
9. Acara Persidangan Tanpa Kehadiran Terperiksa
a. Sidang Komisi tetap dapat dilaksanakan tanpa
dihadiri oleh Terperiksa setelah dipanggil secara
sah.
b. Sidang Komisi dilaksanakan sesuai mekanisme yang
diatur dalam Pasal 10, sedangkan yang dijadikan
bahan pemeriksaan aalah berkas Terperiksa, surat-
surat yang berkaitan, keterangan Saksi/Ahli yang
dapat dihadirkan.
c. Sidang Komisi tetap memberikan putusan sidang
walaupun Terperiksa tidak hadir dalam
persidangan.
10. Administrasi
a. Putusan Sidang Komisi dapat diumumkan kepada
masyarakat.
b. Salinan putusan Sidang Komisi dikirimkan kepada :
1) Di Tingkat Mabes Polri.
a) Irwasum Polri : 1 (satu)
berkas
b) De SDM Kapolri : 1 (satu)
berkas
c) Kadiv Propam Polri : 1
(satu) berkas
d) Kadiv Binkum Polri : 1
(satu) berkas
e) Atasan Langsung Terperiksa : 1
(satu) berkas
30
2) Di Kewilayahan.
1) Irwasda : 1 (satu)
berkas
2) Karo Pers Polda : 1
(satu) berkas
3) Kabid Propam Polda : 1 (satu)
berkas
4) Kabid Binkum Polda : 1 (satu)
berkas
5) Atasan Langsung Terperiksa : 1
(satu) berkas
c. Salinan Putusan Sidang Komisi disampaikan kepada
pejabat yang membentuk Komisi.
d. Pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan Sidang
Komisi atas sanksi berkewajiban untuk memproses
secara administratif kepada Pejabat Polri yang
berwenang.
32
BAB III
PENUTUP
Demikian Naskah Sekolah Sementara ini dibuat untuk
dipelajari dan dipahami oleh siswa sebagai bekal ilmu
Mekanisme Sidang Kode Etik Profesi Polri Bidang Provos dan
agar dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas.
33BAB III
PENUTUP
Demikian Naskah Sekolah Sementara ini dibuat untuk
dipelajari dan dipahami oleh siswa sebagai bekal ilmu
Mekanisme Sidang Kode Etik Profesi Polri Bidang Provos dan
Peraturan Pemerintah Nomor ….…….......... Tahun 2003
tentang ……......
Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan
sebenarnya, mengingat sumpah jabatan yang ada sekarang ini,
kemudian ditutup dan ditandatangani di ..................
pada hari .............. tanggal ..............
tahun ............
MENGETAHUI
……………………….
…………………………
YANG MEMBUAT
BERITA ACARA PENDAPAT
……..……………….
40
KOPSTUK
No. Pol. : R/ / / /
..............., ........................
Klasifikasi : RAHASIA
Lampiran : Satu berkas
Perihal : Usulan pembentukan Komisi Kode
Etik Polri untuk memeriksa
................................................
....... Kepada
Yth.
..............................
di
..............
...............
1. Rujukan :
a. Laporan/Pengaduan No. Pol. : . ….
……………………
b. Berita Acara Pendapat tanggal ………..
………………
2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di
atas dan hasil pemeriksaan awal terhadap
laporan/pengaduan tersebut pada butir 1 di
atas, kami berpendapat bahwa Nama …… Pangkat
….. NRP ….. Jabatan ….. Kesatuan …… telah
melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri berupa …… sebagaimana diatur dalam
Pasal ….. Peraturan Kapolri tentang Kode
Etik Profesi Polri.
3. Berdasarkan ketentuan Pasal 3, Pasal 8
dan Pasal 9 Peraturan Kapolri tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik
Polri, dengan ini diusulkan pembentukan
Komisi Kode Etik Polri untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap perkara
dimaksud.
4. Demikian untuk menjadikan maklum.
KEPALA ……………….
………………………….
41
KOPSTUK
No. Pol. : R/ / / /
.............., ........................
Klasifikasi : RAHASIA
Lampiran : Satu berkas
Perihal : Usulan pembentukan Komisi Kode
Etik Polri untuk memeriksa
................................................
....... Kepada
Yth.
..............................
di
..............
................
