LAPORAN HASIL TUTORIAL BLOK 3.5 WEEK 1 “Bungaku yang Hilang” Disusun oleh: Kelompok 5 Diki Yuge Katan 13161 Samuel Indratama 13162 Ristia Anggarini 13168 Erawati Werdiningsih 13170 Yasinta Nur Rohmah 13175 Brigitta Ayu D.S. 13327 Dheta Agustin M 13331 Merawati Dyah S. 13335 Anisa Hidayah 13340 Martina Oktaviani 13342 Yayu Nidaul F 13424 Widya Dwi Astuti 13427 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FK UGM 2012 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN HASIL TUTORIAL BLOK 3.5
WEEK 1
“Bungaku yang Hilang”
Disusun oleh:
Kelompok 5
Diki Yuge Katan 13161
Samuel Indratama 13162
Ristia Anggarini 13168
Erawati Werdiningsih 13170
Yasinta Nur Rohmah 13175
Brigitta Ayu D.S. 13327
Dheta Agustin M 13331
Merawati Dyah S. 13335
Anisa Hidayah 13340
Martina Oktaviani 13342
Yayu Nidaul F 13424
Widya Dwi Astuti 13427
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FK UGM
2012
1
BUNGAKU YANG HILANG
Nn. Mwr 21 tahun mengalami kasus perkosaan. Sejak kejadian itu, ia merasa hidupnya
tidak berguna lagi dan selalu menyalahkan dirinya sendiri serta menjauhkan diri dari pergaulan
teman-temannya. Keluarga membawa ke RS dan dokter mendiagnosis pasien mengalami Post
Trauma Stress Disorder. Saat diperkosa, tidak ada saksi satupun sehingga sulit untuk
membuktikannya, padahal keluarga ingin mendapatkan perlakuan hukum dan mendapatkan
solusinya.
STEP 1
1. Post Trauma Stress Disorder : stress yang ditunjukan dengan kecemasan karena trauma
fisik dan psikis (<3 bulan, >3 bulan, > 1bulan setelah trauma) karena koping yang tidak
efektif.
2. Trauma: perasaan tidak nyaman/individual yang dipicu oleh kondisi tidak nyaman baik
fisik atau pun psikis
STEP 2
1. Apa saja criteria seseorang dikatakan mengalami PTSD?
2. Apa saja terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD?
3. Apa saja peran perawat dalam kasus terkait?
4. Apa akibat lebih lanjut dari PTSD?
5. Apa peran dukungan keluarga dan lingkungan sosial terhadap pasien PTSD?
6. Apa saja tindakan pencegahan terhadap PTSD?
7. Apa saja Tanda dan gejala orang dengan PTSD?
8. Apa saja factor predisposisi dan presipitasi dari PTSD?
9. Hubungan antara Trauma dengan PTSD?
10. Bagaimana Penggolongan PTSD?
11. Apakah perbedaan antara PTSD dan stress akut?
12. Apa saja pemeriksaan dan deteksi dini orang yang beresiko PTSD?
13. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan Post Trauma Stress
Disorder?
14. Apa solusi yang bisa dilakukan keluarga untuk nn. Mwr?
2
15. Kapan waktu yang tepat untuk perawat melakukan tindakan dalam rangka mengatasi
PTSD?