1. Rujukan :
a. Laporan/Pengaduan No. Pol. :
………………….……
b. Berita Acara Pendapat tanggal
……………….…….…
2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di
atas dan hasil pemeriksaan awal terhadap
laporan/pengaduan tersebut pada butir 1 di
atas, kami berpendapat bahwa Nama …… Pangkat
…….... NRP …….... Jabatan ……….. Kesatuan …….
telah melakukan pelanggaran sebagaimana
diatur dalam Pasal …….. Peraturan Pemerintah
Nomor …... Tahun 2003 tentang
…………………………………………….
3. Berdasarkan ketentuan Pasal 3, Pasal 8
dan Pasal 9 Peraturan Kapolri tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik
Polri, dengan ini diusulkan pembentukan
Komisi Kode Etik Polri untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap perkara
dimaksud.
4. Demikian untuk menjadikan maklum.
KEPALA ……………….
………………………….
42
KOPSTUK
SURAT – KEPUTUSANNo. Pol. : Skep/ / /200
tentang
PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIKKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPALA KEPOLISIAN .......................................
Menimbang : Bahwa perlu dibentuk Komisi Kode EtikPolri di Kesatuan ..... untukmemeriksa/emnyidangkan perkara atasnama ..... pangkat ..... NRP .....jabatan ...... kesatuan ..... guna tertibadministrasi pelaksanaannya, dipandangperlu menetapkan Surat Keputusan.
Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002tentang Kepolisian Negara RepublikIndonesia.
2. Peraturan Kapolri No. Pol. : ….. Tahun….. tentang Kode Etik ProfesiKepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Peraturan Kapolri No. Pol. : ….. Tahun….. tentang Organisasi dan Tata Kerja
Komisi Kode Etik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia.
2. Surat Kepala ..... No. Pol. : .....tanggal ..... perihal Usulanpembentukan Komisi Kode Etik Polri.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :1. Membentuk Komisi Kode Etik KepolisianNegara Republik Indonesia dikesatuan ..... dan menunjuk anggotaPolri yang nama, pangkat, NRP, jabatan,kesatuan tercantum dalam Lampiran SuratKeputusan ini, sebagai anggota KomisiKode Etik Polri untuk memeriksapelanggaran atas nama ......pangkat ..... NRP ..... jabatan .....kesatuan .....
/ 2. Pemeriksaan .....2
2. Pemeriksaan dalam Sidang Komisimempedomani Tata Cara Sidang KomisiKode Etik Kepolisian Negara RepublikIndonesia.
3. Melaporkan hasil Putusan Sidang KomisiKode Etik Polri pada kesempatanpertama.
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari ternyataterdapat kekeliruan dalam Surat Keputusanini akan diadakan pembetulan sebagaimanamestinya.
1. Anggota Komisi mengambil tempat yangtelah ditentukan diruangan sidang.
2. Ketua Komisi membuka sidang denganmengucapkan ”salam” dilanjutkan dengan kalimat ”Padahari ini ..... tanggal ..... bulan ..... tahun .....,sidang Komisi Kode Etik Polri memeriksa dugaanpelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan/ataupelanggaran terhadap Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentangPemberhentian Anggota Polri dan/atau Pasal 13Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentangPeraturan Disiplin Anggota Polri atas nama .....pangkat ..... NRP ..... jabatan ..... kesatuan .....dengan resmi dibuka dan terbuka untuk umum diikutidengan ketukan palu 3 (tiga) kali.
3. Ketua Komisi memerintahkan Sekretarisuntuk memanggil Terperiksa dan Pendamping agarmemasuki ruangan sidang (dalam pelaksanaannyaSekretaris dapat meminta bantuan kepada petugas yangditunjuk).
4. Ketua Komisi menanyakan identitasTerperiksa dan Pendamping tentang nama lengkap, umur,pangkat, NRP, jabatan dan kesatuan sesuai data yangada pada berkas perkara.
5. Ketua Komisi memerintahkan SekretarisKomisi membacakan tuntutan terhadap Terperiksa.
6. Ketua Komisi mengatur mekanismepemeriksaan dalam sidang.
7. Apabila pertanyaan anggota Komisi tidakdijawab oleh Terperiksa, maka Ketua Komisi tetapmeneruskan sidang serta memperingatkan Terperiksabahwa hal itu dapat merugikan dirinya sendiri.
8. Apabila persidangan perlu ditunda, makaKetua Komisi menyatakan ”Sidang ditunda dan akandilanjutkan pada hari ..... tanggal ..... bulan .....tahun ..... jam ..... bertempat di .....”, diikutidengan ketukan palu 1 (satu) kali.
9. Ketua Komisi melanjutkan persidangandengan menyatakan ”Sidang dilanjutkan kembali .....”,diikuti dengan ketukan palu 1 (satu) kali.
4610. Apabila pemeriksaan yang dilaksanakan
oleh Komisi telah dianggap cukup, maka Ketua Komisimemberikan kesempatan kepada Terperiksa untukmengadakan pembelaan diri secara lisan/tertulis atauTerperiksa mengajukan pembelaan dirinya melaluiPendamping.
11. Putusan sidang komisi diambil secaramusyawarah dan bersifat terbatas serta ditandatanganioleh Ketua Komisi beserta seluruh anggota Komisi.
12. Bentuk Keputusan Sidang Komisi sesuaidengan format terlampir.
13. Keputusan Sidang Komisi dibacakan dandisampaikan kepada Terperiksa oleh Ketua Komisi dalampersidangan.
14. Apabila Ketua Komisi menganggap prosespemeriksaan dalam Sidang Komisi Kode Etik Polri telahselesai seluruhnya, maka Ketua Komisi menutup sidangdengan menyatakan ”Sidang Komisi yang memeriksaTerperiksa, nama ..... pangkat ..... NRP ..... jabatan..... kesatuan ..... dengan resmi ditutup” diikutidengan ketukan palu 3 (tiga) kali.
47
KOPSTUK
TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSANo. Pol. : Tut/ / /
Yang terhormat Ketua Komisi Kode Etik Profesi Polri,
Dimohon dengan hormat untuk menyidangkan dugaan pelanggaran
..... atas nama ..... pangkat ..... NRP ..... jabatan .....
kesatuan ..... karena :
a. Pada
tanggal ...................................................
...........................................
b. Perbuatan terperiksa tersebut telah dikuatkan dengan
keterangan para saksi, yaitu :
1) Nama ................................
2) Nama ...............................
3) Dst
c. Sedangkan barang bukti berupa ….............……………………
diajukan untuk menguatkan tuntutan dalam persidangan
ini.
Perbuatan terperiksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang
2. Peraturan Kapolri No. Pol. : …. Tahun…. tentang Organisasi dan Tata KerjaKomisi Kode Etik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia.
3. Surat Keputusan Kepala .... No. Pol. :Skep/…../...../200... tanggal ....tentang Pembentukan Komisi Kode EtikPolri.
Membaca :1. Laporan/pengaduan Nomor .....tanggal ..... mengenai pelanggarananggota Polri atas nama …..
2. Surat-surat lain yang berhubungan denganperkara tersebut.
Menimbang :Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaanterhadap Terperiksa dan mendengarketerangan saksi-saksi memeriksa barangbukti yang diajukan dalam perkara ini,disimpulkan bahwa :.......................................................................................................................................................................................................................................................................................
MEMUTUSKANTerperiksa :
Nama :
Pangkat/NRP :Jabatan :Kesatuan :
/ Tidak .....2
Tidak terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik ProfesiKepolisian Negara Republik Indonesia
Ditetapkan di: ...........................
...... Pada tanggal
: ................................. KOMISI KODE ETIK POLRI
SEKRETARIS
(......................)
KETUA
(.................................)
ANGGOTA
(.................................)
(.................................)
(.................................)
51
KOPSTUK
KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK POLRINo. Pol. : Kep/ / /200
tentang
PUTUSAN SIDANG KOMISI
KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Mengingat :1. Peraturan Kapolri No. Pol. : .....Tahun ….. tentang Kode Etik ProfesiKepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Peraturan Kapolri No. Pol. : ….. Tahun….. tentang Organisasi dan Tata KerjaKomisi Kode Etik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia.
3. Surat Keputusan Kepala ..............No. Pol. : Skep/…../...../200...tanggal .... tentang Pembentukan KomisiKode Etik Polri.
Membaca :1. Laporan/pengaduan Nomor .....tanggal ..... mengenai pelanggarananggota Polri atas nama …..