16. Bagaimana prognosis dari PTSD?
STEP3
(1 ) ICD 10:
Kemunculan stressor
Ada kejadian terulang kembali
Penghindaran
Pangulangan dengan gangguan tidur, insomnia, nightmare
Gangguan terjadi > 1 bulan dari munculnya trauma
Menganggu fungsi normal
(10 ) penggolongan:
Stress akut < 1 bulan
PTSD akut > 1 bulan
PTSD kronis> 3 bulan
PTSD tertunda > 6 bulan
Kategori
I sadar
II menerima
III memburuk
(2 ) terapi
Psikoanalisis : respon terapeutik
untuk meningkatkan koping
Terapi kelompok; tukar pendapat
Terapi bermain
Farmakologis
CBT
Pemaparan stressor
Terapi keluarga
Logo terapi
Anxiety managemen
(4 ) Dampak :
Gangguan tidur mimpi buruk
Gangguan peran
Gangguan fungsi sosial
Menarik diri, isolasi diri
Emosional, mood tidak stabil
Percobaan bunuh diri
3
Alkoholisme
Depresi
Resiko kekerasan untuk diri dan
orang lain
Gangguan disosiatif
Regresi perkembangan
Hilang focus
Kurang pengembangan diri
Spiritual menyalahkan Tuhan
(6 ) pencegahan;
Deteksi dini
Pemaparan stressor, situasi yang sama
(7 ) tanda dan gejala
Sulit tidur
Aktivitas menurun
Menurunnya konsentrasi dan daya ingat
Irritable
Hilangnya minat
(5 ) peran :
Memberikan dukungan positif menjadi beradaptasi keluarga dan sosial
Sosial: tidak mencemooh, menerima
Di daerah bencana LSM
(14 ) solusi
Visum: bukti pemerkosaan
Pemeriksaan fisik
(12 ) deteksi dini:
Dengan kuseioner “Impavt Event Scale Pevision”
Hormone kortisol
MRI : amigdala dan hipotalamus
(9 ) trauma menyebabkan PTSD jika koping tidak efetif
(15 ) intervensi setelah ada pelaporan / setelah mendapat kasus
Kamunitas lebih ke arah pencegahan : trauma healing untuk mencegah PTSD
(8) fx predisposisi
Kepribadian yang tidak kuat
Ekonomi lemah
4
Koping tidak efektif
Fx presipitasi
Kekerasan seksual
Bencana alam
Physical abuse
Biologis : wanita stress lebih banyak, keluarga yang 1 kena yang lain juga kena, usia
(3 ) peran: depresi ditangani lebih dahulu kesaksian pasien di meja hokum memberikan bukti
visum penguat bukti untuk pemerkosaan dukungan sosial, spiritual lebih baik kesaksian pasien
di meja huklum sebagai fasilitator untuk menjelaskan pada keluarga bukti-bukti biologis
(16 ) prongnosis
Koping baik sembuh
Tidak segera teratasi represi gangguan disosiatif
Dipengaruhi : durasi, support system, koping
(13 ) asuhan keperawatan
Ndx: Post Trauma Sindrome
NOC:
Ndx: Ineffektif koping
NOC: harga diri
NIC : Peningkatan harga diri
Ndx: resiko trauma syndrome
NOC: abuse seksual
NIC: rape. trauma
Pengkajian :
Konfirmasi
Data demografi
Pola tidur
Cek fungsi otak
5
STEP 4
STEP 5
LO:
1. Apa saja criteria seseorang dikatakan mengalami PTSD?
2. Apa saja terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD?
3. Apa saja peran perawat dalam kasus terkait?
6
4. Bagaimana Penggolongan PTSD?
5. Apa saja pemeriksaan dan deteksi dini orang yang beresiko PTSD?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan Post Trauma Stress
Disorder?
7. Bagaimana prognosis dari PTSD?
8. Profesi yang terlibat dalam penanganan PTSD serta perannya masing masing?
9. Kondissi pasien yang seperti apa yang harus di bawa ke RS?
STEP 6: Mencari literature mandiri
STEP 7:
1. Kriteria PTSD
Kriteria diagnosis PTSD menurut Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder
IV Text Revision (DSM IV TR) yaitu:
A. Kejadian traumatic/ adanya stressor:
1. Satu atau banyak pristiwa yang membuat seseorang mengalami, menyaksikan, atau
dihadapkan dengan suatu kejadian yang berupa ancaman kematian, cidera yang serius
atau ancaman terhadap
integritas fisik dirinya sendiri atau orang lain.
2. Tanggapan individu terhadap pengalaman tersebut dengan ketakutan, kengerian, atau
ketidakberdayaan yang sangat kuat.
B. Re-experiencing:
Mengalami kembali satu atau lebih gejala di bawah ini:
1. Teringat kembali akan kejadian trauma menyedihkan yang dialaminya dan bersifat
mengganggu (bisa berupa gambaran, pikiran, persepsi)
2. Mimpi buruk yang berulang tentang peristiwa trauma yang dialaminya (yang
mencemaskan)
3. Mengalami kilas balik trauma (merasa seakan kejadian trauma yang dialaminya
terjadi kembali, hal ini bisa terjadi karena ilusi, haluinasinya)
4. Kecemasan psikologis dan fisik bersamaan dengan hal yang mengingatkan terhadap
kejadian trauma (kenangan akan peristiwa trauma)
7
C. Avoidance:
Menghindari secara persisten stimulus yang berkaitan dengan trauma dan mematikan
perasaan/ tidak berespon terhadap suatu hal (sebelum trauma masih berespon). Gejala ini
meliputi tiga atau lebih hal di bawah ini:
1. Kemampuan untuk menghindari pikiran, perasaan, percakapan yang berhubungan
dengan kejadian trauma
2. Kemampuan menghindari aktivitas, tempat, orang yang dapat membangkitkan
kembali kenangan akan trauma yang dialaminya
3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa trauma yang dialaminya
4. Ketertarikan dan minat untuk berpartisipasi dalam peristiwa penting berkurang
5. Merasa terasing dari orang di sekitarnya
6. Terbatasnya rentang emosi ( contoh: tidak dapa merasakan cinta)
7. Perasaan bahwa masa depannya suram
D. Gejala hiperarousal/ sangat sensitif yang persisten
meliputi dua atau lebih gejala di bawah ini:
1. Sulit untuk memulai tidur/ sulit mempeertahankannya
2. Sulit berkonsentrasi
3. Mudah kesal dan meledak-ledak emosinya
4. Hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan)
5. Reaksi kaget yang berlebihan
E. Durasi dari gangguan ( gejala di kriteria B, C, D) lebih dari sebulan
F. Gangguan/ gejala di atas ini menyebabkan kecemasan dan gangguan fungsional dalam
berhubungan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
Secara spesifikasi diagnosis PTSD dapat diidentifikasi sebagai:
(1) akut: bila gejala berlangsung satu sampai tiga bulan
(2) kronis: bila gejala berlangsung lebih dari tiga buan
(3) onset yang tertunda: bila gejala dimula sedikitnya enam bulan setelah kejadian
traumatik/stressor
8
Kriteria PTSD menurut International Classification of Diseases 10 (ICD-10) adalah
sebagai berikut:
A. Pasien harus pernah terpapar pada suatu peristiwa atau situasi yang menimbulkan stress
(sebentar/lama) yang sifatnya malapetaka atau sangat mengancam sehingga mungkin
akan menyebabkan stress pada hampir semua orang.
B. Terus menerus mengingat atau menghayati lagi penyebab stress dalam bentuk kilas balik
yang mengganggu, kenangan yang jelas sekali atau mimpi yang berulang, atau
mengalami keemasan ketika menghadapi keadaan yang mirip atau berkaitan dengan
penyebab stress.
C. Pasien harus memperlihatkan suatu penghindaran nyata dari keadaan yang mirip atau
berhubugan dengan penyebab stress yang tidak ada sebelumnya.
D. Salah satu dari hal berikut harus terjadi:
1. tidak mampu mengingat sebagian atau seluruhnya dari beberapa aspek penting selama
masa terpapar pada penyebab stress
2. gejala yang terus menerus dari adanya peningkatan kepekaaan psikologis dan sensasi
(tidak ada sebelum terpapar dengan penyebab stres), ditunjukkan oleh dua dari
berikut ini:
a. sulit untuk memulai tidur dan mempertahankannya
b. mudah marah atau amarah yang meledak-ledak
c. sulit berkonsentrasi
d. kewaspadaan yang sangat tinggi
e. reaksi kaget yang berlebihan
E. Kriteria B, C, dan D semuanya terjadi dalam kurun waktu enam bulan setelah peristiwa
traumatik terjadi.