2. Surat-surat lain yang berhubungandengan perkara tersebut.
Menimbang :Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaanterhadap Terperiksa dan mendengarketerangan saksi-saksi serta memeriksabarang bukti yang diajukan dalam perkaraini, disimpulkan bahwa :.......................................................................................................................................................................................................................................................................................
MEMUTUSKANTerperiksa :
Nama :Pangkat/NRP :Jabatan :Kesatuan :
/ 1. Terbukti .....
2
1. Terbukti telah melakukan pelanggaran Kode EtikProfesi Kepolisian Negara Republik Indonesiasebagaimana diatur dalam Pasal ..... yo Pasal .....Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RepublikIndonesia.
: ................................. KOMISI KODE ETIK POLRI
SEKRETARIS
(......................)
KETUA
(.................................)
ANGGOTA
(.................................)
(.................................)
(.................................)
53KOPSTUK
KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK POLRINo. Pol. : Kep/ / /200
tentang
PUTUSAN SIDANG KOMISI
KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Mengingat :1. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor ….. tahun 2003 tentang …...
2. Peraturan Kapolri No. Pol. : ….. Tahun….. tentang Kode Etik ProfesiKepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Peraturan Kapolri No. Pol. : .....Tahun ..... tentang Organisasi dan TataKerja Komisi Kode Etik KepolisianNegara Republik Indonesia.
4. Surat Keputusan Kepala ..... No. Pol. :Skep/…../...../200... tanggal ....tentang Pembentukan Komisi Kode EtikPolri.
Membaca :1. Laporan Nomor …... tanggal ......mengenai pelanggaran anggota Polri atasnama ……………….
2. Surat-surat lain yang berhubungandengan perkara tersebut.
Menimbang :Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaanterhadap Terperiksa dan mendengarketerangan saksi-saksi serta memeriksabarang bukti yang diajukan dalam perkaraini, disimpulkan bahwa :.......................................................................................................................................................................................................................................................................................
/ MEMUTUSKAN .....
2
MEMUTUSKANTerperiksa :
Nama :Pangkat/NRP :Jabatan :Kesatuan :
1. Terbukti telah melakukan pelanggaran ............sebagaimana diatur dalam
Pasal ..... Peraturan Pemerintah Nomor ….. tahun 2003tentang .....
Klasifikasi : RAHASIALampiran : Satu berkasPerihal : Saran pertimbangan pemberhentian
Tidak dengan hormat....................................................... Kepada
Yth . KEPALAKEPOLISIAN
di ..............
...............
1. Rujukan :
a. Peraturan Pemerintah Nomor .....tahun 2003 tentang .....
b. Keputusan Komisi Kode Etik PolriNo. Pol. : Kep/...../...../200...tanggal ..... tentang Putusan SidangKomisi.
2. Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas, bahwa setelah dilakukan Sidangpemeriksaan terhadap anggota Polri,nama ..... pangkat ..... NRP .....jabatan ..... kesatuan ..... kamiberpendapat bahwa yang bersangkutan telahmemenuhi unsur-unsur yang ada pada ketentuanPasal ..... Peraturan Pemerintah nomor .....tahun 2003 tentang ..........
3. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 PeraturanKapolri tentang Organisasi dan Tata KerjaKomisi Kode Etik Polri dengan ini kamimenyarankan agar terhadap anggota Polri nama….. pangkat ….. NRP jabatan ….. kesatuan …..diberhentikan tidak dengan hormat dari dinasPolri.
4. Demikian untuk menjadikan maklum.
KETUA KOMISI KODE ETIK POLRI
……………………………….
56DENAH RUANGAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI
(BENTUK SEGARIS)
KETERANGAN :123
6A = TERPERIKSA PADA WAKTU PEMERIKSAANSAKSI
7 = PENDAMPING
9 9
4 2 1 3 48
12 5
6A
76
10
10
456
8 = BENDERA MERAH PUTIH
9 = FOTO PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN RI
10 = PETUGAS YANG DITUNJUK
11 = PENGUNJUNG SIDANG
12 = ANGGOTA CADANGAN
57DENAH RUANGAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI
(BENTUK SEGARIS)
9 9
4
2 1 3
4
8
12
5
6A
76
KETERANGAN :1 = KETUA KOMISI2 WAKIL KETUA KOMISI3 SEKRETARIS KOMISI4 ANGGOTA KOMISI5 PEMBANTU SEKRETARIS6 TERPERIKSA