Menurut Mendatu (2010) diagnosa PTSD bisa ditegakkan ketika:
1. Sekurang-kurangnya 2 kluster gejala harus ada
2. Gejala khusus dari masing-masing kluster terjadi sekurang-kurangnnya 1 bulan
atau lebih
9
3. Gejala yang terjadi menyebabkan ganggguan atau masalah dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam hubungan dengan orang lain, bekerja, dan segala aspek
lainnya.
Pedoman diagnostik gangguan stress pasca trauma menurut PPDGJ III (F 43.1) yaitu:
A. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gannguan ini timbul dalam kurun waktu enam bulan
setelah kejadiian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu
sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui enam bulan). Kemungkinan diagnosis
masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset
gangguan melebihi waktu enam bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan
tidak didapat alternatif kategori ganngguan lainnya.
B. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-
mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback)
C. Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
D. Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya
saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan
kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa).
Scheeringa et al (1995) merekomendasikan perubahan kriteria PTSD bagi young children.
Perubahan kriteria ini tidak mengharuskan anak dapat melaporkan ketakutannya sebagai
respon terhadap trauma. Kriteria diagnosis yang digunakan bagi young child (1-6 tahun):
A. Anak tersebut setidaknya harus mengalami kembali salah satu tipe pengulangan ingatan
kejadian traumatik di bawah ini:
1. Menunjukkan perilaku yang mencontoh trauma yang terjadi seperti, bermain tembak-
tembakan atau mengulang adegan kekerasan sendiri atau bersama teman. Perilaku ini
diulang-ulang tanpa variasi yang berarti.
2. Teringat kembali akan peristiwa trauma ( bisa secara tiba-tiba)
3. Mengalami mimpi buruk/ mengerikan tanpa dapat mendeskripsikan isi mimpi
tersebut
10
4. Mengalami stres saat terpapar dengan kejadian yang mengingatkan akan trauma yang
dialami.
B. Perubahan kriteria ini juga hanya memerlukan satu dari gejala mati rasa secara emosional
dan perilaku menghindar di bawah ini (dewasa perlu tiga):
1. Menarik diri dari pergaulan social
2. Jarang mau bermain
3. Mengalami kemunduran perkembangan terutama perkembangan bahasa dan toilet
training
4. Rentang afek yang terbatas (perasaan dan pikiran jadi datar, tumpul)
C. Memerlukan satu dari gejala hiperarousal di bawah ini:
1. Sulit memulai tidur (tidak berhubungan dengan takut mimpi buruk ataupun
kegelapan)
2. Terbangun waktu tidur malam hari (bukan karena mimpi buruk)
3. Penurunan konsentrasi
4. Respon terkejut yang berlebihan
5. Sangat sensitif dan memiliki reaksi intens terhadap rangsangan yang
mengingatkannya pada peristiwa traumatik
D. Ditandai oleh salah satu dari gejala ketakutan dan sikap bermusuhan di bawah ini:
1. Takut gelap
2. Takut pergi ke toilet sendirian
3. Takut terhadap suatu hal baru yang tidak secara jelas berkaitan dengan trauma
4. Takut terpisah dan takut ditinggal sendirian
Pada umumya ada dua jenis reaksi traumatis:
1. Post Traumatic Stress Reaction (PTRS): reaksi stress yang umum teradi segera
setelah peristiwa bencana.
2. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) : reaksi belakangan yang lebih kronis dan
parah, yang secara klinis dikategorikan sebagai kelainan.
Jika stress berlangsung antara 2 hari sampai 1 bulan, maka reaksi stress tersebut memenuhi
syarat sebagai Acute Stress Disorder. Jika stress pasca trauma melebihi 1 bulan, maka
diagnosisnya adalah PTSD.
11
Peristiwa Traumatik
trauma respon stress pada peristiwa traumatik
PTSD
Perjalanan PTSD:
Fase normal pada stress traumatis:
1. Outcry : keadian sedih, takut, marah
2. Denial : menolak menggali memori dari kejadian traumatis
3. Intrusion : secara tidak sadar berpikir tentang kejadian itu
4. Working trough : menggali dan mengintegrasikan kejadian trauma dan mencari arti
atau makna dari peristiwa tersebut
5. Completion : berkomitmen untuk melanjutkan tujuan hidup.
Respon patologis stress traumatis:
1. Mempunyai perasaan emosi yang kuat dan disrganisasi karena reaksi trauma
2. Panik untuk reaksi emosional/ kelebihan yang sangat karena berpikir tentang
peristiwa tersebut
3. Extreme avoidance: menggunakan alcohol, obat-obat terlarang untuk menghilangkan
stress
4. Flooding/ perasaan emosional yang kuat dan tiba-tiba: mengganggu pemikiran dan
gambaran yang persisten/ menetap terhadap peristiwa tersebut
5. Respon psychosomatic: keluhan tubuh yang berkembang dari respon terhadap trauma
6. Kerusakan atau penyimpangan karakter: perubahan dalam pemikiran secara menetap
dan perilaku disebabkan sebagai pertahanan klien sehingga menyebabkan perubahan
kronik dari gaya hidup
2. Terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD:
A. Psikoterapi
1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Menurut penelitian Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan yang
paling efektif dalam mengobati anak dengan PTSD. Dalam Cognitive Behavioral
Therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang
mengganggu emosi dan menganggu kegiatan-kegiatan penderita PTSD misalnya,
12
pada seorang anak korban kejahatan mungkin akan menyalahkan diri sendiri karena
ketidakhatihatiannya. Prinsip-prinsip behavioral therapy digunakan untuk modifikasi
perilaku dan proses re-learning. Tujuan terapi ini adalah mengidentifikasi pikiran-
pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak
rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang
lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang.
2. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)
EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model pemrosesan
informasi di dalam otak. Jaringan memori dilihat sebagai landasan yang mendasari
patologi sekaligus kesehatan mental, karena jaringan-jaringan memori adalah dasar
dari persepsi, sikap dan perilaku kita.Untuk memproses kembali informasi di dalam
otak/jaringan memori yang telah ada, EMDR dijalankan dengan melakukan kegiatan
fisik yang merangsang aktivasi pemrosesan informasi di dalam otak (dalam konteks
EMDR disebut sebagai stimulasi bilateral) melalui indra pengelihatan atau
pendengaran atau perabaan.
3. Playtherapy
Playtherapy merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengobati PTSD pada anak
periode awal / young children. Pada terapi ini bertujuan untuk memahami trauma
anak dan memberikan medium untuk berekspresi dalam mengurangi tekanan
emosional ynag dialami. Bermain peran, menggambar, bermain dengan boneka atau
benda-benda figural dapat dijadikan cara untuk menyesuaikan diri dan memberi
kesempatan pada terapis untuk melakukan re-exposure yaitu, membahas peristiwa
traumatiknya dalam situasi yang mendukung.
4. Debriefing
Orang yang mengalami peristiwa traumatic didorong untuk berbicara tentang
peristiwa itu dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya sewaktu mengalami dan
setelah mengalami peristiwa itu. Setelah itu mereka diberi informasi tentang respon
stress dan cara mengatasinya. Tetapi belum ada bukti ilmiah yang mendukung
pernyataan bahwa debriefing mencegah PTSD, bahkan ada beberapa bukti bahwa
debriefing (terutama debriefing sesi tunggal) dapat memperburuk keadaan dalam
angka panjang.
13
B. Farmakologi
Pengobatan PTSD harus ditujukan pada gejala utama:
1. Gejala depresi: SSRI (fluoksetin, fluvoksamin, dan sertralin), trisiklik (amitriptilin
dan imipramin).
2. Gejala anxietas: benzodiazepine (klonazepam, alprazolam), buspiron dan
antidepresan.
3. Gangguan tidur: antidepresan yang bersifat sedative (trazodon), siproheptadin